Anda di halaman 1dari 17

PAJAK HIBURAN DAN

PAJAK REKLAME

1. AHMAD AINUL YAQIN


2. ENDANG APRIANI
3. M. ILHAM A.
PAJAK HIBURAN
SEJARAH dan Dasar Hukum yang Pernah Berlaku

Pajak Tontonan merupakan hal ikhwal dari pajak hiburan, aslinya dalam bahasa
Belanda bernama Verma kelijheidsblasting, yang artinya pajak atas pemberian
hiburan dan kesenangan
Dasar hukum terpenting ialah Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah; Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997; dan
terakhir diberlakukan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.
Objek pajak
• Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 objek • Bila dibandingkan dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta, maka Perda
pajak hiburan. Adapun yang dimaksud dalam pengertian ini lebih terinci dalam menentukan objek pajaknya, sebagaimana
hiburan adalah semua jenis pertunjukan berupa: tergambar berikut ini:
• Pertunjukan film;
• Tontonan film;
• Pertunjukan kesenian;
• Pagelaran kesenian, musik, tari, dan / atau busana;
• Pertunjukan pagelaran musik dan tari;
• kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya; • Penyelenggaraan diskotek, musik hidup, karaoke, klab malam, ruang
• Pameran; musik (music room), balai gita (singing hall), pub, ruang selera musik
(music lounge), klub eksekutif (excutive clab) dan sejenisnya;
• Diskotek, karaoke, klab malam, dan sejenisnya, • Permainan biliar dan sejenisnya;
• Sirkus, akrobat, dan sulap; • Permainan ketangkasan, termasuk mesin keping dan sejenisnya;
• Permainan bilyar, golf, dan boling; • Panti pijat, mandi uap;
• • Pertandingan olahraga;
Pacuan kuda, kendaraan balap, dan permainan ketangkasan;
• Peyelenggaraan tempat-tempat wisata, taman rekreasi, seluncur (ice
• Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran skate), kolam pemancingan, pasar malam, sirkus, komedi putar (yang
(fitness center); dan digerakan dengan peralatan elektronik), kereta pesiar, dan sejenisnya;
• Pertandingan olahraga. • Pertunjukan dan keramaian umum lainnya
Subjek Pajak

Subjek pajak hiburan adalah setiap pribadi atau badan yang menonton dan / atau
menikmati hiburan, sedangkan wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang
menyelenggarakan hiburan (Pasal 43, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
Tarif dan Dasar Perhitungan Pajak Hiburan

 Tarif Pajak Hiburan ditetapkan 35% (tiga puluh lima persen).


Walalupun ditetapkan setinggi-naik 35%, namun berlaku ketentuan khusus pada
objek tertentu sebagaimana di bawah ini:
Hiburan yang meliputi pagelaran busana, kontes kecantikan, karaoke diskotik, klab
malam, permainan ketangkasan, panti pijat, dan mandi uap / spa, tarif Pajak
Hiburan dapat ditentukan paling tinggi sebesar 75% (tujuh puluh lima persen).
Hiburan kesenian rakyat / tradisional menetapkan tarif Pajak Hibura ditetapkan
paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).
Tarif Pajak Hiburan dapat ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Pajak Hiburan Di jakarta
Karena memberikan otonomi sebatas pada pembagian provinsi saja, maka Jakarta
hanya memiliki satu kas daerah yang ditentukan pada provinsi saja. Ini berbeda
dengan provinsi lain yang masing-masing tingkat pemerintahan daerah dan
kecamatan serta kabupaten yang memiliki kas daerah terpisah dan terpisah di mana
masing-masing masing-masing pemerintahannya dapat mengolah serta
mengalokasikan dana daerahnya (sesuai dengan ketentuan Otonomi sesuai untuk
provinsi, daerah kota dan kabupaten ).
Pajak Reklame
Sejarah dan Dasar Hukum

Pajak atas Reklame sudah ada sejak Tahun 1937. Pada waktu itu Pajak Reklame
hanya berlaku untuk wilayah Batavia (Jakarta) saja, dengan nama Bataviasche
Reclameverordening

Hukum Dasar Pajak Reklame dapat diurut sebagai berikut: 1. Undang-Undang


Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah 2 Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah 3. Undang-Undang
Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
Penjelasan Umum
• Beberapa pengertian yang diperlukan untuk pembahasan agar lebih mudah
bahasan berikutnya adalah sebagai berikut:
• Reklame
• Izin
• Nilai
• Surat meminta penyelenggaraan reklame (SPPR).
• Surat Izin Bekerja Perencana (SIBP)
• Surat Kuasa untuk Menyetor (SKUM)
Jenis (Klasifikasi) Reklame

Jenis-jenis reklame itu adalah sebagai berikut:


• Reklame papan / billboard / videotron / megatron dan sejenisnva:
• Reklame kain;
• Reklame melekat, stiker;
• Reklame selebaran;
• Reklame Berjalan, termasuk pada kendaraan;
• Reklame udara;
• Reklame apung;
• Reklame suara;
• Reklame film / slide;
• Reklame Peragaan
Cara Memperoleh Izin

• Di jakarta, permohonan izin penyelenggaraan reklame kepada pejabat yang


berwenang harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk Dinas Pendapatan Daerah:
2. Untuk suku dinas pendapatan daerah :
3. untuk seksi pendapatan daerah kecamatan :
Objek,Subjek,dan Wajib pajak

• Objek pjak reklame ialah semua penyelenggaraan reklame.


• Subjek pakjak reklame ialahg penyelenggara pjak reklame menurut jenisnya
subjek pajak reklame merupakan orang pribadi atau badan yang
menyelenggarakan atau memesan reklame.
• Wajib pajak reklame ialah orang pribadi atataub badan yang menyelenggaraakan
reklame
Pengecual;ian Objek

Dikecualikan dari objek pajak reklame ial;ah


• 1.Penyelenggaraan reklame melalui
internet,televisi,radio,wartaharian,wartaminguan,wartabulanan,dan sejenisnya
• 2.Label/merk produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan,yang berfungsi
untuk membedakan dari produk sejenis lainnya
• 3. Nama pengenal usaha atau prop[esi yang dipasang mel;ekat pada bangunan tempat
usaha atau proppesi diselenggaraan sesuia dengan ketentuan yang mengatur nama
pengenal usaha atau profesi tersebut.
• 4. Reklame yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah
• Daerah dapat menambahkan dalam aturan-aturan yang serjalan dengan undang-
undang.
Tarif pajak dan dasar pengenaan pajak

• Dasar pengenaan pajak adalah nilai sewa reklame.dihitug berdasarkan:


• Besarnya biaya pemasangan reklame
• Besarnya biaya pemelihgaraan reklame
• Lama pemasangan reklame
• Nilai strategis lokasi
• Jenis reklame
Masa pajak, saat terutang, surat pemberitahuan pajak

Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (bulan) atau ditetapkan oleh
gubernur kepada daerah. Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat
penyelenggaraan reklame atau diterapkan setiap wajib pajak wajib mengisi dan
menyampaikan SPPR atau SPTPD kepada gubernur kepala daerah. SPPR atau
SPTPD harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditanda tangani oleh wajib
pajak atau kuasanya.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai