Anda di halaman 1dari 48

Uji Toksisitas

Pendahuluan
• Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari
mengenai efek toksik dari suatu senyawa kimia
(obat).
• Produk atau sediaan obat harus memenuhi syarat
khasiat (eficacy), bermutu (quality) dan aman
(safety).
• untuk membuktikan khasiat maka dilakukan
pengujan farmakologi, untuk mutu maka dilakukan
pengujian karakteristik produk yang seharusnya
diproduksi sesuai CPOB ; cGMP. sedangkan untuk
keamanan dilakukan uji toksisitas
Dasar-dasar Uji Laboratorium dalam
Toksikologi
Prinsip umum
• Bahan kimia dapat menimbulkan efek toksik
hanya jika bahan kimia tersebut berhubungan
langsung dengan sel atau organ sasaran

• Jumlah bahan kimia yg memejani sel sasaran


dapat menentukan apakah bahan tersebut dapat
atau tidak dpt menimbulkan efek toksik
• Sel dr berbagai spesies yg mempunyai
kesamaaan fungsi dan lintasan metabolisme
mempunyai akibat yang sama jika terkena bahan
kimia yang sama
Nilai ambang Toksisitas
• Merupakan dosis atau tingkat pemejanan
minimal yang dapat menyebabkan perubahan
biologik melebihi batas kemampuan adaptasi
homeostasis.

• Dibawah nilai tersebut dianggap aman, sedang


di atasnya dapat menimbulkan efek toksik.
Uji Toksisitas
• Karena pertimbangan moral etik dan hukum
penelitian toksikologik eksperimental tidak
dilakukan pd manusia

• Rancangan yang baik dan penelitian yang


seksama (properly qualified ) dpt memberikan
gambaran efek toksik pd manusia
• Faktor – faktor yang berpengaruh pd hasil uji
toksisitas
1. Faktor bahan uji
 Sifat fisikokimia
 Kemurnian
 Bentuk sediaan
 dosis
• 2. Faktor Hewan Uji
 Jenis dan galur
 Umur
 Jenis kelamin
 Berat badan
 Status kesehatan
• Faktor cara pelaksanaan uji
 Pemeliharaan hewan uji
 Petugas yang berpengalaman
 Jumlah hewan uji
 Kecermatan pengamatan dan pengukuran
 Ketelitian alat ukur
 Ketepatan prosedur
 Keadaan peneliti
UJI TOKSISITAS
• Uji Toksisitas Akut
Mendapatkan informasi tentang dosis yg dpt
mematikan 50% hewan uji (LD50) suatu bahan
serta gejala keracunan, penyebab kematian dan
urutan proses kematian
• Uji Toksisitas Jangka Panjang
Meliputi toksisitas subkronik dan kronik
Uji toksistas khusus : uji toksisitas jangka
panjang utk mendptkan data efek toksik yg
bersifat khusus spt efek teratogenik,
karsinogenik dan ketergantungan
Lama Uji toksisitas
Lama Lama Pemberian dlm uji toksisitas
masuknya
dalam kadaan
sehari-hari akut subakut kronik

Satu kali atau Satu kali Paling tidak Tidak perlu


beberapa dosis 2 minggu

Kurang dari 1 Satu kali 13-26 Paling tidak


minggu minggu 6 bulan

Lebih dari 4
Uji Toksistas Akut
• Ketoksikan akut:
akut
Derajad efek toksik suatu senyawa (bahan) yang
terjadi dalam waktu singkat setelah pemberian
dalam dosis tunggal.

Uji toksisitas akut


Untuk menetapkan potensi ketoksikan akut
(LD50). (tolok ukur kuantitatif)
kuantitatif
Selain itu diamati gejala keracunan, sistem
biologik yg paling peka, mekanisme keracunan yg
berakibat kematian, serta ada tidaknya perbedaan
toksisitas antar spesies (tolok ukur kualitatif)
kualitatif
Uji Toksisitas Akut
• Sebaiknya menggunakan mamalia dr
2 mcm spesies (rodensia dan non-rodensia)
• Hewan uji sehat
• Menggunakan paling tidak 4 peringkat dosis yg
terdiri dr 8-10 ekor
(pendapat lain min 4 ekor)
• Dosis dibuat berdasar kelipatan logaritmik tetap
• Dosis maksimal :
Dosis tertinggi yang tidak menyebabkan kematian
hewan uji
• Dosis toksik :
▫ Dosis terendah yang menyebabkan seluruh atau 50
% hewan coba mengalami kematian
• Cara pemberian sesuai dgn cara masuknya pd
manusia
• LD 50 dihitung setelah pengamatan 24 jam
Namun gejala keracunan (kematian) dpt
berjalan lambat (delayed toxicity) sehingga
gejala keracunan dapat diamati selama 7-14 hari.
Kategori potensi ketoksikan :
• Sangat toksis (extremely toxic), LD50<1 mg/kgBB
• Toksis sekali (highly toxic) 1-50 mg/kgBB
• Toksis (moderately toxic) 50-500 mg/kgBB
• Tidak begitu toksis (low toxic) 500-5000 mg/kg BB
• Tidak toksis (practically non toxic) 5-15 g/kgBB
• Tidak membahayakan sama sekali>15 g/kgBB
LD 50 beberapa bahan kimia yang diberikan
melalui cara yang berbeda pada mencit
Cara LD50 (mg/kg BB) pada mencit dari
pemberian

Prokain DFP fenobarbital


IV 45 0,34 80
IP 230 1,00 130
IM 630 0,85 124
SC 800 1,00 130
Oral 500 0,90 280
DFP= diisoprophyfluorophosphat
Uji toksisitas subkronis
• Merupakan longterm toxicity
• Untuk mendapatkan data tentang keracunan
bahan kimia yg digunakan secara sengaja atau
tidak sengaja masuk ke dalam tubuh berulangkali
atau dlm wkt lama.
• Perlu dilakukan didasarkan asumsi jika tidak ada
efek yg timbul pd dosis tunggal tetapi dpt timbul
jika dosis berulang dan jangka waktu lama
• Efek toksik dpt timbul krn perkembangan tubuh
oleh umur (aging process) spt sensitifitas
jaringan, perubahan kapasitas kemampuan
fisiologik, abnormalitas / penyakit yg muncul
spontan

• Diamati lesi pd organ tubuh, organ apa yg rentan,


bgmn sifat lesi (reversible/ireversible), mulai
dosis berapa efek toksik mulai timbul
UJi Toksisitas Subkronis
• Hewan uji
 Satu spesies rodent dan satu spesies
nonrodent

• Peringkat dosis
 dosis terendah: yang tidak menimbulkan
gejala toksik akut
 Dosis tertinggi : yang menimbulkan gejala
keracunan akut tapi tidak menyebabkan
kematian
Lama pemberian
Lama masuknya Lama
bahan uji dalam pemberian pada
keadaan sehari-hari uji toksisitas
akut
-satu kali atau -paling tidak 2
beberapa dosis minggu
-kurang dari satu -13-26 minggu
minggu -paling tidak 26
-lebih dari 4 minggu minggu
• Umumnya dilakukan 90 hari berturut-turut
• Cara pemberian obat/bahan uji
 Disesuaikan dgn cara masuknya ke dlm
tubuh dlm keadaan sehari-hari (termasuk
cara inhalasi)
 Dosis sesuai berat badan/luas permukaan
tubuh- dpt berubah scr periodik
 Pemberian bersama pakan/air minum
diperhatikan : dosis dan kemungkinan
adanya interaksi
• Pengamatan gejala klinik
 Berat badan diukur tiap minggu
 Asupan pakan dan minum tiap hari
 Pemeriksaan fisik spt :
Aktifitas lokomotor, reaksi aneh,suara,
konvulsi, responsi somatik, agresivitas, ,
mata, defekasi, ekor, tremor, kesadaran,
sensitifitas thd suara, salivasi, piloereksi,
jantung dll
• Uji fungsi biokhemis organ tertentu
 Analisis darah spt kadar gula, protein,
kolesterol, asam lemak, bilirubin, enzim
sesuai arah uji toksisitas
 Dilakukan pd hari ke 0 dan tiap 30 hari
selama penelitian berlangsung (paling sedikit
3x)
• Pemeriksaan hasil metabolisme
 Analisis darah, urin atau homogenat utk
memberikan inform. Kinetika bahan uji atau
efeknya pd metabolisme

• Pemeriksaan hematologik
 Kuantitatif (jumlah sel) dan
kualitatif (morfologik)
• Pemeriksaan postmortal
 Pengamatan makros-mikros pd organ

 Pengamatan abnormalitas bentuk, ukuran,


berat organ dan homogenitas jaringan
.
/
Uji Toksisitas Kronis
• Utk mengetahui efek toksik dari suatu bahan uji
dengan dosis yang setara dgn pemakaian sehari-
hari yg diberikan dlm waktu lama dan utk
menunjukkan ada tidaknya efek toksik yg
bersifat khusus
• Hewan uji
 Satu jenis hewan rodensia dan satu jenis
hewan non rodensia, umur dewasa, 2 jenis
kelamin
• Cara pemberian bahan uji
 Sesuai dgn cara sehari-hari
Peringkat dosis
• Paling tidak 3 peringkat dosis
• Dosis terkecil : dosis yg pd uji toksisitas akut
tidak menimbulkan gejala keracunan
• Dosis terbesar : dosis yg pada uji toksisitas akut
menimbulkan beberapa kematian hwn uji.
• Dosis antara termasuk dosis yg digunakan dalam
keadaan sehari-hari
Lama pemberian bahan uji dan
pengamatan
Lama masuknya bahan Lama pemberian pada uji
uji dalam keadaan sehari- toksisitas kronik
hari
-satu kali atau beberapa dosis -tidak diperlukan
-Kurang dari satu minggu -paling tidak 6 bulan
-Lebih dari 4 minggu -paling tidak satu tahun
• Pemeriksaan fisik dan klinik
 (spt uji toks. Subkronis)
• Berat badan diperiksa paling tidak seminggu
sekali
• Tiga bulan pertama asupan pakan minum dan
urin yg dikeluarkan 24 jam, diamati tiap tiap
minggu. Selanjutnya tiap bulan
• Pemeriksaan biokhemis min. 3x
• Analisis darah dan urin tiap 6-12 minggu
Uji toksisitas khusus
Reproductive Toxicology
•Utk mengetahui efek toksik dr suatu bahan (agen
eksogen) pada sistem reproduksi
•Efek terhadap libido, mutagenesis, kematian
fetus, kematian perinatal dll
Pada hewan uji dapat diamati efek
terhadap:
Jantan Betina
• Spermatogenesis • Embriogenesis
• Testiculer pathogenesis • Ovarian pathogenesis
• Epididymal sperm • Estrus cycle
• Celuller biochemistry • Fertility
• Fertility • Hormon profile
• In vitro fertilization • In vitro fertilization
• Hormon profile • etc
• Motility
• etc
Abnormalitas
morfologi sperma
Uji Toksisitas Khusus
Uji teratogenesis
• Perkembangan dan pertumbuhan embrio
(mudigah) terutama fase organogenesis rentan
terhadap gangguan proliferasi dan deferensiasi
• Berakibat malformasi (struktural, fungsional,
biokimia) dan kematian embrio atau fetus
maturasi

histogenesis

organogenesis

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 280
Masa embrio Masa fetus (hari)

Tahap –tahap embriogenesis pd manusia


Masa organogenesis pd bbrp spesies
Hewan Masa organogenesis Lahir hari ke-
uji Hari ke-
Rat 6-15 22
Mencit 6-15 19
kelinci 6-18 33
Marmot 10-18 66
Hamster 8-12 15
manusia 21-56 267
• Zat yg bersifat embriotoksik atau fetotoksik
sebabkan kematian janinkeguguran
• Zat teratogenik dapat tidak toksik pada
induknya tapi pengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan janin
• Kematian janin tanpa malformasi dapat
diakibatkan krn pemejanan zat teratogen
sebelum masa deferensiasi
• Malformasi terjadi jika pajanan zat pada masa
organogenesis
• Jika pajanan terjadi pd masa pertumbuhan
berakibat kelambatan masa pertumbuhan
UJI TERATOGENESIS
• Hewan uji yg sering digunakan adalah mice, rat
dan kelinci (didasarkan kedekatan ciri dan sifat
tertentu pd manusia)
• Hewan uji babi digunakan krn sifat biologik
banyak anak dan peka terhadap teratogen
• Penggunaan hewan uji kera kedekatan
filogenetik dgn manusia
Uji teratogenesis
• Hewan uji
 Jumlah Harus memenuhi sarat statistik
 Jika angka kejadian malformasi 0,5%, berarti 1 malformasi
hanya ditemukan pada 200 ekor hewan uji
• Hewan uji yg digunakan yang positif dibuahi
(pada mice/rat adanya vaginal plug)Bahan uji
diberikan mulai hari tersebut
• Hewan uji dikorbankan sebelum perkiraan lahir
(anak yg cacat biasanya dimakan induknya)
• Semua janin (hidup/mati) ditimbang, dihitung,
diperiksa ada tidaknya malformasi (kelainan
struktur, fungsi dan biokemis)
• Cairan amnion dicatat volume, warna dan
kelainan lainnya
• Pemeriksaan histopatologik plasenta
Uji Efek Toksik Lokal pada Kulit
(ketoksikan akut)
• Efek toksik yang timbul dimana bahan tersebut
kontak langsung dengan tubuh
• Efek iritatif,korosi, alergi
Efek Iritatif

• Hewan uji yg sering digunakan kelinci, marmut,


tikus putih
• Jika bahan uji merupakan bahan yg
sengaja/tidak sengaja terjadi kontak pada kulit
berkali-kaliperlu uji toksisitas utk melihat efek
sistemik
• Hewan uji dicukur punggungnya,
• Bahan uji dioleskan , ditutup dengan selotip
• Setelah 24, selotip dibuka diperiksa efek
iritasinya
Evaluasi berupa skor terhadap kemerahan dan
edema yg terjadi

• 0 = tidak ada kemerahan • 0 = tidak ada edem


• 1 = merah muda • 1 = edema sangat ringan
• 2 = eritema • 2 = edema ringan
• 3 = merah sekali • 3 = edema sedang (1 mm)
• 4 = merah menyala dengan • 4 = edema berat (>1 mm)
perluasan daerah

Anda mungkin juga menyukai