• Menurut Filosofi Mangkunegara K3 adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya dan manusia pada
umumnya serta hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.
• Menurut Keilmuan K3 adalah semua Ilmu dan Penerapannya untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran
lingkungan.
• Secara umum K3 merupakan salah satu upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman,
sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi
dan produktivitas kerja.
• Menurut Peraturan Menteri No PER. 05/MEN/1996, Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan meliputi
struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan prosedur, proses dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengem-bangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Faktor yang mendorong pentingnya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi penerapan K3 di suatu perusahaan:
perusahaan (Tarwaka, 2008):
• Alasan Perikemanusiaan
• Pihak manajemen dapat mengetahui • Mematuhi Peraturan Perundang-undangan
kelemahan unsur sistem operasional
• Alasan ekonomi
sebelum timbul gangguan operasional,
kecelakaan, insiden dan kerugian lainnya.
• Meningkatkan pemenuhan terhadap
peraturan perundangan bidang K3.
• Meningkatkan pengetahuan, keterampilan
dan kesadaran tentang K3, khususnya
bagi karyawan yang terlibat dalam
pelaksanaan audit.
• Meningkatkan produktivitas kerja.
• Meminimalisir resiko terjadinya
kecelakaan kerja
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan (SMK3)
Pengertian
SMK3 adalah bagian dari sistem Tujuan dan sasaran
manajemen perusahaan secara keseluruhan menciptakan suatu sistem keselamatan
yang meliputi struktur organisasi, dan kesehatan kerja di tempat kerja
perencanaan, pelaksanaan, tanggung dengan melibatkan unsur manajemen,
jawab, prosedur, proses dan sumber daya tenaga kerja, kondisi dan lingkungan
yang dibutuhkan bagi pengembangan, kerja yang terintegrasi dalam rangka
penerapan, pencapaian, pengkajian dan
mencegah dan mengurangi kecelakaan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian
dan penyakit akibat kerja serta
resiko yang berkaitan dengan kegiatan terciptanya tempat kerja yang aman,
kerja guna terciptanya tempat kerja yang nyaman, efisien dan produktif.
aman, efisien dan produktif.
Beberapa alasan penting bagi perusahaan untuk membangun Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia Meningkatkan
komitment pimpinan perusahaan dalam melindungi tenaga kerja
Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi kompetisi perdagangan global
Proteksi terhadap industri dalam negeri
Meningkatkan daya saing dalam perdagangan internasional
Meningkatkan pelaksanaan pencegahan kecelakaan melalui pendekatan sistem
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh kecelakaan kerja dan kematian;
Melindungi investasi pada karyawan melalui perekrutan dan pelatihan;
Membantu dalam menjaga kualitas produk atau jasa;
Menghemat biaya yang berkaitan dengan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
Terpantaunya bahaya dan risiko di perusahaan
Pengakuan terhadap kinerja K3 diperusahaan atas pelaksanaan SMK3
PRINSIP 1. Komitmen & kebijakan, Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan
harus menunjukkan komitmen terhadap K3 sehingga SMK3 berhasil di
PENERAPAN SMK3 terapkan. Komitmen tersebut harus selalu ditinjau ulang secara berkala
dan melibatkan semua pekerja dan orang lain yang berada di tempat
kerja.
2. Perencanaan, Perusahaan hendaknya membuat perencanaan yang
Komitmen &
Kebijakan efektif dengan sasaran yang jelas dan dapat di ukur. Perencanaan
memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja yang diterapkan dengan
mempertimbangkan identifikasi sumber bahaya, penilaian dan
pengendalian risiko serta hasil pelaksanaan tinjauan awal terhadap K3.
Peninjauan
ulang dan 3. Penerapan, beberapa hal yang dilakukan perusahaan dalam penerapan
peningkatan Perencanaan
oleh K3 meliputi: jaminan kemampuan, integrasi, tanggung jawab &
manajemen
tangggung gugat, konsultasi, motivasi, dan kesadaran, pelatihan dan
kompetensi kerja.
4. Pengukuran dan evaluasi, Perusahaan harus memiliki sistem untuk
mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja Sistem Manajemen K3
dan hasilnya harus dianalisis guna menentukan keberhasilan atau untuk
melakukan identifikasi tindakan perbaikan.
Pengukuran dan
Evaluasi
Penerapan
5. Tinjauan ulang, harus dilaksanakan tinjauan ulang Sistem Manajemen
K3 secara berkala untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang
berkesinambungan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan K3. Ruang
lingkup tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi K3
terhadap seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya
terhadap kinerja perusahaan.
KEBIJAKAN K3
Sebuah kebijakan K3 yang ditulis pada umumnya memiliki tiga bagian besar:
Bagian pernyataan atau prinsip - menetapkan bagaimana keselamatan secara
keseluruhan akan dikelola dan jelas menyatakan komitmen organisasi terhadap
keselamatan dan kesehatan;
Bagian organisasi - rincian siapa yang bertanggung jawab untuk apa dan bagaimana
karyawan dan perwakilan mereka masuk ke dalam sistem manajemen keselematan
secara keseluruhan. Dalam usaha kecil, merupakan hal mungkin bahwa bagian ini akan
berisi hanya satu atau dua nama, karena sebagian besar tanggung jawab akan
dialokasikan kepada orang-orang;
Penyusunan Kebijakan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) 2. Kebijakan K3 harus:
• Disahkan oleh pucuk pimpinan
perusahaan;
1. Penetapan kebijakan K3 dilakukan
• Tertulis, tertanggal dan ditanda
melalui:
tangani;
• tinjauan awal kondisi K3
• Secara jelas menyatakan tujuan dan
• proses konsultasi antara pengurus dan
sasaran K3;
wakil pekerja/buruh.
• Dijelaskan dan disebarluaskan
kepada seluruh pekerja/buruh, tamu,
3. Setiap tingkat pimpinan dalam
kontraktor, pemasok dan pelanggan;
perusahaan harus menunjukkan
• Terdokumentasi dan terpelihara
komitmen terhadap K3 sehingga SMK3
dengan baik;
berhasil diterapkan dan dikembangkan.
• Bersifat dinamik; dan
• ditinjau ulang secara berkala untuk
4. Setiap pekerja/buruh dan orang lain yang menjamin bahwa kebijakan tersebut
berada ditempat kerja harus berperan masih sesuai dengan perubahan yang
serta dalam menjaga dan mengendalikan terjadi dalam perusahaan dan
pelaksanaan K3. peraturan perundang-undangan.
PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN K3 Penetapan sumber daya
Tujuan dan sasaran K3 harus memenuhi kualifikasi yang Dalam perencanaan setiap kegiatan harus mencakup jangka waktu
dapat diukur, satuan/indikator pengukuran, dan sasaran pelaksanaan.
pencapaian. Indikator pencapaian
Skala prioritas Indikator pencapaian harus ditentukan dengan parameter yang dapat
Pekerjaan yang memiliki tingkat risiko tinggi diprioritaskan diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus merupakan
dalam perencanaan. informasi mengenai keberhasilan pencapaian tujuan penerapan
SMK3.
Upaya pengendalian bahaya
Sistem pertanggungjawaban
Upaya pengendalian bahaya dilakukan berdasarkan hasil
Sistem pertanggungjawaban harus ditetapkan dalam pencapaian
penilaian risiko melalui pengendalian teknis, administratif,
tujuan dan sasaran sesuai dengan fungsi dan tingkat manajemen
dan penggunaan alat pelindung diri. perusahaan yang bersangkutan untuk menjamin perencanaan tersebut
dapat dilaksanakan.
PENERAPAN Jaminan Kemampuan
KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA Merupakan kemampuan Perusahaan dalam menyediakan resource untuk
melakukan sistem manajemen K3 sumber Daya Manusia, Sarana dan Dana
Beberapa hal yang dilakukan perusahaan Dalam penerapan Sistem Manajemen K3 yang efektif dibutuhkan beberapa
dalam penerapan K3 meliputi: hal-hal sebagai berikut:
Menyediakan sumber daya (personel, sarana dan dana) yang memadai
• Jaminan Kemampuan sesuai dengan ukuran dan kebutuhan dengan prosedur yang dapat
• Integrasi
memantau manfaat yang akan didapat maupun biaya yang harus
• Tanggung Jawah dan Tanggung Gugat
• Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran dikeluarkan
• Peltaihan dan Kompetensi Kerja Melakukan identifikasi kompetensi kerja yang diperlukan pada setiap
• Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian tingkatan manajemen perusahaan dan menyelenggarakan setiap pelatihan
dan Pengendalian Risiko yang dibutuhkan.
Membuat ketentuan untuk mengkomunikasikan informasi keselamatan
dan kesehatan kerja secara efektif.
Membuat peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan keterlibatan tenaga
kerja secara aktif.
Pengendalian Risiko
PENERAPAN KESEHATAN
DAN KESELAMATAN KERJA
Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja
Identifikasi Sumber Bahaya dilakukan melalui metode:
Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya. Pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi,
Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin substitusi, isolasi, ventilasi, higiene dan sanitasi.
dapat terjadi. Pendidikan dan pelatihan.
Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem
Penilaian Risiko bonus, insentif, penghargaan dan motivasi diri.
1. Bahan Kimia dan Kebersihan Industri, standar OSHA mencantumkan batas paparan untuk sekitar 600 bahan kimia,
seperti asbes dan timbal. Zat berbahaya tersebut memerlukan pengambilan sampel udara dan tindakan pencegahan
lainnya.
2. Paparan asbes di tempat kerja dan kualitas udara, Pengusaha harus memantau udara setiap kali mereka
memperkirakan tingkat asbes naik menjadi setengah dari batas yang diijinkan. Kontrol Teknik dinding, khusus filter,
dan sebagainya diperlukan untuk mempertahankan tingkat asbes yang sesuai.
3. Stres, kelelahan, dan depresi
4. Alkohol dan penyalahgunaan zat, idealnya, program tempat kerja bebas narkoba mencakup lima komponen:
• Kebijakan tempat kerja bebas narkoba
• Pelatihan pengawas
• Pendidikan karyawan
• Bantuan karyawan
• Tes narkoba
5. Masalah ergonomis
6. Penyakit infeksi
7. Merokok di tempat kerja
8. Pelecehan seksual