YANG TERBAIK
Anggota Kelompok:
1. Aniza Indryani
2. M. dicky
3. Nurhazizah Melani
4. Rahman
5. Shinta Adelia Sari
Dari mana kita harus memulainya?. Tentunya dari diri kita sendiri. Sebab, setiap individu
yang telah tercerdaskan dan telah melakukan perbaikan, maka kebaikannya akan
berimbas pada perbaikan masyarakatnya. Atas dasar ini kita memahami, bahwa usaha
kita dalam memperbaiki tingkah laku akan sangat berpengaruh dalam mengubah
masyarakat. Karenanya, betapa pentingnya kita menjadi bagian dari masyarakat. Segera
bergerak maju untuk menjadi yang terbaik. Buanglah rasa pesimis karena hanya akan
menghambat kesuksesan. Sungguh, Allah tidak membiarkan hamba-hamba-Nya selagi Ia
melihat sang hamba tidak pernah lelah berusaha.
Sesungguhnya yang sering keliru adalah diri kita yang tidak punya
kesempurnaan dalam memahami ilmu-ilmu Allah. Perubahan memang
datang dari Allah tetapi ia tidak datang dengan sendirinya begitu saja.
Mulailah dari dari diri kita, dengan tetap memohon pertolongan dan
mendekatkan diri kepada-Nya. Bangunkan semangat hidup, tinggalkan
kemalasan, yakin sepenuhnya kepada Allah, kikis kebencian antar sesama
dan tegarlah dalam menghadap cobaan, Insya Allah perubahan akan
datang.
Berpikir Positif, Bertindak Arif
Percayalah, perubahan pasti datang. Berpikir positif adalah selalu berbaik
sangka kepada Allah yang menentukan hidup kita. Bertindak arif adalah
selalu bermuhasabah (intropeksi) terhadap apapun yang terjadi sebelum
kita memutuskan A dan B tentang berbagai persoaan kehidupan. Orang
yang selalu berpikir positif selalu melihat adanya kesempatan kearah
perbaikan, bahwa hidup akan datang perubahan. Optimis adalah sikap
hidupnya, semangat adalah gaya kesehariannya. Optimis berarti
melakukan perubahan dengan bijak dan pertimbangan yang matang,
mengubah hal-hal buruk menjadi baik, dan yang baik menjadi lebih baik.
Orang yang optimis menjalani hidup, tertanam dalam jiwanya keyakinan
yang sempurna tentang segala yang di tentukan Allah. Jika Allah
berkehendak terhadap sesuatu maka tidak ada seorangpun yang mampu
menahannya. Rasulullah pernah memberi nasehat kepada Ibnu Abbas
ketika itu ia masih kecil:
“Ketahuilah, sekiranya seluruh manusia sepakat hendak mencelakaimu,
mereka tidak akan pernah bisa mencelakaimu, kecuali memag telah di
tuliskan Allah dalam suratan takdirmu. Begitupun sebaliknya, andai seluruh
manusia sepakat menolongmu mereka tidak akan pernah mampu
membantumu, kecuali memang telah di tuliskan Allah dalam suratan
takdirmu.” (hr. Tarmidzi).
Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan
kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan
dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan
Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Qs. Ali-Imran [3];26.
Perubahan, selain memerlukan sifat positif dan optimisme yang
tinggi. Juga yang tidak kalah pentingnya adalah kesabaran, tidak ada
kunci yang mampu membuka perubahan selain kesabaran itu sendiri.
Tetapi menjadikan diri sabar memang tidaklah mudah, karena orang
yang sabar pada hari ini ibarat memegang bara api. Rasulullah
bersabda kepada para sahabatnya: “
sesudah kalian, akan ada hari-hari di mana kesabaran di uji. Orang
yang mampu bersabar tidak ubahnya dengan seseorang yang
memegang bara api. Barang siapa yang beramal kala itu, maka akan
di ganjar dengan balasan lima puluh orang.“.
Apakah ganjaran lima puluh orang mereka atau lima puluh orang
kami,ya Rasulullah.
Tanya seorang sahabat. “ Bahkan, ganjaran lima puluh orang kalian”.
Jawab Rasulullah.
Dalam hal cara mengembangkan potensi diri disini
yang perlu ditekankan terdiri dari beberapa langkah
penting. Diantaranya adalah sebagai berikut :
Sedangkan apabila diidentifikasi secara garis besarnya manusia dibekali tiga potensi dasar yaitu:
a. Roh; Potensi ini lebih cenderung pada potensi tauhid dalam bentuk adanya kecenderungan untuk mengabdi pada
penciptanya.
b. Potensi jasmani berupa bentuk fisik dan faalnya serta konstitusi biokimia yang teramu dalam bentuk materi.
c. Potensi Rohani, berupa konstitusi non materi yang terintegrasi dalam komponen-komponen yang terintegrasi.
Sedangkan menurut Jalaluddin, secara garis besarnya membagi potensi manusia menjadi empat, yang secara fitrah sudah
dianugerahkan Allah kepada manusia,13 yaitu sebagai berikut:
Dalam potensi ini memberikan dorongan primer yang berfungsi untuk memelihara keutuhan dan kelanjutan hidup manusia.
Di antara dorongan itu adalah insting untuk memelihara diri seperti makan minum, dorongan untuk mempertahankan diri
seperti nafsu marah dan dorongan untuk mengembangkan diri. Dorongan ini contohnya adalah naluri seksual.
Potensi inderawi yang umum dikenal itu berupa indera penciuman, perabaan, pendengar dan perasa. Namun, di luar itu
masih ada sejumlah alat indera dengan memanfaatkan alat indera lain yang sudah siap. Oleh Toto Tasmara dikaitkan dengan
fuad yang merupakan potensi qalbu yang berfungsi untuk mengolah informasi yang sering dilambangkan berada dalam
otak manusia (fungsi rasio, kognitif). Fuad mempunyai tanggung jawab intelektual yang jujur kepada apa yang dilihatnya,
yang menurut al-Ghazali fuad/qalb merupakan alat dan wadah guna memperoleh ilmu pengetahuan.
c. Hidayah al-‘Aqliyah (akal)
Potensi akal memberi kemampuan kepada manusia untuk memahami simbol-simbol hal-hal yang abstrak,
menganalisa, membandingkan maupun membuat kesimpulan dan akhirnya memilih maupun memisahkan antara
yang benar dan yang salah. Potensi akal ini sebagai organ yang ada dalam manusia yang untuk membedakan
antara manusia dengan makhluk yang lain.
Akal sebagai potensi manusia dalam pandangan Islam itu berbeda dengan otak. Akal di sini diartikan sebagai daya
pikir yang terdapat dalam jiwa manusia. Akal dalam Islam merupakan ikatan dari tiga unsur, yaitu pikiran,
perasaan dan kemauan. Bila ikatan itu tidak ada, maka tidak ada akal itu. Akal diartikan juga sebagai sifat yang
untuk memahami dan menemukan pengetahuan dan sebagai unsur pemahaman dalam diri manusia yang
mengenal hakekat segala sesuatu. Terkadang akal ini disebut kalbu jasmaniyah, yang ada dalam dada, sebab
antara kalbu jasmani dengan latifah ‘amaliyah mempunyai hubungan unik.
Dalam konteks ayat-ayat al-Qur’an kata ‘aql dapat dipahami sebagai daya untuk memahami dan
menggambarkan sesuatu. Dorongan moral dan daya untuk mengambil pelajaran dan kesimpulan serta hikmah.
Selain itu, akal merupakan pengertian dan pemikiran yang berubah-ubah dalam menghadapi segala sesuatu,
baik yang tampak jelas maupun yang tidak jelas. Dengan potensi akal ini, manusia akan mampu berpikir dan
berkreasi menggali dan menemukan ilmu pengetahuan sebagai bagian dari fasilitas yang diberikan kepada
manusia untuk fungsi kekhalifahannya. Dan potensi akal inilah yang ada dalam diri manusia sebagai sumber
kekuatan yang luar biasa dan dahsyat yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya.