Anda di halaman 1dari 9

Ushul fiqh

Al-’Urf, Istishab, Syaf’u Man Qoblana

Oleh:
Faiqotur Rofiqoh

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT PESANTREN KH. ABDUL CHALIM
MOJOKERTO 2021
A. Al-’Urf
• Pengertian ‘Urf
Kata ‘Urf berasal dari kata arafa ya’ rifu sering diartikan dengan kata al-ma’ruf
dengan arti sesuatu yang dikenal. Menurut istilah ‘Urf ialah segala sesuatu yang
telah dikenal dan menjadi kebiasaan manusia baik berupa ucapan, perbuata atau
tidak melakukan sesuatu.
• Dalil Kehujjahan ‘Urf
Para ulama berpendapat bahwa ‘Urf yang shahih saja yang dapat dijadikan dasar
pertimbangan mujtahid maupun para hakim untuk menetapkan hukum/keputusan.
ِ ْ‫﴾ ُخ ِذ ْال َع ْف َو َوْأ ُمرْ بِ ْال ُعر‬
َ ِ‫ف َوَأ ْع ِرضْ َع ِن ْال َجا ِهل‬
١٩٩ ﴿ ‫ين‬
Artinya: Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf,
serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.
• Macam-macam ‘Urf
a. Dilihat dari segi sumbernya:
1. ‘Urf Qouli(Kebiasaan yang berupa ucapan)
2. ‘Urf Amaly(Kebiasaan yang berupa perbuatan)
b. Dilihat dari ruang lingkup penggunaannya:
1. ‘Urf Am(Kebiasaan yang bersifat umum)
2. ‘Urf Khas(Kebiasaan yang bersifat khusus)
c. Dilihat dari keabsahannya menurut syariat:
1 ‘Urf Shahih(Kebiasaan yang tidak bertentangan dengan agama)
2 ‘Urf Fasid(Kebiasaan yang bertentangan dengan ajaran agama)
• Contoh ‘Urf
‘Urf dalam transaksi ekonomi sekarang ini adalah jual beli di pusat
perbelanjaan modern dan transaksi yang berbasis online tanpa mengucapkan
shighat (ucapan saya jual-saya beli). Apabila menggunakan literatur fiqh klasik
maka jual beli seperti ini tidaklah sah karena tidak mengucapkan shighat
(ucapan) jual beli yang jelas melainkan menggunakan isyarat atau tanda.
Contoh isyarat atau tanda yang digunakan oleh penjual adalah meletakkan
barang-barang /memajang gambar barang dengan label harga (offline/online)
yang hendak dijual sedangkan untuk pembeli dengan cara mengambilnya dan
membayarnya di kasir atau dengan cara transfer. jual beli tersebut sudah
menunjukkan kerelaan dari kedua belah pihak dan secara substantif sudah
memenuhi prinsip dasar dalam akad jual beli. Dan jual beli tersebut boleh
dilakukan berdasarkan ‘urf atau kebiasaan masyarakat pada saat ini.
B. Istishab
• Pengertian
Istish-hab menurut bahasa ialah membawa atau menemani. Al-Asnawy
berpendapat bahwa pengertian istish-hab adalah penetapan(keberlakuan)
hukum terhadap suatu perkara di masa berikutnya atas dasar bahwa hukum itu
telah berlaku sebelumnya, karena tidak adanya suatu hal yang mengharuskan
terjadinya perubahan atas hukum tersebut.
• Dalil Kehujjahan Istishab
Landasan hukum dari istishab itu sendiri datang dari 2 lingkup, syara’ dan
logika. Syara’ telah menyatakan bahwa suatu hukum akan tetap berlaku pada
hukum asal selama belum ada dalil yang menetapkan untuk mengubahnya.
Sementara logika akan mendukung secara penuh prinsip istishab.
• Macam-macam Istishab
1. Istishab Al-Ibabah Al-Ashliyah
2. Istishab Al-Baraah Al-Ashliyyah
3. Istishab Al-Hukmi
4. Istishab Al-Washfi
• Contoh Istishab
Telah terjadi perkawinan antara laki-laki A dan perempuan B, kemudian mereka berpisah
dan berada di tempat yang berjauhan selama 15 tahun. Karena telah lama berpisah itu
maka B ingin kawin dengan laki-laki C karena ia telah terikat tali perkawinan dengan Adan
belum ada perubahan hukum perkawinan mereka walaupun mereka telah lama berpisah.
Berpeganv ada hukum yang telah ditetapkan, yaitu tetap sahnya perkawinan anatara A
dan B, adalah hukum yang ditetapkan dengan istishab.
C. Syaf’u Man Qoblana
• Pengertian Syaf’u Man Qoblana
Syar’u man qablana adalah syariat yang dibawa para Rasul terdahulu, sebelum diutus nabi
Muhammad saw. yang menjadi petunjuk bagi kaumnya, seperti syariat nabi Ibrahim AS, syariat
nabi Musa AS , syariat nabi Daud AS, syariat nabi Isa AS dan lain sebaginya. Pada syariat yang
diperuntukkan oleh Allah swt. bagi umat-umat terdahulu, mempunyai asas yang sama dengan
syariat yang diperuntukkan bagi umat Muhammad saw.
• Kehujjahan Syaf’u Man Qoblana
Kehujjahan syar’u man qablana yaitu hukum-hukum syariat sebelum islam tidak dapat
dijadikan sebagai dalil dalam menetapkan hukum islam. Karena sekalipun ulama
menerimanya menetapkan suatu hukum syar’a namun mereka tetap mengatakan
hukum-hukum itu harus terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw, sebagai
sumber utama hukum islam. Apabila ada nashnya dalam Al-Qur’an atau dalam Sunnah
Rasulullah, maka secara otomatis hukum-hukum itu wajib dilaksanakan oleh umat islam.
• Macam-macam Syaf’u Man Qoblana
1. Syariat yang telah dinaskh
2. Syariat yang telah ditetapkan
3. Syariat yang di diamkan
• Contoh Syaf’u Man Qoblana
‫ان ِحاًّل لِّبَنِ ْٓي اِ ْس َر ۤا ِء ْي َل اِاَّل َما َح َّر َم اِ ْس َر ۤا ِء ْي ُل َع ٰلى نَ ْف ِس ٖه ِم ْن قَب ِْل اَ ْن تُنَ َّز َل التَّ ْو ٰرىةُ ۗ قُلْ فَْأتُ ْوا بِالتَّ ْو ٰرى ِة‬
َ ‫ُكلُّ الطَّ َع ِام َك‬
ٰ ‫فَا ْتلُ ْوهَٓا اِ ْن ُك ْنتُ ْم‬
‫ص ِدقِي َْن‬
Artinya: Semua makanan itu halal bagi Bani Israil, kecuali makanan yang
diharamka oleh Israil (Yakub) atas dirinya sebelum Taurat diturunkan.
Katakanlah (Muhammad), “Maka bawalah Taurat lalu bacalah, jika kamu orang-
orang yang benar.”
Terima Kasih!!!

Anda mungkin juga menyukai