Anda di halaman 1dari 10

TM.

III

Elemen Berpikir Logis

Unit Pendidikan Kebangsaan dan Karakter


Universitas Airlangga

Tim MK. Logika dan Pemikiran Kritis


Dr. Achmad Chusairi, MA
Dr. Johny Alfian Khusyairi, MA
Fahrul Muzaqqi, Saudara.IP., M.IP

UPKK
Sub pokok bahasan
1. Dasar: Fakta, data dan opini
2. Prinsip: bukti (evidence) dan
hukum non-kontradiksi (the law of
non-contradiction)
Berlogika

• Berlogika adalah berpikir atau proses


menalar (reasoning) menggunakan syarat
dan aturan/pola tertentu yang mengantar
pada penyimpulan yang valid dan benar.
• Bernalar ialah proses akal budi manusia
untuk berusaha sampai pada satu
keterangan baru (kesimpulan) dengan
bertolak dari satu atau beberapa keterangan
yang sudah diketahui (premis), dan
keterangan baru itu mestilah merupakan
urutan kelanjutan dari sesuatu atau
beberapa keterangan semula.
Kualitas Bernalar

• Bernalar selain ditentukan oleh kemampuan


logis, juga ditentukan oleh kualitas fakta dan
data. Semakin faktual perumusan fakta,
semakin lengkap fakta dideskripsikan, dan
ditangkap karakteristiknya, maka semakin
valid simpulan yang dihasilkan oleh
penalaran (hal itu menunjukkan kualitas
data). Sebaliknya, semakin tidak subyektif
dan semakin miskin kemampuan kita
merumuskan fakta sebagai data, maka
kualitas simpulan hasil penalaran akan
semakin rendah.
Argumentasi vs Opini

• Suatu simpulan atau pernyataan yang


didukung oleh proses penalaran dan data
yang berkualitas akan menghasilkan
argumentasi.
• Sebaliknya simpulan dan pernyataan
yang dihasilkan oleh penalaran dan data
yang tidak berkualitas, akan jatuh
derajatnya hanya sebagai satu opini
pribadi.
Metode Berpikir
a) Logika Deduksi (Bernalar / Berlogika)
 Cara berpikir dimana dari pernyataan bersifat umum
ditarik kesimpulan bersifat khusus (silogismus);
b) Logika Induksi
 Silogisme disusun dari dua buah pernyataan (premis
mayor & minor) dan sebuah kesimpulan;  Cara berpikir dimana dari berbagai kasus yang
bersifat individual (khusus) ditarik kesimpulan
 Ketepatan penarikan kesimpulan dalam penalaran yang bersifat umum;
deduktif bergantung dari tiga hal: a) kebenaran
premis mayor; b) kebenaran premis minor, dan c)  Penalaran induktif memungkinkan disusunnya
keabsahan pengambilan kesimpulan. pengetahuan secara sistematis yang mengarah

A B kepada pernyataan-pernyataan yang makin lama


makin bersifat fundamental.

Contoh berpikir deduktif C D


 Semua makluk mempunyai mata [premis mayor] Contoh berpikir induktif
 Si Polan adalah makluk [premis minor]  Fakta bahwa kambing punya mata [kasus khusus]
 Jadi si Polan mempunyai mata [kesimpulan]  Fakta bahwa kucing punya mata [kasus khusus]
 Fakta bahwa anjing punya mata [kasus khusus]
 Matematika adalah pengetahuan yang disusun secara  Kesimpulan umum: bahwa semua binatang mempunyai
deduktif. Misalnya, A = B dan bila B = C maka A = C. mata.
 Kesimpulan A = C bukan merupakan pengetahuan baru,
melainkan sekedar konsekuensi dari dua pengetahuan yang
telah diketahui sebelumnya.
Hukum Dasar Logika
John Stuart Mill (1806-1873) menyebut sebagai postulat-postulat
Universal semua penalaran (universal postulates of all reasonings), sementara
Friedrich Uberweg (1826-1871) menyebutnya “aksioma inferensi”. Tiga dari hukum
dasar itu dirumuskan oleh Aristoteles, sedangkan satu lagi ditambahkan oleh Gottfried
Wilhelm Leibniz (1646-1716).

Hukum Identitas
Law of Identify (Law of Identify)
Sesuatu itu adalah sama dengan dirinya sendiri (P =
P).

Law of Contradiction Hukum Kontradiksi (Law of


Sesuatu pada waktu yang sama tidak dapat sekaligus memiliki sifat tertentu dan juga Contradiction)
tidak memiliki sifat tertentu itu (tidak mungkin P = Q dan sekaligus P ≠ Q).

Law of Excluded Middle Hukum Tiada Jalan Tengah (Law


Sesuatu itu pasti memiliki suatu sifat tertentu atau tidak memiliki sifat tertentu of Excluded Middle)
itu dan tidak ada kemungkinan lain (P = Q atau P ≠ Q).

Law of Sufficient Reason


Jika terjadi perubahan pada sesuatu, perubahan itu haruslah berdasarkan alasan yang
cukup. Itu berarti tidak ada perubahan yang terjadi dengan tiba-tiba tanpa alasan yang Hukum Cukup Alasan (Law of
dapat dipertanggungjawabkan. Hukum ini ialah pelengkap hukum identitas. Sufficient Reason)
Content E
Modern PowerPoint
Presentation
Lingkaran Berpikir
(The Operations of Mind)
III. PENALARAN (REASONING) TIGA OPERASI AKAL BUDI
 Adalah sebuah proses berpikir dalam menarik suatu Terdapat tiga kegiatan akal budi (the mind) manusia dalam
kesimpulan berupa pengetahuan berpikir menurut Jacques Maritain (1937): (I) Konsep (the
 Tiga definisi: a) Proses penarikan kesimpulan dari concept); (II) Proposisi (the proposition); dan (III) Penalaran

0
peranyataan-pernyataan; b) Penerapan logika dan (reasoning).
tindakan perencanaan; c) Kemampuan untuk mengetahui
beberapa hal tanpa bantuan langsung persepsi inderawi I. KONSEP (THE CONCEPT)
atau pengalaman langsung  Istilah lain adalah “pengertian”, “term”, atau “idea”.

3
 Dua tahap penalaran: a) Pemahaman proposisi atau Berasal dari bahasa latin (concipere: kata kerja)
sejumlah proposisi dan hubungan diantara proposisi- berarti mencakup, mengandung, menyedot,

1
proposisi tersebut; b) Kesimpulan / inferensi. menangkap. Kata bendanya conceptus, artinya
tangkapan.
 Konsep adalah hasil tangkapan intelektual atau akal
II. PROPOSISI (THE PROPOSITION) budi manusia.

2
 Istilah lain adalah “pernyataan”, “pendapat”,  Dari sudut sumbernya dikelompokkan menjadi dua:
“penilaian”, “justifikasi”, atau judgement. (a) a priori: pengertian yang sudah ada pada budi
 Proposisi adalah pendirian atau pendapat tentang sebelum pengalaman (bawaan sejak lahir); (b) a
posteriori: pengertian yang baru ada pada akal budi
sesuatu hal (peristiwa / fenomena) yang di dalamnya
setelah pengalaman (praktik).
mengandung hubungan antara dua hal atau lebih.
 Gambaran perihal konsep yang menyebutkan unsur-
 Contoh: korupsi disebabkan oleh mental korup,
unsur pokok atau ciri-ciri utama dalam konsep
kesempatan dan regulasi yang longgar.
tersebut disebut “definisi”.
“Nalar berpikir menuntun saya memilah mana yang harus diselesaikan
secara teknis, mana yang perlu dipikirkan mendalam, dan mana yang
memerlukan rasa perasaan.” __Dr. Karlina Supelli (STF Driyarkara)

“Orang “pintar” berlogika sehingga bermimpi sesuatu yang secara logika


bisa di capai. Orang “bodoh” tidak perduli dengan logika, yang penting
dia bermimpi sesuatu, sangat besar, bahkan sesuatu yang tidak mungkin
dicapai menurut orang lain.”__Bob Sadino.

“Logic and happiness may not be combined.”__Mark Twain (1835-1910).

“Logic is the anatomy of thought.”__John Locke (1632-1704).

“Cinta tak tertangkap oleh mata, tapi diserap oleh pikiran. Maka bagi si
buta, cinta seperti bidadari yang bersayap. Logika cinta pun tak bekerja
seperti penilaian atas selera. Ia bersayap tetapi buta, ia tak ubahnya
seperti anak-anak. Karena di dalam memilih, ia seringkali
terpikat..”__William Shakespeare (1564-1616).

“We assume a common sense as the necessary condition of the universal


communicability of our knowledge, which is presupposed in every logic
and every principle of knowledge that is not one of
skepticism.”__Immanuel Kant (1742-1804).
Terima
kasih!

Anda mungkin juga menyukai