Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn.F DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN


PERTUKARAN GAS DENGAN DIAGNOSA GAGAL NAFAS DI
RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD Prof. Dr.
MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Disusun Oleh:
Nama: Fuad Arif Nurudin
NIM: 2021030026
Definisi Gagal Nafas
 Gagal nafas adalah ketidakmampuan system pernafasan untuk mempertahankan
oksigenasi drah normal, eliminasi karbondioksida, dan PH yang adekuat disebabkan
oleh masalah ventilasi difusi dan perfusi ( Susan martin, 2010).
 Gagal nafas adalah kegagalan system pernafasan untuk mempertahankan pertukaran
oksigen dan karbondioksida dalam jumlah yang dapat mengakibatkan gangguan pada
kehidupan (Susilo, 2010).
 Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru
tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam
sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50
mmhg(hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmhg
(hiperkapnia) (Brunner, 2011).
Etiologi Gagal Nafas
 Depresi system saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat, pusat pernafasan yang mengendalikan
pernafasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan
dangkal.
 Kelainan neurologis primer
Akan mempengaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan menjalar
melalui saraf yang membentang dari barang otak terus ke syaraf spinal ke reseptor pada otot-otot
pernafasan.
 Efusi pleura, hemothoraks, dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi mulai penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini
biasanya diakibatkan penyakit paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan
dapat mengakibatkan gagal nafas
 Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas, kecelakaan yang
menyebabkan cedera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat mengarah
pada obstruksi jalan nafas dan depresi pernapasan.
Patofisiologi
 Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana
masing masing mempunyai pengertian yang berbeda beda ,gagal nafas akut adalah
gagal nafas yang timbul pada pasien parunya normal secara structural maupun
fungsional sebelum awitan penyakit timbul.sedangkan gagal nafas kronik adalah
terjadinya pada pasien paru kronik seperti bronchitis kronik,emfisema,dan penyakit
paru hitam.pasien mengalami toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang
memburuk secara bertahap.
 Indikator gagal nafas adalah telah frekuensi pernafasan dan kapasitas
vital,frekuensi pernafasan normal 16-20 x/m .Bila lebih dari 20x/m tindakan yang di
lakukan memberi bantuan ventilator karena kerja pernafasan.
 Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi adekuat dimana terjadi obstruksi
jalan nafas atas.Pusat pernafasan yang mengendalikan pernafasan terletak di bawah
batang otak.Pada kasus pasien dengan anastesi ,cidra otak,tumor,hipoksia dan
hiperkapnia mampu menekan pusat pernafasan.sehinga pernafasan penjadi lambat dan
dangkal.
PEMBAHASAN
 Tn. F dengan diagnosa medis Acute Lung Oedema. Pengkajian keperawatan pada Tn f.
ditemukan data sebagai berikut; keluhan utama yang dirasakan adalah sesak nafas. Hasil
pemeriksaan foto thorax tanggal 18- 1 -2022 diperoleh hasil pembesaran jantung conf sclerotik
dengan edema paru dan hasil pemeriksaan EKG 18-1-2022 diperoleh gambaran infark inferior.
Sebagaimana diketahui Tn. F mempunyai riwayat penyakit Hipertensi D an CHF. Riwayat
penyakit sekarang Tn. F 2 harisebelum masuk rumah sakit batuk-batuk dan sesak napas. Oleh
keluarga dibawa ke RS margono soekarjo mengalami penurunan kesadaran dan di intubasi.
Selanjutnya klien masuk ke ruang resusitasi pada pukul 09.30 WIB hingga saat ini. Saat di ruang
resusitasi di karenakan klien gelisah sehingga ETT terekstubasi dan sekarang klien diobservasi
menggunakan O2 NRM 10 Lpm dengan RR 36x/menit, tekanan darah107/70mmHg, Nadi
113x/mnt dan suhu 38,°C. Pemeriksaan BGA tanggal 18-1-2022 diperoleh hasil gabungan
asidosis metabolic dan respiratorik dimana PH (7,16), PCO2 (55), HCO3 (19,6), BE (-9,1).
 Acute Lung Oedema yang dialami Tn.F dapat dianalisa diawali dari adanyasclerotic pada
segemen inferior jantung yang kemudian berkembang menjadi iskemia pada jantung. Jantung
yang kekurangan pasokan O2 semakin lama akan mengalami penurunan kontraktilitasnya. Hal
ini mengakibatkan gangguan sirkulasi darah di paru dan terjadi peningkatan tekanan hidrostatik
di paru. Peristiwa ini yang akhirnya berkembang menjadi odema paru.
 Masalah keperawatan yang diambil berdasarkan data pengkajian antaralain gangguan pertukaran
gas , hipertermia dan resiko penurunan cardiac output. Masalah tersebut diambil sesuai dengan
manifestasi klinis yang dikaitkan dengan batasan karakteristik pada panduan buku diagnosa
keperawatan ditambahkan dengan pertimbangan patofisiologi penyakit.
 Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah gangguan pertukaran gas
antara lain memposisikan klien semi fowler, melakukan kolaborasi tindakan intubasi dengan
ETT cuff 7,0, kolaborasi pengambilan sampel darah arteri untuk pemeriksaan BGA dan
memantau tanda vital. Tindakan tersebut dilakukan untuk memaksimalkan oksigenasi.
Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah hipertermia antaralain
melakukan kompres air biasa, kolaborasi pemberian pamol 1000mg drip iv dan memantau
tanda vital klien.Tindakan tersebut dilakukan untuk mestabilkan thermoregulasi tubuh.
Sedangkan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah resiko penurunan
cardiac output antara lain yaitu memamntau urine outpu, mengobservasi tanda vital dan
irama jantung serta kolaborasi pemberian lasix 10mg/jam (Syiringe pump).
 Evaluasi keperawatan pada Tn F setelah dilakukan tindakan selama 1x 6 jam yaitu tujuan
dan kriteria hasil pada masalah keperawatan gangguan pertukaran gas tercapai sebagian
ditandai dengan adanya perbaikan hasil BGA yaitu PH ( 7,22), PO2 (85), PCO2 ( 36),
HCO3( 14), SPO2 (97%) , TD:110/70 mmHg, N : 81x/menit, RR: 20x/menit. Sedangan
untuk masalah hipertermia tujuan dan kriteria hasil telah tercapai ditandai dengan penurunan
suhu menjadi 37,5°C. Hasil evaluasi masalah resiko penurunan cardiac output yaitu tujuan
dan kriteria hasil tercapai sebagian ditandai TD:110/70 mmHg, N : 81x/menit, urin output
60cc dalam 2 jam, tidak ditemukan adanya irama EKG yang mengancam nyawa, CRT > 3
detik

Anda mungkin juga menyukai