MEMUTUSKAN..........
-3-
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR BLUD RSUD SCHOLOO KEYEN
KABUPATEN SORONG SELATAN TENTANG PEDOMAN
UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN DAN
KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT DI BLUD RSUD
SCHOLOO KEYEN KABUPATEN SORONG SELATAN.
KESATU : Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan dan Keselamatan
Pasien Rumah Sakit di BLUD RSUD Scholoo Keyen tercantum
dalam Lampiran Keputusan ini.
KEDUA : Pedoman sebagaimana disebutkan pada diktum KESATU dijadikan
sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan di BLUD RSUD
Scholoo Keyen.
KETIGA : Ketetapan ini mulai berlaku selama 3 (tiga) tahun sejak tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di : Teminabuan
Pada tanggal : 02 Januari 2023
Lampiran.......................
-4-
Lampiran
Keputusan Direktur BLUD RSUD Scholoo Keyen
Nomor : 445/ 033/PED/BLUD RSUD-SS/I /2023
Tanggal : 02 Januari 2023
Tentang
Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan dan
Keselamatan Pasien Rumah Sakit di BLUD RSUD
Scholoo Keyen Kabupaten Sorong Selatan
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................5
BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN UPAYA PENINGKATAN MUTU
PELAYANAN RUMAH SAKIT ......................................................................6
BAB III KONSEP DASAR UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN ..............10
BAB IV PRINSIP DASAR UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN ...............15
BAB V PENGENDALIAN KUALITAS PELAYANAN ................................................17
BAB VI PENUTUP...................................................................................................27
BAB I..........................
-5-
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II........................
-6-
BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN
RUMAH SAKIT
tahun 1953-1965 standar akreditasi telah direvisi sebanyak enam kali, selanjutnya
beberapa tahun sekali diadakan revisi.
Atas keberhasilan JCAH dalam meningkatkan mutu pelayanan, Pemerintah
Federal memberi pengakuan tertinggi dalam mengundangkan “Medicare Act”.
Undang-undang ini mengabsahkan akreditasi Rumah Sakit menurut standar yang
ditentukan oleh JCAH. Sejak saat itu Rumah Sakit yang tidak diakreditasi oleh JCAH
tidak dapat ikut program asuransi kesehatan pemerintah federal (medicare), padahal
asuransi di Amerika sangat menentukan utilisasi Rumah Sakit karena hanya 9,3%
biaya Rumah Sakit berasal dari pembayaran langsung oleh pasien.
Sejak tahun 1979 JCAH membuat standar tambahan, yaitu agar dapat lulus
akreditasi suatu Rumah Sakit harus juga mempunyai program pengendalian mutu
yang dilaksanakan dengan baik.
Di Australia, Australian Council on Hospital Standards (ACHS) didirikan dengan
susah payah pada tahun 1971, namun sampai tahun 1981 badan ini baru berhasil
beroperasi dalam 3 Negara bagian. Tetapi lambat laun ACHS dapat diterima
kehadirannya dan diakui manfaatnya dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
sehingga sekarang kegiatan ACHS telah mencakup semua negara bagian.
Pelaksanaan peningkatan mutu di Australia pada dasarnya hampir sama dengan di
Amerika.
Di Eropa Barat perhatian terhadap peningkatan mutu pelayanan sangat tinggi,
namun masalah itutetap merupakan hal baru dengan konsepsi yang masih agak kabur
bagi kebanyakan tenaga profesi kesehatan. Sedangkan pendekatan secara Amerika
sukar diterapkan karena perbedaan sistem kesehatan dimasing-masing negara di
Eropa. Karena itu, kantor Regional WHO untuk Eropa pada awal tahun 1980-an
mengambil inisiatif untuk membantu negara-negara Eropa mengembangkan
pendekatan peningkatan mutu pelayanan disesuaikan dengan sistem pelayanan
kesehatan masing-masing.
Pada tahun 1982 kantor regional tersebut telah menerbitkan buku tentang upaya
meningkatkan mutudan penyelenggaraan simposium di Utrecht, negeri Belanda
tentang metodologi peningkatan mutu pelayanan. Dalam bulan Mei 1983 di Barcelona,
Spanyol suatu kelompok kerja yang dibentuk oleh WHO telah mengadakan pertemuan
untuk mempelajari peningkatan mutu khusus untuk Eropa.
Walaupun...................
-8-
Walaupun secara regional WHO telah melakukan berbagai upaya, namun pada
symposium peningkatan mutu pada bulan Mei 1989 terdapat kesan bahwa secara
nasional upaya peningkatan mutu diberbagai negara Eropa Barat masih pada
perkembangan awal.
Di Asia, negara pertama yang sudah mempunyai program peningkatan mutu dan
akreditasi Rumah Sakit secara nasional adalah Taiwan. Negara ini banyak
menerapkan metodologi dari Amerika. Sedangkan Malaysia mengembangkan
peningkatan mutu pelayanan dengan bantuan konsultan ahli dari Negeri Belanda.
Di Indonesia langkah awal yang sangat mendasar dan terarah yang telah
dilakukan Departemen Kesehatan dalam rangka upaya peningkatan mutu yaitu
penetapan kelas Rumah Sakit pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri
Kesehatan No.033/Birhup/1972. Secara umum telah ditetapkan beberapa kriteria
untuk tiap kelas Rumah Sakit A, B, C, D. Kriteria ini kemudian berkembang menjadi
standar-standar. Kemudian dari tahun ke tahun disusun berbagai standar baik
menyangkut pelayanan, ketenagaan, sarana dan prasarana untuk masing-masing
kelas Rumah Sakit. Disamping standar, Departemen Kesehatan juga mengeluarkan
berbagai panduan dalam rangka meningkatkan penampilan pelayanan Rumah Sakit.
Sejak tahun 1984 Departemen Kesehatan telah mengembangkan berbagai
indikator untuk mengukur dan mengevaluasi penampilan (performance) Rumah Sakit
pemerintah kelas C dan Rumah Sakit swasta setara yaitu dalam rangka Hari
Kesehatan Nasional. Indikator ini setiap dua tahun ditinjau kembali dan
disempurnakan. Evaluasi penampilan untuk tahun 1991 telah dilengkapi dengan
indikator kebersihan dan ketertiban Rumah Sakit dan yang dievaluasi selain kelas C
juga kelas D dan kelas B serta Rumah Sakit swasta setara. Sedangkan evaluasi
penampilan tahun 1992 telah dilengkapi pula dengan instrument mengukur
kemampuan pelayanan. Evaluasi penampilan Rumah Sakit ini merupakan langkah
awal dari Konsep Continuous Quality Improvement (CQI). Berbeda dengan konsep QA
tradisional dimana dalam monitor dan evaluasi dititik beratkan kepada pencapaian
standar, maka pada CQI fokus lebih diarahkan kepada penampilan organisasi melalui
penilaian pemilik, manajemen, klinik, dan pelayanan penunjang. Perbedaan yang
sangat mendasar yaitu keterlibatan seluruh karyawan.
Selain..........................
-9-
BAB III........................
- 10 -
BAB III
KONSEP DASAR UPAYA PENINGKATAN MUTU
g. Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut di atas berbeda sudut pandang dan
kepentingannya terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi dimensional.
4. Dimensi Mutu
Dimensi atau aspeknya adalah:
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek Sosial Budaya
5. Mutu Terkait Dengan Input, Process, Output, dan Outcome
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan
menggunakan 3 variabel, yaitu:
a. Input, adalah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan
pelayanan kesehatan seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan,
bahan, teknologi, organisasi, informasi, dan lain-lain. Pelayanan
kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang
bermutupula. Hubungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan
adalah dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan pelayanan
kesehatan.
b. Process, merupakan aktivitas dalam bekerja, adalah merupakan
interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen
(pasien/masyarakat). Proses ini merupakan variabel penilaian mutu
yang penting.
c. Output, adalah jumlah pelayanan yang dilakukan oleh unit kerja/rumah
sakit.
d. Outcome, adalah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan
yang terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk
kepuasan dari konsumen tersebut.
BLUD RSUD Scholoo Keyen adalah suatu institusi pelayanan kesehatan
yangkompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena
pelayanan di BLUD RSUD Scholoo Keyen menyangkut berbagai fungsi
pelayanan, serta mencakup berbagai tingkatan maupun jenis disiplin. Agar BLUD
RSUD Scholoo Keyen mampu melaksanakan fungsi yang demikian kompleks,
- 12 -
maka harus memiliki sumber daya manusia yang profesional baik di bidang teknis
medis maupun administrasi kesehatan. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu,
BLUD RSUD Scholoo Keyen harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin
peningkatan mutu di semua tingkatan. Pengukuran mutu pelayanan kesehatan
BLUD RSUD Scholoo Keyen diawali dengan penilaian akreditasi BLUD RSUD
Scholoo Keyen yang mengukur dan memecahkan masalah pada tingkat input
dan process. Pada kegiatan ini BLUD RSUD Scholoo Keyen harus menetapkan
standar input, process, output, dan outcome, serta membakukan seluruh standar
prosedur yang telah ditetapkan. BLUD RSUD Scholoo Keyen dipacu untuk dapat
menilai diri (self assessment) dan memberikan pelayanan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan. Sebagai kelanjutan untuk mengukur hasil
kerjanya, perlu ada latar ukur yang lain, yaitu instrumen mutu pelayanan BLUD
RSUD Scholoo Keyen yang menilai dan memecahkan masalah pada hasil
(output dan outcome). Tanpa mengukur hasil kinerja BLUD RSUD Scholoo
Keyen tidak dapat diketahui apakah input dan process yang baik telah
menghasilkan output yang baik pula. Indikator BLUD RSUD Scholoo Keyen yang
disusun dengan tujuan untuk dapat mengukur kinerja mutu BLUD RSUD Scholoo
Keyen secara nyata.
B. Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan dapat diartikan keseluruhan
upaya dan kegiatan secara komprehensif dan integratif memantau dan menilai
mutu pelayanan BLUD RSUD Scholoo Keyen, memecahkan masalah-masalah
yang ada dan mencari jalan keluarnya, sehingga mutu pelayanan BLUD RSUD
Scholoo Keyen akan menjadi lebih baik. Upaya peningkatan mutu pelayanan
BLUD RSUD Scholoo Keyen adalah kegiatanyang bertujuan memberikan
asuhan atau pelayanan sebaik-baiknya kepada pasien. Upaya peningkatan mutu
pelayanan BLUD RSUD Scholoo Keyen akan sangat berarti dan efektif bilamana
upaya peningkatan mutu menjadi tujuan sehari-hari dari setiap unsur di BLUD
RSUD Scholoo Keyen termasuk pimpinan, pelaksana pelayanan langsung, dan
staf penunjang. Upaya peningkatan mutu termasuk kegiatan yang melibatkan
mutu asuhan atau pelayanan dengan penggunaan sumber daya secara tepat
dan efisien. Walaupun disadari bahwa mutu memerlukan biaya, tetapi tidak
berarti mutu yang lebih baik selalu memerlukan biaya lebih banyak atau mutu
rendah biayanya lebih sedikit.
- 13 -
Berdasarkan hal di atas, maka disusunlah definisi dan tujuan dari upaya peningkatan
mutu pelayanan BLUD RSUD Scholoo Keyen.
A. Definisi Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan BLUD RSUD Scholoo Keyen
adalah keseluruhan upaya dan kegiatan yang komprehensif dan integratif yang
menyangkut input, process, dan output secara objektif, sistematik, dan berlanjut
memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan terhadap pasien, dan
memecahkan masalah-masalah yang terungkapkansehingga pelayanan yang
diberikan di BLUD RSUD Scholoo Keyen berdaya guna dan berhasil guna.
B. Tujuan Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan BLUD RSUD Scholoo Keyen
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu
pelayanan BLUD RSUD Scholoo Keyen secara efektif dan efisien agar
tercapai derajat kesehatan yang optimal.
2. Tujuan Khusus
Tercapainya peningkatan mutu pelayanan BLUD RSUD Scholoo Keyen
melalui di antaranya:
a. Optimasi tenaga, sarana, dan prasarana.
b. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar
pelayanan yangdilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai
dengan kebutuhan pasien.
c. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan
pengembangan pelayanan kesehatan.
C. Indikator Mutu
Indikator mutu BLUD RSUD Scholoo Keyen meliputi Indikator Mutu Unit,
Indikator mutu Prioritas RS, Indikator mutu Nasional dimana indikator yang
berorientasi pada waktu dan indikator ratio yang berdasarkan pada efektifitas
(effectivenes), efisiensi (efficiency), keselamatan (safety) dan kelayakan
(appropriateness).
D. Strategi
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di BLUD RSUD Scholoo Keyen,
maka disusunlah strategi sebagai berikut:
1. Setiap petugas harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip
mutu pelayanan di BLUD RSUD Scholoo Keyen sehingga dapat
- 14 -
BAB IV.......................
- 15 -
BAB IV
PRINSIP DASAR UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang
akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria, serta standar yang
digunakan untuk mengukur mutu pelayanan.
BAB V........................
- 17 -
BAB V
PENGENDALIAN KUALITAS PELAYANAN
Keenam langkah P-D-C-A yang terdapat dalam gambar 3 di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut:
A. Langkah 1. Menentukan tujuan dan sasaran → Plan
Tujuan dan sasaran yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang
ditetapkan. Penetapan sasaran tersebut ditentukan oleh Kepala RS atau Kepala
Divisi. Penetapan sasaran didasarkan pada data pendukung dan analisis
informasi. Sasaran ditetapkan secara konkret dalam bentuk angka, harus pula
diungkapkan dengan maksud tertentu dan disebarkan kepada semua karyawan.
Semakin rendah tingkat karyawan yang hendak dicapai oleh penyebaran
kebijakan dan tujuan, semakin rinci informasi.
B. Langkah 2. Menentukan metode untuk mencapai tujuan → Plan
Penetapan tujuan dan sasaran dengan tepat belum tentu akan berhasil dicapai
tanpa disertai metode yang tepat untuk mencapainya. Metode yang ditetapkan
harus rasional, berlaku untuk semua karyawan dan tidak menyulitkan karyawan
untuk menggunakannya. Oleh karena itu, dalam menetapkan metode yang akan
digunakan perlu pula diikuti dengan penetapan standar kerja yang dapat diterima
dan dimengerti oleh semua karyawan.
C. Langkah 3. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan → Do
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja. Agar
dapat dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan para karyawan
untuk memahami standar kerja dan program yang ditetapkan.
D. Langkah 4. Melaksanakan pekerjaan →Do
Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang dihadapi dan
standar kerja mungkin tidak dapat mengikuti kondisi yang selalu dapat berubah.
Oleh karena itu, ketrampilan dan pengalaman para karyawan dapat dijadikan
modal dasar untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan
pekerjaan karena ketidaksempurnaan standar kerja yang telah ditetapkan.
E. Langkah 5: Memeriksa akibat pelaksanaan →Check
Manajer atau atasan perlu memeriksa apakah pekerjaan dilaksanakan dengan
baik atau tidak.Jika segala sesuatu telah sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan dan mengikuti standar kerja,tidak berarti pemeriksaan dapat
diabaikan. Hal yang harus disampaikan kepada karyawan adalah atas dasar apa
pemeriksaan itu dilakukan. Agar dapat dibedakan manakah penyimpangan dan
manakah yang bukan penyimpangan, maka kebijakan dasar, tujuan, metode
- 20 -
(standar kerja), dan pendidikan harus dipahami dengan jelas baik oleh karyawan
maupun oleh manajer. Untuk mengetahui penyimpangan, dapat dilihat dari akibat
yang timbul dari pelaksanaan pekerjaan dan setelah itu dapat dilihat dari
penyebabnya.
F. Langkah 6: Mengambil tindakan yang tepat →Action
Pemeriksaan melalui akibat yang ditimbulkan bertujuan untuk menemukan
penyimpangan. Jika penyimpangan telah ditemukan, maka penyebab timbulnya
penyimpangan harus ditemukan untuk mengambil tindakan yang tepat agar tidak
terulang lagi penyimpangan. Menyingkirkan faktor-faktor penyebab yang telah
mengakibatkan penyimpangan merupakan konsepsi yang penting dalam
pengendalian kualitas pelayanan.
Konsep PDCA dengan keenam langkah tersebut merupakan sistem yang efektif
untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk mencapai kualitas pelayanan yang
akan dicapai diperlukan partisipasi semua karyawan, semua bagian dan semua
proses. Partisipasi semua karyawan dalam pengendalian kualitas pelayanan
diperlukan kesungguhan (sincerety), yaitu sikap yang menolak adanya tujuan yang
semata-mata hanya berguna bagi diri sendiri atau menolak cara berfikir dan berbuat
yang semata-mata bersifat pragmatis. Dalam sikap kesungguhan tersebut yang
dipentingkan bukan hanya sasaran yang akan dicapai, melainkan juga cara bertindak
seseorang untuk mencapai sasaran tersebut.
Partisipasi semua pihak dalam pengendalian kualitas pelayanan mencakup
semua jenis kelompok karyawan yang secara bersama-sama merasa bertanggung
jawab atas kualitas pelayanan dalam kelompoknya. Partisipasi semua proses dalam
pengendalian kualitas pelayanan dimaksudkan adalah pengendalian tidak hanya
terhadap output, tetapi terhadap hasil setiap proses. Proses pelayanan akan
menghasilkan suatu pelayanan berkualitas tinggi, hanya mungkin dapat dicapai jika
terdapat pengendalian kualitas dalam setiap tahapan dari proses. Dimana dalam
setiap tahapan proses dapat dijamin adanya keterpaduan, kerjasama yang baik antara
kelompok karyawan dengan manajemen, sebagai tanggungjawab bersama untuk
menghasilkan kualitas hasil kerja dari kelompok, sebagai mata rantai dari suatuproses.
PROGRAM.................
- 21 -
A. Kegiatan
1. Pengukuran Mutu Indikator Nasional (INM), Indikator mutu Prioritas Rumah
Sakit ( IMP RS), dan Indikator mutu prioritas Unit ( IMP Unit)
2. Meningkatkan perbaikan mutu dan mempertahankan perbaikan berkelanjutan
3. Mengurangi varian dalam praktek klinis dengan menerapkan
PPK/Algoritme/Protokol dan melakukan pengukuran dengan clinical pathway
4. Mengukur dampak efesiensi dan eektifitas prioritas perbaikan terhadap
keuangan dan Sumber daya misalnya SDM
5. Pelaporan dan analisis insiden keselamatan pasien
6. Penerapan sasaran keselamatan pasien
7. Evaluasi kontrak klinis dan kontrak manajemen
8. Pelatihan semua staf seuai perannya dalam program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien
9. Mengkomunikasikan hasil pengukuran mutu meliputi masalah mutu dan
capaian data kepada staff
10. Audit Klinis Pelayanan Medis
c. Identifikasi prioritas
d. Mengidentifikasi akar permasalahan
e. Memilih, merencanakan dan implementasi perbaikan
f. Evaluasi hasil perbaikan
g. Kesimpulan dari perbaikan
1) Membentuk tim
Dalam pembuatan RCA/FMEA hal pertama yang dilakukan
adalah pembentukan tim yang terdiri dari unit yang terkait, staf
yang mempunyai keahlian dalam pembuatan RCA/FMEA dan
orang yang mempunyai kompetensi sesuai kasus.
2) Mengadakan pertemuan
Mengadakan pertemuan tim untuk membahas insiden yang
terjadi atau kejadian yang potensial menimbulkan sentinel event
3) Menyusun laporan dan rekomendasi
4) Dari hasil pembahasan tim disusun laporan dan diberikan
kepada pimpinan rumah sakit sebagai wujud keterlibatan
pimpinan dalam proses peningkatan mutu dan kepada unit
terkait.
5) Tindak lanjut
Hasil tindak lanjut dari unit terkait akan dimonitoring
keefektifannya melalui Form
6) Tindakan Korektif dan Pencegahan. Bila didapatkan hasilnya
tidak efektif maka akan dilakukan RCA/FMEA ulang
7. Evaluasi kontrak klinis dan kontrak manajemen
1. Melakukan evaluasi kontrak klinis dan kontrak manajemen setiap
sekali setahun
8. Pelatihan semua staff seuai perannya dalam program peningkatan mutu
dan keselamatan pasien
a) Pelatihan untuk karyawan baru tentang program KPRS, Program
PPI, dan pelaksanaan K3
b) Pelatihan untuk karyawan lama program peningkatan mutu,
manajemen risiko dan workshop Keselamatan Pasien
c) Pelatihan yang dilakukan di luar rumah sakit untuk mendukung
terlaksananya program peningkatan mutu rumah sakit
- 25 -
BAB V.........................
BAB V
PENUTUP
Ditetapkan di : Teminabuan
Pada tanggal : 02 Januari 2023