menyebabkan
Tingginya beban
Penurunan kualitas air
pencemaran
Kualitas dan kuantitas ketersediaan
sumberdaya air
Jumlah penduduk indonesia Cadangan air di indonesia
Sumber air baku dari air permukaan sebagian besar telah terkontaminasi dengan zat
berbahaya bagi kesehatan, sehingga membutuhkan pengolahan sebelum dapat
dikonsumsi.
infrastruktur pertama untuk pengambil air diistilahkan sebagai intake, dapat direncanakan
untuk dapat menangkap air dengan kualitas yang paling baik, menghindari ikan dan benda
mengambang, endapan kasar dan benda terlarut lainnya. Saluran air baku, boleh
menggunakan saluran terbuka jika air belum diolah, namun untuk yang telah diolah, diharuskan
menggunakan saluran tertutup untuk menghindari pencemaran atau penurunan kualitas air.
Kualitas dan kuantitas ketersediaan
sumberdaya air
kesimpulan
Kualitas air menentukan kuantitas kesediaan air apakah ada pencemaran atau
tidak kesediaan sumber daya harus dirawat dengan baik agar tetap terjaga.
Dilihat dari kualitas proses pengolahan serta kebutuhan air pada masyarakat,
perlu diperhatikan bersama terkait peran dari masyarakat dan kita semua
untuk dapat menjaga sumber air baku, untuk menghindari in efisiensi
pengolahan air, memperkuat kemampuan adaptif terhadap faktor musim (baik
penghujan dan kemarau), dan manajemen infrastruktur (sumber air baku,
pengolahan, produksi dan distribusi) yang baik.
PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR BERKELANJUTAN &
PERMASALAHANNYA
Air merupakan sumber daya yang berasal dari alam(SDA), yang bersifat kekal
(eternal resources). Makna kekekalan sumber daya air di bumi, adalah kekal
dalam kuantitas (volume), namun tidak kekal dalam eksistensi pada setiap
komponen hidrologisnya.
(1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, yang kemudian
dianulir oleh Putusan Mahkamah Konstitusi No, 85/PUU-XI/2013 tertanggal 18
Februari 2015
(Yudisial Review atas desakan berbagai pihak, yang telah menyadari dominannya
kepentingan kapitalis di dalam regulasi tersebut)
(2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 121 Tahun 2015 tentang
Pengusahaan Sumber Daya Air. Regulasi ini menjadi pengganti UU No.7/2004 setelah
dianulir, dengan mengatur ulang tata laksana pengusahaan air permukaan dan air
tanah, yang ditekankan harus mendahulukan kepentingan masyarakat.
PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR BERKELANJUTAN &
PERMASALAHANNYA
kesimpulan
Jadi Air adalah penopang utama kehidupan makhluk di planet Bumi.Air adalah
penyanggah keberlanjutan eksistensi ekosistem (biotik & abiotik)di planet Bumi.
Tanpa air eksistensi planet Bumi akan sama dengan Mars, Jupiter dan yang lainnya,
yang tidak dapat menunjang kehidupan umat manusia.
Degradasi sumber daya air (kualitas & kuantitas) akan berakibat degradasi
kehidupan manusia dan makhluk lain di muka Bumi. Walaupun air masih tersedia di
berbagai sumbernya (sungai, danau, tanah, dll), tetapi sudah tidak layak pakai akibat
kerusakan kualitasnya, itupun akan menghancurkan kehidupan umat manusia.
Oleh karena itu kearifan seluruh umat manusia untuk masing-masing menjaga
eksistensi sumber daya air yang ada di masing-masing lingkungannya (negara),
sangat penting dimiliki dan diupayakan.
PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR BERKELANJUTAN &
PERMASALAHANNYA
rasIo debit sungai maksimum/minimum
Tingkat kerusakan daer
ah aliran sungai dapat
diketahui dari beberapa koefisien limpasan (runoff)
indikator
erosi dan sedimentasi
muka air tanah, dan debit mata air
JENIS, FAKTOR,PENYEBAB DAN DAMPAK KERUSAKAN
PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR
Kerusakan Daerah Aliran Sungai Daerah aliran sungai (DAS) merupakan kesatuan
wilayah (lahan) yang menerima masukan hujan, menyimpan dan mengalirkan air
melalui jaringan sungai, sehingga menghasilkan luaran berupa debit sungai.
Hubungan hujan-limpasan/debit sungai menyatakan kondisi hidrologi DAS, dan
diharapkan bahwa DAS memiliki fungsi yang menjamin keberlanjutan hubungan
hujan-limpasan yang seimbang. Apabila keberlanjutan fungsi-fungsi DAS ini
terganggu karena telah terjadi perubahan bio-geo-fisik lahan DAS, maka dikatakan
telah terjadi kerusakan DAS atau dikenal dengan DAS Kritis. Dalam rencana
Pembangunan Menengah Nasional tahun 2004 – 2009 (PP No: 7 tahun 2005)
disebutkan DAS yang berada pada kondisi kritis semakin meningkat dari 22 DAS
(tahun 1984) menjadi 39 DAS (tahun 1994) dan meningkat menjadi 62 DAS (tahun
1999) (Gambar 1 dan Tabel 1). Pada saat ini diperkirakan DAS kritis telah meningkat
menjadi sekitar 282 DAS. Sedangkan Tabel 2 menyajikan skenario perkembangan
DAS Kritis 5 tahunan antara tahun 2010-2025.
JENIS, FAKTOR,PENYEBAB DAN DAMPAK KERUSAKAN
PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR
KRISIS AIR
Pertumbuhan penduduk, over eksploitasi
Air terlalu banyak, terlalu sedikit, dan terlalu kotor
KRISIS PERILAKU
c) Pencemaran
d) Kerusakan ekosistem
KRISIS PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN
e) Sektoral, top down, tidak terlegitimasi
f) Biaya pengelolaan ditanggung pemerintah
JENIS, FAKTOR,PENYEBAB DAN DAMPAK KERUSAKAN
PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR
JENIS, FAKTOR,PENYEBAB DAN DAMPAK KERUSAKAN
PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR
Krisis Air
kesimpulan
Integrasi pola pengelolaan sumber daya air dalam rencana tata ruang masih
kurang efektif. Hal ini ditunjukkan oleh kurang efektifnya kelembagaan
pemerintah dalam menjalankan peran sebagai pembuat kebijakan dan
kurangngnya koordinasi antar lembaga terkait mengenai muatan dari pola
pengelolaan sumber daya air yang wajib masuk dalam rencana tata ruang
tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh kurang efektifnya kelembagaan pemerintah
dalam menjalankan peran sebagai pembuat kebijakan dan kurangnya
koordinasi antar lembaga terkait mengenai muatan dari pola pengelolaan
sumber daya air yang wajib masuk dalam rencana tata ruang tersebut.
Perbedaan substansi dari undang-undang sumber daya air dan tata ruang
merupakan faktor yang cukup berpengaruh dalam ketidakberhasilan
pelaksanaan integrasi pola dalam rencana tata ruang. Di samping itu, masih
terdapat ego sektoral yang menyebabkan efektivitas kelembagaan pemerintah
tersebut dalam memadukan pola pengelolaan sumber daya air dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di Provinsi Jawa Tengah masih belum
dapat tercapai.
EVALUASI KEBERLANJUTAN SISTEM PENGELOLAAN
SUMBERDAYA AIR ”HIPPAM” PADA MASYARAKAT DESA
PANDANREJO KECAMATAN BUMIAJI, BATU JAWA TIMUR 2017
Salah satu bentuk pengelolaan sumber daya air adalah yang berbasis
masyarakat adalah HIPPAM di Dusun Kajar Desa Pandanrejo Kec. Bumiaji,
Batu Jawa Timur. HIPPAM (Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum)
merupakan organisasi pengelolaan air minum lokal yang dibangun masyarakat.
Sistem ini dibentuk dari ketidaksamaan persepsi masyarakat lokal dengan
pemerintah tentang pegelolaan sumber daya air.
PDAM Kota Batu menjadikan sumber daya air sebagai bisnis dan masyarakat
sebagai konsumen. Biaya yang mahal dan pelayanan yang tidak memuaskan
oleh PDAM ini yang selanjutnya membuat masyarakat keluar sebagai
pelanggan dan mendirikan HIPPAM (Susilo, 2013)
EVALUASI KEBERLANJUTAN SISTEM PENGELOLAAN
SUMBERDAYA AIR ”HIPPAM” PADA MASYARAKAT DESA
PANDANREJO KECAMATAN BUMIAJI, BATU JAWA TIMUR 2017
Sistem ini terbukti mampu menjadi solusi bagi masyarakat Pandanrejo. Selain itu
air juga dapat dibagikan secara merata kepada seluruh masyarakat setempat
dengan biaya yang relatif murah. Ini mengindikasikan bahwa sistem HIPPAM
memiliki keunggulan tersendiri bagi masyrakat. Namun di sisi lain pengelolaan
dengan sistem HIPPAM juga perlu mempertimbangkan aspek keberlanjutan di
masa yang akan datang. Apakah sistem yang dijalankan saat ini sudah
mengintegrasikan dimensi ekonomi dengan dimensi sosial dan lingkungan.
EVALUASI KEBERLANJUTAN SISTEM PENGELOLAAN
SUMBERDAYA AIR ”HIPPAM” PADA MASYARAKAT DESA
PANDANREJO KECAMATAN BUMIAJI, BATU JAWA TIMUR 2017
METODE
HASIL PENELITIAN
Kompilasi Data
Data Fisik Hidraulik
Pendekatan rekayasa hidraulik murni yang selama ini dipakai ternyata banyak
menyebabkan kerusakan ekologi wilayah sungai dan pada gilirannya menjadi
bumerang secara hidraulik terhadap sungainya sendiri. Berikut ini disajikan 2
(dua) contoh kajian konsep eko-hidraulik pengelolaan bangunan air pada sungai,
konstruksi melintang sungai yang menahan atau membelokkan aliran sungai
(misalnya bangunan bendung) dan konstruksi memanjang yang mempercepat
aliran air ke hilir, misalnya pelurusan atau sudetan.
Hipotesis Keberlanjutan Sumber Daya Alam dengan Inovasi Sistem Pengelolaan
(Termasuk Upaya Upaya Pemulihan Kuantitas dan/atau Kualitasnya)
kesimpulan