Anda di halaman 1dari 16

AP

U
A N
N G
A
B IR )
IM CA C
ET U
S (K
KE

TIM D-1 (D-SATU)


KELOMPOK :
D-1 (D-SATU)
D-14 (D-EMPAT BELAS)
ANGGOTA KELOMPOK

D-1 (D-SATU) D-14 (D-EMPAT


BELAS)

KAMLA SABILA NASUTION BAGUS WAHYU SAPUTRA


190405043 01 03 190405047

NAUFAL BAIHAQI ADI MULYANTA SEMBIRING


190405045 02 04 190405112

05 JULIO A C SIREGAR
190405178
OUTLINE
PEMBAHASAN

TEORI KUC

HUKUM TENTANG
KUC
PRINSIP KUC

PROSEDUR & ALAT


BAHAN

RANGKAIAN ALAT
TEORI KESETIMBANGAN UAP CAIR (KUC)

Apabila suatu campuran zat cair berada dalam kesetimbangan dengan campuran uap
pada temperatur dan tekanan yang sama, maka dapat dikatakan bahwa sistem
campuran zat cair tersebut berada pada Kesetimbangan Uap Cair (KUC). Suatu
sistem dikatakan setimbang secara thermodinamika jika sistem tersebut tidak
mengalami kecenderungan ke arah perubahan pada skala makroskopis
(Dwimasputra, 2017).
TEORI KESETIMBANGAN UAP CAIR (KUC)

Kesetimbangan termodinamika merupakan terdistribusinya komponen-


komponen dalam semua fase pada suhu, tekanan dan fugasitas tertentu,
sehingga akan ada kesamaan tekanan, suhu dan fugasitas masing-masing
komponen dalam semua fase yang berada dalam keseimbangan. Jika fase
uap dan cairan berada dalam keseimbangan maka:
Fugasitas komponen i dalam keadaan uap :

Fugasitas komponen i dalam keadaan cair :


TEORI KESETIMBANGAN UAP CAIR (KUC)
Dalam suatu kesetimbangan sistem biner, digambarkan distribusi suatu komponen diantara fasa
uap dan fasa cair sehingga diperlukan persamaan yang menghubungkan fraksi mol fasa cair “x”
dan fraksi mol fasa uap “y”. Dari hal tersebut koefisien-koefisien aktifitas ditulis:

Rasmito dan Wulandari

Bubble point adalah suhu dimana suatu campuran mulai menguap atau pertama kali terbentuk
sebuah gelembung uap di permukaan cairan. Hal ini menunjukkan ada fraksi mol di fase uap
sama dengan satu, ∑ Yi = ∑( Ki. Xi ) = 1,00. Campuran pada kondisi ini adalah cair jenuh.
Sedangkan dew point adalah suhu dimana suatu campuran pertama kali mengembun atau
pertama kali terbentuk sebuah droplet/butiran cairan. Hal ini menunjukkan ada fraksi mol di fase
cair sama dengan satu, ∑ Xi = ∑ ( Yi/Ki ) = 1,00. Campuran pada kondisi ini adalah uap jenuh.
Dalam industri hidrokarbon, bubble point diketahui sebagai tekanan pada saat gas mulai muncul
dari minyak, sedangkan dew point adalah tekanan pada saat cairan mulai berkondensasi dari gas
alam (Hosein dkk, 2014)
HUKUM KESETIMBANGAN UAP CAIR (KUC
Hukum Dalton Hukum Dalton menyatakan bahwa tekanan total suatu campuran gas merupakan jumlah
dari tekanan-tekanan parsial dari semua komponen-komponennya. Tekanan parsial
suatu komponen sebanding dengan banyaknya mol komponen tersebut. Dituliskan :

Hukum Henry

Hukum Henry menyatakan bahwa tekanan parsial suatu komponen (A) di atas
larutan sebanding dengan fraksi mol komponen tersebut dalam larutan. Penyataan
ini dapat dituliskan:

Hukum Raolt Hukum Raoult juga memberikan hubungan antar tekanan parsial suatu zat di atas
larutan dengan fraksi molnya. Hukum Raoult dapat didefinisikan untuk fase uap-cair
dalam kesetimbangan. Hukum Raoult berlaku untuk larutan ideal yang memiliki sifat
kimia yang mirip. Untuk larutan encer hukum Raoult berlaku bagi pelarutnya.
PRINSIP KESETIMBANGAN UAP CAIR (KUC)
Kesetimbangan fasa layaknya seperti kesetimbangan uap cair, berhubungan dengan suatu
sistem pada saat mana fasa cair berada dalam kesetimbangan dengan fasa uapnya. Sehingga
terdapat 2 titik yang berhubungan dengan dua keadaan fasa ini yaitu, bubble point dan dew
point.
Dalam kesetimbangan uap-cair, dalam suatu sistem campuran terdapat interaksi molekular
antarkomponen di dalamnya. Interaksi antarkomponen tersebut ditransformasikan ke dalam
model matematis dalam bentuk parameter interaksi biner yang berupa nilai tertentu (Hartanto
dan Triwibowo, 2014)

Uap yang berasal dari fase liquida yang menunjukan kecenderungan untuk berubah menjadi uap. Fase uap juga
memiliki kecenderungan menjadi fase liquida dengan cara kondensasi. Kecenderungan untuk berubah dapat
diukur dengan kuantitas f yang disebut fugasitas. Pada keadaan setimbang properti-properti yang teramati tidak
berubah terhadap waktu, sehingga properti-properti intensif atau potensial termodinamikanya (suhu, tekanan,
potensial kimia) sama dalam suatu sistem. Keseragaman tersebut berpengaruh pada tidak adanya transfer
panas, transfer massa, dan kerja dari dalam maupun ke luar sistem.
Dituliskan : fugasitas komponen fasa cair = fugasitas komponen fasa uap (Dwimasputra,2017).
PROSEDUR PERCOBAAN I KESETIMBANGAN UAP CAIR
(KUC)

1. Asam asetat sebanyak ..... ml dicampurkan dengan aquadest ….. ml.


2. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam labu distilasi.
3. Densitas larutan biner ditentukan dengan menggunakan piknometer.
4. Larutan dari labu distilasi dipipet sebanyak 5 ml dan dipindahkan ke
erlenmeyer.
5. Phenolphthalein diteteskan dan kemudian dititer dengan KOH/NaOH …..
N. Volume KOH/NaOH yang digunakan dicatat.
6. Kemudian campuran dalam labu distilasi dipanaskan perlahan-lahan,
hingga tetes pertama distilat keluar, suhu dicatat.
7. Distilat ditampung dalam erlenmeyer hingga mencapai kenaikan suhu …..
oC dari keadaan semula.
8. Volume dan densitas distilat diukur.
9. Distilat diambil sebanyak 5 ml ditambahkan phenolphthalein 3 tetes dan
dititer dengan KOH/NaOH ….. N.
10. Selanjutnya distilat yang baru, ditampung dalam labu erlenmeyer yang
lain dan lakukan hal yang sama dengan prosedur (5) dan (6), sehingga
tercapai suhu konstan.
PROSEDUR PERCOBAAN II KESETIMBANGAN UAP CAIR
(KUC)
A. TITRASI BLANKO

1. Ambil 5 ml Aquadest (yang akan digunakan untuk distilasi) masukkan ke


dalam erlenmeyer.
2. Tambahkan phenolphthalein sebanyak 2-3 tetes.
3. Titrasi dengan KOH/NaOH ….. N (yang akan digunakan untuk distilasi)
hingga berwarna merah rosa.

B. DISTILASI

1. Asam asetat sebanyak ..... ml dicampurkan dengan aquadest ….. ml.


2. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam labu distilasi.
3. Hitung densitas larutan biner.
4. Larutan dari labu distilasi dipipet sebanyak 5 ml dan dipindahkan ke
erlenmeyer.
5. Phenolphthalein diteteskan dan kemudian dititer dengan KOH/NaOH …..
N. Volume KOH/NaOH yang digunakan dicatat.
PROSEDUR PERCOBAAN II KESETIMBANGAN UAP CAIR
(KUC)

B. DISTILASI (LANJUTAN)

6. Kemudian campuran dalam labu distilasi dipanaskan perlahan-lahan (catat


suhu ketika gelembung pertama terlihat), hingga tetes pertama distilat keluar,
suhu dicatat.
7. Distilat ditampung dalam erlenmeyer hingga didapat volume distilat
sebanyak 10 ml, suhu dicatat.
8. Densitas distilat diukur.
9. Distilat diambil sebanyak 5 ml ditambahkan phenolphthalein 3 tetes dan
dititer dengan KOH/NaOH ….. N. Volume KOH/NaOH yang digunakan
dicatat.
10.Selanjutnya lakukan untuk variasi konsentrasi asam asetat yang berbeda.
ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN BESERTA FUNGSINYA
1. Bunsen
Fungsi: sebagai sumber pemanasan.
2. Buret Alat
Fungsi: wadah untuk zat pentiter.
3. Corong gelas
Fungsi: memudahkan dalam penuangan larutan.
Percobaa
4. Erlenmeyer
Fungsi: wadah untuk membuat larutan. n
5. Gelas ukur
Fungsi: mengukur volume larutan.
6. Klem dan statif
Fungsi: merangkai buret untuk proses pentitrasian.
7. Labu distilasi
Fungsi: wadah untuk distilasi.
8. Pendingin Leibig
Fungsi: mendinginkan distilat menjadi fase cair.
9. Piknometer
Fungsi: mengukur densitas larutan.
10. Termometer
Fungsi: mengukur suhu larutan ketika dipanaskan.
ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN BESERTA FUNGSINYA

1. NaOH/KOH
Fungsi : sebagai titran/titer (zat penitrasi) Bahan
dalam proses titrasi.
2. Aquades Percobaa
Fungsi : sebagai pelarut untuk membuat
larutan asam asetat atau larutan kalium n
hidroksida.
3. CH3COOH
Fungsi : sebagai titrat/analit (zat yang dititrasi)
dalam proses titrasi.
4. Indikator phenolphthalein
Fungsi: sebagai indikator penentuan dalam
proses titrasi, dimana apabila telah berubah
warna sedikit saja artinya larutan titrat telah
bersifat basa.
Gambar Rangkaian Alat Percobaan
Penjelasan Rangkaian Alat Percobaan
Slide sebelumnya adalah gambar rangkaian alat percobaan (proses
distilasi). Mula-mula larutan asam asetat dimasukkan ke dalam labu
distilasi. Dimana labu distilasi ini telah dijepit dengan klem pada suatu
statif dan diletakkan di atas suatu penyangga kaki tiga yang dilengkapi
pemanas bunsen. Pipa kecil pada labu distilasi kemudian dihubungkan
dengan kondensor yang dilengkapi dengan pipa alir fluida pendingin
masuk dan pipa alir fluida pendingin keluar. Fluida pendingin inilah
yang berfungsi membuang panas dari uap distilasi agar uap tersebut
terkondensasi kembali menjadi cairan. Munculnya tetes pertama
cairan hasil distilasi (distilat) ini ditempuh setelah labu distilasi
dipanaskan. Distilat yang terbentuk kemudian ditampung dalam suatu
labu penampung. Volume distilat yang ditampung adalah 10 ml yang
diukur suhunya. distilat ini kemudian digunakan sebagai analit/titrat
yang telah ditambahkan indikator phenolphthalein untuk dititrasi
dengan larutan titran NaOH atau KOH.
Demikianlah hasil presentasi kami mengenai
modul Kesetimbangan Uap Cair (KUC).
Terima kasih.

Yo k
TIM

an
POSITIONING

D- By
1( :

Th

u
1 & Kelo
ADAPTABILITY

D- mpo
14
) k D-

Anda mungkin juga menyukai