Anda di halaman 1dari 50

KEPMENEG PU NO 10/KPTS/2000

Keputusan Menteri Negara PU tentang Ketentuan


Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran
pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

 Ketentuan Umum
 Perencanaan Tapak untuk
Proteksi Kebakaran
 Sarana Penyelamatan
 Sistem Proteksi Pasif
 Sistem Proteksi Aktif
 Pengawasan & Pengendalian
BAB I KETENTUAN
UMUM
Maksud
 Sebagai acuan persyaratan teknis dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pemanfaatan bangunan gedung oleh
perencana, pelaksana dan pemilik atau pengelola gedung,
serta implementasi sistem pengendalian penyelenggaraan
bangunan gedung oleh pemerintah melalui mekanisme
perizinan, pemeriksaan, pengawasan dalam rangka
pengamanan gedung terhadap bahaya kebakaran.

Tujuan
 Terselenggaranya pelaksanaan pembangunan dan peman-
faatan bangunan gedung yang aman terhadap bahaya
kebakaran
KLAS BANGUNAN
 Klas 1 : Bangunan hunian biasa (rumah
tinggal, rumah gandeng, rumah
asrama, wisma (< 300 m2)
 Klas 2 : Hunian terdiri atas 2 atau lebih unit
hunian yg merupakan unit terpisah
 Klas 3 : Bangunan hunian selain klas 1 & 2
 Klas 4 : Bangunan hunian campuran
 Klas 5 : Bangunan kantor atau usaha
 Klas 6 : Bangunan perdagangan
 Klas 7 : Bangunan penyimpanan / gudang
 Klas 8 : Bangunan lab/industri/pabrik
 Klas 9 : Bangunan Umum (rumah sakit dan
bangunan pertemuan)
 Klas10: Bangunan / struktur bukan hunian
PERENCANAAN TAPAK UNTUK
PROTEKSI KEBAKARAN
Yang diatur dalam KEPMEN 10

(1) LINGKUNGAN BANGUNAN


 Lingkungan perumahan, perdagangan, industri
 Jalan lingkungan
 Jarak antar bangunan

No. Tinggi Bang Jarak Min. Antar


(m). Bang. Gedung (m)
1. s/d 8 3
2. > 8 s/d 14 > 3 s/d 6
3. > 14 s/d 40 > 6 s/d 8
4. > 40 >8

(2) AKSES PETUGAS PEMADAM KE LINGKUNGAN


(3) AKSES PETUGAS PEMADAM KE BANGUNAN
PERENCANAAN TAPAK
(lanjutan)
Akses petugas pemadam Tinggi < 10 m

kebakaran
Lebar jalan min. 4 m
 lapis perkerasan
 jalur akses masuk
 Penandaan jalur akses masuk
Maks. 45 m
 hidran halaman Jalan masuk mobil
pemadam kebakaran

Volume bangunan untuk penentuan akses

Volume bangunan Keterangan


> 7.100 m Min 1/6 keliling bangunan
> 28.00 m Min ¼ keliling bangunan

>56.800 m Min ½ keliling bangunan

> 85.200 m Min ¾ keliling bangunan

Hrs sekeliling bangunan


>113.600 m
SITE PLAN & SISTEM PROTEKSI
PERENCANAAN AKSES BAGI MOBIL
PEMADAM KEBAKARAN
HAMBATAN BAGI AKSES
PEMADAM KEBAKARAN
AKSES PEMADAM KEBAKARAN
BANGUNAN-BANGUNAN YANG MEMERLUKAN SAF UNTUK

AKSES PEMADAM KEBAKARAN KE GEDUNG PEMADAMAN KEBAKARAN, YANG MEMPERLIHATKAN


TINGKAT ATAU LANTAI-LANTAI MANA YANG PERLU DILAYANI

(1) Akses petugas pemadam ke dalam bangunan


(bukaan di dinding luar)
Lantai-lantai atas yang
Lantai-lantai atas di
(1) Akses petugas pemadam di dalam bangunan tiap bangunan yang
luasnya 600 m 2 atau
lebih yang jaraknya
berada 20 m di atas
dari level akses masuk
(lif kebakaran, lobi dlm saf terlindung, sarana lain) level akses masuk
minimum 7,5 m

(1) Penyediaan saf untuk petugas pemadam kebakaran


(persyaratan, jumlah dan lokasi, desain dan Lantai bismen 2 lantai
konstruksi saf termasuk sarana proteksi seperti atau lebih yang luasnya
tiap lantainya lebih dari
landing valve ) 500 m2

Level akses
masuk

7,5 m

Level
akses

Lantai-lantai
A bismen di tiap
bangunan yang
berada 10 m atau
B C
lebih dari level
akses masuk

B&C Saf pemadam kebakaran tidak


perlu memuat lif kebakaran

A Saf pemadam kebakaran harus memuat lif


kebakaran
SAF UNTUK PETUGAS PEMADAM
KEBAKARAN

 Saf pemadam kebakaran  Jumlah minimum saf pada


bangunan bersprinkler
Lobi utk Luas lantai Jumlah min saf pe-
pemadaman
kebakaran Tangga maks (m2) madam kebakaran
untuk
Pintu yg pemadaman < 900 1
Menutup kebakaran
sendiri 900 - 2000 2

> 2000 2 ditambah 1 utk


tiap penambahan
Lif untuk
luas 1500m2
pemadam
kebakaran
dlm saf
Bila bangunan tidak bersprinkler harus
disediakan satu saf untuk setiap 900m2 luas
lantai terbesar yang letaknya > 20m diatas
permukaan tanah
SARANA PENYELAMATAN
 TUJUAN
 Menyediakan sarana ke luar
yang aman saat melakukan
evakuasi dlm keadaan darurat

 PRINSIP
 Bangunan harus dilengkapi
dengan sarana penyelamatan
yang dapat digunakan oleh
penghuni bangunan untuk pe-
nyelamatan diri tanpa hamba-
tan saat terjadi kebakaran,
serta penyediaan akses ma-
suk untuk membantu pema-
daman dari luar bangunan
PERSYARATAN KINERJA UNTUK
PENYEDIAAN SARANA PENYELAMATAN

 Sarana ke luar memperhitungkan


 Jarak tempuh
 Jumlah, mobilitas & karakter penghuni
 Fungsi atau penggunaan bangunan
 Tinggi bangunan dan arah sarana ke luar

 Jalan ke luar ditempatkan terpisah


 Jumlah lantai bangunan yg dihubungkan
 Sistem proteksi kebakaran terpasang
 Fungsi / penggunan bangunan
 Jumlah lantai yang dilalui
 Tindakan pemadam kebakaran

 Memenuhi persyaratan dimensi


 Jumlah, mobilitas & karakter penghuni lain-
nya
 Fungsi atau pemakaian bangunan
PERSYARATAN JALAN KE LUAR
1. Kebutuhan jalan ke luar
(eksit)
 Sekurang-kurangnya 1 eksit
 Ditentukan berdasarkan beban
penghunian
 Jumlah eksit sebagai berikut :

Beban penghunian Jumlah eksit


< 500 2
> 500 3
1000 4

2. Jarak antar eksit


Tidak lebih dari setengah diagonal

3. Konstruksi pelindung eksit


Harus memiliki TKA minimal 60/60/60
4. Tidak terdapat koridor buntu > 13m
PERSYARATAN JALAN KE LUAR (lanj)

 Sistem evakuasi kebakaran ditentukan oleh jenis


penggunaan bangunan (jml. eksit, jarak tempuh dll)
 Pada bangunan rumah sakit perlu diperhatikan
kondisi pasien (ICU, bed-ridden, ambulatory yg
memerlukan sarana dan treatment berbeda
(TKA, eksit horisontal dan ramp)
 Pintu kebakaran harus dilengkapi dengan
kelengkapan penutup pintu otomatis, bertanda dan
membuka ke arah luar. Bisa dilengkapi pula dgn
kaca berkawat (wired-glass).
 Dimensi atau ukuran eksit ditentukan berdasarkan
beban penghunian (occupant load factor), namun
minimal 1 meter
 Pada bangunan residential ( klas 1, 2 dan 3) perlu
memperhatikan faktor keselamatan terhadap
kebakaran di-samping faktor keamanan lainnya
(misalnya penggunaan teralis dsb)
 Sirkulasi untuk evakuasi tidak boleh terhalangi
JALUR EVAKUASI
A : titik terjauh dlm kamar
B : Pintu ke koridor
C : Pintu tangga kebakaran
D : Pintu ke luar dari tangga
E : Pintu ke halaman luar
(exit discharge)

Jarak tempuh = A – C (apa-


bila tangga dilindungi struk-
tur tahan api (fire rated),
dari titik terjauh ke eksit
PERSYARATAN JALAN
KE LUAR (lanjutan)
Beban Penghunian = Luas lantai / Faktor
Beban
 Jarak tempuh ke eksit Penghunian
Faktor Beban Penghunian sbb :
Jenis Ber- Tanpa Penggunaan bangunan m2
sprin- sprin- bersih
Penggunaan kler kler
Tempat berkumpul
-Tersebar tanpa tempat duduk tetap 1,5
Perkantoran 45m 60m -Terkonsentrasi tanpa tempat duduk 0,7
Pertemuan umum 45m 60m Perdagangan
Pendidikan 45m 60m -Lantai dasar dan bismen 3–6
-Tempat penyimpanan/pengepakan 30
Rumah sakit 30m 45m
Pendidikan
Industri / gudang 30m 45m
-Ruang-ruang kelas 2
Bahaya tinggi 20m 35m -Ruang toko dan kerja praktek 5
Hotel / motel 30m 45m Perkantoran/bisnis 10
Flat / rmh susun 30m 50m Hotel dan apartemen 20
Rumah tinggal TD TD Perawatan kesehatan / rmh sakit
-Bangsal tempat tidur 12
-Bagian perawatan pasien 24
Institusional 12
TD = tidak dibatasi
KONSTRUKSI EKSIT
Dimensi Maks Min
 Konstruksi pelindung tangga
atau ramp harus dari bahan yang Tanjakan 190 mm 115 mm
tidak mudah terbakar tangga
 Ruang tangga kebakaran harus
kedap asap melalui sistem Injakan tangga 355 mm 250 mm
kontrol asap (smoke vent system
atau pressurizer system)
 Tangga spiral dilarang diguna-
kan sebagai tangga kebakaran
 Maksimum jumlah tanjakan 18
dan minimum jumlah tanjakan 2
 Tekanan membuka pintu tangga
maksimum 50 lb (25 kg)
 Jalur tangga tidak boleh terputus
 Penempatan rambu-rambu pada
pintu kebakaran
TANDA-TANDA ARAH KE LUAR
LANDASAN HELIKOPTER
 Dapat disediakan pada bangunan dengan ketinggian > 60m
 Tujuan helipad untuk RESCUE bukan untuk evakuasi umum
 Perlu diperhitungkan unsur cuaca / iklim, desain atap, tinggi bangunan,
lingkungan sekitar, sarana mekanikal & elektrikal yang ada di atap
termasuk papan iklan ( bill board) dsb
 Memenuhi persyaratan struktur, tersedianya sarana pemadam, lampu-
lampu tanda penunjuk, sistem drainase, tanda lokasi dan ketentuan
lainnya sesuai standar yang berlaku
SISTEM PROTEKSI PASIF
Prinsip dasar
 Tujuan
 Mempertahankan keamanan bangunan
terhadap heat-energy impact melalui
bahan dan komponen struktur bangu-
nan sehingga upaya penyelamatan dan
tindakan pemadaman dapat dilakukan
 Meng-isolasi kebakaran pada satu
lokasi sehingga memudahkan pema-
daman dilakukan secara lebih efektif
 Menghindari penyebaran kebakaran
dari antar ruang, antar lantai atau antar
bangunan sehingga kerusakan dapat
dihindari
 Aspek yang diatur menyangkut ketaha-
nan api dan stabilitas, kompartemeni-
sasi serta perlindungan bukaan.
 Indikator sistem proteksi kebakaran
telah dirancang sebelumnya.
KETAHANAN API DAN STABILITAS
Kemampuan komponen struktur bangunan
(dinding, kolom, balok, lantai) tetap bertahan
sesuai fungsinya saat terkena energi panas
kebakaran, dinyatakan dalam satuan waktu
menit atau jam.
UNSUR TINGKAT KETAHANAN API (TKA)
DINYATAKAN DALAM MENIT / JAM

 Ketahanan memikul beban ( kelayakan struktur).


( kemampuan untuk memelihara stabilitas dan kelayakan kapasitas
beban sesuai dengan standar yang dibutuhkan)

 Ketahanan terhadap penjalaran api (integritas).


( kemampuan untuk menahan penjalaran api dan udara panas
sebagaimana ditentukan pada standar ).

 Ketahanan terhadap penjalaran panas (isolasi).


( kemampuan untuk memelihara temperatur pada permukaan yang
tidak terkena panas langsung dari tungku kebakaran pada
temperatur di bawah 1400C sesuai standar uji ketahanan api.
TIPE KONSTRUKSI TAHAN API

Tipe – A
Konstruksi yang unsur struktur  Tipe – B
pembentuknya tahan api dan  Konstruksi yang
mampu menahan secara
elemen struktur
pembentuk Tipe – C
struktural terhadap beban kompartemen penahan Konstruksi yang komponen
bangunan. Pada konstruksi ini api mampu mencegah struktur bangunannya
terdapat komponen pemisah penjalaran kebakaran dari bahan yang dapat
pembentuk kompartemen ke ruang-ruang terbakar serta tidak
untuk mencegah penjalaran api bersebelahan dalam dimaksudkan untuk
bangunan, dan dinding mampu menahan
ke dan dari ruangan luar mampu mencegah secara struktural
bersebelahan dan dinding yang penjalaran kebakaran terhadap kebakaran
mampu mencegah penjalaran dari luar bangunan.
panas pada dinding bangunan
yang bersebelahan
TIPE KONSTRUKSI YANG DIPERLUKAN

Jumlah lantai Klas bangunan Klas bangunan


bangunan 2,3,9 5,6,7,8
4 atau lebih A A
3 A B
2 B C
1 C C

Harus diperhatikan :
Spesifikasi konstruksi tahan api (Tipe A, B atau C)
Bangunan dengan klasifikasi jamak
Integrasi dengan sistem proteksi aktif
Pertimbangan sifat termal bahan terhadap intensitas kebakaran
PENGARUH SIFAT TERMAL BAHAN
TERHADAP KONSTRUKSI TAHAN API

 Pada temp 450oC baja tinggal


separuh kekuatannya
 Pada temp 750oC baja tidak lagi
dapat memikul beban
 Komponen struktur baja harus
diberi bersarung (steel covering
materials)
 SCM dari bahan vermiculite,
panel gipsum atau glass-wool
BAHAN BANGUNAN & KEBAKARAN

 Kaitan dengan kebakaran, bahan bangunan


dibagi dalam 5 klas mutu : tidak mudah
terbakar (I) – semi tidak mudah ter-bakar (II)
– menghambat api (III) – semi menghambat
api (IV) – mudah terbakar (V).
 Peningkatan mutu dari bahan mudah terbakar
ke bahan yang sedikit tidak mudah terbakar
dapat dilakukan dengan menggunakan bahan
penghambat api (fire retardant materials)
 Penggunaan bahan-bahan mudah terbakar
perlu diperhatikan khususnya pada bangunan
kedap suara, bangunan ber-insulasi serta
penggunaan bahan atap.
 Penggunaan bahan-bahan mudah terbakar
perlu dikompensasi dengan penerapan sistem
proteksi aktif yang lebih intens.
TINGKAT MUTU BAHAN
Mutu Mutu Mutu Mutu Mutu
Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat
I II III IV V
Beton Papan wol Kayu lapis yang Papan Sirap bambu
Bata, batako kayu semen dilindungi polyester Sirap kayu
Papan semen Papan yang bertulang bukan ulin
Asbes
Aluminium pulp mengandung Polyvinil atau kayu jati
Serat kaca Lebih dari 52% dengan Rumbia
Kaca tulangan
semen glass fibre Anyaman
Besi, baja
Plaster board Papan partikel bambu
Adukan semen yang dilindungi
Pelat baja Bahan atap
Adukan gips lapis PVC Papan wol kayu aspal lapis
Asbes semen mineral
Ubin keramik (tegola)
Ubin semen Kayu kamper
Ubin marmer Kayu meranti
Lembaran seng Kayu
Panel kalsium silikat terentang
Rock wool, glass wool Kayu lapis
Genteng keramik Soft board
Wired glass Hard board
Lembaran baja lapis seng Papan partikel
STRUKTUR BAJA GEDUNG WTC
VERSUS BAHAN BAKAR PESAWAT
KOMPARTEMENISASI

URAIAN Tipe Konstruksi bangunan


Tipe A Tipe B Tipe C

Klas 5 atau 9b Maks luas lantai 8000 m2 5500 m2 3000 m2


Maks volume 48000 m3 33500 m3 18000 m3

Kelas 6,7,8 atau 9a Maks luas lantai 5000 m2 3500 m2 2000 m2


(kecuali daerah Maks volume 30000 m3 21500 m3 12000 m3
perawatan pasien)
MEMBENTUK KOMPARTEMENISASI
PERLINDUNGAN PADA BUKAAN
 Setiap penembusan di dinding, atap atau lantai kompartemen
harus dilindungi dengan fire stopping
 Setiap saluran udara (ducting) yang menembus dinding
kompartemen harus dipasang damper api / asap
 Bukaan ventilasi pada bangunan yang digunakan untuk saf pipa,
saf ventilasi listrik harus sepenuhnya tertutup dengan dinding dari
bawah sampai atas dengan konstruksi tahan api
PERLINDUNGAN PADA BUKAAN
Beberapa sistem perlindungan
pada bukaan dalam upaya
mengisolasi kebakaran supaya
tidak menyebar ke ruang-ruang
lainnya dalam bangunan
SISTEM PROTEKSI AKTIF
 Tujuan
 Menyediakan sarana (ber-energi) untuk mela-
kukan pendeteksian dini, pemadaman secara
otomatis maupun manual menggunakan sarana
pemadam berbasis air ataupun kimia termasuk
kontrol asap sedemikian rupa sehingga
kebakaran dapat dikendalikan / dipadamkan
lebih efektif dan memberi kesempatan penghuni
menyelamatkan diri dengan aman.
 Sistem terdiri atas
 Sistem deteksi & alarm kebakaran
 Sistem sprinkler otomatis
 Sistem pipa tegak dan slang kebakaran
 Sistem pemadam kimia (APAR, pemadam khusus)
 Sistem pengendalian asap kebakaran
 Sarana penunjang : sistem daya darurat, fire pump, lif
kebakaran, pusat kendali kebakaran, sumber air
SISTEM DETEKSI & ALARM KEBAKARAN

 Jenis detektor
Detektor panas (temp.tetap, laju kenaikan temp, kombinasi
Detektor asap (ionisasi, photo-electric, very early smoke detecting.app)
Detektor nyala api (flame detector, beam detector dll)
Detektor gas (HCl gas detector, gas leak detector, HF gas detector dll)

 Komponen sistem deteksi : manual break glass, panel control,


alarm
 Pengkabelan / wiring
 Persyaratan lain mengacu kepada SNI no 03-3986-2000
PEMILIHAN SISTEM DETEKSI & ALARM
SISTEM SPRINKLER OTOMATIS
 Sistem yang mampu memadamkan kebakaran secara otomatis
sekaligus memberikan signal pendeteksian kebakaran
 Jenis sistem : wet fire sprinkler – dry fire sprinkler – preaction
system dan deluge system (di Indonesia tidak digunakan jenis
dry fire sprinkler.
 Jenis lain berdasarkan karakter fungsi : fast response sprinkler,
residential / home fire sprinkler
 Rancangan sistem sprinkler ditentukan berdasarkan tingkat
resiko bahaya (ringan – sedang – tinggi)
 Acuan standar SNI 03-3989-2000 tentang sprinkler otomatis
PERSYARATAN PEMAKAIAN SPRINKLER

JENIS BANGUNAN KAPAN SPRINKLER DIPERLUKAN

Semua kelas bangunan, termasuk lap. parkir ter- Pada bangunan yg tinggi efektifnya > dari 14m
buka dalam bangunan campuran, tidak termasuk atau jumlah lantai melebih 4 lantai
yang merupakan bangunan terpisah

Bangunan pertokoan (Kelas 6) Dalam kompartemen kebakaran dengan salah


satu ketentuan berikut :
1. Luas lantai lebih dari 3500 m 2
2. Volume ruangan lebih dari 21.000m 3

Bangunan rumah sakit Lebih dari 2 lantai

Ruang pertemuan umum, ruang pertunjukan, Luas panggung dan belakang panggung lebih
teater dari 200 m3

Konstruksi atrium Tiap bangunan ber-atrium

Bangunan berukuran besar yang terpisah 1. Bangunan kelas 5 s/d 9 dengan luas
maks. 18.000 m2 dan volume 108.000 m3
2. Semua bangunan dng luas lantai >
18.000 m2 dan volume 108.000 m3

Ruang parkir, selain ruang parkir terbuka Bila menampung lebih dari 40 kendaraan

Bangunan dengan resiko bahaya kebakaran 1. Luas lantai melebihi 2000 m 2


amat tinggi 2. Volume lebih dari 12.000 m3
INSTALASI SISTEM SPRINKLER
PENEMPATAN KEPALA SPRINKLER
SISTEM PIPA TEGAK DAN SLANG
KEBAKARAN (standpipe & hose)

 Tujuan : Menyediakan air Tekanan Laju Ukuran


bertekanan yang digunakan secara minimum aliran minimum
manual untuk memadamkan Bar / psi minimum pipa
Liter/mnt tegak
kebakaran dengan prinsip
pendinginan (water cooling) Klas I 6,9 bar 1893 liter 102 mm
 Jenis sistem : Klas I (dengan (2,5 inch) (100 psi) per menit (4 inch)
di titik (500
ukuran sambungan selang 2,5 inch;
terjauh gpm)
Klas II (uk.samb.selang 1,5 inch)
dan Klas III (gabungan) Klas II 4,5 bar 379 liter
 Tekanan dan laju aliran minimum (1,5 inch) (65 psi) per menit
lihat tabel berikut di titik (100
terjauh gpm)
 Laju aliran minimum untuk pipa
tegak tambahan untuk Klas I dan
Klas III harus 946 //menit (250 gpm)
untuk setiap pipa tegak yg Klas III Gabu- 1893 liter 102 mm
jumlahnya tidak melampaui 4731 (2,5 dan ngan per menit (4 inch
1,5 inch) keduanya (500
l/mnt 91250 gpm)
gpm)
Sistem zona tunggal
ZONA PIPA TEGAK
ZONA PIPA TEGAK Sistem dua zona tipikal
ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)
 Penyediaan alat pemadam manual yg
digunakan pada tahap dini
 Dipasang pada jarak maks 1,5 m dari
lantai, disesuaikan dgn jenis kebakaran

Jenis kebakaran Jenis APAR

Kebakaran benda padat mudah Kelas A


terbakar bukan logam, misal kayu,
kertas, kain, karet, plastik

Kebakaran benda cair mudah Kelas B


menyala dan lemak masak

Kebakaran yang melibatkan Kelas C


peralatan bermuatan listrik

Kebakaran yang melibatkan logam Kelas D


mudah terbakar
ALAT PEMADAM KHUSUS
 Jenis : bahan pemadam halon 1301
(fixed system) dan halon 1211 untuk
streaming (pemadam tabung) . Kedua
jenis bahan sangat efektif untuk
pemadam di ruang komputer, electronic
dan data processing.
 Bahan Pengganti : Karena berpotensi
menipiskan lapisan ozon maka kecuali
untuk essential uses, terdapat bahan
pengganti seperti FM-200, NAFS-III,
Inergen, water mist technology, AF11,
CO2 system (pengganti halon 1301)
dan dry-chemical, CO2 dan halotron
untuk pengganti halon 1211.
 Fixed system terdiri atas total flooding
system dan local application.
 Untuk penanganan halon penghapusan
halon dibentuk Indonesia Halon Bank
SISTEM KONTROL ASAP

Sistem pengendalian asap harus dipasang


pada bangunan untuk mengurangi bahaya
asap, meniadakan hambatan pandangan
serta meminimasi bahaya akibat sengatan
asap
Prinsip kontrol asap adalah pengadaan
beda tekanan udara dan membuat media
pengaliran asap (tabir, smoke curtain dsb)
LIFT KEBAKARAN
 Pada sejumlah lift yang terpasang pada bangunan tinggi (lebih
dari 25 m) maka sekurang-kurangnya satu lift harus digunakan
sebagai lift kebakaran.
 Pada saat tidak terjadi kebakaran maka lift kebakaran dapat
dikombinasikan sebagai lift penumpang
 Lift kebakaran selain bertanda khusus harus terdapat dalam saf
tahan api (fire rated).
 Lift kebakaran dioperasikan oleh petugas pemadam kebakaran
untuk keperluan pemadaman, penanggulangan darurat kebaka-
ran dan harus dapat berhenti di setiap lantai.
 Sumber daya listrik lift kebakaran harus direncanakan dari dua
sumber dan menggunakan kabel tahan api.
 Lift kebakaran harus memenuhi standar lift yang berlaku.
 Lift kebakaran dilengkapi dgn sarana operasional di dalamnya
PUSAT KENDALI KEBAKARAN
 Lokasi ruang Pusat Pengendali
Terletak pada level yang sama dengan halaman luar (level lantai)
Tidak terdapat perbedaan ketinggian > 30 cm
 Konstruksi
Tingkat ketahanan api tidak kurang dari 120/120/120
Bukaan pada dinding, lantai dan langit-langit dibatasi hanya untuk pintu, ventilasi dan
lubang perawatan lainnya
 Proteksi pada bukaan
 Ukuran dan sarana
Luas lantai tak kurang dari 10 m2
Dilengkapi sarana telpon sambungan langsung, papan tulis, pin-up board, meja dan
panel indikator kebakaran dengan sakelar kontrol dan indikator visual
 Ventilasi dan pemasok daya
Diberi ventilasi alami serta sistem udara bertekanan termasuk pencahayaan yg baik
 Tanda
Diberi bertanda dengan huruf tidak lebih kecil dari 50 mm dengan warna yang kontras
PENGAWASAN & PENGENDALIAN
 Pengawasan dan pengendalian tahap
perencanaan
Kesesuaian dengan standar-standar
Pertimbangan mengenai fire-safety sudah dilakukan
Performance-based v/s prescriptive-based
 Pengawasan dan pengendalian tahap
pelaksanaan
Pelaksana yang kompeten, qualified dan certificated
Jaminan mutu pada bahan dan proses
Test and commissioning terhadap produk
 Pengawasan dan pengendalian tahap
pemanfaatan bangunan
Penerapan fire safety management
Tidak ada perubahan peruntukkan
 Jaminan keandalan sistem
Quality assurance and assessment
 Pengujian api

Anda mungkin juga menyukai