Anda di halaman 1dari 24

KOLABORASI

DAN
NEGOSIASI

JULIANA, S.Kep, Ns,


M.Kep
PENGERTIAN MANAJEMEN
KOLABORASI

Berdasarkan kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi adalah


bekerja bersama khususnya dalam usaha penggambungkan
pemikiran. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukanan oleh
Gray (1989) menggambarkan bahwa kolaborasi sebagai suatu
proses berfikir dimana pihak yang terklibat memandang aspek-
aspek perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi dari
perbedaan tersebut dan keterbatasan padangan mereka terhadap
apa yang dapat dilakukan.
3. Kolaborasi merupakan
hubungan kerja sama antara
anggota tim dalam memberikan
asuhan kesehatan. Pada
kolaborasi terdapat sikap saling
menghargai antar tenaga
kesehatan dan saling
memberikan informasi tentang
kondisi klien demi mencapai
tujuan (Hoffart & Wood, 1996;
Wlls, Jonson & Sayler, 1998).
Dokter Perawat Ahli Gizi

Fokus Klien/
Pasien
)
laboratorium dll

administrasi radiolo IPSRS


gi
 Dasar-dasar kompetensi kolaborasi :
o Komunikasi
o Respek dan kepercayaan
o Memberikan dan menerima feed back
o Pengambilan keputusan
o Manajemen konflik
Kolaborasi dapat berjalan dengan baik jika :

 Semua profesi mempunyai visi dan misi yang sama


 Masing-masing profesi mengetahui batas-batas dari
pekerjaannya
 Anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik
 Masing-masing profesi mengakui keahlian dari profesi
lain yang tergabung dalam tim.
Model Praktek Kolaborasi :

 Interaksi Perawat-Dokter, dalam persetujuan


pratek
 Kolaborasi Perawat – Dokter, dalam
memberikan pelayanan
 Tim Interdisiplin atau komite
NEGOSIASI
proses penetapan keputusan secara
bersama dimana pihak-pihak yang terlibat
memiliki preferensi yang berbeda.

suatu cara untuk menetapkan keputusan


yang dapat disepakati dan diterima oleh dua
pihak dan menyetujui apa dan bagaimana
tindakan yang akan dilakukan di masa
mendatang.
Karakteristik utama negosiasi

• senantiasa melibatkan orang – baik sebagai individual,


perwakilan organisasi atau perusahaan, sendiri atau dalam
kelompok;
• memiliki ancaman terjadinya atau di dalamnya mengandung
konflik yang terjadi mulai dari awal sampai terjadi kesepakatan
dalam akhir negosiasi;
• menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu –baik berupa
tawar menawar (bargain) maupun tukar menukar (barter);
• hampir selalu berbentuk tatap-muka –yang menggunakan
bahasa lisan, gerak tubuh maupun ekspresi wajah;
• negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau
sesuatu yang belum terjadi dan kita inginkan terjadi;
• ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil
oleh kedua belah pihak, meskipun kesepakatan itu misalnya
kedua belah pihak sepakat untuk tidak sepakat.
DUA JENIS NEGOSIATOR
VALUE CLAIMERS
Memandang negosiasi sebagai proses pertikaian. Masing-masing pihak
berusaha mendapatkan sebanyak mungkin jatah atau kemenangan dan
memberikan sesedikit mungkin jatah atau kemenangan bagi lawannya.
Cara yang digunakan adalah taktik yang manipulatif, argumen yang
memaksakan, konsesi terbatas dan tawar-menawar yang alot.

VALUE CREATORS
Mengutamakan proses yang akan menguntungkan kedua belah pihak.
Mencoba untuk menciptakan nilai tambah bagi kedua belah pihak yang
bernegosiasi.
Cara yang digunakan adalah dengan mengembangkan hubungan yang
kolaboratif, mengutamakan penyesuaian kepentingan kedua belah pihak,
bersikap ramah dan kooperatif.
Dalam konteks organisasi, negosiasi dapat
terjadi
1. Antara dua orang
misal: pada saat manajer dan bawahannya memutuskan
tanggal penyelesaian proyek yang harus diselesaikan oleh
bawahan

2. Di dalam kelompok
misal: untuk mengambil keputusan kelompok atas suatu
kasus

3. Antar kelompok
Misal: bagian pembelian dengan pemasok dalam
kesepakatan harga, kualitas atau tanggal penyerahan
barang
UNSUR-UNSUR NEGOSIASI

Ketergantungan dalam suatu tingkatan,


antara pihak pihak yang terlibat
Ketidaksepakatan atau konflik (baik konflik
nyata atau yang tersembunyi)
Interaksi yang oportunistik (setiap pihak
punya keinginan untuk berusaha
mempengaruhi orang lain)
Kesepakatan.
Tujuan Negosiasi
Tujuan agresif - berusaha memperoleh keuntungan dari
kerugian (damage) pihak lawan.
Tujuan kompetitif - berusaha memperoleh sesuatu yang
lebih (getting more) dari pihak lawan
Tujuan kooperatif - berusaha memperoleh kesepakatan
yang saling menguntungkan (mutual gain)
Tujuan pemusatan diri - berusaha memperoleh keuntungan
tanpa memperhatikan penerimaan pihak lain
Tujuan defensif - berusaha memperoleh hasil dengan
menghindari yang negatif
Tujuan kombinasi
Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam negosiasi

O Latar belakang terjadinya konflik

O Kategori pihak-pihak yang terlibat dalam konflik.

O Kompleksitas masalah yang akan dipecahkan

O Kompleksitas organisasi
Paradigma dalam Konflik

• Negosiasi Menang-Kalah (WIN-LOSE)


• Sudut pandang klasik yang memandang bargaining
sebagai situasi win-lose, jika salah satu pihak
menang, maka pihak lain akan kalah.
• Disebut juga negosiasi zero-sum atau negosiasi
distributive
• Asumsi: sumberdaya terbatas (limited resources),
dan proses negosiasi untuk menentukan siapa akan
mendapakan sumberdaya tersebut
Negosiasi Menang-Menang
(WIN-WIN)

Trend masa kini yang memandang negosiasi sebagai situasi


win-win, dimana kedua belah pihak mendapat keuntungan
sebagai hasil dari negosiasi.
Disebut juga negosiasi positive-sum atau negosiasi integrative
Persiapan dan
perencanaan

Penentuan aturan
dasar

Klarifikasi dan
justifikasi

Tawar menawar
dan
Pemecahan masalah

Penutupan dan
implementasi
Lima gaya Penanganan Konflik (Kreitner dan Kinicki)

High
Integrating Obliging
Concern for others

Compromising
Dominating Avoiding

Low Low
High

Concern for Self


Integrating
(problem solving).
 Dalam gaya ini pihak-pihak yang berkepentingan
secara bersama-sama mengidentifikasi masalah
yang dihadapi, kemudian mencari,
mempertimbangkan dan memilih solusi
alternatif pemecahan masalah. Gaya ini cocok
untuk memecahkan isu-isu kompleks yang
disebabkan oleh salah paham
(misunderstanding), tetapi tidak sesuai untuk
memecahkan masalah karena sistem nilai yang
berbeda.
 Kelemahannya memerlukan waktu lama
Dominating (Forcing)
O Gaya ini menggunakan legalitas formal dalam
menyelesaikan masalah. Gaya ini cocok untuk
masalah yang tidak terlalu penting dan waktu
untuk memutuskan sudah mepet. Kekuatan
gaya ini terletak pada efisiensi waktu.
O Kelemahannya, sering menimbulkan
kejengkelen atau rasa berat hati untuk
menerima keputusan.
Obliging (Smoothing)
O Gaya ini berupaya mengurangi perbedaan-
perbedaan dan menekankan pada persamaan atau
kebersamaan di antara pihak-pihak yang terlibat.
Kekuatan strategi ini terletak pada upaya
mendorong terjadinya kerjasama.
Kelemahannya, penyelesaian bersifat sementara
dan tidak menyentuh masalah pokok yang ingin
dipecahkan.
 Gaya i
untuk ni gaya m
yang mem enghinda
s e ecahk r coc
konfr pele a an ok

ng .
ontas tau e m asala
darip i ja nergi h
ada k uh
diper euntu lebih untuk
i oleh.
Avoid n b
jika k Keku gan yang esar
it at
mem a mengha an gaya a akan
bingu dapi dalah
 Sedan
gkan
n gkan
at au m
s ituasi
yang
Peny endu
elesa a.
seme ian k elem
ntara masa ahann
meny lah ya
elesa da bersi
ikan n fat
poko tidak
k ma
salah
.
Compromising
 Gaya ini menempatkan pada posisi moderat
memadukan antara kepentingan sendiri dan
kepentingan orang lain untuk saling memberi dan
menerima dari pihak yang terlibat. Gaya ini cocok
untuk menangani masalah yang melibatkan pihak-
pihak yang memiliki tujuan berbeda tapi memiliki
kekuatan yang sama. Kekuatannya pada prosesnya
yang demokratis.
 Kelemahannya penyelesaian konflik kadang
bersifat sementara.
TERIMA KASIH ...

Anda mungkin juga menyukai