TM III - Elemen Berpikir Logis
TM III - Elemen Berpikir Logis
III
UPKK
Sub pokok bahasan
1. Dasar: Fakta, data dan opini
2. Prinsip: bukti (evidence) dan
hukum non-kontradiksi (the law of
non-contradiction)
Berlogika
Hukum Identitas
Law of Identify (Law of Identify)
Sesuatu itu adalah sama dengan dirinya sendiri (P =
P).
0
peranyataan-pernyataan; b) Penerapan logika dan (reasoning).
tindakan perencanaan; c) Kemampuan untuk mengetahui
beberapa hal tanpa bantuan langsung persepsi inderawi I. KONSEP (THE CONCEPT)
atau pengalaman langsung Istilah lain adalah “pengertian”, “term”, atau “idea”.
3
Dua tahap penalaran: a) Pemahaman proposisi atau Berasal dari bahasa latin (concipere: kata kerja)
sejumlah proposisi dan hubungan diantara proposisi- berarti mencakup, mengandung, menyedot,
1
proposisi tersebut; b) Kesimpulan / inferensi. menangkap. Kata bendanya conceptus, artinya
tangkapan.
Konsep adalah hasil tangkapan intelektual atau akal
II. PROPOSISI (THE PROPOSITION) budi manusia.
2
Istilah lain adalah “pernyataan”, “pendapat”, Dari sudut sumbernya dikelompokkan menjadi dua:
“penilaian”, “justifikasi”, atau judgement. (a) a priori: pengertian yang sudah ada pada budi
Proposisi adalah pendirian atau pendapat tentang sebelum pengalaman (bawaan sejak lahir); (b) a
posteriori: pengertian yang baru ada pada akal budi
sesuatu hal (peristiwa / fenomena) yang di dalamnya
setelah pengalaman (praktik).
mengandung hubungan antara dua hal atau lebih.
Gambaran perihal konsep yang menyebutkan unsur-
Contoh: korupsi disebabkan oleh mental korup,
unsur pokok atau ciri-ciri utama dalam konsep
kesempatan dan regulasi yang longgar.
tersebut disebut “definisi”.
“Nalar berpikir menuntun saya memilah mana yang harus diselesaikan
secara teknis, mana yang perlu dipikirkan mendalam, dan mana yang
memerlukan rasa perasaan.” __Dr. Karlina Supelli (STF Driyarkara)
“Cinta tak tertangkap oleh mata, tapi diserap oleh pikiran. Maka bagi si
buta, cinta seperti bidadari yang bersayap. Logika cinta pun tak bekerja
seperti penilaian atas selera. Ia bersayap tetapi buta, ia tak ubahnya
seperti anak-anak. Karena di dalam memilih, ia seringkali
terpikat..”__William Shakespeare (1564-1616).