Anda di halaman 1dari 46

DETEKSI DINI

KESEHATAN
JIWA
Dr. Anita Virgiyanti, SpKJ

Orientasi Pencegahan dan


Pengendalian Gangguan
Mental Emosional

DINAS KESEHATAN PROVINSI


JAWA TENGAH 2021
Pengenalan Deteksi Dini
Masalah Kesehatan Jiwa
• Deteksi Dini:
– tahap awal dari rangkaian proses penatalaksanaan
penyakit/gangguan
– langkah sebelum dilakukannya proses diagnosis
– menjamin terlaksananya pengobatan atau
penatalaksanaan penyakit sedini mungkin sehingga
mencegah terjadinya konsekuensi yang lebih buruk,
seperti bertambah parahnya penyakit, terjadinya
penyulit dan kecacatan.
Stres :
• Reaksi pada tubuh untuk menyesuaikan diri /
• mengatasi tekanan- tekanan, baik yang berasal
• dari dalam dirinya atau dari luar dirinya.

• Creer TL. Psychologyof Adjustmment – An Applied Approach, Prentice Hall, 1997


• Sharpley CF. Understanding and Treating Depression – Biological, Psychological and Behavioral Perspectives, 1st
ed., Tilde Pub and Distribution, 2013
Pencetus stres al :

1. Kondisi yang menimbulkan konflik


2. Kondisi yang membuat frustasi
3. Beban yang terlalu berat
4. Lingkungan (Bising, Kemacetan lalu lintas, dll)
5. Penyakit kronis
6. Kesulitan/Gagal beradaptasi
7. Citra diri dan percaya diri yang rendah
8. Ciri kepribadian tertentu ( ambisius, agresif, tidak
sabaran, kompetitif )
APAKAH STRES SELALU
MERUGIKAN ?
Manifestasi
Fase positif dari stres Fase negatif dari stres
(Eustres) (Distres)
• Kewaspadaan ↗ • Kelelahan
• Vitalitas ↗, Antusiasme ↗ • Gangguan konsentrasi
• Optimisme ↗ • Kemampuan komunikasi ↙
• Daya tahan tubuh ↗ • Risiko kecelakaan ↗
• Stamina fisik ↗ • Penyakit fisik dan psikis
• Hubungan personal/sosial ↗ • Kreativitas ↙, Produktivitas
• Kreativitas ↗, Produktivitas ↙
↗ • Dll
• Dll
Efek dari reaksi stres memengaruhi otak
dan seluruh fungsi tubuh

Stres dapat mempengaruhi :


• Sistim kekebalan tubuh
• Sistim saraf
• Keseimbangan hormonal
• Sistim jantung & pembuluh darah
• Sistim pencernaan
• Sistim pernapasan
• Kulit
• Sistim uro-genital
• Kesehatan jiwa
UU Keswa 18/2014
Sehat Risiko Gangguan

kondisi seorang individu Orang Dengan Masalah Ke- Orang Dengan Gangguan
dapat berkembang secara jiwaan: org yg mempunyai Jiwa : org yg mengalami
fisik, mental, spiritual, masalah fisik, mental, gangguan pikiran, perlaku,
dan sosial, menyadari sosial, pertumbuhan dan dan perasaan yg termani-
kemampuannya, dapat perkembangan dan atau festasi dlm bentuk
mengatasi tekanan, pro- kualitas hidup sehingga sekumpulan gejada dan
duktif, dan mampu mem- memiliki risko mengalamai atau perubahan perilaku
berikan kontribusi untuk gangguan jiwa yang menimbulkan hen-
komunitasnya daya dan penderitaan
Kebijakan Kesehatan Jiwa
Disampaikan pada Pertemuan Penguatan Jejaring Keswa Mei 2021
PENCEGAHAN & PENGENDALIAN PENYAKIT
Promosi kesehatan & Diagnosis dini & Limitasi kecacatan
perlindungan spesifik Pengobatan tepat & Rehabilitasi

SEHAT JIWA ODMK ODGJ


DETEKSI DINI KESEHATAN PENDERITA GME ODGJ BERAT MENDAPAT
JIWA DAN NAPZA MENDAPAT LAYANAN LAYANAN
PENDERITA DEPRESI
PENYELENGGARAAN UPAYA MENDAPAT LAYANAN
KESEHATAN JIWA PENYALAHGUNA NAPZA
MENDAPAT LAYANAN11
DETEKSI DINI KESEHATAN JIWA MELALUI
1. POSBINDU PTM DAN KESWA
2. PANDU PTM KESWA PUSKESMAS

SEHAT JIWA ODMK ODGJ

POSBINDU PANDU
Masy rujuk Puskesmas rujuk RS Dg Psikiater
• Oleh kadeR/
GURU • Oleh Nakes • Penegakan • Oleh Psikiater
• ASSIST diagnosis awal • Penegakan diagnosis
• Skrining dg SRQ
• Deteksi dini (oleh Dokter) dan tatalaksana
20-29 atau SDQ metode 2 menit
• Rujukan bila • Rujuk Balik bila stabil
POSBINDU • Pemeriksaan Jiwa
POSYANDU (status mental 0leh diperlukan (sesuai kompetensi
MINI ICD-10
Penjaringan Anak Sekolah (Nakes Terlatih) (DEPRESI) dokter umum)
Mengenal Stres & Distres Mengenal Symptom (Gejala)
Managemen Stres Tatalaksana awal
• Mempertahankan & Meningkatkan derajat keswamas secara
(UU NO 18 TH 2014 TENTANG KESWA) optimal.
PROMOTIF • Menghilangkan stigma pelanggaran HAM ODGJ.
• Meningkatkan pemahaman & penerimaan masyarakat terhadap
RUANG LINGKUP KESWA

Keswa.
• Mencegah terjadinya masalah Keswa.
• Mencegah timbulnya atau kambuhnya gangguan jiwa.
PREVENTIF • Kurangi faktor resiko.
• Cegah timbulnya dampak psikososial.

• Penyembuhan atau pemulihan.


• Pengurangan penderitaan
KURATIF • Pengendalian disabilitas
• Pengendalian gejala penyakit.

• Mencegah atau mengendalikan disabilitas.


REHABILITA • Memulihkan fungsi sosial.
TIF • Memulihkan fungsi okupasional.
• Memberdayakan kemampuan ODGJ untuk mandiri di Masyarakat
Alur Deteksi Dini dan Rujukan
DETEKSI DINI ANAK REMAJA
Kuesioner Kekuatan dan Kesulitan pada Anak
(Strength and Difficulties Questionnaire – SDQ)
Aspek yang Dinilai
Gejala Emosional (E)
Masalah Perilaku (C)
Hiperaktifitas (H)
Masalah Teman Sebaya (P)
Prososial (Pr) KEKUATAN
Total kesulitan: E + C + H + P

15
Deteksi Masalah Mental Emosional
• Self-Reporting Questionnaire – SRQ 20
• Kuesioner untuk mendeteksi adanya GANGGUAN MENTAL
EMOSIONAL (GME) / Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK)
• Bukan alat diagnosis gangguan jiwa
• Ada 20 dan 29 pertanyaan
• Untuk pertanyaan 1-20, jika terdapat ≥ 6 Jawaban “YA” dan/ atau
untuk pertanyaan 21-29, jika terdapat minimal 1 Jawaban “YA”
• Interpretasi: Ada masalah mental emosional
• Maka sebaiknya dirujuk ke profesional kesehatan jiwa (psikiater,
psikolog, dokter umum dan perawat yang sudah dilatih keswa)
ADA GANGGUAN MENTAL EMOSIONAL - GME
(MASALAH MENTAL EMOSIONAL)
Dirujuk ke profesional kesehatan jiwa (psikiater, psikolog,
dokter umum dan perawat yang sudah dilatih keswa)
KENDALA UNTUK PEMERIKSAAN
PSIKIATRIK DI KLINIK/PUSKESMAS:
• JUMLAH PASIEN BANYAK
• WAKTU DAN TENAGA TERBATAS

STRATEGINYA:
SKRINING GANGGUAN DEPRESI & ANXIETAS
PADA
PASIEN DENGAN KONDISI YANG
MENGINDIKASIKAN/BERISIKO TINGGI
Kelompok Pasien Berisiko Tinggi
• Apabila tidak memungkinkan untuk melakukan
penapisan/pemeriksaan psikiatrik pada seluruh pasien, maka
perhatian terutama harus ditujukan kepada beberapa
kelompok pasien yang berisiko tinggi, yaitu:
1. Pasien dengan penyakit fisik kronis (infeksi & non-infeksi)
2. Pasien dengan keluhan fisik yang diduga ada
hubungannya dengan masalah kejiwaan (keluhan fisik
timbul/memberat jika ada masalah psikis)
3. Keluhan fisik beraneka ragam/berganti-ganti, gangguan
fisik/kelainan organik (-)
4. Pasien yang mengalami pengalaman hidup yang ekstrem
(trauma psikologis, stress yang berat, kehilangan)
5. Pasien dengan disabilitas
Pertanyaan Penyaring
Perasaan apa yang paling banyak Bapak/Ibu rasakan selama
1. Selama dua
dua minggu minggu
terakhir, terakhir
apakah bagaimana
senang/gembira, sedih,
perasaan Bapak/Ibu?
cemas/kawatir, takut, atau marah?
2. Apakah Bapak/Ibu kehilangan minat atau rasa
senang terhadap hal-hal yang dulunya
dinikmati?
3. Apakah Bapak/Ibu merasa tenaganya
berkurang atau lelah sepanjang waktu?
Jembatan/Peralihan
• Untuk membuat perpindahan topik
lebih halus. Terutama perpindahan ke
topik yang sangat berbeda dari
sebelumnya.
– Misalnya:
• Setelah mendiskusikan masalah fisik dan
hendak beralih memeriksa status mental
• Untuk mengintroduksi topik yang
sensitif
Contoh Jembatan/Peralihan
• Sekarang saya perlu memeriksa apa yang dialami dan
perasaan ibu/bapak/saudara. Bagaimana perasaan
ibu/bapak/saudara selama dua minggu terakhir?
• Apakah keluhan-keluhan yang baru kita bicarakan
tadi berhubungan dengan kondisi perasaan
ibu/bapak/saudara? Bagaimana …….
• Pada banyak orang, keluhan-keluhan seperti yang
ibu/bapak/saudara alami ini terkait erat dengan
suasana pikiran dan perasaan. Bagaimana ……
1. Selama dua minggu terakhir bagaimana
perasaan Bapak/Ibu?

CEMAS/KAWATIR/WAS-WAS

Proses diagnosis untuk Gangguan Cemas


1. Selama dua minggu terakhir bagaimana perasaan
Bapak/Ibu?
2. Apakah Bapak/Ibu kehilangan minat atau rasa senang
terhadap hal-hal yang dulunya dinikmati?
3. Apakah Bapak/Ibu merasa tenaganya berkurang atau lelah
sepanjang waktu?

Pertanyaan 1: SEDIH/MURUNG
ATAU
2 dari 3 pertanyaan penyaring positif

Proses diagnosis untuk Gangguan Depresi


Diagnosis Gangguan Jiwa – ICD 10 PC

1. F00# Gangguan Mental Organik 7. F40# Gangguan Neurotik (ansietas)


Demensia (F00#) Gangguan fobik (F40), Gangguan panik
Delirium (F05) (F41.0), Gangguan ansietas menyeluruh
2. F10# Gangguan Penggunaan (F41.1), Gangguan campuran ansietas &
NAPZA depresi ( F41.2), Gangguan obsesif
kompulsif (F42), Gangguan penyesuaian
Gangguan penggunaan alkohol (F10)
(F43.2), Gangguan somatoform ( F45)
Gangguan penggunaan zat (F11#)
Gangguan penggunaan tembakau 8. F70 Retardasi Mental
(F17.1) 9. F80-90# Gangguan kesehatan jiwa
3. F20# Skizofrenia dan Gangguan anak dan remaja
Psikotik Kronik Lain Gangguan perkembangan pervasif
4. F23 Gangguan Psikotik Akut (F84), Gangguan hiperkinetik (F90)
5. F31 Gangguan Bipolar 10. G40# Epilepsi
6. F32# Gangguan Depresi
Permenkes No.514 tahun 2015 tentang Panduan
Praktik Klinis bagi Dokter di Fasyankes Primer

• Gangguan psikotik (kompetensi 3A)


• Gangguan campuran ansietas dan depresi
(kompetensi 3A)
• Insomnia (kompetensi 4 A)
• Demensia (kompetensi 3 A)
• Gangguan Somatoform (4A)
MENGENAL DEPRESI
Depresi yang ditemui di praktek umum sering
bersamaan dengan gangguan fisik, atau
mungkin datang dengan keluhan fisik dan bukan
keluhan psikologik.

Mitchel PB,1998

28
Keluhan Pasien
• Pasien medik yang juga menderita gangguan mental lazimnya
datang dengan keluhan:
- kelelahan
- insomnia
- nyeri
- gejala gastrointestinal atau
- gejala somatik lain

• Bukan mengatakan:
- “saya depresi” atau
- “ada yang tidak beres dengan mental saya”

Katon W et all, 1982


Kapan mencurigai depresi?
• Gejala yang banyak dan • Umur lanjut
kabur (misal gastro- • Obesitas
intestinal,kardiovaskular, • Kerabat tingkat pertama
neurologis) dengan riwayat depresi
• Kelelahan atau gangguan • Lingkungan rumah yang
tidur miskin
• Nyeri kronik ( mis. nyeri • Kesulitan keuangan
punggung , nyeri kepala)
• Perubahan hidup yang
• Penyalahgunaan zat besar
(alkohol atau obat-obatan)
• Kehamilan atau pasca
• Dua atau lebih penyakit persalinan
kronik
• Terisolasi dari pergaulan
• Kehilangan minat terhadap sosial
aktivitas seksual
Gejala somatik pada pasien depresi

• Kelelahan 86% • Nyeri dada 27%


• Insomnia 79% • Gejala seksual 23%
• Mual 51% • Nyeri ekstremitas 20%
• Dispnea 38% • Pusing 19%
• Palpitasi 38% • Nyeri perut 18%
• Nyeri punggung 36% • Tinitus 18%
• Diare 29% • Nyeri sendi 16%
• Nyeri kepala 28%

Patient presenting in a Psychosomatic clinic assesment with Cornell Medical Index


Questionnaires. Nakao et al. Psychopatology 2001
Gejala Depresi 1

Sedih/murung Kehilangan Tidak bertenaga,


setiap waktu minat mudah lelah

Rasa tidak berguna/ Konsentrasi/


rasa bersalah perhatian

Depresi berkurang

Pandangan masa Gejala Menetap selama 2 minggu


depan yang suram Gangguan
dan pesimistis pola makan

Harga diri dan Gagasan/perbuatan


kepercayaan diri membahayakan diri/
berkurang Gangguan Tidur bunuh diri

1. PPDGJ – III , 1993/ICD-10 32


Pasien mungkin datang dengan tanda-tanda
fisik, pikiran, perasaan, dan perilaku.
Tanda fisik Tanda pikiran Tanda perasaan Tanda perilaku
- Tidak peduli -”saya tdk - Putus asa - Menarik diri
penampilan membutuhkan apa2 - Marah - Tidak tertarik dg
- Hilang hasrat lagi” - Rasa bersalah hal2 yg dulu
seksual -”saya tidak bisa - Tidak berarti disukai
- Gangguan tidur berbuat apapun yg - Kesepian - Perilaku tidak
- Hilang anfsu baik” - Sedih menentu
makan, BB - “saya tidak bisa - Tidak ada harapan - Perubahan perilaku
- Keluhan kesehatan berpikir benar” - Tidak tertolong drastis
fisik - “saya berharap - Impulsif
saya mati” - Mutilasi diri
- “ segalanya akan - Mengembalikan
lebih baik tanpa barang2,
saya” mengubah wasiat,
- “Semua masalah menitipkan hal2 yg
akan berakhir dicintai
secepatnya”
Tindakan-tindakan khusus
Mereka yg telah merencanakan - Perlu dirawat
bunuh diri saat ini - Menyingkirkan alat
- Membina hubungan terus dg
pasien & kontak sumber
dukungan terdekat

Mereka yg tampak gelisah & Lakukan manajemen gaduh


sulit mengendalikan diri gelisah

Mereka yg memiliki rasa nyeri Bantu utk mengurangi rasa


& sesak nyeri & sesak
Mereka yg dengan perilaku Lindungi dr bahaya seperti yg
bunuh diri sebelumnya dulu pernah dilakukan

Mereka yg memiliki gangguan Hubungkan ke layanan


jiwa kesehatan jiwa
Pikiran/ Tindakan Bunuh Diri
• Merupakan
KEGAWATDARURATAN
PSIKIATRI
I. Prinsip Umum Layanan Keswa
1. Komunikasi dengan pasien dan keluarga
(carers)
2. Pemeriksaan (assessment)
3. Tatalaksana dan monitoring
4. Penggerakan dan penyediaan dukungan
sosial
5. Perlindungan terhadap hak asasi
6. Perhatikan kesehatan secara umum
1. Komunikasi dengan pasien dan keluarga/carers

• Komunikasi jelas, empatik


• Bersikap ramah, menghargai, tidak menghakimi.
• Memberi perhatian sepenuhnya.
• Berikan respons terhadap keterbukaan informasi dari pasien
yang bersifat pribadi dan sulit diungkapkan dengan sensitif
dan sesuai.
• Berikan informasi tentang status kesehatannya dalam bahasa
yang mereka pahami. Tanyakan pemahaman orang tersebut
terhadap kondisinya.
2. Penilaian/pemeriksaan (assessment)

• Riwayat medis, riwayat keluhan saat ini, riwayat


dahulu, dan riwayat keluarga yang relevan.
• Lakukan penilaian fisik umum.
• Nilai, tatalaksana atau rujuk, yang untuk semua kondisi
medis yang menyertai.
• Nilai problem psikososial, masa lalu dan yang saat ini
terjadi
3. Tatalaksana dan Monitoring

• Jelaskan pentingnya terapi, serta kesiapan pasien dan


keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan.
• Jelaskan tujuan terapi dan buat rencana terapi dengan
menghargai pilihan mereka dalam terapi
• Pikirkan rencana untuk keberlanjutan terapi dan
lakukan pemantauan melalui komunikasi.
• Informasikan lama terapi yang diharapkan,
kemungkinan efek samping dari intervensi, pilihan
tatalaksana alternatif lainnya, pentingnya kepatuhan
terhadap terapi, dan kemungkinan prognosis.
Lanjutan tatalaksana dan monitoring
• Jawab pertanyaan dan kekhawatiran tentang terapi,
komunikasikan harapan yang realistik, misalnya untuk
fungsi yang lebih baik dan pemulihan.
• Monitor hasil terapi, interaksi obat, efek samping
• Fasilitasi rujukan ke spesialis, bila tersedia dan
dibutuhkan.
• Usahakan untuk menghubungkan orang tersebut ke
dukungan masyarakat, bila ada
• Dalam pemantauan, nilai kembali pemahaman pasien
terhadap penyakitnya, terapi, dan kepatuhan terhadap
terapi, koreksi jika ada kesalahpahaman.
Lanjutan tatalaksana dan monitoring
• Ajarkan kepada pasien dan keluarga untuk memantau
gejala-gejala dan terangkan kapan mereka harus mencari
bantuan secepatnya.
• Catat aspek penting interaksi pasien dengan keluarga
maupun orang lain.
• Gunakan sumber daya di keluarga dan masyarakat untuk
pasien yang tidak patuh terhadap terapi.
• Pemantauan lebih sering dilakukan untuk ibu hamil dan
menyusui, serta pada orang dengan usia lanjut
• Pastikan bahwa mereka diberikan tatalaksana secara
menyeluruh, fisik dan jiwa.
4. Penggerakan dan Penyediaan Dukungan Sosial

• Libatkan keluarga atau pelaku rawat lainnya dalam


melakukan perawatan.
• Dorong keterlibatan keluarga dalam kelompok
swabantu dan dukungan keluarga, bila tersedia.
• Identifikasi dan gerakkan sumber daya sosial dan
dukungan sosial yang mungkin di area lokal
5. Perlindungan terhadap hak asasi
• Berikan layanan dengan menghargai martabat, sensitif,
sesuai dengan kultur, bebas dari diskriminasi.
• Beri perhatian khusus pada isu kerahasiaan dan privasi
• Pastikan pasien memahami tatalaksana yang diusulkan
dan memberikan persetujuan terhadap tatalaksana
tersebut.
• Libatkan anak-anak dan remaja dalam pengambilan
keputusan sesuai kapasitas perkembangan mereka,
beri mereka kesempatan untuk mendiskusikan secara
pribadi hal-hal yang menjadi kekhawatiran.
6. Perhatikan kesehatan secara umum

• Beri saran tentang aktivitas fisik dan pemeliharaan berat badan


yang sehat.
• Dorong penghentian penggunaan tembakau dan zat lainnya.
• Edukasi tentang bahaya penggunaan alkohol.
• Sediakan pendidikan tentang perilaku berisiko lainnya (contoh:
seks bebas).
• Adakan pemeriksaan kesehatan fisik secara reguler.
• Persiapkan orang dengan perubahan perkembangan hidup, seperti
pubertas /menopause, berikan dukungan yang diperlukan.
• Diskusikan perencanaan untuk hamil dan metode kontrasepsi
dengan perempuan di usia reproduksi.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai