Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN CHF

(CONGESTIVE HEART FAILURE)/


GAGAL JANTUNG KONGESTIF

DISUSUN OLEH :
CHITA SILVANI SINAGA A. Md. Kep
Definisi
Gagal Jantung Congestif atau congestive heart failure (CHF)

 Gagal Jantung Congestif atau congestive heart failure (CHF) kondisi


dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang
kaya oksigen ke tubuh tidak bisa memenuhi kebutuhan tubuh. (Saferi,
2013)
 Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan
sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. (Udjianti, 2010)
 Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis
berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik
secara abnormal. (Mansjoer dan Triyanti, 2007)
Gagal Jantung Congestif atau congestive heart failure (CHF)

KLASIFIKASI ETIOLOGI
 kelas 1     Bila pasien dapat 1.     Faktor eksterna (dari luar
melakukan aktifitas berat tampa jantung); hipertensi renal,
keluhan hipertiroid, dan anemia kronis/ berat.
 kelas 2   Bila pasien tidak dapat 2.     Faktor interna (dari dalam
melakukan aktifitas lebih berat dari
jantung)
aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
a.    Disfungsi katup: Ventricular Septum
 kelas 3     Bila pasien tidak dapat Defect (VSD), Atria Septum Defect (ASD),
melakukan aktifitas sehari-hari tanpa stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
keluhan. b.    Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi,
dan heart block.
 kelas 4     Bila pasien sama sekali c.    Kerusakan miokard: kardiomiopati,
tidak dapat melakukan aktifitas miokarditis, dan infark miokard.
apapun dan harus tirah baring. d.    Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
Gagal Jantung Congestif atau congestive heart failure (CHF)
PATOFISIOLOGI
Gagal Jantung Congestif atau congestive heart failure (CHF)

MANIFESTASI KLINIK DIAGNOSTIK MEDIK


1.   Peningkatan volume intravaskular. 1. Hitung sel darah lengkap
2.  Kongesti jaringan akibat tekanan arteri dan vena 2. Hitung sel darah putih
yang meningkat akibat turunnya curah jantung. 3. Analisa gas darah (AGD)
3.   Edema pulmonal akibat peningkatan tekanan 4. Fraksi lemak
vena pulmonalis; dimanifestasikan dengan batuk
5. Serum katekolamin: Pemeriksaan untuk
dan nafas pendek. mengesampingkan penyakit adrenal
4.   Edema perifer umum dan penambahan berat 6. Sedimentasi meningkat akibat adanya inflamasi
badan akibat peningkatan tekanan vena sistemik. akut.
5.   Pusing, kekacauan mental (confusion), keletihan, 7. Tes fungsi ginjal dan hati
intoleransi jantung terhadap latihan dan suhu panas,
8. Tiroid: menilai peningkatan aktivitas tiroid
ekstremitas dingin, dan oliguria akibat perfusi darah
dari jantung ke jaringan dan organ yang rendah. 9. Echocardiogram
6.   Sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan, 10. Cardiac scan
serta peningkatan volume intravaskuler akibat 11. Rontgen toraks
tekanan perfusi ginjal yang menurun (pelepasan 12. Kateterisasi jantung: Menilai fraksi ejeksi
renin ginjal). ventrikel.
Sumber: Niken Jayanthi (2010)
13.  EKG
Sumber: Wajan Juni Udjianti (2010)
Penatalaksanaan Medis

Gagal Jantung
1.    Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O2 melalui istirahat/ pembatasan aktifitas

2.    Memperbaiki kontraktilitas otot jantung

Congestif atau a.    Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tirotoksikosis, miksedema, dan aritmia.
b.   Digitalisasi
congestive heart 1). dosis digitalis

failure (CHF) a). Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 mg dalam 4 - 6 dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari.
b). Digoksin IV 0,75 - 1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.

PENATALAKSAN c).  Cedilanid IV 1,2 - 1,6 mg dalam 24 jam.

AAN
2). Dosis penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg sehari. untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
3).  Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.
    Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat:

Tujuan dasar a).    Digoksin: 1 - 1,5 mg IV perlahan-lahan.

penatalaksanaan pasien b).   Cedilamid 0,4 - 0,8 IV perlahan-lahan.


dengan gagal jantung adalah: Sumber: Mansjoer dan Triyanti (2007)

 1. Meningkatkan oksigenasi


Terapi Lain:
dengan terapi O2 dan
1.   Koreksi penyebab-penyebab utama yang dapat diperbaiki antara lain: lesi katup jantung, iskemia miokard, aritmia, depresi
menurunkan konsumsi miokardium diinduksi alkohol, pirau intrakrdial, dan keadaan output tinggi.
oksigen dengan pembatasan 2.   Edukasi tentang hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan.
aktivitas.
3.   Posisi setengah duduk.

2. Meningkatkan kontraksi 4.   Oksigenasi (2-3 liter/menit).

(kontraktilitas) otot jantung 5.   Diet: pembatasan natrium (2 gr natrium atau 5 gr garam)


dengan digitalisasi. 6.   Aktivitas fisik: pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi bila pasien stabil dianjurkan peningkatan aktivitas
secara teratur
3. Menurunkan beban 7.   Hentikan rokok dan alkohol
jantung dengan diet rendah 8.   Revaskularisasi koroner
garam, diuretik, dan 9.   Transplantasi jantung
vasodilator.
10. Kardoimioplasti
GAGAL JANTUNG CONGESTIF ATAUC ON GESTIVE HEART FAILURE(CHF)
Proses Kepe ra wat an

PENGKAJIAN PENGKAJIAN SEKUNDER


PRIMER
Riwayat keperawatan
1. Airways
1. Keluhan (Dada terasa berat, palpitasi atau berdebar-debar, Paroxysmal Nocturnal
a.  Sumbatan atau penumpukan sekret Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak nafas saat beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur
harus pakai bantal lebih dari dua buah, tidak nafsu makan, mual, dan muntah, Letargi
b.  Wheezing atau krekles
(kelesuan) atau fatigue (kelelahan), insomnia, kaki bengkak dan berat badan bertambah,
2. Breathing jumlah urine menurun, serangan timbul mendadak/ sering kambuh.
a.  Sesak dengan aktifitas ringan atau 2.  Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis, diabetes melitus,
bedah jantung, dan disritmia.
istirahat
3.  Riwayat diet
b.  RR lebih dari 24 kali/menit, irama 4.  Riwayat pengobatan
ireguler dangkal 5.  Pola eliminasi orine: oliguria, nokturia.
c.  Ronchi, krekles 6.  Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu
d.  Ekspansi dada tidak penuh 7.  Postur, kegelisahan, kecemasan
8.  Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD yang merupakan
e.  Penggunaan otot bantu nafas faktor pencetus peningkatan kerja jantung dan mempercepat perkembangan CHF.
3. Circulation Pemeriksaan Fisik
a.  Nadi lemah , tidak teratur 1.  Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan, toleransi aktivitas, nadi
perifer, displace lateral PMI/ iktus kordis, tekanan darah, mean arterial presure, bunyi
b.  Takikardi jantung, denyut jantung, pulsus alternans, Gallop’s, murmur.
c.  TD meningkat / menurun 2. Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi, rales, wheezing)
3. Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular refluks
d.  Edema
4. Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/ takut yang kronis
e.  Gelisah 5. Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites
f.   Akral dingin 6. Konjungtiva pucat, sklera ikterik
7. Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin, diaforesis, warna kulit pucat,
g.  Kulit pucat, sianosis
dan pitting edema.
h.  Output urine menurun
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
GAGAL JANTUNG CONGESTIF ATAU
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)
1. Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan frekuensi,
dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup
2. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan volume paru
3. Perfusi jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan,
asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli
4. Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan perifer
yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung.
5. Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi cairan dan natrium
oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi pulmonal
6. Intoleransi aktifitas dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari b/d ketidakseimbangan
antar suplai oksigen miocard dan  kebutuhan, adanya iskemik/ nekrotik jaringan
miocard.
7. Ansietas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan peran dalam
lingkungan social atau ketidakmampuan yang permanen.
Rencana asuhan keperawatan (pada LP)
Pengkajian pada kasus
 Nama Klien : Tn. P  Data objektif:
 Tempat, tanggal lahir: Kediri, 30-05-1933 Kesadaran composmentis
 Umur : 88 tahun TD: 161/98mmHg, nadi: 106x/mnt, RR: 32x/mnt, suhu:
36,8ºC, Spo2: 98%(NRM 15lpm)
 Jenis kelamin : laki-laki
Intake 536cc/10jam, output 400cc/24jam, BC +136cc/10jam
 Agama : islam
JVP tidak membesar
 Pendidikan : SLTA
Edema tungkai (+) derajat 1
 Pekerjaan : Pedagang Ronchi dikedua basal paru
 Suku/ bangsa : jawa SI dan SII, irama ireguler dan murmur.
 Alamat : jl. Delman utama no. 18 rt 012 rw 009 Rontgen toraks : CTR 70 % dengan kongesti pulmonal.
kebayoran lama dki Jakarta Echocardiografi : ejeksi fraksi 48 % dengan mitral
 Diagnosa medis : CHF ec. CAD, HHD ALO regurgitasi moderate dan aorta insufisiensi, MR mild
 No. RM : 20-16-47 Lab : Natrium 147 mmol/L, clorida 111 mmol/L, dan
 Tanggal masuk RS : 18/12/2021 Kalsium 3,8 mmol/L
 Penatalaksanaan :

Oksigen NRM 15lpm


 Data subjektif:
Captopril 3x12,5 mg
 -Sesak dirasakan sejak 2 hari yang lalu, 3jam sebelum
Lasik 2 x 20mg
masuk rumah sakit sesak semakin memberat, terutama
bila melakuakn aktifitas yang dan posisi tidur Spironolactone 1x25mg
terlentang Aspilet 1x80mg
 Pasien mengatakan merasa lemas dan lelah Simvastatin 1x20mg
 Riwayat penyakit HT 2 tahun yang lalu, dan CHF 1 Pembatasan cairan intake oral 1000cc/hari
tahun yang lalu, pengobatan teratur Ivfd asering 1000cc/24 jam
No Analisa Data ANALISA DATA
Etiologi Masalah
Keperawata
n
1 DS : klien mengatakan cepat lelah, saat Perubahan irama Penurunan
aktivitas ringan jantung; curah jantung
DO : perubahan  
frekuensi
- Echocardiografi : ejeksi fraksi 48 %
jantung
dengan mitral regurgitasi moderate dan
aorta insufisiensi, MR mild
- TD 161/98 mmHg, nadi 106 x/mnt.
- Irama ireguler dan murmur
- Edema tungkai (+)
- Lab : Natrium 148 mmol/L, clorida 111
mmol/L, dan Kalsium 3,8 mmol/L.
2 DS : klien mengatakan sesak napas sejak 2 - Gangguan Hypervolemi
hari mekanisme a
DO : regulasi

- Lab : Natrium 148 mmol/L, clorida 111


mmol/L, dan Kalsium 3,8 mmol/L.
- RR 32 x/mnt
- JVP tidak ada pembesaran
- Edema tungkai (+) derajat 1
- Ronchi dikedua basal paru
- Balance cairan : + 136 cc/ 10jam
- Intake: 536cc/10jam
- Output: 400cc/10jam
3 DS :klien mengatakan Sesak napas sejak 2 Hambatan Pola napas
hari upaya nafas; tidak efektif
DO : penurunan
energy
- RR 32 x/mnt
- Ronchi dikedua basal paru
- NRM 15 lpm
4 DS : klien mengatakan sesak napas sejak 2 Kelemahan; Intoleransi
hari, terutama pada malam hari saat posisi imobilitas aktivitas
tidur terlentang dan saat berkatifitas ringan.  
DO :
- TD 161/98 mmHg, nadi 106 x/mnt. RR
32 x/mnt
DIAGNOSA KEPERAWATAN
BERDASARKAN PRIORITAS

 Penurunan curah jantung b.d Perubahan irama


jantung; perubahan frekuensi jantung (D.0008)
 Hypervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi
(D.0022)
 Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas,
penurunan energy (D.0005)
 Intoleransi aktifitas b.d kelemahan,
imobilitas(D.0056)
PERENCANAAN KEPERAWATAN
No Diagnosa tujuan Rencana tindakan
dx keperawata
n
1. Identifikasi tanda dan gejala primer penurunan
1. Penurunan Curah jantung curah jantung
curah jantung meningkat setelah 2. Identifikasi tanda dan gejala sekunder penurunan
dilakukan tindakan curah jantung
3. Monitor TD
keperawatan selama 4. Monitor intake dan output cairan
3x24 jam diatasi 5. Monitor BB
dengan kriteria 6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor keluhan nyeri dada
hasil: 8. Monitor EKG 12 sadapan
Takikardi dari 9. Monitor aritmia
cukup meningkat 10. Monitor lab jantung (elektrolit, enzim jantung,
BNP)
(4) ke cukup 11. Periksan TD dan nadi sebelum dan sesudah
menurun(2) melakukan aktifitas
Lelah dari 12. Periksan TD dan nadi sebelum pemberian obat
13. Beri posisi semi fowler/fowler
meningkat (1) ke 14. Berikan diet jantung yang sesuai
cukup menurun (4) 15. Berikan oksigen untuk mempertahankan
Edema dari cukup Spo2 .94%
16. Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi
meningkat (2) ke 17. Anjurkan beraktiitas fisik secara bertahap
menurun (5) 18. Kolaborasi pemberian antiaritmia jika perlu
No Diagnosa tujuan Rencana tindakan
dx keperawatan
2. Hypervolemia Keseimbangan cairan Periksa tanda dan gejala hipervolemia
meningkat setelah (ortopnea, dispnea, JVP/CVP meningkat,
dilakuakan tindakan reflek hepatojugular positif, suara nafas
keperawatan selama tambahan
3x24jam teratasi Identifikasi penyebab hipervolemia
dengan kriteria hasil: Monitor status hamodinamik (Nadi, TD,
Keluaran urine dari MAP, CVP, PAP, PCWP, CO,CI,) jika
cukup menurun (2) tersedia
ke cukup meningkat Monitor intake dan output cairan
(4) Monitor hemokonsentrasi (natrium,
Edema dari cukup BUN, hematocrit, berat jenis urine)
meningkat (2) ke Monitor tanda peningkatan tekanan
menurun (5) ankotok plasma (kadar protein, albumin
Tekanan darah dari meningkat)
cukup memburuk (2) Monitor kecepatan infus secara ketat
ke membaik (5) Monitor efek samping diuretic
Denyut nadi radial Batasi asupan cairan dan garam
dari memburuk (1) ke Tinggikan posisi kepala tempat tidur 30-
cukup membaik (4) 40º
Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi pemberian diuretic
N Diagnosa Tujuan Rencana keperawatan
o keperawatan

3 Pola nafas Pola nafas membaik setelah 1. Monitor pola nafas ( RR,
tidak efektif kedalaman, usaha nafas)
dilakuakan tindakan 2. Monitor bunyi nafas
keperawatan selama 3x24jam tambahan
teratasi dengan kriteria hasil : 3. Monitor sputum
4. Pertahankan kepatenan
Ventilasi semenit dari menurun jalan nafas
(1) ke cukup meningkat (4) 5. Posisikan
Dyspnea dari meningkat (1) ke semifowler/fowler
6. Berikan minum air hangat
menurun (5) 7. Lakukan fisioterapi dada,
Penggunaan otot bantu perut jika perlu
dari meningkat (1) ke cukup 8. Lakukan suctioning jika
operlu,
menurun (4) 9. Ajarkan teknik batuk
Ortopnea dari cukup meningkat efektif
(2) ke menurun (5) 10. Kolaborasi pemberian
bronkodilator
Frekuensi nafas dari memburuk
(1) ke membaik (5)
Kedalaman nafas (1) ke
membaik (5)
N Diagnosa Tujuan Rencana tindakan
o keprawatan
4. Intoleransi Toleransi aktivitas meningkat 1. Identifikasi gangguan fungsi
aktifitas tubuh yang mengakibatkan
setelah dilakukan asuhan kelelahan
keperawatan selama 3x24jam 2. Monitor kelelahan fisik dan
dengan kriteria hasil: emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
Frekuensi nadi dari cukup 4. Monitor lokasi dan
meningkat (4) ke menurun ketidaknyamanan selama
(1) melakukan aktifitas
5. Sediakan lingkungan yang
Keluhan lelah dari nyaman dan rendah stimulus
meningkat (1) ke menurun 6. Lakukan latihan rentang
(5) gerak pasif/aktif
7. Berikan aktifitas distraksi
Dyspnea saat beraktifitas dari yang menenangkan
meningkat (1) ke menurun 8. Anjurkan tirah baring
(5) 9. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Tekanan darah dari 10. Ajarkan strategi koping
memburuk (1) ke cukup untuk mengurangi kelelahan
membaik (5) 11. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makan
Daftar Pustaka
 Ardini, Desta N. 2007. Perbedaaan Etiologi Gagal jantung Kongestif pada Usia Lanjut
dengan Usia Dewasa Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari - Desember 2006. Semarang:
UNDIP
 Jayanti, N. 2010. Gagal Jantung Kongestif. Dimuat dalam
http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-gagal-jantung-kongestif/ (diakses pada
6 Februari 2012)
 Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
 Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika
 Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan
 Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
 Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
 (SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
 Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
 (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai