Nama Kelompok:
1. Annisa Fitriani
2. Fasya Artha Putri
3. Ihza Nisri Narti
Daftar Isi
Pendahuluan Pembahasan
Penutup
Pendahuluan
Latar belakang
Latar belakang
1. Pengertian Aqidah
2. Dasar-Dasar Aqidah
3. Ruang lingkup
Aqidah
4. Dalil/Argumentasi
dalam Aqidah
5. Tujuan Aqidah
6. Metode peningkatan
kualitas Aqidah
7. Prinsip-prinsip
Aqidah
1. Pengertian Aqidah
1. Al-Qur’an
Hadis ialah segala ucapan, perbuatan dan takrir (sikap diam) Nabi Muhammad
Saw. Islam telah menegaskan bahwa hadis menjadi sumber hukum Islam kedua
(setelah Al-Qur’an), baik sumber hukum dalam aqidah maupun dalam semua
persoalan hidup. Hal ini dikarenakan semua yang disandarkan kepada Nabi
adalah wahyu dari Allah, bukan sekedar memperturutkan hawa nafsu saja.
Sebagaimana firman Allah Swt dalam Qs. An-Najm : 3-4 yang artinya “Dan
tidaklah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya, ucapannya itu
tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”.
Adapun hadis yang menjelaskan tentang aqidah adalah sebagai berikut :
Dari Abu Hurairah Ra. berkata : bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada
suatu hari bersama dengan para sahabat, lalu datang Malaikat Jibril ‘Alaihis
Salam yang kemudian bertanya : “Apakah iman itu?” Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam menjawab : “Iman adalah kamu beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan
kamu beriman kepada Hari Berbangkit” (H. R. Bukhari).
3. Ruang lingkup aqidah
Argumentasi yang kuat dan benar yang memadai disebut dalil. Dalil dalam
aqidah ada dua yaitu :
1. Dalil 'Aqli:Dalil yang berdasarkan pada penalaran akal yang sehat. Orang
yang tidak mampu mempergunakan akalnya karena ada gangguan,
maka tidak dibebani untuk memahami aqidah. Segala yang menyangkut
berdasarkan dengan aqidah, kita tidak boleh meyakini secara ikut-ikutan,
melainkan berdasarkan keyakinan yang dapat dipelajari sesuai dengan
akal yang sehat.
2. Dalil Naqli adalah dalil yang didasarkan pada Al-Qur'an dan sunah.
Walaupun akal manusia dapat menghasilkan kemajuan ilmu dan
teknologi, namun harus disadari bahwa betapun kuatnya daya pikir
manusia, ia tidak akan sanggup mengetahui hakikat zat Allah yang
sebenarnya. Manusia tidak memiliki kemampuan untuk menyelidiki yang
ghaib, untuk mengetahui yang ghaib itu kita harus puas dengan Wahyu
Allah. Wahyu itulah yang disebut dalil Naqli.
5. Tujuan Aqidah
Seorang mukmin harus memiliki kualitas aqidah yang baik, yaitu aqidah
yang benar, kokoh dan tangguh. Kualitas aqidah tidak hanya diukur dari
kemauan seseorang untuk percaya kepada Allah SWT atau kepada yang
lain seperti yang tercantum di dalam rukun iman. Namun lebih jauh dari
itu, kepercayaan itu harus bisa dibuktikan dalam praktik kehidupan sehari-
hari. Percaya saja tidak cukup, tapi harus diikuti dengan tindakan nyata
dalam kehidupan sehari-hari di manapun berada.
Seseorang yang beriman kepada Allah SWT maka ia harus melakukan
semua yang diperintahkan Allah SWT dan menjauhi semua yang di larang-
Nya. Jika ia beriman kepada kitab Allah, maka ia harus melaksanakan
ajaran-ajaran yang ada di dalamnya. Jika ia beriman kepada para rasul
Allah, maka ia wajib melaksanakan ajaran yang disampaikan para rasul
dengan sebaik-baiknya serta meneladani akhlaknya.
Untuk itu mengingat pentingnya kekuatan aqidah itu dimiliki oleh setiap
mukmin, maka diperlukan upaya-upaya atau cara-cara yang baik agar bisa
meningkatkan keyakinan dan memudahkan menerapkan semua
keyakinan itu di dalam kehidupannya di masyarakat.
7. Prinsip-prinsip
aqidah
Prinsip-prinsip aqidah secara keseluruhan tercakup dalam sejumlah prinsip agama
Islam. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. Pengakuan dan keyakinan bahwa Allah SWT adalah Esa. Beriman kepada Allah
dan hanya menyembah kepada Allah, dan tidak menyekutukan Allah.
2. Pengakuan bahwa para Nabi telah diangkat dengan sebenarnya oleh Allah SWT
untuk menuntun umatnya. Keyakinan bahwa para Nabi adalah utusan Allah SWT
sangat penting, sebab kepercayaan yang kuat bahwa Nabi itu adalah utusan
Allah, mengandung konsekuensi bahwa setiap orang harus meyakini apa yang
dibawa oleh para Rasul utusan Allah tersebut berupa kitab suci. Keyakinan akan
kebenaran kitab suci menjadikan orang memiliki pedoman dalam menjalani
kehidupan di dunia ini
3. Kepercayaan akan adanya hari kebangkitan, keyakinan seperti ini memberikan
kesadaran bahwa kehidupan dunia bukanlah akhir dari segalanya. Setiap orang
pada hari akhir nanti akan dibangkitkan dan akan diminta pertanggungjawaban
selama hidupnya di dunia.
4. Keyakinan bahwa Allah SWT adalah maha adil. Jika keyakinan seperti ini
tertanam di dalam hati, maka akan menumbuhkan keyakinan bahwa apa yang
dilakukan akan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Orang yang berbuat
kebaikan akan mendapatkan balasan yang baik, seberapapun kecilnya kebaikan.
Sebaiknya perbuatan jelek sekecil apapun dan mendapatkan balasan yang
setimpal dari Allah SWT.
Penutup
Kesimpulan
Kesimpulan