SISTEM SARAF
PUSAT
Metabolisme Cerebral
Otak bertanggung jawab terhadap 20% dari total kebutuhan
oksigen tubuh
Sebagian besar penggunaan oksigen cerebral (60%) untuk
menghasilkan ATP untuk aktivitas listrik dari sel neuron dan
sisanya (40%) untuk mempertahankan integritas seluler
Cerebral Metabolic Rate (CMR) dinyatakan dengan oxygen
consumption (CMRO2) dan rata-rata 3-3.8 mL/100 g/min (50
mL/min) pada orang dewasa
CMRO2 terbanyak pada substantia gracia dari cortex cerebral
terhentinya perfusi cerebral biasanya menyebabkan penurunan
kesadaran dalam waktu 10 detik, tekanan oksigen menurun
drastis di bawah 30mmHg
Jika aliran darah tidak kembali dalam 3-8 menit akan terjadi
cedera seluler yang irreversibel
Metabolisme Cerebral
Hippocampus dan cerebellum paling sensitif terhadap cedera
yang menyebabkan hipoksia
Sel neuronal secara normal menjadikan glukosa sebagai sumber
energi utama
Penggunaan glukosa oleh otak 5mg/100g/menit, 90%
dimetabolisme secara aerob
Secara normal CMRO2 sebanding dengan penggunaan glukosa
Hipoglikemia akut yang terus menerus sama dengan
penghancuran yang mengakibatkan hipoksia
Sebaliknya, hiperglikemia dapat memperburuk cedera otak
yang hipoksia secara luas dengan mempercepat asidosis dan
cedera seluler; pengaruhnya terhadap iskemia fokal cerebral
masih belum jelas.
Cerebral Blood Flow
Ada beberapan metode yang dapat digunakan untuk mengukur CBF
secara langsung antara lain : tomografi emisi positron, xenon
enhanced coomputed tomografi, single foton emission computed
tomografi, dan computed tomografi perfusion scans
CBF sebanding dengan aktivitas metabolik dan dapat berubah dari
10 sampai 300 mL/100 g/min. Meskipun CBF total 50 mL/100 g/min,
pada substansia grasia didapatkan 80 mL/100 g/min, sedangkan
pada substansia alba diperkirakan 20 mL/100 g/min
CBF total pada dewasa 750 mL/100 g/min (15-20% dari cardiac
output)
Laju aliran rata-rata di bawah 20-25 mL/100 g/min biasanya
berhubungan dengan kerusakan cerebral
CBF rate antara 15 dan 20 mL/100 g/min menghasilkan gambaran
flat (isoelectric), sedangkan nilai CBF < 10 mL/100 g/min biasanya
berhubungan dengan kerusakan otak yang irreversibel.
ALIRAN DARAH OTAK
Tekanan Perfusi Otak
Halothane ↓↓ ↑↑↑ ↓ ↓ ↑↑ ↑↑
Isoflurane ↓↓↓ ↑ ± ↑ ↑↑ ↑
Desflurane ↓↓↓ ↑ ↑ ↓ ↑ ↑
Sevofluran ↓↓↓ ↑ ? ? ↑ ↑
Nitrous oxide ↓ ↑ ± ± ± ↑
Etomidate ↓↓↓ ↓↓ ± ↑ ↓↓ ↓↓
Benzodiazepines ↓↓ ↓ ± ↑ ↓ ↓
Ketamine ± ↑↑ ± ↓ ↑↑ ↑↑
Opioids ± ± ± ↑ ± ±
Lidocaine ↓↓ ↓↓ ? ? ↓↓ ↓↓
EFEK DARI AGEN INHALASI
A. Anestesi volatile
1. Cerebral Metabolic Rate
Halotan, desflurane, sevoflurane, & isoflurane
menghasilkan penurunan pada CMR.
Isoflurane menghasilkan depresi maksimal
terbesar (hingga 50% Penurunan),
halotan memiliki efek paling sedikit (penurunan
< 25%).
2) Volume dan Aliran Darah Cerebral
Halotan memiliki efek terbesar pada CBF
Halotan meningkatkan CBF hingga 200%, dan
isoflurane hanya 20%.
Sevoflurane menghasilkan vasodilatasi paling
sedikit di otak.
Hiperventilasi simultan baik dengan pemberian
isoflurane atau sevoflurane dapat mencegah
peningkatan CBF dan ICP.
3. Dinamika Cairan Serebrospinal
Anestesi volatile mempengaruhi pembentukan
dan penyerapan CSF
Halotan menghambat dan penyerapan CSF
Isofluran, memfasilitasi penyerapan efek
yang menguntungkan pada dinamika CSF.
4. Tekanan Intrakranial
perubahan volume darah otak,
dinamika CSF, dan tekanan CO2 arteri.
B. Nitrous Oxide
Perubahan pada tekanan CO2
Efek minimal terhadap CBF, CMR, dan ICP
Meningkatkan CBF
Ketika diberikan sendiri, menyebabkan
vasodilatasi cerebral yang ringan dan berpotensi
dapat meningkatkan ICP.
EFEK AGEN INTRAVENA TERHADAP SISTEM
SARAF PUSAT
AGEN INDUKSI
Semua agen intravena dapat menyebabkan
penurunan terhadap laju metabolik serebral
(cerebral metabolic rate/CMR) dan Cerebral
Blood Flow (CBF)
Pengecualian: Ketamine
Autoregulasi serebral dan respons terhadap
CO2 akan tetap terjaga pada pemberian
semua agen.
BARBITURAT
Fungsi:
Hipnosis
Depresi laju metabolik serebral
Reduksi CBF karena adanya peningkatan
resistensi vaskular serebral
Efek antikonvulsan
BARBITURAT
Efek:
Menyebabkan penurunan pada CMR dan CBF
CMR akan tertekan lebih sedikit dibandingkan
dengan CBF
Menyebabkan reduksi laju metabolik secara
merata pada seluruh bagian otak
Memfasilitasi penyerapan dari cairan
serebrospinal
Merupakan agen yang baik untuk
menurunkan TIK
BARBITURAT
Robin Hood atau reverse steal phenomenon
pemberian barbiturat menginduksi terjadinya
vasokonstriksi serebral yang hanya terjadi
pada daerah serebral yang normal, maka
agen ini cenderung akan menyebabkan
redistribusi aliran darah dari yang normal ke
area yang mengalami iskemia di otak
OPIOID
Morfin tidak disarankan sebagai komponen
anestesia untuk prosedur bedah intrakranial.
Sifat morfin yang tidak terlalu larut lemak akan
menyebabkan penetrasi obat ke SSP yang lambat
dan akhirnya menghasilkan efek sedasi yang lebih
lama
Pemberian sufentanil dan alfentanil:
peningkatan pada tekanan intrakranial
ETOMIDATE
Menyebabkan penurunan dari CMR, CBF, dan
tekanan intrakranial yang hampir sama
dengan thiopental
Daerah korteks akan lebih terpengaruh
dibandingkan dengan daerah batang otak
stabilitas hemodinamik selama induksi
anestsi
Menurunkan produksi dan meningkatkan
absorbsi cairan serebrospinal
ETOMIDATE
Gerakan myoklonik
Adanya laporan kejang setelah administrasi
tidak disarankan diberikan pada pasien
yang memiliki riwayat epilepsi
PROPOFOL
Mereduksi CBF dan CMR
Memiliki aktivitas antikonvulsan yang
signifikan
Waktu paruh yang pendek membuat propofol
menjadi agen yang baik untuk
neuroanestesia
Propofol menjadi agen yang paling umum
dipakai untuk neuro-anestesia
BENZODIAZEPINE
Menurunkan CBF dan CMR (tidak seberat
barbiturat, etomidate, atau propofol)
Memiliki efek antikonvulsan yang baik
Pilihan untuk neuroanestesia: Midazolam
(waktu paruh pendek)
Midazolam sering digunakan untuk induksi
Menurunkan CPP pada pasien usia lanjut dan
pasien yang tidak stabil.
KETAMINE
Satu-satunya anestetik intravena yang
menyebabkan dilatasi vaskular serebral dan
meningkatkan CBF (50-60%)
Aktivasi selektif (di area limbik dan retikular)
akan diimbangi oleh depresi pada area lain
(somatosensoris dan auditorius) sehingga
CMR total tidak berubah
Ketamine dapat menghalangi absorbsi cairan
serebrospinal tanpa mempengaruhi
pembentukannya
KETAMINE
Peningkatan dari CBF, volume darah serebral,
dan volume cairan serebrospinal akan
menyebabkan peningkatan tekanan
intrakranial
Tidak terjadi pada pasien yang memiliki gangguan
neurologikal yang sudah dikontrol ventilasinya
dengan pemberian propofol atau benzodiazepine
Dapat memberikan efek neuroprotektif
ANESTHETICS ADJUNCTS
Lidokain IV:
Menurunkan CMR, CBF, dan tekanan intrakranial
Memiliki efek neuroprotektif
Menurunkan kejadian delirium mendadak dan
mengurangi kebutuhan opioid
Droperidol memiliki sedikit atau bahkan tidak
ada efek terhadap CMR dan sangat minimal
mengurangi CBF
VASOPRESSOR
Dalam kondisi autoregulasi yang normal dan
kondisi sarwar darah otak yang intak,
vasopresor akan meningkatkan CBF ketika
mean arterial blood pressure dibawah 50 – 60
mmHg atau diatas 150 – 160 mmHg
Agen β-adrenergik memiliki efek yang lebih
besar di otak saat sawar darah otak
mengalami gangguan
VASOPRESSOR
Agonis α2-adrenergik akan menghasilkan
vasokonstriksi serebral.
Kenaikan tekanan darah yang berlebihan
dengan penggunaan agen apa pun akan
mengganggu sawar darah otak.
NEUROMUSCULAR BLOCKING AGENT
ANESTESIA INHALASI
Isofluran bisa menghasilkan EEG isoelektrik pada dosis klinis yang tinggi (1-2
MAC). Desfluran dan sevofluran menghasilkan ledakan pola supresi pada dosis
tinggi (>1.2 dan 1.5 MAC) tetapi bukan tidak ada aktivitas elektrik. Nitrit
oksida juga tidak umum di mana bisa meningkatkan baik frekuensi dan
amplitudo (aktivasi amplitudo tinggi).
AGEN INTRAVENA
Benzodiazepin bisa memproduksi baik aktivasi dan depresi dari EEG.
Barbiturat, etomidat, dan propofol menghasilkan pola yang sama dan
merupakan satu-satunya agen intravena yang mampu menghasilkan ledakan
supresi dan tidak ada aktivitas elektrik pada dosis tinggi.
POTENSIAL PICU
Kecukupan perfusi dari medula spinalis selama operasi aorta mungkin lebih baik
dinilai dengan potensial picu motoris (yang mana menilai bagian anterior dari
medula spinalis).
Potensial picu batang otak auditori mengetes integritas dari nervus kranialis ke-8
dan jalur auditori di atas pons dan digunakan untuk operasi pada fossa posterior.
Potensial picu visual adalah yang paling sering terpengaruh oleh anastesi,
sedangkan potensial aksi auditori batang otak adalah yang paling jarang.