Anda di halaman 1dari 46

WADUK JATILUHUR

- Ariyanto A.N. 195050048


- Aldarizma 195050095
- Wandi 195050011
- Bonifasius D.M. 195050045
- Wulan P. S. 195050009
- Devi fernita 195050028
- Azhar bagus 195050047
- Erdin saputra 195050064
- Roedy noor 175050072
- Gustina prihatini 205059056
- Nasrullah akbar 195050091
Kualitas dan kuantitas ketersediaan
sumberdaya air

 kualitas ,Standart Kualitas Air adalah Karakteristik


mutu yang dibutuhkan untuk pemanfaatan tertentu
dari sumber – sumber air.
 kuantitas, keberadaan air dan sumber air tidak akan
memberikan masalah bila batas ambang tidak
terlampaui oleh beban pencemaran yang terjadi.
Kualitas dan kuantitas ketersediaan
sumberdaya air
Perubahan lingkungan

menyebabkan

Tingginya beban
Penurunan kualitas air
pencemaran
Kualitas dan kuantitas ketersediaan
sumberdaya air
Jumlah penduduk indonesia Cadangan air di indonesia

Berdasarkan catatan Direktorat Sumber


Daya Air (2013)
2010
237 juta jiwa

3.906 miliar m3/ tahun.


2015

± 250 juta jiwa


Kualitas dan kuantitas ketersediaan
sumberdaya air
menghitung kebutuhan air bersih menggunakan standar
WHO
30 liter/hari
7,5 miliar liter/hari

saat ini masih terdapat 100 juta orang di Indonesia


2.737 miliar m3/ tahun yang memiliki kesulitan dalam mengakses air
bersih (Ditjen SDA, 2013), bahkan 70 persen
penduduk Indonesia mengkonsumsi air dari
sumber – sumber yang tercemar.
Kualitas dan kuantitas ketersediaan
sumberdaya air
Sumber air untuk air minum :
- Air permukaan
- Air tanah

Sumber air baku dari air permukaan sebagian besar telah terkontaminasi dengan zat
berbahaya bagi kesehatan, sehingga membutuhkan pengolahan sebelum dapat
dikonsumsi.

infrastruktur pertama untuk pengambil air diistilahkan sebagai intake, dapat direncanakan
untuk dapat menangkap air dengan kualitas yang paling baik, menghindari ikan dan benda
mengambang, endapan kasar dan benda terlarut lainnya. Saluran air baku, boleh
menggunakan saluran terbuka jika air belum diolah, namun untuk yang telah diolah, diharuskan
menggunakan saluran tertutup untuk menghindari pencemaran atau penurunan kualitas air.
Kualitas dan kuantitas ketersediaan
sumberdaya air
kesimpulan
Kualitas air menentukan kuantitas kesediaan air apakah ada pencemaran atau
tidak kesediaan sumber daya harus dirawat dengan baik agar tetap terjaga.
Dilihat dari kualitas proses pengolahan serta kebutuhan air pada masyarakat,
perlu diperhatikan bersama terkait peran dari masyarakat dan kita semua
untuk dapat menjaga sumber air baku, untuk menghindari in efisiensi
pengolahan air, memperkuat kemampuan adaptif terhadap faktor musim (baik
penghujan dan kemarau), dan manajemen infrastruktur (sumber air baku,
pengolahan, produksi dan distribusi) yang baik.
PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR BERKELANJUTAN &
PERMASALAHANNYA

Air merupakan sumber daya yang berasal dari alam(SDA), yang bersifat kekal
(eternal resources). Makna kekekalan sumber daya air di bumi, adalah kekal
dalam kuantitas (volume), namun tidak kekal dalam eksistensi pada setiap
komponen hidrologisnya.

di dalam pemanfaatan sumber daya air dibutuhkan cara pandang yang


mempunyai landasan yang mendasar, agar eksistensi sumber daya air dapat
terjaga, dan komposisi hidrologisnya tetap seimbang, sehingga dapat menopang
kehidupan makhluk hidup yang ada di planet bumi.
PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR BERKELANJUTAN &
PERMASALAHANNYA

Ada empat landasan penting didalam pemanfaatan


sumber daya air, yakni :
Eksistensi air bukan hanya dibutuhkan oleh manusia
melainkan diperlukan oleh semua makhuk hidup di Bumi
1. Landasan filosofis ini, karena esensi air yang merupakan elemen penting di
dalam kehidupan semua makhluk

(1) Kekeluargaaan dan gotong royong, kebersamaan,


musyawarah untuk mufakat
(2) Kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup
2. Landasan sosiologis bermasyarakat
(3) Negara melindungi warga negaranya, dan
(4) Selaras serasi seimbang antara hak dan
kewajiban.
PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR BERKELANJUTAN &
PERMASALAHANNYA

Ada empat landasan penting didalam pemanfaatan


sumber daya air, yakni :
Etika yang dianut dalam memanfaatkan air
baik untuk mendapatkan sumber air minum,
3) Landasan etika
air pertanian, maupun air industri, akan
dan moral
menentukan eksistensi keberlanjutan sumber
daya airdi masa depan.

semakin maju tingkat penghidupan suatu


masyarakat, semakin canggih teknologi
4) Landasan yuridis yang digunakan, dan semakin banyak
bermuculan bentuk industri yang
membutuhkan air, sedangkan sumber daya
air sendiri cenderung semakin berkurang.
PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR BERKELANJUTAN &
PERMASALAHANNYA

didalam perjalanan kehidupan bangsa ini, kemudian muncul regulasi-regulasi


operasional kenegaraan yang cenderung mengingkari subtansi kepemilikan kolektif
seluruh rakyat Indonesia atas sumber daya air, diantaranya :

(1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, yang kemudian
dianulir oleh Putusan Mahkamah Konstitusi No, 85/PUU-XI/2013 tertanggal 18
Februari 2015
(Yudisial Review atas desakan berbagai pihak, yang telah menyadari dominannya
kepentingan kapitalis di dalam regulasi tersebut)

(2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 121 Tahun 2015 tentang
Pengusahaan Sumber Daya Air. Regulasi ini menjadi pengganti UU No.7/2004 setelah
dianulir, dengan mengatur ulang tata laksana pengusahaan air permukaan dan air
tanah, yang ditekankan harus mendahulukan kepentingan masyarakat.
PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR BERKELANJUTAN &
PERMASALAHANNYA

kesimpulan
Jadi Air adalah penopang utama kehidupan makhluk di planet Bumi.Air adalah
penyanggah keberlanjutan eksistensi ekosistem (biotik & abiotik)di planet Bumi.
Tanpa air eksistensi planet Bumi akan sama dengan Mars, Jupiter dan yang lainnya,
yang tidak dapat menunjang kehidupan umat manusia.
Degradasi sumber daya air (kualitas & kuantitas) akan berakibat degradasi
kehidupan manusia dan makhluk lain di muka Bumi. Walaupun air masih tersedia di
berbagai sumbernya (sungai, danau, tanah, dll), tetapi sudah tidak layak pakai akibat
kerusakan kualitasnya, itupun akan menghancurkan kehidupan umat manusia.
Oleh karena itu kearifan seluruh umat manusia untuk masing-masing menjaga
eksistensi sumber daya air yang ada di masing-masing lingkungannya (negara),
sangat penting dimiliki dan diupayakan.
PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR BERKELANJUTAN &
PERMASALAHANNYA

Tinjauan kritis penulis atas Peraturan


Pemerintah tersebut ada dua, yakni ;

1. Pemerintah belum mempertimbangkan


1. Bahwa, kepentingan stakeholder lain atas air
2. eksistensi kapitalis dalam selain manusia, dan pengusahaan
eksploitasi sumber daya sumber daya air belum mensyaratkan
air masih dominan. tindakan konservasi untuk menjamin
keseimbangan lingkungan (ecosystem
equilibrium).
JENIS, FAKTOR,PENYEBAB DAN DAMPAK KERUSAKAN
PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR

rasIo debit sungai maksimum/minimum
Tingkat kerusakan daer
ah aliran sungai dapat 
diketahui dari beberapa koefisien limpasan (runoff)
 indikator

erosi dan sedimentasi

 muka air tanah, dan debit mata air
JENIS, FAKTOR,PENYEBAB DAN DAMPAK KERUSAKAN
PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR

permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah maupun masyarakat dalam kaitannya


dengan sumber daya air adalah kerusakan sumber-sumber air yang menyebabkan
penurunan kuantitas, kualitas dan kontinuitas ketersediaan sumber daya air. Hal ini
terjadi karena besarnya tekanan penduduk dengan penggunaan air telah melampaui
daya dukung lingkungan sehingga terjadi degradasi daya tampung lingkungan.
Permasalahan sumber daya air ini diperparah oleh adanya limbah dan percemaran
sumber air yang menurunkan mutu air lingkungan. Upaya pengendalian mutu air
menunjukkan bahwa limbah dan pencemaran air ini telah menjadi pengguna air yang
bersaing dengan pengguna air lainnya.
(1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, yang kemudian
dianulir oleh Putusan Mahkamah Konstitusi No, 85/PUU-XI/2013 tertanggal 18
Februari 2015
(Yudisial Review atas desakan berbagai pihak, yang telah menyadari dominannya
kepentingan kapitalis di dalam regulasi tersebut)
JENIS, FAKTOR,PENYEBAB DAN DAMPAK KERUSAKAN
PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR

Kerusakan Daerah Aliran Sungai Daerah aliran sungai (DAS) merupakan kesatuan
wilayah (lahan) yang menerima masukan hujan, menyimpan dan mengalirkan air
melalui jaringan sungai, sehingga menghasilkan luaran berupa debit sungai.
Hubungan hujan-limpasan/debit sungai menyatakan kondisi hidrologi DAS, dan
diharapkan bahwa DAS memiliki fungsi yang menjamin keberlanjutan hubungan
hujan-limpasan yang seimbang. Apabila keberlanjutan fungsi-fungsi DAS ini
terganggu karena telah terjadi perubahan bio-geo-fisik lahan DAS, maka dikatakan
telah terjadi kerusakan DAS atau dikenal dengan DAS Kritis. Dalam rencana
Pembangunan Menengah Nasional tahun 2004 – 2009 (PP No: 7 tahun 2005)
disebutkan DAS yang berada pada kondisi kritis semakin meningkat dari 22 DAS
(tahun 1984) menjadi 39 DAS (tahun 1994) dan meningkat menjadi 62 DAS (tahun
1999) (Gambar 1 dan Tabel 1). Pada saat ini diperkirakan DAS kritis telah meningkat
menjadi sekitar 282 DAS. Sedangkan Tabel 2 menyajikan skenario perkembangan
DAS Kritis 5 tahunan antara tahun 2010-2025.
JENIS, FAKTOR,PENYEBAB DAN DAMPAK KERUSAKAN
PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR

KRISIS AIR
Pertumbuhan penduduk, over eksploitasi
Air terlalu banyak, terlalu sedikit, dan terlalu kotor
 
KRISIS PERILAKU
c) Pencemaran
d) Kerusakan ekosistem
 
KRISIS PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN
e) Sektoral, top down, tidak terlegitimasi
f) Biaya pengelolaan ditanggung pemerintah
JENIS, FAKTOR,PENYEBAB DAN DAMPAK KERUSAKAN
PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR
JENIS, FAKTOR,PENYEBAB DAN DAMPAK KERUSAKAN
PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR

Debit Mata Air


Kondisi daerah resapan (recharge area) sangat berpengaruh terhadap debit mata air
dan kualitas airnya. Tata guna lahan pada daerah resapan berpengaruh langsung
terhadap bagian air hujan yang masuk ke dalam tanah sebagai aliran airtanah
(sumber mata air).
Kerusakan Hutan (Degradasi Hutan)
Indonesia saat ini memiliki 10 persen hutan tropis dunia yang masih tersisa. Luas
hutan alam Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan.
Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen (World
Resource Institute,
1997).
DEGRADASI SUMBER-SUMBER AIR: FAKTOR
PENYEBAB DAN LANGKAH-LANGKAH YANG
DIPERLUKAN

167penyusutan hutan tropis secara besar-besaran

Laju deforestasi periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar pertahun,


sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun.

menjadikan Indonesia merupakan salah satu negara dengan


tingkat deforestasi tertinggi di dunia.

berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat


101,73 juta hektar hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62
juta hektar berada dalam kawasan hutan (Badan Planologi Dephut,
2003).
DEGRADASI SUMBER-SUMBER AIR: FAKTOR
PENYEBAB DAN LANGKAH-LANGKAH YANG
DIPERLUKAN

kebutuhan lahan untuk kegiatan non pertanian cenderung terus meningkat.

Kecenderungan tersebut menyebabkan alih fungsi lahan pertanian sulit


dihindari.
kasus menunjukkan jika di suatu lokasi terjadi alih fungsi lahan, maka
dalam waktu yang tidak lama lahan di sekitarnya juga beralih fungsi secara
progresif.
Alih Fungsi
Lahan Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian
menyebabkan terjadinya peningkatan luas permukaan kedap
(impervious area) sehingga memicu peningkatan aliran
permukaan yang menjadi komponen terbesar penyumbang
banjir. permukaan kedap akan menyebabkan penurunan
infiltrasi yang akan mendorong penurunan cadangan air
tanah.
Akibatnya saat musim kemarau, terjadinya kelangkaan ketersediaan air
tanah.
DEGRADASI SUMBER-SUMBER AIR: FAKTOR
PENYEBAB DAN LANGKAH-LANGKAH YANG
DIPERLUKAN

kebutuhan lahan untuk kegiatan non pertanian cenderung terus meningkat.

Perubahan iklim dapat memberikan efek yang nyata terhadap sumber


daya air karena hubungan yang erat antara iklim dan daur hidrologi

Kenaikan suhu akan meningkatkan penguapan dan memicu


Perubahan peningkatan presipitasi.
iklim
Banjir dan kekeringan akan terjadi lebih sering di beberapa wilayah
dalam waktu yang berbeda-beda

Suhu yang meningkat juga akan mempengaruhi kualitas air


melalui eutrofikasi, yaitu peningkatan populasi tumbuhan air
(algae, eceng gondok, dan lain-lain) secara cepat.
Permasalahan Sumber Daya Air dari sisi
pasokan/ketersediaan.

Pengaruh Global Climate Change

Kerusakan Daerah Aliran Sungai

Kerusakan Sumber Air

Krisis Air

Pencemaran Air Tanah

Ancaman hujan asam karena polusi udara telah


mencapai ambang yang membahayakan,
Identifikasi Kelembagaan Pemerintah Terkait Integrasi Pola
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah di Provinsi Jawa Tengah

Aspek hukum sumber daya air melalui


peraturan perundang - undangan
Dalam pengelolaan sumber daya air acuan hukum yang
1 digunakan adalah Undang– Undang Nomor 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air.

Kebijakan lainnya sebagai peraturan pelaksana Undang–Undang


2 tersebut terdapat Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sumber Daya Air.
Identifikasi Kelembagaan Pemerintah Terkait Integrasi Pola
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah di Provinsi Jawa Tengah
Identifikasi Kelembagaan Pemerintah Terkait Integrasi Pola
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah di Provinsi Jawa Tengah
Identifikasi Kelembagaan Pemerintah Terkait Integrasi Pola
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah di Provinsi Jawa Tengah
Identifikasi Kelembagaan Pemerintah Terkait Integrasi Pola
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah di Provinsi Jawa Tengah
Identifikasi Kelembagaan Pemerintah Terkait Integrasi Pola
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah di Provinsi Jawa Tengah
Identifikasi Kelembagaan Pemerintah Terkait Integrasi Pola
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah di Provinsi Jawa Tengah
Identifikasi Kelembagaan Pemerintah Terkait Integrasi Pola
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah di Provinsi Jawa Tengah

kesimpulan
Integrasi pola pengelolaan sumber daya air dalam rencana tata ruang masih
kurang efektif. Hal ini ditunjukkan oleh kurang efektifnya kelembagaan
pemerintah dalam menjalankan peran sebagai pembuat kebijakan dan
kurangngnya koordinasi antar lembaga terkait mengenai muatan dari pola
pengelolaan sumber daya air yang wajib masuk dalam rencana tata ruang
tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh kurang efektifnya kelembagaan pemerintah
dalam menjalankan peran sebagai pembuat kebijakan dan kurangnya
koordinasi antar lembaga terkait mengenai muatan dari pola pengelolaan
sumber daya air yang wajib masuk dalam rencana tata ruang tersebut.
Perbedaan substansi dari undang-undang sumber daya air dan tata ruang
merupakan faktor yang cukup berpengaruh dalam ketidakberhasilan
pelaksanaan integrasi pola dalam rencana tata ruang. Di samping itu, masih
terdapat ego sektoral yang menyebabkan efektivitas kelembagaan pemerintah
tersebut dalam memadukan pola pengelolaan sumber daya air dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di Provinsi Jawa Tengah masih belum
dapat tercapai.
EVALUASI KEBERLANJUTAN SISTEM PENGELOLAAN
SUMBERDAYA AIR ”HIPPAM” PADA MASYARAKAT DESA
PANDANREJO KECAMATAN BUMIAJI, BATU JAWA TIMUR 2017

Salah satu bentuk pengelolaan sumber daya air adalah yang berbasis
masyarakat adalah HIPPAM di Dusun Kajar Desa Pandanrejo Kec. Bumiaji,
Batu Jawa Timur. HIPPAM (Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum)
merupakan organisasi pengelolaan air minum lokal yang dibangun masyarakat.
Sistem ini dibentuk dari ketidaksamaan persepsi masyarakat lokal dengan
pemerintah tentang pegelolaan sumber daya air.
PDAM Kota Batu menjadikan sumber daya air sebagai bisnis dan masyarakat
sebagai konsumen. Biaya yang mahal dan pelayanan yang tidak memuaskan
oleh PDAM ini yang selanjutnya membuat masyarakat keluar sebagai
pelanggan dan mendirikan HIPPAM (Susilo, 2013)
EVALUASI KEBERLANJUTAN SISTEM PENGELOLAAN
SUMBERDAYA AIR ”HIPPAM” PADA MASYARAKAT DESA
PANDANREJO KECAMATAN BUMIAJI, BATU JAWA TIMUR 2017

Sistem ini terbukti mampu menjadi solusi bagi masyarakat Pandanrejo. Selain itu
air juga dapat dibagikan secara merata kepada seluruh masyarakat setempat
dengan biaya yang relatif murah. Ini mengindikasikan bahwa sistem HIPPAM
memiliki keunggulan tersendiri bagi masyrakat. Namun di sisi lain pengelolaan
dengan sistem HIPPAM juga perlu mempertimbangkan aspek keberlanjutan di
masa yang akan datang. Apakah sistem yang dijalankan saat ini sudah
mengintegrasikan dimensi ekonomi dengan dimensi sosial dan lingkungan.
EVALUASI KEBERLANJUTAN SISTEM PENGELOLAAN
SUMBERDAYA AIR ”HIPPAM” PADA MASYARAKAT DESA
PANDANREJO KECAMATAN BUMIAJI, BATU JAWA TIMUR 2017

METODE

Pengumpulan data menggunakan metode survai evaluatif untuk mengevaluasi


pelaksanaan suatu program. Survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari
satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang
pokok (Singarimbun, 1995).
Analisis keberlanjutan HIPPAM dilakukan melalui perhitungan rata-rata skor
perolehan tiap atribut pada masingmasing dimensi keberlanjutan.
EVALUASI KEBERLANJUTAN SISTEM PENGELOLAAN
SUMBERDAYA AIR ”HIPPAM” PADA MASYARAKAT DESA
PANDANREJO KECAMATAN BUMIAJI, BATU JAWA TIMUR 2017

Nilai Indeks Kategori

0,00-24,99 Buruk (Tidak Berkelanjutan)

25,00-49,99 Kurang (Kurang Berkelanjutan)

50,00-74,99 Cukup (Cukup Berkelanjutan)

75,00-100,00 Baik Sangat Berkelanjutan)


EVALUASI KEBERLANJUTAN SISTEM PENGELOLAAN
SUMBERDAYA AIR ”HIPPAM” PADA MASYARAKAT DESA
PANDANREJO KECAMATAN BUMIAJI, BATU JAWA TIMUR 2017

HASIL PENELITIAN

Keberlanjutan Dimensi Lingkungan


Analisis terhadap dimensi lingkungan dilakukan dengan menganalisis
skor terhadap masing-masing atribut lingkungan. Atribut yang digunakan meliputi:
konservasi sumberdaya air, pengelolaan kualitas air, pengendalian pencemaran
air, tingkat kerusakan lahan, dan perubahan penggunaan lahan vegetasi menjadi
non vegetasi maupun menjadi lahan terbangun. Hasil analisis menunjukkan bahwa
dimensi lingkungan termasuk pada kategori cukup berkelanjutan
dengan nilai 59,4.
EVALUASI KEBERLANJUTAN SISTEM PENGELOLAAN
SUMBERDAYA AIR ”HIPPAM” PADA MASYARAKAT DESA
PANDANREJO KECAMATAN BUMIAJI, BATU JAWA TIMUR 2017

Keberlanjutan Dimensi Sosial

Analisis terhadap dimensi sosial dilakukan dengan menganalisis skor


terhadap masing-masing atribut sosial. Atribut yang digunakan meliputi:
Tingkat pendidikan formal, pelatihan pengelolaan sumberdaya air,
pemerataan pendayagunaan sumberdaya air, kerjasaama dengan para pihak
dalam pendayagunaan sumber daya air, partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sumberdaya air, kepedulian masyarakat, dukungan budaya lokal,
sikap tolong menolong antar masyarakat pengguna sumberdaya air, akses
masyarakat terhadap sumberdaya air, konflik sosial antar masyarakat
pengguna sumberdaya air.
EVALUASI KEBERLANJUTAN SISTEM PENGELOLAAN
SUMBERDAYA AIR ”HIPPAM” PADA MASYARAKAT DESA
PANDANREJO KECAMATAN BUMIAJI, BATU JAWA TIMUR 2017

Keberlanjutan Dimensi Ekonomi

Analisis terhadap dimensi lingkungan dilakukan dengan menganalisis


skor masing-masing atribut ekonomi.
Atribut yang digunakan meliputi: tingkat
pendapatan, tarif penggunaan sumberdaya air, pelayanan terhadap
penggunaan sumber daya air, denda polusi, pengusahaan air dan ijin
perdagangan,
subsidi penggunaan sumberdaya air.
Hasil analisis menunjukkan bahwa dimensi ekonomi termasuk pada kategori
cukup berkelanjutan dengan nilai 72,1
EVALUASI KEBERLANJUTAN SISTEM PENGELOLAAN
SUMBERDAYA AIR ”HIPPAM” PADA MASYARAKAT DESA
PANDANREJO KECAMATAN BUMIAJI, BATU JAWA TIMUR 2017

Status Keberlanjutan Pengelolaan


Sumberdaya Air Secara Keseluruhan

Berdasarkan temuan penelitian bahwa status keberlanjutan pengelolaan


sumberdaya air oleh masyarakat atau dikenal dengan HIPPAM termasuk dalam
kategori cukup berkelanjutan. Hal ini menandakan bahwa pengelolaan
sumberdaya khususnya air yang dilakukan oleh masyarakat mendukung akan
keberlanjutan sumberdaya tersebut. Pengelolaan sumberdaya air oleh
masyarakat melalaui Hippam ditemukan telah terjadi sinergi antara aspek
lingkungan, sosial, dan ekonomi. Hasil analisis sata menunjukkan masing-masing
dimensi keberlanjutan termasuk kategori yang cukup berkelanjutan.
Hipotesis Keberlanjutan Sumber Daya Alam dengan Inovasi Sistem Pengelolaan
(Termasuk Upaya Upaya Pemulihan Kuantitas dan/atau Kualitasnya)

Pengelolaan sungai adalah usaha


manusia guna memanfaatkan
sungai sebesar-besarnya bagi pengelolaan sungai haus
kepentingan manusia dan dikerjakan secara integral baik
lingkungan secara integral dan sungai besar, menengah
berkesinambungan, tanpa maupun kecil.
menyebabkan kerusakan rezim dan
kondisi ekologi sungai yang
bersangkutan.
Hipotesis Keberlanjutan Sumber Daya Alam dengan Inovasi Sistem Pengelolaan
(Termasuk Upaya Upaya Pemulihan Kuantitas dan/atau Kualitasnya)

Konsep pengelolaan sungai seperti


konsep eko-hidraulik (Maryono, 2001).
Prinsip pengelolaan sungai

Misalnya guna menanggulangi banjir,


maka komponen ekologi sepanjang alur
sungai dapat dimanfaatkan sebagai Prinsip pengelolaan sungai adalah
komponen retensi hidraulik yang bagaimana mempertahankan kondisi
menahan aliran air, sehingga terjadi sungai tersebut semaksimal mungkin
peredaman banjir di sepanjang alur masih seperti pada kondisi semula
sungai. Sebaliknya, dengan banyaknya atau kondisi alamiahnya (back to
genangan retensi lokal di sepanjang nature concept).
sungai akan meningkatkan kualitas
ekologi sungai tersebut.
Hipotesis Keberlanjutan Sumber Daya Alam dengan Inovasi Sistem Pengelolaan
(Termasuk Upaya Upaya Pemulihan Kuantitas dan/atau Kualitasnya)

Kompilasi Data
Data Fisik Hidraulik

Data fisik hidraulik meliputi penanaman sungai


kompilasi data sungai secara detil sangat secara detil, lebar sungai, penampang melintang
diperlukan, baik data fisik-abiotik, non (penampang di berbagai tempat), alur
fisik-biotik, dan kimia. memanjang (meander, lurus, bercabang,
braided, anastomosing, dan lain-lain), debit dan
tinggi muka air (hidrograf), jenis batuan sedimen
(analisis saringan), kemiringan sungai dan
struktur dasar sungai (pulau, delta, dune, riffle),
data angkutan sedimen, serta perubahan profil
sungai melintang dan memanjang.
Hipotesis Keberlanjutan Sumber Daya Alam dengan Inovasi Sistem Pengelolaan
(Termasuk Upaya Upaya Pemulihan Kuantitas dan/atau Kualitasnya)

Data Ekologi (Kimia dan Biologi) Data Aktivitas Sosial

Data ekologi meliputi temperatur, kandungan


oksigen (DO), pH, kandungan Fe, Biological Kompilasi data ini meliputi aktivitas sosial
Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen yang terdapat disepanjang sungai
Demand, bakteri coli, dan lain-lain. Data jenis (terutama yang dekat dengan sungai),
plankton dan karakteriistiknya, data jenis hubungannya dengan sungai (misalnya
tumbuhan dan hewan baik yang hidup di pembuangan sampah dan limbah,
daerah bantaran maupun di dasar sungai,
pembetonan dinding, dan lain-lain).
bentos dan jasad renik lainnya, serta data
jenis ikan yang hidup pada sungai yang
bersangkutan.
Hipotesis Keberlanjutan Sumber Daya Alam dengan Inovasi Sistem Pengelolaan
(Termasuk Upaya Upaya Pemulihan Kuantitas dan/atau Kualitasnya)

Konsep Eko-Hidraulik dalam Pengelolaan Bangunan Pada


Sungai

Pendekatan rekayasa hidraulik murni yang selama ini dipakai ternyata banyak
menyebabkan kerusakan ekologi wilayah sungai dan pada gilirannya menjadi
bumerang secara hidraulik terhadap sungainya sendiri. Berikut ini disajikan 2
(dua) contoh kajian konsep eko-hidraulik pengelolaan bangunan air pada sungai,
konstruksi melintang sungai yang menahan atau membelokkan aliran sungai
(misalnya bangunan bendung) dan konstruksi memanjang yang mempercepat
aliran air ke hilir, misalnya pelurusan atau sudetan.
Hipotesis Keberlanjutan Sumber Daya Alam dengan Inovasi Sistem Pengelolaan
(Termasuk Upaya Upaya Pemulihan Kuantitas dan/atau Kualitasnya)

kesimpulan

Jadi Konsep Ekohidrolika pada pengelolaan sungai inidapat


meningkatkan nilai dan fungsi ekosistem riparian sehingga
keberlanjutan sungai dan peranannya dalam penyediaan
sumber daya air maupun fungsi lainnya dapat dipertahankan
dan dikembangkan untuk mendukung tatanan lingkungan yang
kondusif dan berdaya guna di masa akan datang.
Daftar pustaka
- Agus, F. dan I.G. M. Subiksa. 2008. Lahan
Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek
- Kurniawan, Rizky. 2015. Permasalahan
Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan Ketersediaan Air Bersih dan Solusinya.
World Agroforestry Centre (ICRAF), Bogor, Himatesil. Bogor. 4. Maryono, Agus;
Indonesia Muth, W; Eisenhauer, Norbert. 2002.
- Darwis Panguriseng. 2019. Pemanfaatan Applied Hydrolic (Hidrolika Terapan).
Sumber Daya Air berkelanjutan & Basic Knowledge on Hydraulic for
permasalahannya. Makalah. Dalam : Hydraulic Construction. PT. Pradnya
Internasional Seminar Civil in Paramita. Jakarta.
Progressive di Universitas - Maryono, Agus. 2002. Ecological-
Muhammadiyah Makassar, 04 Maret.
- Effendi, Hefni, 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Hydraulic of River Development (Eko-
Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Hidraulik Pembangunan Sungai). Basic
Perairan, Kanisius. concept of river development with
- Junita, S., & Buchori, I. (2016). ecological and hydraulical point of view.
Efektivitas kelembagaan pemerintah Gadjah Mada University. Jogyakarta.
dalam integrasi pola pengelolaan sumber
daya air dalam RTRW (Studi Kasus:
Provinsi Jawa Tengah). Jurnal Wilayah dan
Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai