Anda di halaman 1dari 88

Case Report Session

NKB KMK (31 minggu, BB 1045gr) dengan


Respiratory Distress Syndrome

Disusun oleh:

Laila Baasith
1610070100125

 
Preseptor:
dr. Fetria Faisal, Sp.A
Bayi Prematur
menurut WHO
“ bayi yang lahir sebelum usia gestasi 37 minggu. Penentuan usia gestasi tersebut
berdasarkan New Ballard Score”

Berdasarkan Usia Gestasi


- Extremely preterm : jika lahir pada usia gestasi <28 minggu
- Very preterm : jika lahir pada usia gestasi 28-<32 minggu
- Moderate to late preterm : jika lahir pada usia gestasi 32->37 minggu
Bayi Prematur
Berdasarkan Terminologi

- BBLR : bila berat lahir <2500 gram


- BBLSR : bila berat lahir <1500 gram
- BBLASR : bila berat lahir <1000 gram
- Masa gestasi : masa sejak terjadinya konsepsi sampai dengan saat kelahiran, dihitung
dari HPHT
- Usia kronologis : usia yang dihitung sejak bayi lahir
- Usia koreksi : hasil pengurangan usia kronologis dengan hasil perbedaan usia gestasi
dengan usia aterm (40 minggu), sampai usia kronologis 2 tahun
Epidemiologi
Menurut WHO
Prevalensi bayi BBLR yaitu,
15,5% atau sekitar 20jt bayi/tahun

Indonesia
Kelahiran bayi premature
sekitar 675.700/tahun

Menurut Riskesdas 2013


Jumlah kelahiran BBLR
tahun 2013 sebesar 10,2%
Etiologi
Faktor Ibu Faktor Janin
Penyakit
01 Toksemia gravidarum,
pendarahan antepartum, 01 Hidroamnion
nefritis akut, DM, infeksi
akut
Usia
02 Usia ibu <20th dan pada
multigravida jarak terlalu
02 Kehamilan ganda

dekat

Keadaan sosial-eko
03 Keadaan gizi yang kurang baik
dan bayi lahir dari perkawinan
03 Ketuban pecah dini

tidak sah
Patofisiologi
Plasenta
Berat lahir memiliki hubungan yang berarti dengan berat plasenta dan luas
permukaan villus plasenta. Disfungsi plasenta sering berakibat gangguan
pertumbuhan pada janin. 25%-30% gangguan pertumbuhan janin dianggap sebagai
penurunan aliran darah uteroplasenta pada kehamilan dengan komplikasi penyakit
vaskular ibu.

Malnutrisi
Ada 2 variabel bebas yang mempengaruhi pertumbuhan janin, yaitu berat ibu
sebelum hamil dan pertambahan berat ibu selama hamil. Ibu dengan berat badan
kurang sering kali melahirkan bayi yang berukuran lebih kecil daripada yang
dilahirkan ibu dengan berat badan normal/berlebih.
Patofisiologi
Infeksi
Infeksi virus tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan janin. Bayi-bayi
yang menderita infeksi rubella kongenital dan sitomegalovirus umumnya terjadi
gangguan pertumbuhan janin, tidak tergangtung pada umur kehamilan saat mereka
dilahirkan

Faktor Genetik
Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan kontribusi
genetik ibu dan janin
Diagnosis
Anamnesis
01 Umur ibu 04 Riwayat penyakit dan obat-
obatan selama hamil

02 Riwayat HPHT
05 Riwayat status gizi

03 Riwayat persalinan dan jarak


kelahiran sebelumnya 06 Riwayat sosial ekonomi
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
BBL <2500 Pembuluh darah kulit
01 PB kurang atau sama 45cm 04 banyak terlihat dan
peristaltik usus terlihat

Jaringan mamae belum


Lingkar kepala <33cm
02 Lingkar dada <30cm 05 sempurna demikian pula
putting susu

Kulit tipis transparan, lanugo Rambut tipis, tulang


03 banyak, lemak subkutan 06 rawan belum sempurna,
genitalia immatur
kurang
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Bayi kecil, posisinya masih Reflek moro dapat positif,
01 fetal, yaitu posisi dekubitus 04 reflek hisap, menelan dan
lateral, pergerakan kurang, dan batuk belum sempurna
masih lemah
Pitting edem ditemukan pada
Bayi banyak tidur daripada
02 bangun, tangisan lemah, 05 pendarahan antepartum,
toksemia gravidarum dan DM
pernafasna belum teraktur,
sering terdapat serangan apneu
Otot masih hipotonik sehingga sikap Nafas tidak teratur, jika
03 selalu dalam keadaan kedua tungkai
abduksi, sendi lutut dan kaki fleksi
06 >60x/menit waspada HMD
dan kepala menghadap kesatu jurusan
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang
01 Ballard score - Laboratorium
Pemeriksaan darah tepi,
03 jitung jenis
- Pengukuran glukosa
seriual
02 Test kocok (shake test) untuk
bayi kurang bulan - Na, K, Kalsium
- Pengukuran billirubin
serial
Radiologi - Analisa gas darah
- Rontgen dada/baby gram - CRP dan kultur biakan
04 - USG Kepala
- Echocardiography jika
diperlukan
Tatalaksana
Obat-obatan untuk Resusitasi BBL
- Epineferin 1:10.000 (0,1mg/mL)
- Kristaloid isotonic (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat) untuk penambahan
volume
- Natrium bikarbonat 4,2% (5mEq/10mL)
- Nalokson hidroklorida
- Dekstrosa 10%
- Larutan NaCl 0,9% untuk bilas
Bantuan Nafas
Indikasi ventilasi mekanik dijumpai pada keadaan dibawah ini:

1. Gejala klinis
bayi apnu atau gagal nafas berat yang tidak berhasil ditangani dengan
Ventilasi Tekanan Positif (VTP), atau bayi memerlukan bantuan VTP dalam
jangka panjang (lebih 1 jam)
2. Kebutuhan oksigen (FiO2) >60%
3. Bayi dengan usia kehamilan <25 minggu
4. Hasil analisis gas darah
menunjukan keadaan hipoksia dan asidosis berat yang ditandai : kadar
PaO2 <50mmHg, PaCO2 meningkat >60mmHg, dengan pH <7,25 dan
secara klinis terdapat perburukan
Non Invasif Ventilation
Merupakan teknik ventilasi mekanik tanpa memerlukan pipa trakea, dimana
NIV dibagi menjadi :
1. Ventilasi Tekanan Negatif (sudah tidak digunakan)
2. Ventilasi Tekanan Positif

Mode Ventulasi Non Invasif


1. Controlled Mechanical Ventilation (CMV)
Dalam mode ini, siklus ventilator berubah dari ekspirsi ke inspirasi setelah
interval waktu yang telah ditetapkan karena pasien tidak dapat memicu
pernafasan sendiri. Digunakan pada pasien yang tidak sadar karena
pengaruh obat, gangguan fungsi serebral
2. Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)
Nasal CPAP adalah gas yang diberikan dengan tekanan rendah melalui
hidung. Efek CPAP adalah meningkatkan volume paru dan compliance,
mengatur pernafasan lebih teratur, conserve surfactant, menurunkan
atelektasis, insiden apnoe, resistensi, pulmonari edema dan reintubasi
sesudah ekstubasi
Kecukupan Nutrisi Bayi prematur

Pemberian Nutrisi

Pertumbuhan bayi prematur


harus serupa dengan
pertumbuhan janin di dalam
uterus dengan usia
kehamilan yang sama, yaitu
sekitar 15g/kg/hari
Kecukupan Makronutrien
Kecukupan cairan  Karbohidrat
dimulai dengan dosis GIR 6-8 mg/kgBB/menit,
 Parenteral
ditingkatkan bertahap 1-2 mg/kgBB/menit sampai
● BB <1500 gr : mulai dengan 80-90 mL/kgBB/hari
mencapai kecukupan maksimal dengan GIR 12-13
naik bertahap 10-20ml/kgBB/hari pada hari
mg/kgBB/menit. Pertahankan kadar gula darah 50-120
berikutnya sampai jumlah maksimum 140-160
mg/dL.
jumlah maksimum 160-180 mL/kgBB/hari
● BB > 1500 gr : mudai dengan 60-80
 Protein
mL/kgBB/hari naik bertahap 10-20 mL/kgBB/hari
dosis 1,5 g/kgBB/hari, ditingkatkan 0,5-1
g/kgBB/hari. Dosis maksimal protein pada minggu
 Enteral : 135-200 mL/kgBB/hari
pertama untuk bayi dengan berat lahir >1000 gram
dapat mencapai 3,5-4,0 g/kgBB/hari, sedangkan pada
bayi dengan berat lahir <1000 gram dapat mencapai 4-
4,5 g/kgBB/hari.
Kecukupan energi
 Parenteral 90-100 kal/kgBB/hari  Lemak
 Enteral 115-120 kkal/kgBB/hari dosis 1g/kgBB/hari dinaikan bertahap sebanyak 0,5-
1g/kgBB/hari sampai mencapai 2,5-3,5 g/kgBB/hari.
Cara Pemberian Nutrisi
Cara pemberian nutrisi pada bayi prematur memperhatikan
kematangan fungsi oral yaitu kemampuan mengisap serta
koordinasi mengisap, menelan, dan bernapas.
Target nutrisi enteral penuh (Full feed), yaitu 150-180 ml/kg/hari:
 ≥28 minggu atau >1500 gram, diusahakan dicapai dalam waktu 7–10 hari
 <28 minggu atau <1000 gram, diusahakan dicapai dalam waktu maksimal 14
hari

*Akses nutrisi parenteral dapat dipertimbangkan untuk dilepas ketika asupan enteral
mencapai 120 ml/kg/hari untuk meminimalisir risiko infeksi
Jenis Nutrisi
Pemantauan dan Evaluasi
Jangka Pendek
 Akseptabilitas Jangka Pendek
penilaian perbandingan asupan yang masuk secara aktual
 Cara pemantauan jangka panjang
terhadap preskripsi nutrisi yang direncanakan dokter.
• Pola peningkatan berat badan
• Stabilitas fisiologis (kemampuan menetek)
 Toleransi
• Mempertahankan suhu tubuh normal
meliputi penilaian adanya muntah, diare, residu lambung,
• Program yang melibatkan orangtua pada
food adverse reaction pada pemberian nutrisi enteral atau
perawata pasca rawatan intensif
oral; parameter biokimia dan klinis pada pemberian nutrisi
 Jadwal pemantauan bayi setelah
parenteral.
pemulangan dari rumah sakit
 Dampak perawatan NICU pada bayi baru
 Efisiensi yaitu menilai kenaikan berat badan.
lahir
 Untuk menilai pertumbuhan dan osteopenia
Berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala diukur secara
prematuritas
berkala. Kecepatan penambahan berat badan (weight
velocity) diukur setiap hari, dalam rangka mendeteksi dini
adanya weight faltering
Supportif pada bayi prematur
Perawatan metode kanguru
Perawatan bayi baru lahir dengan melekatkan
bayi di dada ibu dan anggota keluarga lain
(kontak kulit dengan bayi) sehingga suhu bayi
tetap hangat

Manfaat pada bayi :


 denyut jantung stabil,
 pernafasan lebih teratur
 saturasi oksigen dan suhu stabil
 waktu tidur lebih panjang
 kenaikan berat badan lebih cepat
 perkembangan otak lebih baik
 lebih berhasil menyusu langsung pada ibu
dan memperpanjang durasi menyusui.
Penanganan Fisioterapi

Chest Physiotherapy
Exercise Therapy

Tactile kinesthetic stimulation


Longterm Follow up dan Imunisasi
Longterm Follow up Imunisasi bayi prematur
Bayi prematur stabil secara medis dan bayi
 Rekomendasi tentang perkembangan saraf berat lahir rendah (BBLR) harus menerima
 Rekomendasi tentang pertumbuhan dan dosis penuh :
nutris  Difteri
 Tetanus
 Rekomendasi untuk manajemen pernafasan
 pertusis aselular
 Rekomendasi untuk pencegahan sindrom  Haemophilus influenzae tipe b
kematian bayi mendadak  hepatitis B, poliovirus
 Rekomendasi untuk perawatan primer dan  vaksin konjugat pneumokokus
perawatan berbasis rumah sakit
 Rekomendasi untuk pencegahan infeksi pada usia kronologis yang konsisten dengan
jadwal yang direkomendasikan untuk jangka
penuh bayi
Screening bayi prematur
Pemeriksaan Kriteria Pemeriksaan Awal Pemantauan

Penampisan penyakit Hari ke-14 minggu ke-6 dan


Semua bayi NICU 3 hari setelah pulang
metabolik ke-10

Bila ≠ perdarahan dan UG <28


minggu  minggu ke-4 dan 36 usia

USG Kepala Semua bayi UG 32 minggu Hari ke-3-7 koreksi

Bila ada perdarahan  setiap


minggu sampai stabil

ROP tingkat rendah  tiap 2


minggu

Semua bayi UG 32 minggu <32 minggu  3 minggu preTreshold ROP  tiap


Pemeriksaan mata
atau BL <1500 gram <2 minggu  6 minggu minggu

Retina zone 3 imatur 4-10


minggu

Skring pendengaran Semua bayi NICU UG 34 minggu Sewaktu pulang


 BB<1000gram
 BB>1000gram dengan ibu <20th
Infant follow up program  IVH atau PVL
Sebelum pulang  
(IFUP)  NEC operasi
 ROP
 Faktor psikososial

 Gangguan neurologi
(kejang,stroke, ICH)
Program neurologi neonatal Sebelum pulang  
 Gangguan neuromuscular
 BB<1500gram dengan IVH/PVL

>2000gram sebelum pulang


atau umur 2 bulan 2 bulan setelah suntikan
Vaksin hepatitis B Semua bayi NICU
pertama
<2000 gram pada umur 2 bulan

 BB<1200 gram
 UG<32 minggu
 Datang di NICU umur >5 hari
Program intervensi dini bila
 Apgar 5 pada menit ke 5    
ditemukan 4 atau lebih dari
 IUGR
 Opname >25 hari
Masalah yang sering dijumpai
Otoacoustic
Emissions
Retinopathy Of
Prematurity
Anemia of
premature
Osteopenia Of
Prematurity
Komplikasi
Imaturitas hati, ginjal,
01 Ketidak stabilan suhu 04 immunologis

02 Kesulitan bernafas 05 Kelainan neurologis

Kelainan Kelainan
03 gastrointestinal dan 06 kardiovaskular dan
nutrisi hematologis
Prognosis
Roberts et al menemukan bahwa anak yang lahir
pada usia kehamilan 22-27 minggu memiliki tingkat
perkembangan saraf yang merugikan yang tinggi pada usia 8 tahun

kohort prematur memiliki tingkat kebutaan, tuli


cerebral palsy, dan gangguan intelektual dan kecacatan
yang jauh lebih tinggi yang disebabkan oleh gangguan ini
Edukasi
Kriteria bayi pulang Kesiapan keluarga
 Usia koreksi 2-4 minggu sebelum aterm,  Edukasi pasien : perawatan dasar
optimal pada usia koreksi 36 minggu, bayi, tanda gawat bayi, perawatan
kecuali pada kondisi tertentu : malformasi kangaroo mother care (KMC)
berat, penggunaan ventilator, post operasi  Edukasi pemberian obat sesuai
mayor. indikasi
 Peningkatan berat badan 15-30 gram/hari  Keluarga terlatih memberikan
(BB 1800-2000 gram) minum melalui OGT/gastrostomy
 Menjaga suhu tubuh pada suhu ruangan (sesuai indikasi)
 Mampu minum dengan cukup kalori (120  Keluarga mampu mengoperasikan
kkal/kg/hari) dengan frekuensi 3-4 jam, alat pendukung (sesuai indikasi)
dengan durasi 30-40 menit  Keluarga mampu melakukan
 Tanda vital stabil resusitasi kardiopulmoner
Gangguan Nafas
Suatu keadaan meningkatknya kerja pernafasan yang ditandai :
 Takipnea
 Retraksi
 Nafas cuping hidung
 Merintih atau grinting
 Sianosis
YANG MENETAP beberapa jam setelah lahir
Respiratory Distress Syndroma
GAWAT NAFAS pada BKB segera setelah lahir
ditandai kesukaran bernafas : pernafasan cuping
hidung, grunting, tipe pernafasan dispnea/takipnea,
retraksi dada dan sianosis yang menetap atau
menjadi progresif dalam 48-96 jam pertama
kehidupan akibat kurangnya surfaktan
Berisiko :
 ibu diabetes
 usia kehamilan <37 minggu
Pada BKB :
 kehamilan >1 fetus
60-80% : <28 mg
EPIDEMIOLOGI 15-30% :32-38 mg
 kelahiran sc
 Kelahiran dipercepat
5% : <37 mg
 pecah ketuban lama
 ibu hipertensi
 drug abuse
 infeksi kongenital kronik
Anatomi dan Fisiologi
Pembentukan paru dan surfaktan :
PARU
 Kehamilan 3-4 mg : dimulai pembentukan paru -> trakea dari esofagus
 Kehamilan 24 mg : rongga udara, diferensiasi pneumosit tipe 1,2 -> pertukaran gas
dapat terjadi
 Kehamilan 30 mg : bronkiolus terminal, alveoli
SURFAKTAN
 Kehamilan 20 mg : muncul pada paru tp belum sampai hingga permukaan paru
 Kehamilan 28-32 mg : muncul pada cairan amnion
 Kehamilan 35 mg : matur
Surfaktan
 Dipalmitylphosphatidylcholine (lecithin) 80%, phosphatidylglycerol 7%,
phosphatidylethanolamine 3%, apoprotein (surfactant protein A, B, C,
D) dan kolesterol
 Bekerja aktif dalam air = menurunkan tegangan permukaan air
 Disekresi : sel epitel alveolar tipe 2 (10% seluruh sel permukaan alveolus)
Fungsi :
1. Mengurangi tegangan permukaan rongga alveoli
2. Memfasilitasi ekspansi paru dan mencegah kolapsnya alveoli selama ekspirasi
3. Mencegah edema paru
4. Sistem pertahanan terhadap infeksi
Patogenesis
Patogenesis

Gangguan vaskular menyebabkan kebocoran plasma ke dalam ruang alveolar


dan lapisan fibrin dan sel-sel nekrotik muncul dari pneumosit tipe Il ("selaput
hialin") di sepanjang permukaan duktus alveolar dan bronkiolus respiratorius
yang sebagian lapisan sel normalnya terkelupas.
Faktor Risiko
Faktor janin
Faktor Ibu
 Prematuritas
 KPD  Laki – laki
 Diabetes gestasional  Kehamilan multifetal
 Chorioamnionitis  Aspirasi meconium
 Oligohidroamnion  Persalinan SC
 USG prenatal -> oligohidroamnion dan kelainan
structural paru
Manifestasi Klinis
● Retraksi dinding dada
● Hipoventilasi alveolar
● Hiperkapnia
● Rasio L/S rendah
● Sianosis
● Takipnea
● Hidung melebar
● Retraksi interkostal dan sternum
● Grunting
Selama 72 jam pertama, bayi dengan
RDS yang tidak diobati mengalami
peningkatan distres dan hipoksemia.
Pada bayi dengan RDS berat,
perkembangan edema, apnea, dan gagal
napas memerlukan bantuan ventilasi.
ANAMNESIS
(Maternal, riwayat keluarga, prenatal dan intrapartum)

Sindrom gangguan
1 Prematuritas 2 napas, aspirasi
meconium dan infeksi
3 Gangguan SSP

Perdarahan
Kelainan
4 Kongenital 5 DM pada Ibu 6 anterpartum, partus
lama, KPD,
oligohidramnion,
obat-obatan
Pemeriksaan Fisik Diagnosis Banding
 Merintih/grunting tetapi kuit asih  Kelainan sistem Respirasi:
kemerahan - Obstruksi saluran napas atas
- TTN
 Sianosis - Pneumonia
 Retraksi - Sindroma aspirasi mekonium
- Malformasi kongenital
 Tanda Obstruksi saluran napas
 Air ketuban berwarna hijau  Sepsis
 Sistem Kardiovaskuler: PJB, PDA
kekuningan  Metabolik
 Scapoid abdomen  SSP
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Lab : AGD,Elektrolit, Jumlah sel darah (polisitemia hipoksemia
kronik)
 Pemriksaan radiologik/pwncitraan
Derajat Berat/Ringan Temuan pada pcmeriksaa radiologik toraks

I Ringan Kadang normal atau gambaran granuler, homogen, tidak ada


air bronchograms
II Ringan- Sedang Seperti tersebut di atas plus gambaran air bronchograms

III Sedang – berat Seperti seperti di atas plus batas jantung kabur

IV Berat "White lung" : paru putih menyeluruh


Prioritas awal

1. Ventilasi
2. Sirkulasi
3. Koreksi asidosis metabolik
4. Jaga kehangatan suhu bayi sekitar 36,5 – 36,8 (suhu aksiler)
untuk mencegah vasokonstriksi perifer
5. Langkah selanjutnya untuk mencari penyebab distres respirasi
6. Terapi pemberian surfaktan
7. Bila tidak tersedia fasilitas NICU segera rujuk ke RS yang tersedia NICU
Gangguan napas berat
O2 dengan kec. Tanda perburukan;
O2 kec. tinggi
sedang sianosis sentral

Semakin berat dan


Rujuk sianosis sentral
menetap walau O2
100%
Jika masih menetap Pantau 4x/hari; tanda
selma 2 jam, pasang Kurangi
perbaikan; RR menurun,
pipa lambung retraksi berkurang dan
pemberian O2
warna kulit membaik bertahap

kemerahan
Monitor/ 3jam; RR,
tanpa terapi O2, retraksi, episode Mulai berikan ASI
selama 3 hari, apnea, gds, 24 jam
minum baik setelah ab dihentikan

Pasien
dipulangkan
Tanda:
 Suhu < 34°C atau >
Jangan diberi minum 39°C;
O2 dengan kec.  Air ketuban bercampur
sedang mekonium;
 Riwayat infeksi
Atau:
Suhu 34—36,5°C atau 37,5
—39°C ; ulang 2 jam ; belum
membaik

Gangguan napas sedang

Kultur dan berikan


Ab
Suhu normal menjadi
abnormal ; ulangi lagi

Tanda sepsis (-) Ulang 2jam

Tanda Perbaikan (-) Sepsis

Tanda Perbaikan (+) Lanjutkan terapi


Gangguan Napas Ringan
Tindakan
Amati tiap 2 jam pada ggn
selama 6 jam Perburukan klinis napas
berikutnya sedang atau
berat

Membaik; kurangi Selama 24 jam:


Berikan ASI O2 30-60
30-60x/menit; kali/menit, tidak
hentikan ada tanda-tanda
sepsis

Pulang
Laporan Kasus
Patient medical history
Patient data Keluhan Utama
By. Ny.
Name: Sesak setelah lahir
Ayna
Age: 1 hari
Gender: Laki-laki
Location: Tanah Garam

  Ibu Ayah
Umur 15 th  
Pendidikan SMP  
Pekerjaan Pelajar  
Perkawinan ke 1  
Pengahsilan Rp. -  
Riwayat Penyakit Sekarang
Usia 3 menit bayi
Bayi lahir secara partus
1 normal dari ibu dengan
G1P0A0H1
4 merintih, sesak,kebiruan
lalu diberikan oksigen 8
liter

Berat lahir 1045 gram, Pada usia 5 menit bayi


2 panjang badan 35 cm, 5 menangis kuat gerakan aktif,
dan tonus otot lemah. Bayi
A/s 4/6, ketuban hijau
diberikan salep mata
cloramphenicol dan injeksi
Pada saat lahir bayi tidak Vitamin K

3 6
menangis spontan lalu
dibersihkan jalan nafas, BAB & BAK tidak ada
dirangsang dan dilakukan
VTP
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat ibu Riwayat ibu demam 15
menggunakan obat- jam sebelum masuk

7
obatan menjelang
persalinan ada, tidak
8 rumah sakit, KPD ada dan
tidak diketahui berapa
diketahui apa nama lama
obatnya

Nyeri saat BAK dan

9 riwayat keputihan selama


kehamilan dan menjelang
persalinan tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga
1
tidak ada keluarga yang
Ibu hamil diluar nikah
2 memiliki keluhan atau
menderita penyakit yang
sama dengan pasien

3 Ibu tidak memiliki riwayat


penyakit DM sebelum dan
selama kehamilan, hipertensi

Anak Jenis Cara Berat Usia Riway


Kelamin persalinan Badan lahir at imunisasi

1 Laki- Pervag 1045    


laki inam gram
Riwayat Menstruasi Ibu Riwayat Kehamilan Sekarang
Menarche : 14 tahun G1P1A0H0
Siklus haid : teratur HPHT : Tidak diketahui
Lama : 5 hari Taksiran Persalinan : Tidak diketahui
DUK : 2x sehari Berat badan sebelum hamil : Tidak
Nyeri haid : nyeri pada hari pertama diketahui
Berat badan sesudah hami : Tidak
Riwayat kontrasepsi : Tidak ada diketahui
Presentasi Bayi : Presentasi Kepala
Pemeriksaan Kehamilan : Tidak ada
Penyakit Selama Hamil
 Riwayat ibu batuk sejak 7 bulan disertai nyeri tenggorokan dan suara
serak
 riwayat penyakit DM, anemia,pneumonia, dan hipertensi tidak ada
 riwayat infeksi saluran kemih tidak ada
 riwayat mengangkat beban berat selama hamil tidak ada
 Ibu tidak ada keputihan di awal
 Ibu tidak ada nyeri saat BAK selama hamil
 Ibu tidak ada riwayat terjatuh selama hamil
 Ibu tidak ada riwayat keluar flek ataupun darah selama hamil
 Ibu ada mual dan muntah pada 3 bulan pertama kehamilan
 Ibu muntah berisi makanan yang dimakan, lebih sering pada pagi hari
Komplikasi Kehamilan
Tidak ada

Kebiasaan ibu waktu hamil


Kualitas dan kuantitas makan cukup, tidak ada minum alkohol, merokok dan
narkoba

Riwayat ANC
Ibu tidak melakukan pemeriksaan ANC selama kehamilan

Riwayat Persalinan
Ditolong oleh bidan diponek RSUD M. Natsir, secara normal pada tanggal 23
februari 2022 jam 23.00, ketuban sudah pecah sebelumnya (KPD)
APGAR SCORE
  SKOR  
KRITERIA
0 1 2

[V](V)badan merah, []()seluruh tubuh


WARNA KULIT []()biru-pucat
ekstremitas biru kemerah merahan

FREKUENSI
[]()tidak ada [V]()<100 [](V)>100
JANTUNG

REAKSI [](V)sedikit gerakan []()menangis,batuk/


[V]()tidak ada
TERHADAP RANGSANGAN mimic bersin

[V](V)ekstremitas
TONUS OTOT []()lumpuh []() gerak aktif
dalam fleksi sedikit

[V](V)lemah tidak []()


USAHA NAFAS []()tidak ada
teratur menangis kuat

Apgar Score : 4/6


Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Berat badan : 1045 gram
Panjang badan : 35 cm
Frekuensi jantung : 133 kali per menit
Frekuensi nafas : 60 kali per menit
Sianosis : ada
Ikterus : Tidak ada
Suhu : 36,50 C
Kulit : Tampak kemerahan, teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik,
Sianosis (+), lanugo (+), vernik caseosa (+)
Kepala : Bulat, simetris, normocephal, ubun-ubun datar
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : Nafas cuping hidung ada
Mulut : Mukosa basah, sianosis sirkum oral (+)
Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB
Paru :
Inspeksi : Normochest, simetris, retraksi ada
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskustasi : Bronkhovesikuler, merintih (+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-)
Abdomen:
Inspeksi :Distensi (-), retraksi dinding dada (+)
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : Supel, hepar teraba 1/4-1/4 permukaan licin dan rata, pinggir
tajam, lien tidak teraba
Perkusi : Timpani

Tali pusat : Segar


Umbilikal : Tidak hiperemis
Punggung : Tidak ada kelainan
Alat kelamin : testis belum turun
Anus : Anus ada
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <3 detik
Reflek
Moro : Lemah
Isap : Lemah
Rooting : Lemah
Pegang : Lemah
Ballard Score
Kematangan fisik = 6
Kematangan neuromuscular =
12
Total = 18
DOWN SCORE

Nilai : 5 (Distress Nafas Sedang, membutuhkan Nasal CPAP)


Kurva Lubchenco

Kesan : kurang bulan dan KMK


Diagnosis Kerja:
NKB KMK (31 minggu, BB 1045gr)
Respiratory Distress Syndrome

Diagnosis Banding
Neonatal Pneumonia

Tatalaksana Kegawatdaruratan
 IVFD D10%+Ca Glukonas 3,5cc/jam
 CPAP FiO2 21% PEEP 7 mmHg

Tatalaksana Nutrisi
 Puasa Sementara

Tatalaksana Medikamentosa
 Inj. Ampicilin sulbactan 2x50mg
 Inj. Gentamicin 5mg/48jam
Rencana Tindakan :

Rontgen thoraks

 
Bacaan pemeriksaan radiografi toraks proyeksi AP:
● Jantung tidak membesar
● Aorta baik, mediastinum superior melebar (thymus)
● Trakea deviasi ke kanan. Kedua hilus suram.
● Tampak infiltart di kedua paru terutama paru kanan dengan batas jantung masih dapat
terlihat
● Kedua hemidiafragma licin. Kedua sinus kostofrenikus lancip
Kesan : Gambaran HMD grade II-III
Hasil pemeriksaan Laboratorium:
Tanggal 24-02-22
Darah   Diff count   HCO3 15,20 mEq/L

lengkap
Hemoglobin 12,2 g/dL Basophil 3% BE 8,6 mEq/L

Eritrosit 2,99 106/mm3 Eosinophil 0% SO2 96,90 mEq/L

Hematocrit 33,1 % Neutrophil 25 % GDS 135

MCV 110,7 fL Limfosit 66 %  

MCH 40,8 pg/cell Monosit 6%  

MCHC 36,9 g/dL Kimia Klinik    

RDW-CV 20,2 % Albumin 3,20 g/dL  

Leukosit 6,3 103/mm3 AGD    

Trombosit 230 103/mm3 PH 7,360  

ALC 4158 /uL PCO2 26,60 mmHg  

NLR 0,38 PO2 147,60


 
mmHg

Kesan :
Anemia ringan
Leukopenia
Alkalosis respiratorik terkompensasi
Tanggal Hasil Pemeriksaan Terapi

S/ sesak (+), retraksi minimal, BAK (+), BAB(-)

O/ Ku lemah P/ Cpap 7/21%

HR 121x/i Cairan 80cc/kg/hari

RR 58x/i D10 +ca = 1,9

BB 1045gr AS 6% (2g/kg) = 1,4

24-02-2022 TB 35cm Heparin = 0,1

Diuresis 3,8 Inj. Ampisulb 2x50mg HR1

Terpasang CPAP Inj. Genta 5mg/48jam HR1

Terpasang OGT Nystatin 3x0,5cc oles

A/ HMD grade 3 Oral Care ASI/3jam

BBLSR
S/ sesak (+), retraksi minimal, BAK (+), BAB(+), OGT jernih

O/ Ku lemah
P/ Cpap 6/21%
SPO2 99%
Cairan 100cc/kg/hari
HR 136x/i
D10 +ca = 2
RR x/i
AS 6% (3g/kg) = 2,1
T 36,3
25-02-2022 Heparin = 0,1
Balance Cairan -126,75
Inj. Ampisulb 2x50mg HR 2
Diuresis 3,2
Inj. Genta 5mg/48jam HR 2
Terpasang CPAP
Nystatin 3x0,5cc oles
Terpasang OGT
ASI/SF 12x1 cc
A/ HMD grade 3

BBLSR
S/ sesak (+), retraksi minimal, ikterik (+), BAK (+), BAB(+), OGT jernih
P/ Cpap 6/21%
O/ Ku lemah
Cairan 120cc/kg/hari
SPO2 92%
Kaen Mg3 2,9
HR 112x/i
AS 6% (3g/kg) = 2,1
RR x/i
Heparin = 0,1
T 36,2
Inj. Ampisulb aff
Balance cairan 60,05
Inj. Genta 5mg/48jam HR 3
Diuresis : 3,5
Inj. Ceftazidin 2x50mg HR 1
Terpasang CPAP
Nystatin 3x0,5cc oles
Terpasang OGT

26-02-2022 A/ HMD grade 3


ASI/SF 12x1cc

PRC 20cc
BBLSR 
Phototerapi

Hasil Pemeriksaan Labor:


Kimia Klinik Elektrolit Serum
Hb : 11,1 g/dL L Nilai MC
Bill Total : 11,17 mg/dL H Na :138,8 mEq/L
Eritro : 2,71 106/mm3 L MCHC : 36,5 g/dL
Bill direk : 0,76 mg/dL K : 1,8 mEq/L LL
Ht : 30,4 % L MCV : 112,2 fl H
Bill indirek : 10,41 mg/dL H Cl : 112,5 mEq/L H
Leuko : 3,0 103/mm3 L MCH : 41,0 pg/cell H
Imunologi
Trombo : 152 103/mm3 RDW-CV : 20,9% H
PCT : 1,74 ng/mL H
 
S/ sesak (+), retraksi minimal, ikterik(-), BAK (+), BAB(+) P/ Cpap 6/21%

O/ Ku lemah Cairan 150cc/kg/hari

SPO2 93% Kaen Mg3 3,4 cc/jam

HR 145x/i AS 6% 0,3 cc/jam

RR x/i Heparin = 0,1

T 36,8 ASI/SF 12x5cc


28-02-2022
Balance cairan 21,2 Inj. Genta HR 5

Diuresis : 3,0 Inj. Ceftazidin HR 3

Terpasang CPAP Nystatin 3x0,5cc oles

Terpasang OGT Phototerapi

A/ HMD grade 3  

BBLSR
S/ sesak (+), retraksi minimal, BAK (+),
BAB(+)

O/ Ku lemah

SPO2 98%
P/ Cpap 5/25%
HR 134x/i
Cairan 160cc/kg/hari
RR 32x/i
ASI OGT 12x20cc
T 36,8

07-03-2022 Balance cairan 88,2


Inj. Cefta HR 10

Inj. Genta aff


Diuresis : 4,0
Nystatin 3x0,5cc oles
BB sekarang : 1035gr
 
Terpasang CPAP

Terpasang OGT

A/ HMD grade 3

BBLSR
S/ sesak (+), retraksi minimal, BAK (+), BAB(+)

O/ Ku lemah

SPO2 90%

HR 151x/i P/ O2 0,5 liter aff CPAP

RR x/i Cairan 160cc/kg/hari

T 36,5 ASI OGT 12x20cc

Balance cairan 120 Inj. Cefta aff


08-03-2022 Diuresis : 2,7 Nystatin 3x0,5cc oles

BB sekarang : 1080 Zamel

Terpasang nasal kanul KMC

Terpasang OGT  

A/ HMD grade 3

BBLSR

Anemia Of Prematur
Analisa kasus
Telah dilaporkan kasus seorang bayi dengan diagnose NKB
KMK dengan respiratory distress syndrome grade II-III. Diagnosa
ditegakan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pada tanggal 23 februari 2022 pukul 23.30
WIB. Seorang perempuan berusia 15 tahun datang ke IGD RSUD
M.Natsir dengan G1P1A0H0, melahirkan seorang anak bayi dengan
jenis kelamin laki laki, bayi lahir prematur secara spontan dengan A/S
4/6, ketuban berwarna hijau dan ibu ketuban pecah dini tanpa
diketahui sudah berapa lamanya. bayi tampak sesak, merintih dan
sianosis.
Sesak pada bayi dapat disebabkan oleh hialin membrane disease,
transient tachypnea of the newborn , pneumonia, penyakit jantung
bawaan
Dari permeriksaan fisik didapatkan adanya sianosis, nafas cuping
hidung, merintih, retraksi dinding dada. Hasil pemeriksaan Ballard
score dengan nilai 18, usia gestasi 31 minggu, dari hasil pemeriksaan
Down Score didapatkan nilai 5 yaitu distress nafas sedang
membutuhkan nasal CPAP, dari hasil periksaan Kurva Lubchenco di
dapatkan kesan bayi kurang bulan dan kecil masa kehamilan.
Pada pemeriksaan Rontgen thorax di dapatkan gambaran Hyaline
Membrane Disease grade II dan III, dari hasil pemeriksaa laboratorium
didapatkan kesan adanya anemia ringan, leukopenia dan alkalosis
respiratorik terkompensasi. Hal ini didukung oleh faktor resiko yang
ada pada bayi yaitu prematuritas dimana prematuritas berkaitan erat
dengan defisiensi surfaktan yang berfungsi sebagai pencegah
atelectasis paru. Sehingga diagnosis pasien ialah Hyaline Membrane
Disease grade II dan III.
Diagnosis banding yang dipikirkan pada pasien ini adalah
pneumonia pada neonatus karena didapatkan faktor resiko infeksi pada
ibu bayi yaitu demam, ketuban pecah dini dan air ketuban berwarna
hijau.
Tatalaksana awal pasien diberikan CPAP FiO2 21% PEEP 7
mmHg, IVFD D10%+Ca Glukonas 3,5 cc/jam, injeksi ampicillin
sulbactan 2x50mg dan injeksi gentamicin 5mg/48jam. D10% + Ca
Glukonas diberikan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan nutrsiri di
dalam tubuh dan untuk pemeliharaan kalsium dalam tubuh.
Selama rawatan sesak mulai berkurang sehingga pemakaian
CPAP diturunkan secara bertahap selama 13 hari lalu diganti dengan
nasal kanul O2 0,5 liter pada pasien. Dimana secara teori Hyaline
Membrane Diseas biasanya dapat membaik pada usia 1 minggu. Hal
ini dikaitkan dengan peningkatan fungsi paru yang membaik karena
produksi surfaktan endogen meningkat.
Pasien diberikan Oral Care menggunakan ASI pada hari pertama
masuk, dipantau pemasangan OGT nya bersih atau tidak bila bersih
dipersiapkan untuk pemberian ASI/SF 12x1 cc dan dinaikan secara
bertahap setiap harinya sampai ASI/SF 12x20cc, pasien dipantau untuk
pemberian ASI/SF secara penuh.
Pasien juga diberikan obat antibiotik karena masih dengan
diagnosis banding pneumonia yang dicurigai terjadi infeksi selama
proses persalinan. Sehingga pasien diberikan injeksi ampicillin
sulbactan dan injeksi gentamicin yang merupakan antibiotik lini
pertama. Pada hari ke-3 rawatan, dilakukan pemeriksaan laboratorium
untuk screening marker infeksi didapatkan kemungkinan infesi
nosocomial sehingga antibiotik pasien diganti dengan antibiotik lini ke
2 yaitu ceftazidime. Pemakaian antibiotik terus berlanjut sampai hari
rawatan ke-13 lalu antibiotik di hentikan karena secara kinis tidak
ditemukan tanda-tanda infeksi.
Penatalaksanaan kangoroo mother care seharusnya dilakukan
sejak pertama kali secara interminten ataupun continue tetapi tidak
dilakukan karena ketidak hadirannya orangtua bayi dikarenakan sudah
meninggal. Pasien dapat direncakana pulang jika adanya peningkatan
berat badan 15 gram/kg/hari, pasien mampu minum dengan kecukupan
kalori 120 kkal/kg/hari, tanda vital stabil, kesiapan terhadap keluarga.
Setelah pasien pulang, pasien direncanakan untuk melakukan
screening rutin dan pemantauan pertumbuhan.
Penatalaksanaan kangoroo mother care seharusnya dilakukan
sejak pertama kali secara interminten ataupun continue tetapi tidak
dilakukan karena ketidak hadirannya orangtua bayi dikarenakan sudah
meninggal. Pasien dapat direncakana pulang jika adanya peningkatan
berat badan 15 gram/kg/hari, pasien mampu minum dengan kecukupan
kalori 120 kkal/kg/hari, tanda vital stabil, kesiapan terhadap keluarga.
Setelah pasien pulang, pasien direncanakan untuk melakukan
screening rutin dan pemantauan pertumbuhan.
Untuk prognosis pasien

Quo ad vitam : Dubia ad Bonam karena secara teori untuk bayi


prematur usia gestasi 28-31 minggu memiliki resiko kematian sebesar
54%

Quo ad functionam : dubia karena secara teori bayi prematur memiliki


resiko terjadinya kebutaan, tuli, cerebral palsy, gangguan intelektual
dan kecacatan

Quo ad sanationam : Bonam Karena dilihat dari perkembangan bayi


selama masa rawatan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai