0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4 tayangan8 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang hukum wadh'i dalam Islam yang merupakan salah satu jenis hukum syariat selain hukum taklifi. Hukum wadh'i bertujuan untuk memberikan kejelasan terhadap suatu hal sehingga muncul sebab, syarat, atau penghalang yang menjadikan suatu hukum berlaku. Ada beberapa jenis hukum wadh'i seperti sebab, syarat, penghalang, azimah dan rukhsah, serta sah
Dokumen tersebut membahas tentang hukum wadh'i dalam Islam yang merupakan salah satu jenis hukum syariat selain hukum taklifi. Hukum wadh'i bertujuan untuk memberikan kejelasan terhadap suatu hal sehingga muncul sebab, syarat, atau penghalang yang menjadikan suatu hukum berlaku. Ada beberapa jenis hukum wadh'i seperti sebab, syarat, penghalang, azimah dan rukhsah, serta sah
Dokumen tersebut membahas tentang hukum wadh'i dalam Islam yang merupakan salah satu jenis hukum syariat selain hukum taklifi. Hukum wadh'i bertujuan untuk memberikan kejelasan terhadap suatu hal sehingga muncul sebab, syarat, atau penghalang yang menjadikan suatu hukum berlaku. Ada beberapa jenis hukum wadh'i seperti sebab, syarat, penghalang, azimah dan rukhsah, serta sah
PENGERTIAN Hukum wadh’i adalah salah satu jenis hukum syariat islam menurut ulama’ ushul fiqih selain hukum taklifi. Hukum wadh’i ialah hukum yang bertujuan menjadikan sesuatu adanya sebab untuk sesuatu atau syarat baginya atau penghalang terhadap sesuatu. Hakikat hukum wadh’i ialah memberikan kejelasan terhadap sesuatu sehingga muncul sebab, syarat, atau penghalang yang menjadikan suatu hukum. MACAM-MACAM WADH’I Ada beberapa hukum wadh’i diantaranya yaitu : 1. Sebab, dalam hukum wadh’i adalah tanda, hingga lahirnya hukum islam. Tanpa tanda (sebab) itu, seseorang mukalaf tidak dibebani hukum syariat. Sebagai misal, tanda balig merupakan sebab bagi kewajiban hukum-hukum islam. Anak kecil yang belum cukup umur (balig) tidak wajib solat,puasa, atau menjalankan ibadah fardhu lainnya. Contoh hukum wadh’i berkaitan dengan sebab lainnya adalah ketika seseorang menyaksikan hilal 1 Ramadhan, umat islam diwajibkan berpuasa. Berdasarkan hal itu, hilal adalah sebab bagi kewajiban puasa. 2. Syarat, suatu ibadah atau perkara syariat lazimnya mewajibkan adanya syarat harus dipenuhi. Tanpa adanya syarat, perkara itu batal dan tak boleh dikerjakan. Sebagai misal, saksi adalah syarat sahnya pernikahan dan niat menjadi syarat sahnya puasa. Tanpa saksi atau niat, maka kedua dianggap tidak sah. Syarat adalah hukum wadh’i yang menjadi pengiring suatu ibadah atau sahnya hukum syariat islam tersebut. 3. Penghalang (mani’), Jenis hukum wadh’i lainnya adalah penghalang atau mani’. Kendati seseorang dibebankan perkara syariat, namun karena adanya penghalang, perkara itu menjadi batal. Sebagai misal, seorang anak berhak memperoleh warisan, namun apabila ia murtad, warisan itu tidak boleh ia terima. Murtad adalah penghalang dari hak warisannya dalam ketentuan islam. • 4. Al-azimah dan al-rukhsah Arti dari Azimah sendiri adalah “Keinginan yang kuat” adapun secara terminologi Azimah berarti hukum syariat bagi seorang mukallaf yang berlaku dalam segala situasi dan kondisi. Contohnya yaitu shalat lima waktu yang diwajibkan kepada semua mukallaf dalam segala situasi dan kondisi,begitu juga kewajiban zakat dan puasa. Sedangkan arti dari Rukhsah “Memudahkan atau meringankan” adapun secara terminologi Rukhsah adalah hukum syariat yang telah ditetapkan oleh syara’ sebagai peringanan beban bagi seorang mukallaf dalam kondisi tertentu,atau hukum syariat ditetapkan karena adanya halangan dalam keadaan tertentu. Ulama ushul fiqih mengelompokkan rukhsah menjadi empat bagian yaitu: 1. Pembolehan sesuatu yang dilarang (diharamkan) dalam keadaan darurat atau karena hajat yang sangat mendesak sebagai keringanan bagi mukallaf. 2. Pemberian pengecualian sebagian berkaitan karena menyangkut kebutuhan masyarakat dalam penghidupan muamalat (sehari-hari). 3. Pembatalan hukum-hukum yang merupakan beban yang memberatkan umat terdahulu. 5. Sah (Al-Shihah) dan Batil As-Shihah adalah suatu hukum yang sesuai dengan ketentuan syari’ yaitu terpenuhinya sebab,syarat, dan tidak ada mani’. Contohnya yaitu mengerjakan shalat dzuhur setelah tergelincir matahari (sebab) dan telah berwudhu (syarat), dan tidak ada halangan bagi orang yang mengerjakannya (tidak haid,nifas dan sebagainya). Sedangkan arti dari Batal yaitu sesuatu yang dilakukan atau hal yang diadakan oleh orang mukallaf yang tidak sesuai dengan tuntutan syara’ adalah tidak sah dan tidak mempunyai akibat hukum,baik tidak sahnya itu karena cacat ataupun rukun,maupun tidak terpenuhi syarat yang diperlukan dan baik dalam soal ibadah,maupun dalam soal muamalah. SEKIAN DAN TERIMA KASIH