Anda di halaman 1dari 27

AKUNTANSI By : Kelompok 9

MANAJEMEN
LINGKUNGAN
Akuntansi Manajemen

Dosen Pengampu :
Wan Fachruddin
A. ENVIRONMENTAL COST OF
QUALITY
1. Akuntansi Lingkungan (Environment Accounting / EA) 2. Konsep Ekoefisensi
Akuntansi Lingkungan (Environment Accounting) adalah biaya- Konsep ini mengandung tiga hal penting. Pertama, perbaikan
biaya lingkungan yang dimasukkannya ke dalam praktik kinerja ekologi dan ekonomi dapat dan sudah seharusnya saling
akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah. Sedangkan, melengkapi. Kedua, perbaikan kinerja lingkungan seharusnya
menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat atau tidak lagi dipandang hanya sebagai amal dan derma, tetapi juga
United States Environment Protection Agency (US EPA), sebagai persaingan (competitiveness). Ketiga, ekoefisiensi
akuntansi lingkungan merupakan fungsi yang menggambarkan adalah suatu pelengkap dan pendukung pengembangan yang
biaya-biaya lingkungan yang harus diperhatikan oleh pemangku berkesinambungan (sustainable development). Pengembangan
kepentingan perusahaan di dalam pengidentifikasian cara-cara yang berkesinambungan didefinisikan sebagai pengembangan
yang dapat mengurangi atau menghindari biaya-biaya pada yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa mengurangi
waktu yang bersamaan dengan usaha memperbaiki kualitas kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan
mereka sendiri.
lingkungan.
3. Biaya Lingkungan Perusahaan
Biaya lingkungan adalah biaya yang ditimbulkan akibat
adanya kualitas lingkungan yang rendah, sebagai akibat dari a) Lingkungan alam → polusi udara dan air, kerusakan alam,

proses produksi yang dilakukan perusahaan. Biaya biaya kerusakan alam.

lingkungan juga diartikan sebagai dampak, baik moneter atau b) Lingkungan Ekonomi → agraris subsistens, agraris

non-moneter yang terjadi oleh hasil aktifitas perusahaan yang komersial, perdagangan dan industry, biaya krisis ekonomi

berpengaruh pada kualitas lingkungan. Biaya lingkungan juga (buruh mogok, dsb).

merupakan pengorbanan untuk menjaga kelestarian c) Lingkungan Sosial → pranata sosial, lembaga sosial, biaya

perusahaan. Yang dimaksud lingkungan perusahaan adalah krisis sosial (protes masyarakat).

objek di luar perusahaan yang terdiri dari: d) Lingkungan politik → pajak dan pungutan lainnya,
kebijakan fiskal dan moneter, ideology, biaya kebijakan
politik (BBM, Pajak, dan sebagainya).
e) Lingkungan budaya → adat-istiadat, kepercayaan, biaya
kerusakan budaya (dekadensi moral).
4. Model Biaya Kualitas Lingkungan
Dalam model kualitas lingkungan total, keadaan yang ideal adalah tidak ada kerusakan lingkungan. Kerusakan didefenisikan sebagai
degradasi langsung dari lingkungan, seperti emisi residu benda padat, cair, atau gas ke dalam lingkungan (misalnya: pencemaran air dan
polusi udara), atau degradasi tidak langsung seperti penggunaan bahan baku dan energi yang tidak perlu.

Biaya lingkungan dapat diklasifikasikan dalam empat kategori:

a). Biaya Pencegahan Lingkungan (environmental prevention b). Biaya Deteksi Lingkungan (environmental detection costs), adalah
costs), adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk menentukan bahwa
mencegah diproduksinya limbah dan/atau sampah yang dapat produk, proses, dan aktivitas lain di perusahaan telah memenuhi standar
merusak lingkungan. Contoh : Evaluasi dan pemilihan pemasok, lingkungan yang berlaku atau tidak. Contoh : Audit aktivitas lingkungan,
evaluasi dan pemilihan alat untuk mengendalikan polusi, desain pemeriksaan produk dan proses, pengembangan ukuran kinerja
proses dan produk untuk mengurangi dan menghapus limbah, lingkungan, pelaksanaan pengujian pencemaran, verifikasi kinerja
melatih pegawai, mempelajari dampak lingkungan, audit risiko lingkungan dari pemasok, serta pengukuran tingkat pencemaran.
lingkungan, daur ulang produk.
c). Biaya Kegagalan Internal Lingkungan (environmental d). Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan (environmental
internal failure costs), adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang external failure), adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang
dilakukan karena diproduksinya limbah dan sampah, tetapi tidak dilakukan serta melepas limbah atau sampah ke dalam
dibuang ke lingkungan luar. Contoh : Pengoperasian peralatan lingkungan. Biaya ini terbagi menjadi dua yaitu Biaya
untuk mengurangi atau menghilangkan polusi, pengolahan dan Kegagalan Eksternal yang direalisasi (realized external failure
pembuangan limbah beracun, pemeliharaan peralatan polusi, costs) adalah biaya yang dialami dan dibayar oleh perusahaan.
lisensi fasilitas untuk memproduksi limbah, serta daur ulang Biaya Kegagalan Eksternal yang tidak direalisasikan (unrealized
sisa bahan. external failure costs) atau biaya sosial disebabkan oleh
perusahaan, tetapi dialami dan dibayar oleh pihak-pihak di luar
perusahaan
5. Klasifikasi Biaya Lingkungan
a. Biaya lingkungan Private vs Sosial. b. Biaya Lingkungan Terlihat (Visible ) vs Tersembunyi
Satu perbedaan penting antara biaya privat dan sosial (atau (Hidden).
biaya publik). Biaya lingkungan private yang ditanggung Biaya lingkungan sosial dan private dapat terlihat atau
oleh perusahaan atau individu. Contohnya biaya yang tersembunyi. Biaya lingkungan sosial terlihat (Visible)
dikeluarkan oleh perusahaan untuk mematuhi peraturan EPA adalah yang dikenal dan diidentifikasi dengan jelas terkait
atau untuk membersihkan danau yang tercemar. dengan isu-isu lingkungan, seperti biaya pembayar pajak dari
Biaya lingkungan sosial yang ditanggung oleh masyarakat staf EPA atau membersihkan danau yang tercemar.
luas. Contoh ini meliputi biaya-biaya yang ditanggung oleh Biaya lingkungan sosial tersembunyi (hidden) termasuk yang
pembayar pajak kepada staf EPA, biaya ditanggung oleh disebabkan oleh isu-isu lingkungan tetapi belum begitu
pembayar pajak untuk membersihkan sebuah danau atau diidentifikasi, seperti biaya yang ditanggung oleh individu,
sungai tercemar, biaya ditanggung oleh individu, perusahaan perusahaan asuransi, atau Medicare karena kanker yang
asuransi dan Medicare karena masalah kesehatan yang disebabkan oleh polusi, tetapi tidak diidentifikasi dengan
disebabkan oleh polutan, dan kualitas hidup unquantifiable, jelas seperti itu.
kita menanggung semua biaya dari lingkungan yang rusak.
6. Mengelola Biaya Lingkungan a) Memonitor biaya (Monitoring costs). Memonitor biaya
Mari kita memfokuskan perhatian kita sekarang pada manajemen biaya proses produksi untuk menentukan polusi yang
lingkungan, atau pengukuran dan pengendalian atau pengurangan biaya dihasilkan (misalnya, biaya pengujian untuk kontaminan
lingkungan private. air limbah).
Biaya Lingkungan Private Terlihat (Visible ) vs Tersembunyi (Hidden). b) Pengurangan biaya (Abatement costs). Biaya yang
Sekali lagi, kita perlu membedakan antara biaya terlihat (visible) dan dikeluarkan untuk mengurangi atau menghilangkan
tersembunyi (hidden). Biaya lingkungan private terlihat (visible) adalah polusi (misalnya, mengubah desain produk untuk
yang terukur dan telah diidentifikasi dengan jelas isu-isu lingkungan menggunakan bahan yang lebih mahal yang tidak
terkait. Biaya lingkungan private tersembunyi (hidden) adalah yang menghasilkan pencemaran lingkungan).
disebabkan oleh isu-isu lingkungan tetapi belum begitu diidentifikasi c) Perbaikan biaya (Remediation costs) (yaitu,
oleh sistem akuntansi. diklasifikasikan lebih lanjut sebagai berikut: pembersihan biaya). Pemulihan di lokasi (On-site
remediation). Biaya untuk mengurangi atau mencegah
keluarnya polutan yang telah dihasilkan dalam proses
produksi ke lingkungan
7. Strategi Biaya Lingkungan

a) Strategi Akhir dari pipa (End of pipe strategy). Dalam pendekatan ini, perusahaan menghasilkan limbah atau polutan, dan

kemudian membersihkannya sebelum dibuang ke lingkungan. Scrubber cerobong asap, pengolahan air limbah, dan filter karbon

udara adalah contoh-contoh strategi akhir pipa.

b) Strategi Proses perbaikan (Process improvement strategy). Dalam pendekatan ini, perusahaan memodifikasi produk dan

proses produksi untuk menghasilkan polutan sedikit atau tidak ada, atau mencari cara untuk mendaur ulang limbah internal.

c) Strategi pencegahan (Prevention strategy). "Strategi utama untuk memaksimalkan nilai dari kegiatan pencemaran yang

berhubungan dengan melibatkan ... tidak menghasilkan polutan apapun di tempat pertama. Dengan strategi ini, perusahaan

menghindari semua masalah dengan pihak berwenang dan dalam banyak kasus, menghasilkan perbaikan laba yang signifikan.
8. Environmental Management Accounting (EMA)
Guna menanggulangi masalah pengelolaan lingkungan, kini telah mulai dikembangkan Environmental Management Accounting (EMA)
sebagai perangkat untuk membantu usaha para manajer dalam meningkatkan performa finansial sekaligus kinerja lingkungannya. Secara
sistematis, EMA mengintegrasikan aspek lingkungan dari perusahaan ke dalam akuntasi manajemen dan proses pengambilan keputusan.
Selanjutnya EMA membantu pelaku bisnis/manager untuk mengumpulkan, menganalisa dan menghubungkan antara aspek lingkungan
dengan informasi moneter maupun fisik.

Definisi Environmental Management Accounting (EMA) menurut The International Federation


of Accountants adalah manajemen lingkungan dan performansi ekonomi melalui pengembangan
dan implementasi sistem akuntansi yang berhubungan dengan lingkungan dan prakteknya secara
tepat. Hal ini dapat mencakup pelaporan dan audit pada beberapa perusahaan, secara umum EMA
meliputi LCC, full cost accounting, benefit assessment, dan perencanaan strategis untuk
manajemen lingkungan.
Physical Environmental Management Accounting (PEMA) 2). Panjang dari time frame yaitu jangka pendek dan
menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan manajemen jangka panjang dan EMA juga membahas isu jangka
yang berfokus pada dampak perusahaan terhadap lingkungan alam pendek dan jangka panjang. Panjangnya waktu berkaitan
yang dinyatakan dalam satuan fisik seperti kilogram.Ada tiga dimensi dengan panjangnya horison perencanaan. Jika horison
dari EMA yaitu: perencanaan panjang, digunakan PEMA atau MEMA

1) Time frame yaitu waktu lampau, sekarang dan jangka panjang yang biasanya melibatkan investasi.

waktu yang akan datang. EMA berorientasi pada 3). Rutinitas dari informasi yaitu informasi rutin dan ad
waktu lampau dan waktu yang akan datang untuk hoc. Dari pandangan pengambilan keputusan manajemen
PEMA dan MEMA. Tabel 1.3 membedakan antara secara internal, waktu lampau dan waktu yang akan
MEMA dan PEMA yang tersedia bagi manajemen datang dapat dibedakan menjadi informasi yang
untuk membahas isu lingkungan dengan fokus didapatkan secara rutin maupun secara ad hoc.
pada pengukuran transaksi masa lampau,
transformasi atau bahkan prediksi hasil transaksi
yang akan dilakukan.
Beberapa keuntungan yang dapat dicapai oleh usaha/kegiatan yang menerapkan EMA
antara lain :

a. EMA dapat menghemat pengeluaran usaha. Dampak dari isu-isu lingkungan dalam biaya produksi seringkali
tidak diperkirakan sebelumnya. Hal ini digambarkan sebagai gunung es (ice-berg) yang bisa menenggelamkan
laju kapal. EMA dapat membantu untuk mengidentifikasi dan menganalisa biaya tersembunyi (hidden cost),
misalnya biaya minimisasi limbah yang hanya memasukkan biaya insenerasi dan pembuangan limbah, namun
juga memasukkan biaya material, opearsional, buruh dan administrasi.

b. EMA dapat membantu pengambilan keputusan. Keputusan yang menguntungkan harus didasarkan pada
berbagai informasi penting. EMA membantu pengambil keputusan dengan informasi penting tentang biaya
tambahan yang disebabkan oleh isu-isu lingkungan. EMA membuka kembali biaya produk dan proses spesifik
yang seringkali tersembunyi dalam bagian overhead cost usaha/kegiatan.
c. EMA meningkatkan performa ekonomi dan lingkungan usaha. d. EMA akan mampu memuaskan semua pihak terkait.
Ada banyak cara positif untuk meningkatkan performa Penerapan EMA pada usaha/kegiatan secara simultan dapat
usaha/kegiatan atau organisasi, seperti investasi teknologi bersih, meningkatkan performa ekonomi dan kinerja lingkungan.
kampanye minimalisasi limbah, pengenalan sistem pengendalian Oleh karena itu akan berimplikasi pada kepuasan
pencemaran udara, dll. Dari sekian banyak cara tersebut, mana yang pelanggan dan investor, hubungan baik antara Pemerintah
menguntungkan? Guna mengidentifikasi perangkat-perangkat Daerah dan masyarakat sekitar, serta memenuhi ketentuan
tersebut dalam meningkatkan pembagian tingkat keuntungan regulasi. Usaha/kegiatan berpeluang untuk memenuhi
usaha/kegiatan dengan menurunkan dampak lingkungan dari produk keuntungan usaha, mengurangi resiko dari berbagai
dan proses produksi, EMA memberikan solusi saling pelanggaran hukum dan meningkatkan hubungan baik
menguntungkan (win-win situations). Usaha/kegiatan diharapkan secara menyeluruh dengan stakeholders laiinya.
akan mempunyai performa lebih baik baik pada sisi ekonomi
maupun sisi lingkungan.
e. EMA memberikan keunggulan usaha/kegiatan. EMA meningkatkan keseluruhan berbagai metoda dan
perangkat yang membantu usaha/kegiatan dalam meningkatkan laba usaha dan pengambilan keputusan.
Sangat mudah dalam penerapannya baik pada usaha menengah keatas maupun usaha kecil. EMA
membantu salah satu pengambilan keputusan penting seperti investasi baru dalam fungsi pengelolaan
usaha seperti akuntasi biaya. Hal ini sangat memungkinkan diaplikasikan pada semua jenis sector
industri dan kegiatan.

Para pengambil keputusan di perusahaan dapat menggunakan informasi dan data yang diperoleh dari
EMA sehingga dapat mengambil keputusan dengan lebih baik, dengan mempertimbangkan
perhitungan fisik (dari material dan energi) dan juga kinerja finansial. Jika perusahaan berupaya untuk
meminimalkan biaya berbarengan dengan meningkatkan kinerja lingkungan (misalnya mengurangi
limbah), EMA dapat memberikan informasi penting yang berkaitan dengan kedua hal tersebut.
B. PELAPORAN BIAYA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN
1) Pengukuran Biaya Lingkungan
Biaya lingkungan harus dikelola dengan efektif dan efisien agar: 1) produk harus lebih berdaya guna, dan 2) perusahaan dalam
melakukan pengurangan biaya dengan cara: a) mengurangi dampak negatif lingkungan, b) mengkonsumsi sumber daya alam secara
efektif. Biaya lingkungan perlu dilaporkan secara terpisah berdasarkan klasifikasi biayanya. Hal ini dilakukan supaya laporan biaya
lingkungan dapat dijadikan informasi yang informatif untuk mengevaluasi kinerja operasional perusahaan terutama yang berdampak
pada lingkungan.
Pelaporan biaya lingkungan adalah penting jika sebuah organisasi serius memperbaiki kinerja lingkungannnya dan mengendalikan
biaya lingkungannya. Langkah pertama yang baik adalah laporan yang memberikan perincian biaya lingkungan menurut kategori.

Biaya lingkungan dapat dikelompokkan ke dalam biaya gagal eksternal dalam dimensi biaya mutu yang besarnya dapat dihitung dari
total biaya produksi. Makin tinggi biaya lingkungan, makin tinggi beban biaya perusahaan dan menurunkan laba, atau mungkin dapat
mengakibatkan kerugian. Perhitungan biaya lingkungan disajikan dalam tabel 2.1
Tabel 2.1
Laporan Biaya Lingkungan
Biaya Produksi Rp. 20.000, diproduksi 1.000 unit
Jenis Biaya Rp %
Biaya Pencegahan :    
-          Pelatihan 60  
-          Desain produk 180  
-          Pemilihan peralatan 40 1,4
280

Biaya Pemeriksaan :    
-          Pemeriksaan proses 240  
-          Pemeriksaan bahan 80 1,6
320

Biaya gagal internal :    


-          Biaya produk rusak atau cacat 400  
-          Biaya pemeliharaan peralatan 200 3
600

Biaya gagal eksternal :    


-          Biaya lingkungan alam (polusi udara, air) 200  
-          Biaya lingkungan ekonomi ( kerugian valas) 200  
-          Biaya lingkungan social (huru-hara, pemogokan) 200  
-          Biaya lingkungan politik (pungutan liar) 200  
-          Biaya lingkungan budaya (narkoba) 200  
-          Biaya kebersihan 200  
-          Biaya penataan lahan 200  
-          Biaya klaim kerusakan 400 9
1.800

Total 3.000 15
C. TRIPLE BOTTOM LINE
Dewasa ini konsep CSR semakin berkembang, dan dengan berkembangnya konsep CSR tersebut maka banyak teori yang muncul yang
diungkapkan mengenai CSR ini. Salah satu yang terkenal adalah teori triple bottom line dimana teori ini memberi pandangan bahwa jika
sebuah perusahaan ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka perusahaan tersebut harus memperhatikan “3P ”. Selain mengejar
keuntungan (profit), perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut
berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Yusuf wibisono, 2007).

1. Profit (Keuntungan) 2. People (Masyarakat Pemangku Kepentingan)


Profit atau keuntungan menjadi tujuan utama dan terpenting dalam setiap People atau masyarakat merupakan stakeholders yang sangat
kegiatan usaha. Tidak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam penting bagi perusahaan, karena dukungan masyarakat sangat
perusahaan adalah mengejar profit dan mendongkrak harga saham diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan
setinggi-tingginya. karena inilah bentuk tanggung jawab ekonomi yang perkembangan perusahaan. Maka dari itu perusahaan perlu
paling esensial terhadap pemegang saham. Aktivitas yang dapat ditempuh berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-
untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan produktivitas besarnya kepada masyarakat.
dan melakukan efiisensi biaya
3. Planet (Lingkungan)
Planet atau Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang dalam kehidupan manusia. Karena semua kegiatan
yang dilakukan oleh manusia sebagai makhluk hidup selalu berkaitan dengan lingkungan misalnya air yang diminum, udara yang
dihirup dan seluruh peralatan yang digunakan, semuanya berasal dari lingkungan. Namun sebagaian besar dari manusia masih
kurang peduli terhadap lingkungan sekitar. Hal ini disebabkan karena tidak ada keuntungan langsung yang bisa diambil
didalamnya.
Karena keuntungan merupakan inti dari dunia bisnis dan itu merupakan hal yang wajar. Maka, manusia sebagai pelaku industri
hanya mementingkan bagaimana menghasilkan uang sebanyak-banyaknya tanpa melakukan upaya apapun untuk melestarikan
lingkungan. Padahal dengan melestarikan lingkungan, manusia justru akan memperoleh keuntungan yang lebih, terutama dari sisi
kesehatan, kenyamanan, di samping ketersediaan sumber daya yang lebih terjamin kelangsungannya (Yusuf wibisono, 2007). 
PENGUNGKAPAN TRIPLE BOTTOM LINE

Dalam era globalisasi peursahaan tidak hanya mementingkan aspek Selanjutnya, konsep ini dikembangkan seperti penelitian Zu
ekonomi saja, tetapi harus memperhatikan aspek sosial dan (2009) dalam Sandra (2011) mengungkapkan tentang teori
ekonomi. Oleh karena itu, setiap perusahaan berusaha untuk triple bottom line dengan tiga aspek utama yaitu, ekonomis,
memenuhi kegiatan yang berkaitan dengan memperhatikan sosial dan lingkungan. Triple bottom line menangkap
kepentingan sosial dan lingkungan. Seperti penelitian Sandra spektrum yang lebih luas dari nilai-nilai dan kriteria untuk
(2011) menyatakan bahwa perusahaan yang berkelanjutan bukan mengukur kesuksesan organisasi yaitu ekonomi, lingkungan
hanya mengejar keuntungan financial, bukan hanya peningkatan dan sosial. Hal ini berarti memperluas kerangka kerja
nilai pemegang saham. Namun yang paling baik adalah dicapai pelaporan sederhana untuk memperhitungkan kinerja sosial
melalui kerangka kerja yang luas di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan disamping kinerja keuangan. Ini juga
lingkungan dan nilai-nilai etika serta tujuan bersama yang menangkap esensi pembangunan berkelanjutan
melibatkan interaksi antara perusahaan dan berbagai pemangku (sustainability development) dengan mengukur dampak
kepentingan. ketiga aspek tersebut dari kegiatan operasi perusahaan.
TRIPLE BOTTOM LINE: Lebih dari Sekadar Profit

Baru-baru ini, Burger King, Unilever, Nestle dan Kraft Foods memutuskan menghentikan pembelian minyak kelapa sawit yang
diproduksi oleh Grup Sinar Mas. Alasan mereka adalah dugaan adanya perusakan hutan tropis yang membahayakan kehidupan
satwa, mengurangi kemampuan penyerapan karbon dioksida yang merupakan salah satu penyebab utama perubahan iklim global
yang lebih dikenal dengan global warming.

Di luar negeri, Timberland, salah satu produsen pakaian dan sepatu outdoor juga didera hal yang sama (Harvard Business
Review, September 2010). Pagi hari 1 Juni 2009, Jeff Swartz, menerima e-mail dari 65 ribu aktivis dan pelanggan yang
marah. Mereka menuduh Timberland membeli materialnya dari hutan yang ditebang secara ilegal di Amazon. Parahnya,
awalnya Timberland tidak mengetahui apakah material yang mereka beli benar berasal dari Amazon atau tidak, yang
mengimplikasikan mungkin saja tuduhan tersebut benar.Bukan itu saja, di bulan Mei 2010, seluruh dunia gempar dengan
kasus bunuh diri di pabrik FoxConn, Cina. Delapan pegawainya mati karena bunuh diri dalam waktu lima bulan.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN
TRIPLE BOTTOM LINE

Faktor yang mempengaruhi pengungkapan triple bottom line dalam penelitian dapat dianalisa dari 3 sisi yaitu: karaktristik perusahaan,
struktur kepemilikan, dan good corporate governance. Dalam analisa mengenai pengaruh kerakteristik perusahaan terhadap
pengungkapan TBL diukur dengan beberapa variabel antara lain, leverage, profitabilitas, likuiditas, dan jenis industri. Dan pada masing-
masing variabel jenis pengukurannya juga berbeda-beda. Sehingga masing-masing variabel diharapakan bisa menjelaskan keterkaitan
antara karakteristik perusahaan dan pengungkapan TBL.
Pengungkapan TBL selanjutnya juga dipengaruhi oleh struktur kepemilikan perusahaan. Dan bagaimanapun juga struktur kepemilikan
perusahaan berhubungan langsung dengan aktivitas perusahaan, salah satunya adalah dalam pengungkapan TBL dilaporan tahunan
perusahaan. Karakteristik kepemilikan perusahaan dapat diukur dengan beberapa variabel yaitu, kepemilikan asing, kepemilikan
manajemen, dan kepemilikan institusional.
1. Leverage dan Pengungkapan Triple Bottom Line. 2. Profitabilitas dan Pengungkapan Triple Bottom Line.
Bahwa perusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai
beresiko memiliki biaya monitoring yang tinggi pula. perusahaan, sehingga perusahaan dapat bertahan selama-lamanya.
Sehingga manajemen secara konsisten mengungkapkan untuk Sehingga besar kecilnya suatu perusahaan itu dinilai dari profit
tujuan monitoring agar memastikan kepada kreditor yang dihasilkan. Sebagai bentuk pertanggung jawaban dari agen
kemampuan untuk membayar. Hal ini dilakukan untuk yang memegang kendali pada perusahaan maka perusahaan pasti
mengurangi biaya agensi. Jika perusahaan mempunyai tingkat melakukan pengungkapan ekonomi, sosial dan lingkungan serta
utang yang tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk pelaporannya. Hal ini sesuai dengan penelitian Belkaoui dan
melakukan kegiatan dalam rangka penungkapan triple bottom Karpik (1989) yang menyatakan bahwa profitabilitas mendukung
line menjadi sulit. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki keyakinan kepada perusahaan agar melakukan pengungkapan
tingkat leverage yang tinggi cenderung untuk menurunkan tanggungjawab sosial. Hubungan profitabilitas dalam kinerja
pelaporan pengungkapan triple bottom line. Faktor tingkat keuangan dengan tanggung jawab sosial saling berkaitan.
leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan
tanggungjawab sosial.
3. Likuiditas`dan Pengungkapan Triple Bottom Line. 4. Jenis Industri dan Pengungkapan Triple Bottom Line.
Likuiditas perusahaan adalah faktor utama penting bagi Perusahaan pada jenis industri yang sejenis mempengaruhi
pengungkapan yang dilakukan perusahaan, karena investor, penuh kebijakan pengungkapan informasi dan informasi yang
kreditor dan pemangku kepentingan lainnya sangat disampaikan cenderung serupa, baik isi dan
memperhatikan status going concern perusahaan. Sesuai konsep pengungkapannya. Jenis industri dikategorikan berdasarkan
agensi, manajer perusahaan sebagai agen berusaha untuk low profile dan high profile. Perusahaan dengan kategori high
memenuhi kepentingan para investor (prinsipal) antara lain profile berusaha memberikan pengungkapan informasi yang
dengan meningkatkan nilai perusahaan dan menjaga cenderung lebih luas. Hal ini dilakukan perusahaan untuk
kelangsungan operasi perusahaan dengan menjaga likuiditasnya melegitimasi kegiatan usahanya agar mengurangi tekanan dari
agar perusahaan dapat bertahan lama. Perusahaan dengan tingkat masyarakat. Senada dengan pernyataan tersebut Anggraini
likuiditas yang tinggi selalu menciptakan nilai berupa image (2006) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa jenis
positif terhadap prinsipalnya. Oleh karena itu, perusahaan industri berpengaruh terhadap pengungkapan triple bottom
berusaha untuk memperluas pegungkapkan seluruh informasi line.
tentang perusahaan, terutama tentang triple bottom line.
5. Kepemilikan Asing dan Pengungkapan Triple Bottom 6. Kepemilikan manajemen dan Pengungkapan Triple
Line. Bottom Line.
Hubungan pengungkapan triple bottom line di Indonesia Semakin tinggi tingkat kepemilikan manajemen, semakin tinggi
dengan kepemilikan asing adalah untuk menjamin bagaimana pula untuk melakukan program tanggung jawab sosial
kepercayaan yang diberikan oleh prinsipal yaitu investor asing perusahaan. Rawi (2010) juga mengatakan bahwa kepemilikan
dipertanggungjawabkan oleh maanajemen yang bersangkutan. manajemen berpengaruh positif terhadap pengeluaran program
Dalam penelitian indah (2009) menyebutkan bahwa tanggungjawab sosial dengan tujuan meningkatkan nilai
kepemilikan asing tak berpengaruh terhadap pengungkapan perusahaan. Namun pada suatu titik yang mana mengurangi nilai
tanggung jawab sosial atau triple bottom line, padahal dalam perusahaan dan batasan yang telah dicapai ditemukan hubungan
fakta sekarang banyak investor yang mensayaratkan adanya negatif. Hal ini berhubungan dengan kepemilikan saham
laporan sosial pada perusahaannya. Selanjutnya investor asing perusahaan. Akan berbeda jika prinsipalnya adalah orang-orang
sebagai pemegang saham dihadapkan pada besarnya tingkat yang duduk dalam manajemen perusahaan itu sendiri. Bila
informasi asimentri, sehingga untuk menghindari potensi dihubungkan dengan konsep agensi, jadi prinsipal dan agen
kerugian yang ditimbulkan dengan adanya asimetri informasi. menjadi satu pihak yang tidak terpisahkan.
7. Kepemilikan Institusional dan Pengungkapan Triple Bottom 8. Ukuran dewan komisaris dan Pengungkapan Triple
Line. Bottom Line.
Persentase saham institusional menyebabkan tingkat monitor lebih Sandra (2011) menyatakan bahwa dari konsep teori
efektif. Oleh karena itu, semakin tinggi kepemilikan institusi, maka legitimasi, adanya direktur independen dalam komposisi
untuk program tanggungjawab sosial dan lingkungan semakin luas. dewan perusahaan dapat memperkuat pandangan publik
Monitor yang ketat yang dilakukan oleh prinsipal dalam hal ini terhadap legitimasi perusahaan. Masyarakat menganggap dan
dilakukan untuk meminimalkan biaya agensi yang terjadi. menilai tinggi suatu perusahaan jika memiliki independen
Sehingga pengungkapan triple bottom line menjadi lebih luas. direktur yang seimbang atau banyak dalam dewan
Investor konstitusional memiliki kekuatan dan pengalaman serta perusahaan, karena kondisi seperti ini menandakan lebih
bertanggungjawab dalam menerapkan konsep good corporate efektifnya pengawasan dalam aktivitas managemen
governance untuk mengkomodasi hak dan kepentingan seluruh perusahaan.
pemegang saham sehingga mereka menuntut perusahaan
melakukan komunikasi secara transparan oleh manajemen.
9. Ukuran komite audit dan Pengungkapan Triple Bottom Line.
Dalam pelaksanaan good corporate governance banyak aspek yang dapat dilakukan oleh manajemen sebagai pelaku utama
dalam melakukan mekanisme perusahaan. Salah satu aspek dari pelaksanaan good corporate governance adalah
pembentukan komite audit. Dasar pembentukan komite audit juga berdasarkan atas keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-
29/PM/2004 dalam peraturan Nomor IX.I.5 disebutkan bahwa komite audit yang dimiliki oleh perusahaan minimal terdiri
dari tiga orang di mana sekurang-kurangnya satu orang berasal dari anggota komisaris independen dan dua orang lainnya
berasal dari luar emiten atau perusahaan publik.

Setelah adanya komite audit dalam struktur organisasi perusahaan, pengawasan manajemen menjadi lebih baik dan terperinci.
Komite audit sebagai wakil dari dewan komisaris yang langsung mengawasi operasi perusahaan, sehingga shareholder dalam
hal ini diwakili oleh dewan komisaris menjadi lebih mudah dalam mengontrol manajemen. Sehingga biaya agensi yang
ditimbulkan oleh adanya moral hazard lebih dapat diminimalkan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Sembiring (2005) yang
menyatakan bahwa ukuran komite audit berpengaruh terhadap pengungkapan triple bottom line.
Pada tahapan selanjutnya, wujud nyata Triple Bottom Line ini diistilahkan menjadi Corporate Social Responsibility (CSR: tanggung
jawab sosial perusahaan). CSR berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development), di mana ada
argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan
faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat
ini maupun untuk jangka panjang. Secara tegas dapat dikatakan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan yang
berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan.

CSR menjadi hal penting penting dalam menjamin kelangsungan hidup dunia usaha saat ini. Adapun manfaat dan motivasi yang
didapat perusahaan dengan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan menurut Ambadar (2008) meliputi:
(1) perusahaan terhindar dari reputasi negatif perusak lingkungan yang hanya mengejar keuntungan jangka pendek tanpa
memperdulikan akibat dari perilaku buruk perusahaan.
(2) kerangka kerja etis yang kokoh dapat membantu para manajer dan karyawan menghadapi masalah seperti permintaan lapangan
kerja di lingkungan dimana perusahaan bekerja.
(3) perusahaan mendapat rasa hormat dari kelompok inti masyarakat yang membutuhkan keberadaan perusahaan khususnya dalam
hal penyediaan lapangan pekerjaan.
Kelompok 9 :
● Anggi Safitri Sembiring (0502193238)

● Imelda sitompul (0502192052)

● Venni Yolanda (0502192106)

● Wahyu Haji Muharram (0502192136)

Anda mungkin juga menyukai