Anda di halaman 1dari 34

KELOMPOK 5

STROKE
NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. FARIZAH TIA AVINKA (011911055)


2. NOVI SETIA HANDAYANI (011911020)
3. RANI ASFIYA KARIM (011911006)
4. RIZKY RAMADHANI PUTRI (011911049)
5. SARWA GANIYY (011911013)
6. WIWIT YOLANDA DEWI FORTUNA (011911059)
7. SYINTIA HASNAH DEWI (011911057)
01
KONSEP PALLIATIVE
CARE
Paliative Care
Palliative care merupakan pendekatan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah
yang berkaitan dengan masalah yang mengancam jiwa, melalui
pencegahan dan menghentikan penderitaan dengan identifikasi
dan penilaian dini, penanganan nyeri, dan masalah lainnya,
seperti fisik, psikologis, social dan spiritual (WHO, 2017)

Sasaran kebijakan pelayanan paliatif adalah seluruh pasien


(dewasa dan anak) dan anggota keluarga, lingkungan yang
memerlukan perawatan paliatif di manapun pasien berada di
seluruh Indonesia.
Tujuan Paliative Care
• Tujuan utamanya yaitu meningkatkan kualitas kehidupan baik bagi pasien dan
juga keluarganya.

• Tujuan umum kebijakan paliatif sebagai payung hukum dan arahan bagi
perawatan paliatif di Indonesia.

• Tujuan khususnya adalah terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai


standar yang berlaku di seluruh Indonesia, tersusunnya pedoman-pedoman
pelaksanaan perawatan paliatif, tersedianya tenaga medis dan non medis yang
terlatih, tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan.
Prinsip Palliative Care
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia prinsip pelayanan perawatan
paliatif yaitu:
• Menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya gejala serta keluhan fisik
lainnya
• Penanggulangan nyeri
• Menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal
• Tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian
• Memberikan dukungan psikologis, sosial dan spiritual
• Memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin
• Memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita
• Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan
keluarganya
Peran dan Fungsi Perawat
Dalam menjalankan peran dan fungsi perawat dalam palliative care,
perawat harus:
• Menghargai hak-hak pasien dalam menentukan pilihan
• Memberikan kenyamanan pasien dan pasien merasa bermartabat
yang sudah tercermin didalam rencana asuhan keperawatan.
• Perawat memiliki tanggung jawab mendasar untuk mengontrol gejala
dengan mengurangi penderitaan dan support yang efektif sesuai
kebutuhan pasien.
• Peran perawat sebagai pemberi layanan palliative care harus
didasarkan pada kompetensi perawat yang sesuai kode etik
keperawatan
Tempat Pelayanan Palliative
Berdasarkan Permenkes Nomor 812/ Menkes/ SK/VII/2007 dijelaskan
tempat untuk layanan paliatif meliputi:

• Rumah Sakit: untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan yang


memerlukan pengawawasan ketat, tindakan khusus atau perawalatan
khusus.
• Puskesmas: untuk pasien yang memerlukan perawatan rawat jalan
• Rumah singgah / panti (hospice): untuk pasien yang tidak
memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan
khusus tetapi belum dapat dirawat dirumah karena memerlukan
pengawasan
• Rumah pasien: untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan
ketat tindakan khsusus atau peralatan khusus atau keterampilan
perawatan yang tidak mungkin dilakukan oleh keluarga
02
KONSEP PENYAKIT
STROKE
Definisi Stroke
CVA atau cedera serebrovaskular adalah gangguan
suplai darah otak secara mendadak sebagai akibat
oklusi pembuluh darah parsial atau total, atau akibat
pecahnya pembuluh darah otak.
Gangguan pada aliran darah ini akan mengurangi
suplai oksigen, glukosa, dan nutrien lain kebagian otak
yang disuplai oleh pembuluh darah yang terkena dan
mengakibatkan gangguan pada sejumlah fungsi otak
(Hartono, 2010).
Klasifikasi Stroke
Berdasarkan penyebabnya, stroke dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Stroke Iskemik
2. Stroke Hemoragik

Berdasarkan deficit neurologis dibagi menjadi 4 jenis, yaitu :


3. Transient Ischemic Attack (TIA)
4. Reversible Ischemic Neurological Deficid (RIND)
5. Complete Stroke
6. Stroke in Evolution (Progressive Stroke)

Berdasarkan klinisnya dibagi menjadi 2, yaitu :


7. Lacunar Syndroms (LACS)
8. Posterior Circulation Syndroms (POCS)
Etiologi Stroke
• Stroke iskemik biasanya disebabkan adanya gumpalan yang
menyumbat pembuluh darah dan menimbulkan hilangnya
suplai darah keotak. Faktor resikonya antara lain hipertensi,
obesitas, merokok, peningkatan kadar lipid darah,diabetes dan
riwayat penyakit jantung dan vaskular dalam keluarga.

• Stroke hemoragik, enam hingga tujuh persen terjadi akibat


adanya perdarahan subaraknoid (subarachnoid hemorrhage),
yang mana perdarahan masuk ke ruang subaraknoid yang
biasanya berasal dari pecahnya aneurisma otak atau AVM
(malformasi arteriovenosa).
Faktor Risiko
Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan, yaitu :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Ras dan etnis
4. Riwayat stroke dalam keluarga

Faktor risiko yang dapat dikendalikan, yaitu :


5. Tekanan darah tinggi
6. Kadar kolestrol
7. Obesitas
8. Life style
9. Stress
10. Penyakit kardiovaskuler
11. Diabetes Mellitus
12. Merokok
13. Alkoholik
Manifestasi Klinis Stroke
• Stroke Iskemik tanda dan gejala yang Stroke dapat mempengaruhi fungsi tubuh.
sering muncul, yaitu : Meliputi :
a. Transiet Ischemic Attack (TIA) • Pengaruh teradap status mental: tidak
b. Reversible Ischemic Neurologic sadar, confuse
Defisit (RIND) • Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia,
c. Progressing stroke atau stroke gangguan sentuhan dan sensasi,
inevolution gangguan penglihatan, hemiplegia
d. Sudah menetap atau permanen (lumpuh tubuh sebelah).
• Pengaruh terhadap komunikasi: afasia
(kehilangan bahasa), disartria (bicara
• Stroke hemoragik, tanda dan gejala
tidak jelas).
yang sering muncul sangat tergantung • Pasien stroke hemoragik dapat
dengan daerah otak yang terkena mengalami trias TIK.
Patofisiologi Stroke
Jika aliran darah kesetiap bagian otak terhambat karena trombus dan embolus,
maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak. Kekurangan selama 1
menit dapat mengarah pada gejalan yang dapat menyebabkan nekrosisi
mikroskopik neuron-neuron yang areanya disebut infark.

Stroke karena embolus dapat mengakibatkan akibat dari bekuan darah, udara,
palque, ateroma fragmen lemak. Jika etiologi stroke adalah hemoragik maka
faktor pencetus adalah hipertensi. Abnormalitas vaskuler, aneurisma serabut
dapat terjadi ruptur dan dapat menyebabkan hemorrhagi.

Pada stroke trombosis atau metabolik maka otak mengalami iskemia dan infark
sulit ditentukan. Ada peluang dominan stroke akan meluas setelah serangan
pertama sehingga dapat terjadi edema serebral dan peningkatan tekanan
intrakranial (TIK) dan kematian pada area yang luas. Prognosisnya tergantung
pada daerah otak yang terkena dan luasnya saat terkena.
Lanjutan…
Bila terjadi kerusakan pada otak kiri, maka akan terjadi gangguan dalam hal fungsi
berbicara, berbahasa, dan matematika. Apabila arteri serebri media tersumbat didekat
percabangan kortikal utamanya (pada cabang arteri) dapat menimbulkan afasia berat
bila yang terkena hemisfer serebri dominan bahasa.

Lesi (infark, perdarahan, dan tumor) pada bagian posterior dari girus temporalis
superior (area wernicke) menyebabkan afasia reseptif, yaitu klien tidak dapat
memahami bahasa lisan dan tertulis. Lesi pada area fasikulus arkuatus yang
menghubungkan area wernicke dengan area broca mengakibatkan afasia konduktif,
yaitu klien tidak dapat mengulangi kalimat-kalimat dan sulit menyebutkan nama-nama
benda tetapi dapat mengikuti perintah. Lesi pada bagian posterior girus frontalis
inferior (broca) disebut dengan afasia eksprektif, yaitu klien mampu mengerti terhadap
apa yang dia dengar tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat, bicaranya tidak
lancar.
Pemeriksaan Penunjang Stroke
• CT-Scan
• Pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI)
• Pemeriksaan magnetic resonance angiography (MRA)
• Pemeriksaan ultrasonografi karotis dan dopler transkranial
• Pemeriksaan lumbal pungsi atau lumbar puncture
• Pemeriksaan EKG
• Pemeriksaan darah
• EEG (Electro Enchepalografi)
• Angiografi serebral
• Sinar X tengkorak
• Pemeriksaan foto thorax
Penatalaksanaan Stroke
Penanganan stroke ditentukan oleh penyebab stroke
dan dapat berupa:
• Terapi farmakologi
• Radiologi intervensional
• Pembedahan.
03
ANALISA KASUS
Kasus
Pada tanggal 24 September 2021, pasien masuk ke rumah sakit
Persahabatan melalui IGD. Saat dilakukan pengkajian pada
tanggal 25 September 2021 pukul 9.15 WIB didapatkan data
bahwa keluarga pasien menyatakan kaki sebelah kanan pasien
juga tidak bisa digerakkan seperti ekstremitas kirinya, pasien
lemah dan lemas, pasien kesulitan berbicara, pelo dan bicara
pasien tidak jelas serta terkadang tidak bisa mengingat anggota
keluarga yang mengurusnya dirumah. Dari hasil pemeriksaan
tingkat kesadaran didapatkan GCS 11 (E3 V5 M3), pasien
terpasang infuse RL 8jam/kolov di tangan sebelah kanan.
Pengkajian
IDENTITAS KLIEN
• Nama : Tn. X Usia : 60 Tahun
• Jenis Kelamin : Laki – laki
• Status : Menikah
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Pedagang
• Pendidikan : SMA
• Alamat : Jl. Paus
• No. Rekam Medis : 22345
• Ruang Rawat : Ruang rawat Neurologi
• Tanggal Masuk : 24 September 2021
• Tanggal Pengkajian : 25 September 2021
Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH

Data Subyektif Ancaman terhadap kematian Ansietas


- Klien mengatakan takut dan
belum siap untuk mati
- Klien mengatakan merasa
khawatir dengan penyakit yang
dialaminya saat ini

Data Objektif
- Saat pengkajian TTV klien :
Suhu : 36,8°C Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 23x/menit
Tekanan darah : 150/90 mmHg
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak cemas
- Klien tampak menangis
Analisa Data (Lanjutan)
Data Subjektif : Kondisi penyakit kronis Distress spiritual
- Klien mengatakan hidupnya
tidak bermakna
- Klien menangis
mengatakan bahwa Tuhan
tidak adil
- Klien mengatakan bahwa ia
kesulitan melakukan ibadah

Data Objektif :
- Klien tidak dapat beribadah
seperti sebelumnya
- Klien tampak marah saat
diingatkan untuk berdoa ke
Tuhan
Analisa Data (Lanjutan)
Data Subjektif : Cedera otak (penyakit Konfusi kronis
- GCS : 11 Delirium neurologis)
(E3,M5,V3).
- Keluarga mengatakan klien
tidak semangat dan tidak
memiliki motivasi saat
melakukan pengobatan
- Keluarga mengatakan klien
sulit mengenali anggota
keluarganya
- Klien mengatakan pusing

Data Objektif
- Klien tampak sulit
mengenali keluarganya
- Klien tampak sulit
bersosialisasi dengan
perawat
Analisa Data (Lanjutan)
Data Subjektif : Gangguan neuromuscular Gangguan mobilitas fisik
- Keluarga mengatakan
semua aktivitas di bantu.
- Keluarga mengatakan
pasien susah bergerak.
- Pasien mengatakan tangan
dan kaki kiri susah untuk di
gerakan.

Data Objektif :
- Pasien tampak aktivitas di
bantu keluarga.
- Pasien tampak terbaring
lemah di tempat tidur.
- Pasien tampak gerak
terbatas
- Sendi pasien tampak kaku
Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan Ancaman terhadap kematian dibuktikan
dengan klien tampak gelisah, klien tampak cemas, klien merasa khawatir
dengan kondisi penyakitnya.
2. Distress Spiritual berhubungan dengan kondisi penyakit kronis dibuktikan
dengan klien merasa tidak berdaya, mengatakan tidak tenang, klien tidak
mampu beribadah dan klien marah pada Tuhan
3. Konfusi kronis berhubungan dengan cedera otak ( penyakit neurologis )
dibuktikan dengan kurang motivasi, fungsi kognitif berubah, memori jangka
pendek dan panjang berubah dan fungsi sosial terganggu
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
dibuktikan dengan sendi kaku, tidak dapat menggerakkan ekstremitas, fisik
lemah dan gerakan terbatas.
Intervensi Keperawatan
NO TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI
DX
1 Setelah dilakukan pengkajian selama Observasi :
1x24 jam di harapkan masalah Ansietas - Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi,
klien dapat teratasi dengan kriteria waktu, stressor)
hasil : - Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)
1. Perilaku gelisah menurun Terapeutik :
2. Perilaku cemas menurun - Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
3. Frekuensi pernapasan menurun kepercayaan
4. Tekanan darah menurun - Pahami situasi yang membuat anxietas klien muncul
5. Verbalisasi khawatir akibat kondisi Kolaborasi
yang dihadapi menurun - Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu

2 Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Observasi :


selama 1x24 jam diharapkan masalah - Identifikasi harapan dan kekuatan pasien
distress spiritual klien dapat teratasi - Identifikasi ketaatan dalam beragama
dengan kriteria hasil : Terapeutik :
1. Perilaku marah terhadap Tuhan - Yakinkan bahwa perawat bersedia mendukung selama
menurun masa ketidakberdayaan.
2. Verbalisasi dan makna dan tujuan - Diskusikan keyakinan tentang makna dan tujuan hidup, jika
hidup meningkat perlu
3. Kemampuan beribadah meningkat Kolaborasi : Atur kunjungan dengan rohaniawan
Intervensi Keperawatan (Lanjutan)
3 Setelah dilakukan asuhan Observasi
keperawatan selama 1x24 jam - Identifikasi factor resiko delirium (disfungsi kognitif, gangguan
diharapkan masalah konfusi kronis penglihatan, penurunan kemampuan)
klien dapat teratasi dengan kriteria - Identifikasi tipe delirium ( mis hipoaktif, hiperaktif, campuran)
hasil : Terapeutik
1. Fungsi kognitif meningkat - Hindari stimulus sensorik berlebihan
2. Tingkat kesadaran meningkat - Sediakan informasi tentang apa yang terjadi dan apa yang
3. Motivasi meningkat dapat terjadi selanjutnya
4. Memori jangka panjang dan - Batasi pembuatan keputusan
pendek meningkat - Nyatakan persepsi dengan cara yang tenang, meyakinkan dan
5. Fungsi sosial membaik tidak argumentative

4 Setelah dilakukan pengkajian selama Observasi :


1x24 jam didapatkan hasil: - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
1. Pergerakan esktremitas - Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
meningkat - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
2. kekuatan otot meningkat memulai mobilisasi
3. nyeri menurun Terapeutik :
4. kecemasan menurun - Fasilitasi aktivitas mobilitas dengan alat bantu
- Libatkan kelurga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Kolaborasi : Konsultasi kesehatan
Implementasi & Evaluasi

NO IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
1 Observasi : S:
- Mengidentifikasi saat tingkat anxietas berubah - Pasien mengatakan perilaku gelisah dan cemas
(mis. Kondisi, waktu, stressor) menurun
- Memonitor tanda anxietas (verbal dan non - Pasien mengatakan lebih nyaman dan tenang
verbal) O:
Terapeutik : - Pasien tampak nyaman dan tenang
- Menciptakan suasana terapeutik untuk - Tidak tampak tanda-tanda ansietas
menumbuhkan kepercayaan - Hasil TTV : TD : 150/80 mmHg Suhu : 36,8C
- Memahami situasi yang membuat anxietas klien Nadi: 86 kali/menit Pernafasan 20 kali/menit.
muncul - Irama nafas vesikuler (normal).
Kolaborasi : A : Ansietas
- Melakukan kolaborasi pemberian obat anti P : Intervensi dihentikan
anxietas, jika perlu
Implementasi & Evaluasi (Lanjutan)

2 Observasi S:
- Mengidentifikasi perasaan khawatir, - Pasien mengatakan menyesal karena marah kepada
kesepian dan ketidakberdayaan Tuhan
- Mengindentifikasi pandangan - Pasien mengatakan sudah mulai beribadah lagi sesuai
tentang hubungan antara spiritual dengan keyakinan
dan kesehatan - Keluarga mengatakan pasien mulai memahami makna
Terapeutik dan tujuan perawatan
- Meyakinkan bahwa perawat O:
bersedia mendukung selama masa - Pasien bersedia menemui rohaniawan
ketidakberdayaan - Pasien tampak mampu berpikir baik dan tidak
- Mendiskusikan keyakinan tentang menyalahkan Tuhan lagi
makna dan tujuan hidup, jika perlu A : Distress spiritual
P : Intervensi dihentikan
Implementasi & Evaluasi (Lanjutan)

3. Observasi S:
- Mengidentifikasi factor resiko delirium (disfungsi kognitif, - Pasien mengatakan motivasi
gangguan penglihatan, penurunan kemampuan) meningkat
- Mengidentifikasi tipe delirium ( mis hipoaktif, hiperaktif, - Keluarga mengatakan pasien
campuran) sudah bisa mengenali istri dan
Terapeutik anaknya
- Menghindari stimulus sensorik berlebihan O:
- Menyediakan informasi tentang apa yang terjadi dan apa yang - Tampak adanya peningkatan
dapat terjadi selanjutnya motivasi
- Membatasi pembuatan keputusan - Tidak ada penurunan kesadaran
- Menyatakan persepsi dengan cara yang tenang, meyakinkan - Memori jangka pendek pasien
dan tidak argumentative tampak membaik
- Fungsi social pasien membaik
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Implementasi & Evaluasi (Lanjutan)

4 Observasi : S:
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya - Pasien mengatakan kaki sudah
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan tidak nyeri saat di lipat
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai - Keluarga mengatakan pasien
mobilisasi sudah dapat bergerak.
Terapeutik : - Keluarga mengatakan pasien
- Fasilitasi aktivitas mobilitas dengan alat bantu sudah dapat beraktivitas.
- Libatkan kelurga untuk membantu pasien dalam meningkatkan O:
pergerakan - Pasien tampak semua aktivitas
Kolaborasi : Konsultasi kesehatan di bantu Keluarga.
- Pasien tampak sudah bisa
bergerak.
- Tubuh sisi sebelah kiri pasien
tampak membaik
A : Gangguan mobilitas fisik
P : Intervensi dihentikan
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Palliative care merupakan pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien


dan keluarga dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan masalah yang
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan menghentikan penderitaan dengan
identifikasi dan penilaian dini, penanganan nyeri, dan masalah lainnya, seperti
fisik, psikologis, social dan spiritual.

Pada perawatan paliatif pasien dengan stroke, masalah yang cukup sering
muncul adalah yang menyangkut mengenai psikologis pasien. Dukungan yang
tinggi terhadap pasien sangat dibutuhkan, terutama dari keluarga dan orang
sekitar. Dukungan-dukungan yang diberikan berupa dukungan emosional,
pengharapan, nyata dan informasi. Kebutuhan pasien stroke juga harus dipenuhi,
mulai dari diet yang dianjurkan dokter hingga kebutuhan kebersihan
dirinya.Perawatan juga dilakukan guna mendukung keberlanjutan kehidupan
pasien
Thank You
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon and infographics
& images by Freepik.

Does anyone have any questions?

Anda mungkin juga menyukai