Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KARAKTERISTIK

KOMPETENSI BISNIS LINTAS BUDAYA


JEPANG DAN AMERIKA
(STUDI KASUS : FILM GUNG HO)

1. NUR ARIFIANTO B50120144


2. Moh. Dwi Kurniawan B50120141
KARAKTERISTIK PRAKTIK-PRAKTIK KOMPETENSI
BISNIS KEBUDAYAAN JEPANG DAN AMERIKA
(STUDI KASUS : FILM GUNG HO)
 Fenomena kompetensi bisnis yang akan saya jelaskan disini
saya ambil melalui sebuah film yaitu Film Gung Ho. Film ini
menceritakan mengenai kerjasama bisnis yang terjadi antara
eksekutif Jepang dan Amerika. Didalam film tersebut
diceritakan salah satu perusahaan bernama Assan Motor
Company mendapat tawaran untuk membuka sebuah pabrik
motor di kota Hadleyville, Amerika Serikat. Hunt Stevenus
yang ditunjuk selaku perwakilan pekerja dari Amerika
kemudian berangkat ke Jepang untuk melakukan presentasi
di hadapan para pimpinan Assan motor. Saat Hunt melakukan
presentasi didepan para pemimpin Jepang, merekapun
semuanya diam tidak memberikan ekspresi apapun. Hunt
merasa presentasinya yang telah dia persiapkan dengan
maksimal tersebut gagal.
1. POLA MODEL KOMUNIKASI LINTAS
BUDAYA Hal ini berjalan sesuai dengan  teori
komunikasi budaya yaitu Intercultural
 Pada awal film ini juga kita sudah dapat Adapation. Gudykunts mengatakan didalam
melihat bahwa sebuah proses negosiasi bukunya bahwa sebuah kegagalan adaptasi
sedang berlangsung. Dapat dilihat ketika akan memunculkan kegagalan didalam
seluruh warga penduduk kota hydleville mencapai sebuah misi komunikasi. Pada
mencoba untuk menyambut kedatangan teori ini juga dikatakan bahwa ketika kita
para pemimpin Jepang dengan cara bekerjasama dengan budaya yang berkuasa,
melakukan beberapa ritual sesuai dengan maka komunikator lainnya harus mampu
adat kebudayaan Jepang. Hal ini tentunya beradaptasi dengan budaya tersebut.
membuat warga Amerika terlihat sangat Didalam film Gung Ho, terlihat sangat jelas
konyol, karena mereka sebelumnya tidak dalam hal ini para penduduk Hyleville
terbiasa menggunakan cara-cara sangatlah membutuhkan kerjasama dengan
penyambutan dengan adat Jepang. Hal ini para pihak Jepang, oleh karena itu untuk
dilakukan para penduduk hydleville agar dapat beradaptasi dengan baik dengan
hubungan antara kedua belah pihak dapat budaya mereka mau tidak mau mereka
terasa hangat dan tujuan-tujuan penduduk mengikuti kebudayaan yang dilakukan oleh
Amerika dapat tercapai. Karena didalam hal orang Jepang ketika memberikan
ini, para pemimpin Jepang yang berkuasa, penyambutan tuan Kaishiro, hal ini
maka penduduk Amerika harus melakukan merupakan upaya agar misi-misi yang
adaptasi dengan baik. diinginkan oleh warga hyleville dapat
tercapai
Berikutnya kita akan berbicara mengenai cross cultural
conforontation. Didalam sebuah proses negosiasi, salah satu
hal yang hatus kita perhatikan adalah adanya
ketidaksepakatan. Didalam film ini, diceritakan bahwa proses
negosiasi Hunt kepada para pemimpin Assan Motor didalam
memperjuangkan kenaikan upah untuk para pekerja Amerika
pada awal perjanjian kerja terbukti tidak berhasil.
Ketidaksepakatan ini mau tidak mau harus diterima oleh
seluruh para pekerja Amerika, bahwa upah yang mereka terima
tidak akan sesuai dengan yang mereka inginkan. Namun,
karena Hunt yang berasal dari kebudayaan Amerika
merupakan seorang negosiator yang memiliki sifat yang keras
maka ia terus berusaha bagaimana caranya agar upah para
karyawan bisa naik.
LANJUTAN
 Namun, dibalik berbagai
 Nilai-nilai etnosentrisme didalam film ini juga
dapat kita rasakan. Hal ini jelas, tentunya lambat
macam permasalahan internal
laun dapat merusak hubungan dintara keduanya. yang menimpa para pekerja
Dapat dilihat ketika, Saito yang merupakan rekan Amerika dan para pemimpin
kerja Kaisaro yang secara tiba-tiba mengolok-
ngolok para pekerja Amerika di depan Hunt yang Assan Motor. Film ini juga
saat itu sedang mandi disungai bersama mereka. menunjukan bahwa nilai suatu
Etnosentrisme yang diperlihatkan terlihat jelas
ketika Saito berusaha menjelek-jelekan budaya hubungan didalam sebuah
orang lain dan menganggap bahwa budayanya lah bisnis lintas budaya merupakan
yang paling baik. Hal ini terlihat jelas ketika dia
mengatakan bahwa pekerja amerika merupakan
sebuah hal yang sangat
para pekerja yang malas dan sangat lamban. penting. Karena keharmonisan
Mereka membandingkan dengan para pekerja
Jepang yang memiliki loyalitas tinggi dan progress
hubungan diantara keduanya
yang cepat. Hal inipun kemudian membuat geram akan sangat berpengaruh
Hunt, yang tidak mau kalah sehingga dia akan terhadap proses negoasiasi
membuktika bahwa pekerja Amerika juga dapat
bekerja sebaik para pekerja Jepang. yang berlangsung untuk
melancarkan tujuan- tujuan
yang ada dikedua belah pihak.
Seperti yang telah dilakukan
oleh
2. HAMBATAN KOMUNIKASI LINTAS
BUDAYA
“Lain Ladang Lain Belalang”, mungkin itu merupakan
pribahasa yang tepat untuk merepresentasikan cerita yang
ada di film Gung Ho. Disini kita dapat melihat bahwa
perbedaan budaya diantara para pekerja Amerika dan
Jepang menyebkan banyaknya terjadi konflik internal
didalam perusahaan tersebut. Negosiasi didalam berbagai
permasalahan dianggap menjadi salah satu penyelesaian
konflik yang tak bisa dihindarkan. Hunt yang berperan
sebagai penyambung lidah antara pemimpin Jepang dan
para pekerja Amerika memiliki cara sendiri untuk dapat
menampung kepentingan dan kemauan diantara kedua
belah pihak. Disini kita akan mengulas lebih lanjut
mengenai cara-cara dan karakteristik kompetensi bisnis
keduanya didalam menghadapai sebuah bisnis lintas
budaya.
Terdapat beberapa aspek didalam perbedaan suatu budaya
yang dapat mepengaruhi praktik-praktik suatu bisnis, salah
satunya yaitu Perilaku Etis. Didalam film ini diperlihatkan
ketika Hunt mencoba untuk bernegosiasi dengan para
pemimpin Assan Motor. Ketika Hunt melakukan presentasi,
para pemimpin Jepang tidak memberi komentar apapun dan
hanya diam saja seolah presentasi yang dibawakan oleh
Hunt sangat membosankan. Saat itu Hunt yang sama sekali
tidak memahami akan kebudayaan Jepang, merasa sangat
cemas dan pesimis bahwa kerjasama ini tidak akan
berlangsung. Padahal diam merupakan cara yang dilakukan
oleh orang Jepang untuk menghormati dan menunjukan
bahwa dia betul- betul mendengarkan dan menghargai apa
yang disampaikan. Hal ini merupakan salah satu perilaku
etis dinegara Jepang yang selalu mereka lakukan untuk
menghormati seseorang.
 Proses pengambilan keputusan, Jepang merupakan salah
satu negara yang dinilai lambat dan bertele-tele didalam
melakukan pengambilan keputusan. Berbeda dengan
orang Amerika yang menganggap waktu adalah uang
sehingga sebuah kesepakatan dilakukan secara cepat.
Hunt yang telah bernegosiasi panjang dengan para
pemimpin perusahaan Assan Motor tidak mendapatkan
jawaban apapun sepulangnya dia dari Jepang. Latar
belakang Jepang yang merupakan budaya kolektivis,
melakukan pengambilan keputusan melalui konsensus,
karena itu tidak ada seorang pun yang memperlihatkan
individualitasnya, karena semua membawa nama “kami”
sebagai atas nama perusahaan. Sehingga baru beberapa
hari kemudian Koishiro selaku salah satu manajer
perusahaan Jepang memberikan keputusan kepda Hunt
bahwa mereka bersedia membangun pabriknya di
Amerika.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai