Anda di halaman 1dari 15

RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI

(RKK)
Pekerjaan Pembangunan SSC, Wetland dan Pagar
CV. YUDHISTIRA PUTRA Pembatas IPLT Desa Kaligending

A. Kepemimpinan dan Partisipasi Pekerja dalam Keselamatan Konstruksi


1. Kepedulian pimpinan dalam Isu ekternal dan internal
Seiring dengan pesatnya laju perkembangan konstruksi di Indonesia, maka
peranan pengendalian resiko kecelakaan kerja dirasakan menjadi semakin
penting. Namun pada kenyataannya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) secara umum masih sering terabaikan. Hal ini
ditunjukan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja yang terjadi.

Proyek konstruksi memiliki sifat yang khas, antara lain tempat kerjanya di ruang
terbuka yang dipengaruhi cuaca, jangka waktu peker jaan terbatas,
menggunakan pekerja yang belum terlatih, menggunakan peralatan kerja yang
membahayakan keselamatan dan kesehataan kerja dan pekerjaan yang banyak
mengeluarkan tenaga. Berdasarkan sifat-sifat unik itu pula, maka sektor jasa
kontruksi mempunyai resiko biaya kecelakaan fatal.Untuk mencegah
kecelakaan kerja, diperlukan suatu Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) yang mengatur dan dapat menjadi acuan bagi
konsultan, kontraktor dan para pekerja kontruksi.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : 05/Men/1996 Tentang


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi seluruh Personil dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan Pelaksanaan pekerjaan dilapangan,
Membuat suatu manajemen yang mengatur dan mengelola Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Pelaksanaan Pekerjaan yang merujuk pada
ketetapan/Aturan Resmi dari Pemerintah seperti tersebut diatas.

Kami Selaku Direktur CV. YUDHISTIRA PUTRA dengan Ini kami


memberikan Pernyataan atas nama perusahaan bahwa kami akan menerapkan
Sistem Manejemen Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja (K3) Dalam
Melaksanakan Kegiatan Konstruksi.
 Memenuhi persyaratan pelanggan dan mencegah cidera dan sakit akibat
kerja serta melakukan peningkatan berkelanjutan terhadap manajemen
dan kerja;
 Menetapkan Kebijakan sesuai dengan sifat alamiah dan skala resiko
MK3 yang ada di Perusahaan CV. YUDHISTIRA PUTRA;
 Menjadikan Kebijakan Ini sebagai kerangka dalam menetapkan dan
mengevaluasi sasaran MK3;
 Seluruh efisiensi dan efektifitas kegiatan perusahaan dipantau dan diukur
secara berkala dengan mengacu pada sasaran mutu dan K3 perusahaan
beserta semua unit pendukungnya;
 Mematuhi peraturan perundangan dan persyaratan MK3 lainnya yang
relevan bagi perusahaan CV. YUDHISTIRA PUTRA
 Mengkomunikasikan kebijakan kepada semua orang yang bekerja di
bawah kendali organisasi.
 Mengevaluasi kebijakan ini secara periodik untuk peningkatan kinerja
MK3 yang berkesinambungan.

Direktur CV. YUDHISTIRA PUTRA memberikan bukti perlibatannya pada


pengembangan dan penerapan sistem manajemen mutu dan K3 dan terus
menerus memperbaiki keefektifannya dengan jalan :
 Mengadakan rapat pengarahan secara berkala, dan menekankan
pentingnya memenuhi persyaratan pelanggan, K3, undang-undang dan
peraturan yang berlaku.
 Menetapkan dan mengesahkan kebijakan mutu dan K3
 Menetapkan dan mengesahkan sasaran mutu dan K3 (MK3) perusahaan
hingga sasaran mutu dan K3 unit-unit kerja yang mendukungnya.

Direksi menetapkan dan mengesahkan Kebijakan MK3, berupa surat keputusan


yang mencakup :
 Maksud dan Tujuan Perusahaan
 Ikrar Perlibatan untuk Memenuhi persyaratan dan terus menerus
memperbaiki Sistem Manajemen K3
 Tersedianya Kerangka Kerja untuk menetapkan dan meninjau Sasaran
MK3
 Kebijakan MK3 ini dikomunikasikan, dipahami dalam Organisasi dan
didokumentasikan
 Pelaksanaan Tinjauan pada waktu terjadwal, sehingga dapat dilakukan
penyesuaian secara berkelanjutan

2. Komitmen Keselamatan Konstruksi


CV. YUDHISTIRA PUTRA dalam rangka pengadaan Barang/Jasa Pekerjaan
Pembangunan SSC, Wetland dan Pagar Pembatas IPLT Desa Kaligending pada
Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan I (Pokja ULP I) Kabupaten Kebumen
berkomitmen melaksanakan konstruksi berkeselamatan demi terciptanya Zero
Accident, dengan memastikan bahwa seluruh pelaksanaan konstruksi:

1) Memenuhi ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi;
2) Menggunakan tenaga kerja kompeten bersertifikat;
3) Menggunakan peralatan yang memenuhi standar kelaikan;
4) Menggunakan material yang memenuhi standar mutu;
5) Menggunakan teknologi yang memenuhi standar kelaikan; dan
6) Melaksanakan Standar Operasi dan Prosedur (SOP).
B. Perencanaan keselamatan konstruksi
Dalam perencanaan SMK3 ini meliputi peren-canaan identifikasi bahaya,
peraturan-peraturan, tujuan dan sasaran, indikator kerja, perencanaan awal dan
perencanaan kegiatan yang sedang berlangsung.
1. Identifikasi bahaya, Penilaian resiko, Pengendalian dan Peluang (Lihat
Tabel B.1)
2. Rencana tindakan (sasaran & program) (Lihat Tabel B.2)
3. Standar dan peraturan perundangan
Daftar Peraturan Perundang– undangan dan Persyaratan K3 yang digunakan
sebagai acuan dalam melaksanakan SMK3 Konstruksi Bidang PU antara
lain sebagai berikut :
1) UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
2) Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK 3;
3) UU No 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga
Kerja;
4) UU No 1 Tahun 1970 Tentang keselamatan Kerja;
5) UU No 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja;
6) UU RI No 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan;
7) UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan;
8) Permen Naker No. PER.05/MEN/1996 Tentang sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

C. Dukungan Keselamatan Konstruksi


Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan
mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan
sasaran K3. Suatu tempat kerja dalam menerapkan kebijakan K3 harus dapat
mengitegrasikan Sistem Manajemen Perusahaan yang sudah ada.
1. Sumber Daya
Pengelolaan tenaga kerja adalah:
 Upaya untuk meningkatkan konstribusi produktif tenaga kerja terhadap
perusahaan yang dilakukan dengan berpegang pada prinsip dan
melaksanakan fungsi administratif serta fungsi operasional.
 Dari definisi tersebut, teridentifikasi tujuan, prinsip dan fungsi utama
pengelolaan tenaga kerja.

Tujuan Pengelolaan SDM

Meningkatkan konstribusi atau sumbangan produktivitas terhadap


perusahaan.
Konstribusi yang dimaksud meliputi:
 Meningkatkan komitmen.
 Menghasilkan tenaga kerja yang berproduktivitas tinggi.

 Meningkatkan kompetensi, yaitu motivasi, kepercayaan diri,


pengetahuan, dan keterampilan tenaga kerja.
 Mewujudkan iklim kerja yang kondusif.

Meningkatkan Komitmen

 Yaitu kesetiaan dan ketaatan terhadap perusahaan.


 Kesetiaan adalah tekad dan kesangggupan mentaati, melaksanakan, dan
mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab.
 Tekad dan kesanggupan ini ditunjukkan oleh sikap, perilaku sehari-hari
dan perbuatan dalam melaksanakan tugas sebagaimana diharapkan
perusahaan.
 Ketaatan menunjukkan kesanggupan individu untuk menaati peraturan,
baik secara tertulis maupun tidak tertulis sesuai dengan serta
kesanggupan untuk tidak melanggar.

Iklim kerja yang kondusif

 Iklim kerja adalah kondisi, situasi, dan keadaan lingkungan kerja di


perusahaan.
 Iklim kerja bersama-sama dengan motivasi dan kompetensi adalah
penentu kinerja individu tenaga kerja.
 Iklim kerja yang kondusif adalah faktor pendukung atau pendorong yang
menyediakan peluang bagi setiap individu tenaga kerja untuk
mewujudkan semua potensi yang dimilikinya secara optimal.
 Iklim kerja yang kondusif ditandai oleh terciptanya semangat dan gairah
kerja yang tinggi dari tenaga kerja.

Prinsip Pengelolaan SDM


 Tenaga kerja dikelola bukan sebagai biaya tetapi sebagai aset atau
kekayaan perusahaan yang utama.
 Tenaga kerja dikelola sebagai individu yang memiliki integritas dan
keinginan untuk berbakti pada perusahaan dan masyarakat
lingkungannya.
 Tenaga kerja dikelola dalam rangka peningkatan kompetensi dan
komitmennya pada pekerjaan dan pada perusahaannya.
 Tenaga kerja dikelola dengan orientasi pada pencapaian hasil yang dapat
dipertanggungjawabkan.
 Tenaga kerja dikelola dengan fokus peningkatan kerjasama sebagai
suatu tim kerja untuk mencapai kepentingan bersama.
 Tenaga kerja dikelola dalam rangka penciptaan dan/atau peningkatan
jaringan kerja (networking).
 Tenaga kerja dikelola dalam rangka memacu terciptanya
inovatorinovator yang mampu memberikan nilai tambah bagi kemajuan
perusahaan.

Fungsi Administratif Pengelolaan SDM


 Merupakan serangkaian kegiatan dalam pengelolaan tenaga kerja yang
sejalan dengan sistem administrasi ketenagakerjaan yang berlaku di
Indonesia.
 Meliputi beberapa hal:
1. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja,
2. Penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja,
3. Pendirian organisasi pekerja dan hubungan industrial
4. Pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan, serta
5. Penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja

SDM dan SMK3


 Menurut PERMENAKER No.: PER.05/MEN/1996, yang dimaksud
dengan Sistem Manajemen K3 (SMK3):
 Bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses, dan sumber daya.
 SMK3 dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pecapaian
pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan produktit

2. Kompetensi
Kompetensi  adalah  kemampuan  individu untuk melakukan pekerjaan
dengan benar. Selain  itu  kompetensi  adalah  seperangkat perilaku  yang 
memberikan panduan terstruktur untuk identifikasi, evaluasi dan
pengembangan perilaku dalam individu karyawan.

Pertimbangan Penyusunan Kompetensi SMK3


1. Definisi dari  tanggung  jawab  dan  wewenang masing-masing
personel.
2. Uraian kerja.
3. Penilaian kinerja personel.
4. Hasil identifikasi  bahaya  potensial,penilaian  dan pengendalian
resiko.
5. Prosedur dan instruksi kerja.
6. Kebijakan dan sasaran K3.
7. Program K3.

Tindakan Pemenuhan Kompetensi


1. On-the-job training (magang).
2. Classroom training (pelatihan).
3. Pembelajaran mandiri.
4. Pendidikan
5. Konseling (bimbingan).
6. Seminar/menghadiri konferensi.
7. Sebagai observer (pengamat) dalam suatu pekerjaan.
8. Role models (berperan sebagai pelaku pekerjaan).

Keterlibatan SDM
Untuk  menjamin  terlaksananya  SMK3  dalam organisasi,  salah  satunya 
adalah  melibatkan karyawan. Terkait  dokumentasi  SMK3,  keterlibatan 
karyawan dimungkinkan dalam proses konsultasi, meliputi:
1. Pengembangan dan tinjauan kebijakan.
2. Pengembangan dan tinjauan sasaran.
3. Keputusan pada  penerapan  proses  &  prosedur pengelolaan resiko.
4. Identifikasi bahaya.
5. Tinjauan penilaian  dan  pengendalian  resiko  yang terkait dengan
pekerjaannya.

Kecelakaan Akibat Faktor SDM


 Penggunaan peralatan yang tidak berizin.
 Menggunakan peralatan tidak  sesuai  dengan ketentuannya.
 Menghapus/menghilangkan perlengkapan keselamatan.
 Membiarkan perlengkapan keselamatan  yang  tidak beroperasi.
 Menggunakan perlengkapan dan  peralatan  yang menyebabkan efek
negatif.
 Tidak menjalankan aturan  keselamatan  kerja  dan prosedur kerja.

3. Kepedulian
o Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja
atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan
yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.
o Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang ruang
lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, di dalam
tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam
wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
o Kepedulian terhadap K3 (Safety Awareness) juga tergantung pada
informasi tentang aspek K3, yang akan sangat membantu kita untuk
menentukan apakah sesuatu telah selamat / aman atau belum.
o Pengetahuan / pengertian tentang aspek K3 sangat membantu kita untuk
secara sistematik menaksir / mengkaji risiko dan memandang aspek K3
dari perspektif pikiran sehat.
o KEPEDULIAN THDP K3 (SFETY AWARENESS): Punya
Pengetahuan atau selalu sadar terhadap aspek K3LL.
o Sadar Respek  Perilaku Selamat  Budaya K3LL (Safety
Awareness  Respect upon Safety Safety Behaviour  Safety
Culture)
o Aspek perilaku akan mempengaruhi persepsi kita terhadap risiko dan
menentukan bagaimana kita mengkaji bahwa sesuatu itu:
“Selamat atau Tidak Selamat”

4. Komunikasi
o Komunikasi Umum.
a. Dapat berupa informasi umum (pengumuman/pemberitahuan).
b. Dapat berupa informasi bahaya (menggunakan rambu, label/tanda,
lampu/cahaya, suara maupun bel/alarm).
c. Informasi K3 lainnya secara umum.
o Komunikasi Khusus.
Dapat berupa informasi khusus ditujukan kepada suatu personel,
unit/bagian berupa surat, penyampaian hasil laporan dan media/jenis
lain yang relevan dan efektif.

o Media Komunikasi K3.


a. Papan Informasi/Pengumuman K3.
b. Surat-menyurat, memo, dsj.
c. Email dan internet.
d. Pengeras Suara.
e. Rambu-rambu dan tanda bahaya K3.
f. Label-label K3.
g. Bel/Alarm/Lampu Bahaya.
h. Media lain yang relevan dan efektif.
5. Informasi Terdokumentasi
Informasi Internal.
a. Komitmen Perusahaan terhadap Penerapan K3 di tempat kerja (Kebijakan
K3).
b. Program-program yang berkaitan dengan Penerapan K3 di tempat kerja.
c. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko K3 di tempat kerja.
d. Prosedur kerja, instruksi kerja, diagram alur proses kerja serta
material/bahan/alat/mesin yang digunakan dalam proses kerja.
e. Tujuan K3 dan aktivitas peningkatan berkelanjutan lainnya.
f. Hasil-hasil investigasi kecelakaan kerja.
g. Perkembangan aktivitas pengendalian bahaya di tempat kerja.
h. Perubahan-perubahan manajemen Perusahaan yang mempengaruhi
penerapan K3 di tempat kerja, dsb.

Informasi Eksternal.
o Untuk Kontraktor yang bekerja di wilayah Perusahaan.
a. Sistem Manajemen K3 kontraktor individual.
b. Peraturan dan persyaratan komunikasi kontraktor.
c. Kinerja K3 kontraktor.
d. Daftar kontraktor lain di tempat kerja.
e. Hasil pemeriksaan dan pemantauan.
f. Tanggap Darurat.
g. Hasil investigasi kecelakaan, ketidaksesuaian dan tindakan perbaikan
dan tindakan pencegahan.
h. Persyaratan komunikasi harian, dsb.

o Untuk Tamu, Pengunjung, Pemasok, dan Masyarakat di wilayah


Perusahaan.
a. Persyaratan-persyaratan K3 untuk tamu.
b. Prosedur evakuasi darurat.
c. Aturan lalu lintas di tempat kerja.
d. Aturan akses tempat kerja dan pengawalan.
e. APD (Alat Pelindung Diri) yang digunakan di tempat kerja.
D. Operasi Keselamatan Konstruksi
Perencanaan Operasi
Setelah seluruh bahaya K3 di tempat kerja telah diidentifikasi dan dipahami,
pengendalian operasi yang diperlukan untuk mengelola resiko-resiko terkait
bahaya-bahaya K3 di tempat kerja serta untuk memenuhi peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya terkait dengan penerapan K3 di tempat kerja.

Prioritas pengendalian operasi ditujukan pada pilihan pengendalian yang memiliki


tingkat kehandalan tinggi selaras dengan hierarki pengendalian resiko/bahaya K3
di tempat kerja.

Pengendalian operasi akan diterapkan dan dievaluasi secara bersamaan untuk


mengetahui tingkat keefektivan dari pengendalian operasi serta terintegrasi
(tergabung) dengan keseluruhan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Perusahaan.

BEBERAPA PENGENDALIAN OPERASI K3 PERUSAHAAN MENCAKUP


ANTARA LAIN:

1. Umum :
a. Perawatan dan perbaikan fasilitas/mesin/alat reguler.
b. Kebersihan dan perawatan tempat kerja.
c. Pengaturan lalu lintas manusia/barang, dsb.
d. Pemasokan dan Perawatan Fasilitas Kerja/Fasilitas Umum.
e. Perawatan suhu lingkungan kerja.
f. Perawatan sistem ventilasi dan sistem instalasi listrik.
g. Perawatan sarana tanggap darurat.
h. Kebijakan terkait dinas luar, intimidasi, pelecehan, penggunaan obat-obatan
dan alkohol.
i. Program-program kesehatan dan pengobatan umum.
j. Program pelatihan dan pengembangan pengetahuan.
k. Pengendalian akses tempat kerja.

2. Pekerjaan Bahaya Tinggi :


a. Penggunaan prosedur, instruksi kerja dan cara kerja aman.
b. Penggunaan peralatan/mesin yang tepat.
c. Sertifikasi pelatihan tenaga kerja keahlian khusus.
d. Penggunaan izin kerja.
e. Prosedur pengendalian akses keluar masuk tenaga kerja di tempat kerja
bahaya tinggi.
f. Pengendalian untuk pencegahan penyakit akibat kerja.

3. Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) :


a. Pembatasan area-area penggunaan bahan berbahaya dan beracun (B3) di
tempat kerja.
b. Pengamanan pemasokan dan pengendalian akses keluar masuk penyimpanan
bahan berbahaya dan beracun (B3).
c. Barikade sumber radiasi.
d. Isolasi pencemaran biologis.
e. Pengetahuan penggunaan dan ketersediaan perlengkapan darurat.

4. Pembelian Barang, Peralatan dan Jasa :


a. Menyusun persyaratan pembelian barang, peralatan dan jasa.
b. Komunikasi persyaratan pembelian barang kepada pemasok.
c. Persyaratan transportasi/pengiriman bahan berbahaya dan beracun (B3).
d. Seleksi dan penilaian pemasok.
e. Pemeriksaan penerimaan barang/peralatan/jasa.

PENETAPAN KRITERIA OPERASI K3 PERUSAHAAN MENCAKUP


BEBERAPA HAL SEBAGAI BERIKUT :

1. Umum :
a. Perawatan dan perbaikan fasilitas/mesin/alat reguler.
b. Kebersihan dan perawatan tempat kerja.
c. Pengaturan lalu lintas manusia/barang, dsb.
d. Pemasokan dan Perawatan Fasilitas Kerja/Fasilitas Umum.
e. Perawatan suhu lingkungan kerja.
f. Perawatan sistem ventilasi dan sistem instalasi listrik.
g. Perawatan sarana tanggap darurat.
h. Kebijakan terkait dinas luar, intimidasi, pelecehan, penggunaan obat-
obatan dan alkohol.
i. Program-program kesehatan dan pengobatan umum.
j. Program pelatihan dan pengembangan pengetahuan.
k. Pengendalian akses tempat kerja.
2. Pekerjaan Bahaya Tinggi :
a. Penggunaan prosedur, instruksi kerja dan cara kerja aman.
b. Penggunaan peralatan/mesin yang tepat.
c. Sertifikasi pelatihan tenaga kerja keahlian khusus.
d. Penggunaan izin kerja.
e. Prosedur pengendalian akses keluar masuk tenaga kerja di tempat kerja
bahaya tinggi.
f. Pengendalian untuk pencegahan penyakit akibat kerja.
3. Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) :
a. Pembatasan area-area penggunaan bahan berbahaya dan beracun (B3) di
tempat kerja.
b. Pengamanan pemasokan dan pengendalian akses keluar masuk
penyimpanan bahan berbahaya dan beracun (B3).
c. Barikade sumber radiasi.
d. Isolasi pencemaran biologis.
e. Pengetahuan penggunaan dan ketersediaan perlengkapan darurat.
4. Pembelian Barang, Peralatan dan Jasa :
a. Menyusun persyaratan pembelian barang, peralatan dan jasa.
b. Komunikasi persyaratan pembelian barang kepada pemasok.
c. Persyaratan transportasi/pengiriman bahan berbahaya dan
beracun (B3).
d. Seleksi dan penilaian pemasok.
e. Pemeriksaan penerimaan barang/peralatan/jasa.

E. Evaluasi Kinerja Keselamatan Konstruksi


1. Pemantauan dan evaluasi
Definisi dari pemantauan adalah menitik beratkan pada pengumpulan
informasi dan data yang berhubungan dengan bahaya K3 dan Resiko K3.
Tujuan Pemantauan dan Pengukuran
a. Menghasilkan data untuk menilai kompetensi personil K3.
b. Menghasilkan data untuk mengevaluasi penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) perusahaan.
c. Mengontrol perkembangan dari pertemuan-pertemuan K3, pemenuhan
tujuan K3 serta peningkatan pemahaman K3 yang berkesinambungan.
d. Memantau pemenuhan peraturan perundang-undangan serta syarat lainnya
yang berhubungan dengan penerapan K3 di tempat kerja.
e. Menghasilkan data sebagai evaluasi efektivitas pengendalian operasional
K3, review perlu tidaknya modifikasi pengendalian operasional K3 dan
sosialisasi pilihan dari sistem pengendalian baru.
f. Menghasilkan data untuk mengukur kinerja K3 perusahaan secara proaktif
dan reaktif.

Perusahaan mendelegasikan tugas pemantauan dan pengukuran kinerja K3


kepada Ahli K3 Umum perusahaan, atau kepada Sekertaris Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja termasuk di dalamnya anggota-anggota di
bawah kewenangan Ahli K3 Umum perusahaan. Dan output yang diharapkan
adalah seperti pada item 1 s/d 4.
Selanjutnya hasil pemantauan dan pengukuran kinerja K3 akan dianalisa serta
digunakan untuk mengidentifikasi seberapa besar keberhasilan kinerja K3 yang
diterapkan. Ataupun juga seberapa penting kebutuhan perlunya tindakan
perbaikan yang harus dilakukan serta tindakan peningkatan kinerja K3 yang
lain. Sebagai outputnya adalah data evaluasi efektifitas pengendalian
operasional K3 (item 5).

Metode pengukuran kinerja K3 secara proaktif dan reaktif di tempat kerja


memiliki prioritas dan tujuan untuk mendorong adanya peningkatan kinerja K3
serta mengurangi kejadian kecelakaan (accident) dan peristiwa (incident) kerja
di tempat kerja (item 6).
2. Tinjauan manajemen
Tinjauan Manajemen fokus terhadap keseluruhan kinerja Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan memperhatikan hal-
hal sebagai berikut :

a. Kesesuaian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


terhadap operasional dan aktivitas Perusahaan.
b. Kecukupan pemenuhan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja terhadap Kebijakan K3 Perusahaan.
c. Keefektivan penyelesaian tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan
serta hasil-hasil lain yang dicita-citakan.

Hal-Hal Yang Dapat Dijadikan Acuan Dalam Melaksanakan Tinjauan


Manajemen Antara Lain :

1. Laporan keadaan darurat (termasuk kejadian serta pelatihan/ simulasi/


pengujian tanggap darurat).
2. Survey kepuasan tenaga kerja terhadap penerapan K3 di tempat kerja.
3. Statistik insiden kerja (termasuk kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja).
4. Hasil-hasil inspeksi.
5. Hasil dan rekomendasi pemantauan dan pengukuran kinerja K3 di
tempat kerja.
6. Kinerja K3 kontraktor.
7. Kinerja K3 pemasok.
8. Informasi perubahan peraturan perundang-undangan dan persyaratan
lain yang berkaitan dengan penerapan K3 di tempat kerja.

3. Peningkatan kinerja keselamatan konstruksi


Faktor penghambat penting yang paling berpengaruh adalah:
1) faktor perencanaan anggaran, kemudian diikuti oleh faktor pengawasan
dan sangsi, faktor frekuensi sosialisasi dari pemerintah, faktor budaya
pekerja dilapangan.
2) faktor perencanaan strategis dan prioritas perusahaan, faktor tingkat
kerumitan desain proyek, faktor ketersediaan peralatan K3 adalah faktor
penghambat yang pengaruhnya lemah dalam
penerapan K3.
3) Upaya-upaya peningkatan implementasi K3 pada
perusahaan adalah:
a) Memasukkan anggaran pengadaan alat dan bahan
dalam RAB setiap pekerjaan konstruksi dan disesuaikan
dengan nilai fisik pekerjaan, tingkat kerumitan bangunan
dan tapak proyek.
b) Sosialisasi K3 perlu dilaksanakan secara berkala
dengan bentuk yang bervariasi dan perlunya pengaturan
mengenai mekanisme pengawasan untuk meningkatkan
kepedulian implementasi K3.

Anda mungkin juga menyukai