Anda di halaman 1dari 69

NEONATUS RESIKO

TINGGI

By: ANA MARIZA


1.BBLR
A. PENGERTIAN
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat
badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir atau lebih
rendah.
     BBLR dibedakan menjadi :
1).  Prematuritas murni
Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat badan
sesuai.
2).  Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR), Kecil
untuk Masa Kehamilan (KMK)
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak
sesuai dengan usia kehamilan.
Pemeriksaan Fisk
1. Untuk BBLR Kurang Bulan:
a. tulang rawan telinga belum terbentuk
b. masih terdapat lanugo (rambut halus pd
kulit)
c. refleks lemah
d. alat kelamin luar : pada perempuan, labia
mayora belum menutupi labia minora. Pada
laki-laki belum terjadi penurunan testis
2. Untuk BBLR KMK
a. tidak dijumpai tanda prematuritas seperti
diatas
b. kulit keriput
c. kuku lebih panjang
1. FAKTOR IBU : GIZI, USIA, JARAK KEHAMILAN,
PEKERJAAN TERLALU BERAT, PENYAKIT

2. FAKTOR
4. FAKTOR B.ETIOLOGI KEHAMILAN :
LINGKUNGAN :
RADIASI,ZAT HIDRAMNION,
BERACUN KEH.GANDA,
PERD.ANTEPARTUM,
KOMPLIKASI( PEB,
KPD)

3. FAKTOR JANIN : CACAT


BAWAAN, INFEKSI DALAM
RAHIM
C. PROGNOSIS
Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir
rendah 8 kali lebih besar dari pada bayi normal
pada umur kehamilan yang sama. Prognosis lebih
buruk lagi apabila berat badan lebih rendah. Angka
kematian yang tinggi terutama disebabkan adanya
kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia,
aspirasi pneumonia, pendarahan intrakanial dan
hipoglikemia. Bila bayi selamat kadang-kadang
dijumpai kerusakan pada syaraf dan dijumpai
gangguan bicara, IQ yang rendah dan gangguan
lainnya.
Tanda Kecukupan Pemberian ASI:
1. BAK minimal 6 kali dalam 24 jam
2. Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI
3. Peningkatan BB setelah 7 hari pertama
sebanyak 20 gram setiap hari
4. Periksa pada saat ibu menyusui, apabila satu
payudar disusui, makaASI akan menetes dari
payudara yang lain.
Kapan bayi boleh pulang?
1. Suhu bayi stabil
2. Diutamakan pemberian ASI
3. Ibu sanggup merawat BBLR dirumah.
2. ASFIKSIA NEONATORUM
A. PENGERTIAN
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan
bernapas secara spontan dan teratur  pada
saat lahir atau beberapa saat setelah lahir .
B. GEJALA KLINIS
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap,
denyut jantung kurang dari 100 x/menit, kulit
sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada
respon terhadap refleks rangsangan.
C. ETIOLOGI
a. faktor ibu : PEB, Perd. Antepartum, partus
lama/macet, demam, infeksi berat (Malaria,
sifilis, TBC, HIV), Postmatur
b. faktor plasenta dan tali pusat
c. faktor bayi : prematur, air ketuban
bercampur mekonium, kel. kongenital
D. DIAGNOSIS
Klinis 0 1 2

Detak jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit

Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat

Refleks saat jalan Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin


nafas dibersihkan

Tonus otot Lunglai Fleksi ekstrimitas Fleksi kuat gerak


(lemah) aktif

Warna kulit Biru pucat Tubuh merah Merah seluruh


ekstrimitas biru tubuh
LANJUTAN…
• Nilai:     0-3              :            Asfiksia berat
•                4-6     :            Asfiksia sedang
•                7-10   :            Normal
•  Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan
menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit  masih kurang dari 7
penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai
7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi
bayi baru lahir dan  menentukan prognosis,bukan untuk
memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah
lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti
penilaian skor Apgar)
3. PERDARAHAN TALI PUSAT
A. PENGERTIAN
Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa
timbul sebagai akibat dari trauma pengikatan
tali pusat yang kurang baik atau kegagalan
proses pembentukkan trombus normal.
Selain itu perdarahan pada tali pusat juga
bisa sebagi petunjuk adanya penyakit pada
bayi.
B. ETIOLOGI
1) Robekan umbilikus normal, biasanya terjadi
karena :
a. Partus precipitatus
b. Adanya trauma atau lilitan tali pusat
c. Umbilikus pendek, sehingga menyebabkan
terjadinya tarikan yang berlebihan pada
saat persalinan
d. Kelalaian penolong persalinan yang dapat
menyebabkan tersayatnya dinding umbilikus
atau placenta sewaktu sectio secarea
2) Robekan umbilikus abnormal, biasanya terjadi karena :
a. Adanya hematoma pada umbilikus yang kemudian
hematom tersebut pecah, namun perdarahan yang terjadi
masuk kembali ke dalam placenta. Hal ini sangat berbahaya
bagi bayi dan dapat menimbulkan kematian pada bayi
b.  Varises juga dapat menyebabkan perdarahan apabila
varises tersebut pecah
c.  Aneurisma pembuluh darah pada umbilikus dimana
terjadi pelebaran pembuluh darah setempat saja karena
salah dalam proses perkembangan atau terjadi kemunduran
dinding pembuluh darah. Pada aneurisme pembuluh darah
menyebabkan pembuluh darah rapuh dan mudah pecah.
LANJUTAN…
3) Robekan pembuluh darah abnormal
4) Perdarahan akibat placenta previa dan abrotio placenta
• Perdarahan akibat placenta previa dan abrutio placenta dapat
membahayakan bayi. Pada kasus placenta previa cenderung
menyebabkan anemia, sedangkan pada kasus
abrutio placenta lebih sering mengakibatkan kematian intra
uterin karena dapat terjadi anoreksia.
•  Pengamatan pada placenta dengan teliti untuk menentukan
adanya perdarahan pada bayi baru lahir, pada bayi baru lahir
dengan kelainan placenta atau dengan sectio secarea apabila
diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan hemoglobin secara
berkala.
C. PENATALAKSANAAN
a.    Penanganan disesuaikan dengan
penyebab dari perdarahan tali pusat yang
terjadi
b.    Untuk penanganan awal, harus dilakukan
tindakan pencegahan infeksi pada tali pusat.
c.    Segera lakukan inform consent dan inform
choise pada keluarga pasien untuk dilakukan
rujukan.
4. KEJANG
A. PENGERTIAN
• adalah kejang yang terjadi pada bayi sampai dengan
usia 28 hari
• Kejang pada BBL merupakan keadaan darurat karena
kejang merupakan suatu tanda adanya penyakit sistem
saraf pusat (SSP), kelainan metabolik atau penyakit lain.
• Kejang berulang menyebabkan berkurangnya
oksigenisasi, ventilasi dan nutrisi otak
B. MANIFESTASI
• tremor/gemetar
• Hiperaktif
• Kejang-kejang
• Tiba-tiba menangis melengking
• Tonus otot hilang diserati atau tidak dengan
hilangnya kesadaran
• Pergerakan tidak terkendali
• Nistagmus atau mata mengedip ngedip
paroksismal
C. ETIOLOGI
• Kejang bayi dengan asfiksia disertai oleh
hipoglikemia, hipokalsemia, perdarahan
intracranial, edema otak
• Pada bayi cukup bulan penyebab kejang yang
terjadi
– 48 jam pertama : asfiksia, trauma lahir,
hipoglikemia
– Antara hari ke 5-ke 7 : hipokalsemia yang terjadi
bukan karena komplikasi
– Antara hari ke 7-ke 10 : infeksi, kelainan genetik
D. PENILAIAN
• Jenis kejang?
• Bagian mana dari tubuh yang mengalami
kejang?
• Sudah berapa lama kejang terjadi?
• Merupakan kejang yang ke berapa kali?
Pemeriksaan kelainan fisik
• Kesadaran
• Suhu tubuh
• Tanda-tanda infeksi lain
E. DIAGNOSIS
Anamnesa
• Keluarga, riwayat kehamilan, riwayat persalinan dan kelahiran
• Riwayat kehamilan
Bayi kecil untuk masa kehamilan, Bayi kurang bulan, Ibu tidak disuntik
TT, Ibu menderita DM
• Riwayat persalinan
Persalinan dengan tindakan
Persalinan presipitatus
Gawat janin
• Riwayat kelahiran
Trauma lahir
Lahir asfiksia
Pemotongan tali pusat dengan alat tidak steril
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Pemeriksaan gula darah, elektrolit darah,
darah tepi, lumbal pungsi
• EKG
• EEG
• Biakan darah
• Titer untuk toksoplasmosis, rubela,
citomegalovirus, herpes
• Foto rontgen kepala
G. PENANGANAN
1. Bayi diletakan dalam tempat yang hangat.pastikan bahwa
bayi tidak kedinginan.suhu bayi dipertahankan 36,50C-370C.
2. Jalan nafas bayi dibersihkan dengan tindakan penghisapan
lendir diseputar mulut hidung sampai nasofaring.
3. Bila bayi apnea,dilakukan pertolongan agar bayi bernafas
lagi dengan alat bantu balon dan sungkup,diberi oksigen
dengan kecepatan 2L/menit
4. Dilakukan pemasangan infus  intravena di pembuluh darah
perifer,diangan,kaki atau kepala.bila bayi diduga dilahirkan
oleh ibu berpenyakit diabetes mellitus,dilakukan
pemasangan infuse melalui vena umbilikalis.
Lanjutan…
5. Bila infus sudah terpasang diberi obat anti
kejang diazevam 0,5 Mg/Kg supositoria/Im setiap
2 menit sampai kejang teratasi.kemudian
ditambahkan luminal (fenobarbital)30Mg I.M/I.V
6. Nilai kondisi bayi selama 15 menit.perhatikan
kelainan fisik yang ada.
7. Bila kejang sudah teratasi diberi cairan infuse
dextrose 10% dengan kecepatan 60 Ml/Kg
bb/hari.
8. Cari faktor penyebab
– Apakah mungkin bayi dilahirkan dari ibu DM
– Apakah mungkin bayi prematur
– Apakah mungkin bayi mengalami asfiksia
– Apakah mungkin ibu bayi emnghisap narkotika
– Kejang sudah teratasi, diambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium untuk mencari
faktor penyebab, misalnya : darah tepi, elektrolit darah, gula darah, kimia darah,
kultur darah, pemeriksaan TORCH
– Kecurigaan kearah sepsis (pemeriksaan pungsi lumbal)
– Kejang berulang, diazepam dapat diberikan sampai 2 kali
• Masih kejang : dilantin 1,5 mg/kgBB sebagai bolus iv diteruskan dalam dosis 20
mg iv setiap 12 jam
• Belum teratasi : phenytoin 15 mg/kgBB iv dilanjutkan 2 mg/kg tiap 12 jam
• Hipokalsemia (hasil lab kalsium darah <8mg%) : diberi kalsium glukonas 10% 2
ml/kg dalam waktu 5-10 menit . apabila belum juga teratasi diberi pyridoxin 25-50
mg
• Hipoglikemia (hasil lab dextrosit/gula darah < 40 mg%) : diberi infus dextrose 10%
5. HIPOTERMI
A. PENGERTIAN
Hipotermi adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh bayi
kurang dari 36,5º C dari suhu optimal. gejala awal
hipotermia apabila suhu < 36oC atau kedua kaki dan tangan
teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka
bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32oC –
36oC). Disebut hipotermia kuat bila suhu tubuh <32oC.

Hipotermia menyebabkan terjadinya penyempitan pembulu
h darah, yang mengakibatkan metabolik anerobik, meningka
tkan kebutuhan oksigen, mengakibatkan hipoksemia dan
berlanjut dengan kematian.
B. MEKANISME KEHILANGAN PANAS PADA BAYI
1. Radiasi : dari objek ke panas bayi
Contoh: timbang bayi dingin tanpa alas
2. Evaporasi: karena menguap cairan yang melekat pada
kulit
Contoh: air ketuban bayi baru lahir, tidak cepat
dikeringkan
3. Konduksi: panas tubuh diambil dari suatu
permukaan yang melekat di tubuh
Contoh: pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti
4. Konveksi: penguapan dari tubuh ke udara
Contoh: angin disekitar tubuh bayi baru lahir.
C. ETIOLOGI
a.    Jaringan lemak subkutan tipis.
b.    Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan
besar.
c.    Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
d.   Bayi baru lahir tidak ada respon shivering (menggigil) pada
reaksi kedinginan.
e.    Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi
yang berisiko tinggi mengalami hipotermia.
f.     Bayi dipisahkan dari ibunya segera mungkin setelah lahir.
g.    Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur.
h.    Tempat melahirkan yang dingin.
i.      Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom
dengan  pernapasan,  hipoglikemia perdarahan intra kranial.
D. TANDA DAN GEJALA
1) Hipotermi Ringan
a.Bayi tidak mau minum
b.Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
c.Tubuh bayi teraba dingin

d.Dalam keadaan berat,denyut jantung bayi m
enurun dan kulit tubuh bayi mengeras (sklere
ma)
2).Tanda-tanda hipotermia sedang (Stres dingin)
a.Aktivitas berkurang, letargis
b.Tangisan lemah
c. Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)
d.Kemampuan menghisap lemah
e.Kaki teraba dingin
3).Tanda-tanda hipotermia berat (Cedera dingin)
a.Sama dengan hipotermia sedang
b.Bibir dan kuku kebiruan
c.Pernafasan lambat
d.Pernafasan tidak teratur
e.Bunyi jantung lambat
f.Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis
metabolik
Lanjutan…
4).Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia
a. Muka, ujung kaki dan tangan berwarma
merah terang
b. Bagian tubuh lainnya pucat
c. Kulit mengeras merah dan timbul edema
terutama pada punggung, kaki dan tangan
(sklerema).
E. PENANGANAN
a. Bayi yang mengalami hipotermia biasanya mudah sekali
meninggal. Tindakan yang harus dilakukan adalah segera
menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui
penyinaran lampu. Penyinaran di inkubator menggunakan
lampu 60 wat dengan jarak minimal 60 cm dari bayi dan juga
penghangatan kembali dengan metode yang sesuai (dalam
incubator pemanasan perlahan 0.5-1ºC /Jam).
b. Metode kangguru kontak kulit antara ibu dan bayi yang
berlangsung sejak dini secara terus menerus dan
berkesinambungan kalau mungkin selama 24 jam. Bayi
diletakkan diantara kedua payudara ibu dengan posisi
tegak/vertikal saat ibu berdiri dan duduk atau tengkurap/miring
saat ibu berbaring/tidur. Bayi mengenakan penutup kepala,
baju ibu berfungsi sebagai penutup badan bayi.
c. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau
kain hangat yang disetrika terlebih dahulu, yang
digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu.
Lakukanlah berulang kali sampai tubuh bayi hangat.
d. Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia,
sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit
sesering mungkin. Bila bayi tidak menghisap, diberi
infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari.
e. Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu
tubuh bayi stabil. Untuk mencegah
terjadinya serangan dingin,ibu/keluarga dan penolon
g persalinan harus menunda memandikan bayi.
f. Prinsip Dasar Untuk Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir
1)   setiap bayi lahir harus segera dikeringkan dengan handuk yang kering
dan bersih (sebaiknya handuk tersebut dihangatkan terlebih dahulu).
Mengeringkan tubuh bayi harus dilakukan dengan cepat.dimulai dari
kepala kemudian seluruh tubuh bayi. Handuk yang basah harus diganti
dengan handuk lain yang kering dan hangat.
2)   Setelah tubuh bayi kering segera dibungkus dengan selimut,diberi tepi
atau tutup kepala,kaos tangan dan kaki. Selanjutnya bayi diletakkan
telungkup di atas dada ibu untuk mendapat kehangatan.
3)   Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat
merangsang rooting refleks dan bayi mendapat kalori.
4)   Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada
waktu merujuk.
5)   Memberikan penghangatan pada bayi  baru lahir secara mandiri.
6)   Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan. 
7)   Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil.  
SUHU INKUBATOR MENURUT BB
DAN UMUR BAYI
BERAT BAYI SUHU INKUBATOR (°C)

35°C 34°C 33°C 32°C

<1500gr 1-10 hari 11 hari-3 minggu 3-5 minggu >5 minggu

1500-2000gr 1-10 hari 11 hari-4 minggu >4 minggu

2100-2500gr 1-2 hari 3 hari-3 minggu >3 minggu

>2500gr 1-2 hari >2 hari


6. HYPERTERMI
A. PENGERTIAN
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh dapat
disebabkan suhu lingkungan yang berlebihan,
infeksi, dehidrasi atau perubahan mekanisme
penganturan suhu sentral yang berhubungan
dengan trauma lahir pada otak atau malformasi dan
obat-obatan (buku acuan nasional pelayanan
kesehatan maternal neonatal) . Lingkungan yang
terlalu panas juga berbahaya bagi bayi. Keadaan ini
terjadi bila bayi diletakkan di dekat api atau dalam
ruangan yang berudara panas.
B. TANDA DAN GEJALA
1.      Pada suhu aksiler didapatkan suhu lebih 37,5ºC .
2.      Terdapat tanda dehidrasi (elastisitas kulit turun, mata
dan ubun-ubun besar cekung, lidah dan membrane mukosa
kering ).
3.      Malas minum/ menyusui.
4.      Frekuensi nafas > 60 kali per menit.
5.      Denyut jantung > 160 kali per menit.
Penyebabnya yaitu suhu lingkungan yang terlalu panas dapat
disebabkan oleh suhu incubator yang terlalu tinggi. Radiasi
sinar matahari pada waktu bayi berada didalam inkubator,
terlalu banyak dan dalam tempat tidur bayi atau berada
didekat radiator panas dan sebagainya.
C. PENATALAKSANAAN
a.  Bila suhu diduga karena paparan panas
berlebihan:
1). Bayi dipindah ke ruangan yang sejuk dengan
suhu kamar sekitar 26°-28°C
2).Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai
suhu tubuh bayi normal (jangan menggunakan
air es).
3). Berikan cairan dekstrose : NaCl = 1:4 secara
intravena sampai dehidrasi teratasi
4). Antibiotik diberikan bila ada infeksi.
b. Bila bayi pernah diletakan di bawah pemancar panas
atau incubator
1).Turunkan suhu alat penghangat, bila bayi di dalam
incubator, buka incubator sampai suhu dalam batas
normal
2).Lepas sebagian atau seluruh pakaian bayi selama 10
menit kemudian
3).Beri pakaian lagi sesuai dengan alat penghangat yang
digunakan
4).Periksa suhu bayi setiap jam sampai tercapai suhu
dalam batas normal
5).Periksa suhu incubator atau pemancar panas setiap
jam dan sesuaikan pengatur suhu
c.  Manajemen lanjutan suhu lebih 37,5°C
1) Yakin bayi mendapatkan masukan cukup cairan
a)  Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya. Bila
bayi tidak dapat menyusui, beri ASI panas
dengan salah satu alternative cara pemberian
minum
b)  Bila terdapat tanda dehidrasi, tangani
dehidrasinya
2) Setelah suhu bayi normal:
a)  Lakukan perawatan lanjutan
b)  Pantau bayi selama 12 jam berikutnya,
periksa suhu badannya setiap 3 jam
3)  Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat diberi minum
dengan serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawat di rumah
sakit, bayi dapat dipulangkan, nasehati ibu cara menghangatkan bayi di
rumah dan melindungi dari pancaran panas yang berlebihan
d.  Memastikan bayi mendapat cairan yang adekuat
1) Izinkan bayi mulai menyusu, jika bayi tidak dapat menyusu, berikan
perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian makanan
alternative
2) Jika terdapat tanda-tanda dehidrasi (mata atau fontanel cekung,
kehilangan elastisitas kulit, atau lidah atau membran mukosa kering)
a)  Pasang slang IV dan berikan cairan IV dengan volume rumatan
sesuai dengan usia bayi
b)  Tingkatkan volume cairan sebanyak 10% berat badan bayi pada hari
pertama dehidrasi terlihat 
e.  Ukur glukosa darah, jika glukosa darah kurang dari 45 mg/dl, atasi
glukosa  darah yang rendah.
7. HYPOGLIKEMI
A. PENGERTIAN
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula
darah (glukosa) secara abnormal rendah Istilah
hepoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi
secara bermakna dibawah kadar rata-rata. Dikatakan
hepoglikemia bila kadar glukosa darah kurang dari 30
mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi
atau ada tidaknya gejala hepoglikemia. Umumnya
hepoglikemia terjadi pada neonatus umur 1 – 2 jam. Hal
ini disebabkan oleh karena bayi tidak mendapatkan lagi
glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi
dengan kadar glukosa darah yang menurun.
B. ETIOLOGI
1.  Prematuritas
2.  Post-maturitas
3.  Kelainan fungsi plasenta (ari-ari) selama bayi berada dalam
kandungan.
Hipoglikemia juga bisa terjadi pada bayi yang memiliki kadar insulin
tinggi.Bayi yang ibunya menderita diabetes seringkali memiliki kadar
insulin yang tinggi karena ibunya memiliki kadar gula darah yang tinggi;
sejumlah besar gula darah ini melewati plasenta dan sampai ke janin
selama masa kehamilan. Akibatnya, janin menghasilkan sejumlah besar
insulin.Peningkatan kadar insulin juga ditemukan pada bayi yang
menderita penyakit hemolitik berat.
Kadar insulin yang tinggi menyebabkan kadar gula darah menurun dengan
cepat pada jam-jam pertama kehidupan bayi setelah dilahirkan, dimana
aliran gula dari plasenta secara tiba-tiba terhenti.
C.FAKTOR RESIKO
1. Hipoglikemi sering terjadi pada berat lahir rendah (BBLR), karena
cadangan glukosa rendah.
2.  Bayi yang besar untuk masa kehamilan (BMK), makrosomia. Bayi
BMK biasanya lahir dari ibu dengan toleransi glukosa yang
abnormal.
3.  Bayi premature atau lebih bulan.
4.  BBLR yang KMK/bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan
glikogen hati dan lemak tubuh.
5. Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolism
yang melebihi cadangan kalori
6. Neonates yang sakit atau stress (sindrom gawat nafas,hipotermi)
7. Bayi dengan polisemia
8.  Bayi yang dipuasakan
9.  Bayi dengan kelainan genetic/gangguan metabolic (penyakit
cadangan glycogen, intoleransi glukosa).
10. Obat-obat maternal misalnya steroid, beta simpatomimetik
dan beta blocker.
11. Pada ibu diabetes mellitus (DM) terjadi transfer glukosa yang
berlebihan pada janin sehingga respons insulin juga
meningkat pada janin.
D. GEJALA
a.  Tremor
b.  Sianosis
c.  Apatis
d.  Kejang
e.   Apnea intermitten
f.   Tangisan lemah/melengking
g.  Letargi
h.  Kesulitan minum
i.   Gerakan mata berputar/nistagmus
j.   Keringat dingin
k.  Pucat
l.   Hipotermi
m. Refleks hisap kurang
n.  Muntah
PATOFISILOGI HIPOGLIKEMIA
Batasan dikatakan neonates mengalami hipoglikemia:
1.  Timbul bila kadar glukosa serum lebih rendah daripada kisaran
bayi normal sesuai usia pasca lahir
2.  Bayi atterm BB 2500 gr : gula darah <30 mg/dl : 72 jam,
selanjutnya 40mg/dl
3.  BBLR : GD <25 mg/dl
Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang
ada karena meningkatkan penggunaan cadangan glukosa,
misalnya pada asfiksia, hipotermi, gangguan
pernafasan.Misalnya ibu hamil dengan hipertensi. Setelah
kelahiran, bayi mempunyai kecepatan metabolisme yang
tinggi dan memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan
bayi lain.
PENATALAKSANAAN
1) Memantau kadar glukosa darah
Semua neonatus berisiko tinggi harus ditapis :
a.  Pada saat lahir
b.  30 menit setelah lahir
c.  Kemudian setiap 2-4 jam selama 48 jam atau
sampai pemberian minum berjalan baik dan
kadar glukosa normal tercapai
2)  Pencegahan hipoglikemia
• a.  Menghindari faktor resiko yang dapat dicegah, contohnya
hipotermia
• b.  Pemberian makan enteral merupakan tindakan preventif
tunggal paling penting
• c.  Jika bayi tidak mungkin menyusui, mulailah pemberian
minum dengan menggunakan sonde dalam waktu 1-3 jam
setelah lahir
• d.  Neonatus yang berisiko tinggi harus dipantau nilai
glukosanya sampai asupannya penuh dan 3x pengukuran
normal sebelum pemberian minum berada diatas 45 mg/dL
• e.  Jika ini gagal, terapi intravena dengan glukosa 10% harus
dimulai dan kadar glukosa dipantau
8. TETANUS NEONATORUM
A. PENGERTIAN
Tetanus Neonatorum (TN) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
kuman Clostridium Tetani  memasuki tubuh bayi baru lahir melalui
tali pusat yang kurang terawat dan terjadi pada bayi sejak lahir
sampai umur 28 hari, kriteria kasus TN berupa sulit menghisap ASI,
disertai kejang rangsangan, dapat terjadi sejak umur 3-28 hari tanpa
pemeriksaan laboratorium. Tetanus neonatorium menyebabkan
kematian pada bayi yang tinggi di Negara berkembang karena
pemotongan tali yang masih banyak menggunakan alat-alat
tradisional. Masuknya kuman tetanus klostriudium tetani sebagian
besar melalui tali pusat.  Masa inkubasinya sekitar 3 hari sampai 10
hari, dan makin pendek masa inkubasinya penyakit makin fatal.
Tetanus neonatorium menyebabkan kerusakan pada pusat motorik,
jaringan otak, pusat pernafasan dan jantung.
B. FAKTOR RESIKO
a) Pemberian imunisasi TT (tetanus toksoid)
pada ibu hamil tidak dilakukan, atau tidak
lengkap, atau tidak sesuai dengan ketentuan
program.
b) Pertolongan persalinan tidak memenuhi
syarat.
c) Perawatan tali pusat tidak memnuhi
persyaratan kesehatan.
C. PATOFISIOLOGI
Kelainan patologik biasanya terdapat pada otak
pada sumsum tulang belakang, dan terutama
pada nukleus motorik. Kematian disebabkan oleh
asfiksia akibat spasmus laring pada kejang yang
lama. Selain itu kematian dapat disebabkan oleh
pengaruh langsung pada pusat pernafasan dan
peredaran darah. Sebab kematian yang lain ialah
pneumonia aspirasi dan sepsis. Kedua sebab yang
terakhir ini mungkin sekali merupakan sebab
utama kematian tetanus neonatorum di
Indonesia.
D. GAMBARAN KLINIS
Masa tunas biasanya 5-14 hari, kadang-kadang sampai
beberapa minggu jika infeksinya ringan. Penyakit ini biasanya
terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin
bertambah terutama pada rahang dan leher. Dalam 48 jam
penyakit menjadi nyata dengan adanya trismus.
Pada tetanus neonatorum perjalanan penyakit ini lebih cepat
dan berat. Anamnesis sangat spesifik yaitu :
a.    Bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum (karena tidak
dapat menghisap).
b.    Mulut mencucu seperti mulut ikan.
c.    Mudah terangsang dan sering kejang disertai sianosis.
Lanjutan…
d.   Kaku kuduk sampai opistotonus.
e.    Dinding abdomen kaku, mengeras dan kadang-
kadang terjadi kejang.
f.     Dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut
tertarik kebawah, muka thisus sardonikus
g.    Ekstermitas biasanya terulur dan kaku.
h.    Tiba-tiba bayi sensitif terhadap rangsangan, gelisah
dan kadang-kadang menangis lemah.
E. PENCEGAHAN
1. Melalui pertolongan persalinan tiga bersih,
yaitu bersih tangan, bersih alas, dan bersih
alat .
2. Perawatan tali pusat yang baik
3. Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
pada ibu hamil
F. PENATALAKSANAAN
1. Mengatasi kejang
Kejang dapat diatasi dengan mengurangi rangsangan
atau pemberian obat anti kejang.
2. Pemberian antitoksin
Untuk mengikat toksin yang masih bebas dapat
diberi A.T.S (antitetanus serum) dengan dosis 10.000
satuan setiap hari serlama 2 hari .
3. Pemberian antibiotika
Untuk mengatasi infeksi dapat digunakan penisilin
200.000 satuan setiap hari dan diteruskan sampai 3
hari panas turun.
4. Perawatan Tali pusat
Tali pusat dibersihkan atau di kompres dengan
betadin
5. Memperhatikan jalan nafas, diuresis, dan tanda vital. Lendir
sering dihisap.
Masalah yang perlu diperhatikan adalah bahaya terjadi
gangguan pernafasan, kebutuhan nutrisi/cairan dan
kurangnya pengetahuan orang tua mengenai. Adanya lendir
di tenggorokan juga menghalangi kelancaran lalu lintas udara
(pernafasan). Pasien tetanus neonatorum setiap kejang selalu
disertai sianosis terus-menerus. Tindakan yang perlu
dilakukan :
a. Baringkan bayi dalam sikap kepala ekstensi dengan
memberikan ganjal dibawah bahunya.
b. Berikan O2 secara rumat karena bayi selalu sianosis (1 –
2 L/menit jika sedang terjadi kejang, karena sianosis
bertambah berat O2 berikan lebih tinggi dapat sampai 4
L/menit, jika kejang telah berhenti turunkan lagi).
c. Pada saat kejang, pasangkan sudut lidah untuk
mencegah lidah jatuh ke belakang dan memudahkan
penghisapan lendirnya.
d. Sering hisap lendir, yakni pada saat kejang, jika akan
melakukan nafas buatan pada saat apnea dan sewaktu-
waktu terlihat pada mulut bayi.
e. Observasi tanda vital setiap ½ jam .
f. Usahakan agar tempat tidur bayi dalam keadaan
hangat.
g. Jika bayi menderita apnea :
a) Hisap lendirnya sampai bersih
b) O2 diberikan lebih besar (dapat sampai 4 L/ menit)
Letakkan bayi di atas tempat tidurnya/telapak
tangan kiri penolong, tekan-tekan bagian iktus
jantung di tengah-tengah tulang dada dengan dua
jari tangan kanan dengan frekuensi 50 – 6 x/menit.
Bila belum berhasil cabutlah sudut lidahnya, lakukan
pernafasan dengan menutup mulut dan hidung
bergantian secara ritmik dengan kecepatan 50 – 60
x/menit, bila perlu diselingi tiupan.
6. Kebutuhan nutrisi/cairan
Akibat bayi tidak dapat menetek dan keadaan payah,
untuk memenuhi kebutuhan makananya perlu
diberikan infus dengan cairan glukosa 10 %. Tetapi
karena juga sering sianosis maka cairan ditambahkan
bikarbonas natrikus 1,5 % dengan perbadingan 4 : 1.
Bila keadaan membaik, kejang sudah berkurang
pemberian makanan dapat diberikan melalui sonde
dan selanjutnya sejalan dengan perbaikan bayi dapat
diubah memakai dot secara bertahap.
7. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Kedua orang tua pasien yang bayinya menderita tetanus
peru diberi penjelasan bahwa bayinya menderita sakit
berat, maka memerlukan tindakan dan pengobatan
khusus, kerberhasilan pengobatan ini tergantung dari daya
tahan tubuh si bayi dan ada tidaknya obat yang diperlukan
hal ini mengingat untuk tetanus neonatorum memerlukan
alat/bat yang biasanya di RS tidak selalu tersedia dan
harganya cukup mahal (. Selain itu yang perlu dijelaskan
ialah jika ibu kelak hamil lagi agar meminta suntikan
pencegahan tetanus di puskesmas, atau bidan, dan minta
pertolongan persalinan pada dokter, bidan atau dukun
terlatih yang telah ikut penataran Depkes. Kemudian perlu
diberitahukan pula cara perawatan tali pusat yang baik.
EVALUASI :
Klinis 0 1 2

Detak jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit

Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat

Refleks saat jalan Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin


nafas dibersihkan

Tonus otot Lunglai Fleksi ekstrimitas Fleksi kuat gerak


(lemah) aktif

Warna kulit Biru pucat Tubuh merah Merah seluruh


ekstrimitas biru tubuh

Anda mungkin juga menyukai