Anda di halaman 1dari 42

B.

Perencanaan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan:
Perencanaan manajemen risiko.
Menetapkan tujuan dan sasaran dari kebijakan K3.
BAB I
Menggunakan indikator kinerja sebagai penilaian kinerja K3.
Menetapkan sistem pertanggung jawaban dan cara pencapaian
PENGERTIAN DAN ILMU PENGETAHUAN K3 kebijakan K3.

1.1. PENGERTIAN K3 DAN SMK3 C. Penerapan


Pada tahap ini, perusahaan perlu memperhatikan:
a. K3 adalah singkatan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang 1. Jaminan Kemampuan, yaitu:
dalam bahasa Inggris disebut sebagai Occupational Health and Safety, Tersedianya personil terlatih, sarana dan dana yang memadai.
disingkat OHS. K3 atau OHS adalah kondisi yang harus diwujudkan di Tersedianya sistem & prosedur yang terintegrasi dengan K3.
tempat kerja dengan segala daya upaya berdasarkan ilmu pengetahuan Adanya Tanggungjawab dan akuntabilitas K3 dari Pengurus
dan pemikiran mendalam guna melindungi tenaga kerja, manusia serta Adanya motivasi/ kesadaran pekerja tentang SMK3.
karya dan budayanya melalui penerapan teknologi pencegahan Adanya komunikasi dengan pekerja tentang penerapan SMK3.
kecelakaan yang dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan Adanya seleksi, penilaian dan pelatihan kompetensi untuk K3.
peraturan perundangan dan standar yang berlaku.
2. Kegiatan pendukung
b. SMK3 ialah singkatan dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Komunikasi dua arah yang efektif antara pengurus dan pekerja.
Kesehatan Kerja yang merupakan bagian dari sistem manajemen Pelaporan, guna menjamin SMK3 dipantau, kinerjanya
secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, ditingkatkan.
tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang Dokumentasi sistem dan prosedur kegiatan perusahaan.
dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian Pengendalian Dokumen, hanya yang berlaku yang digunakan.
dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian risiko yang Adanya pengendalian rekaman sebagai bukti penerapan SMK3
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif. 3. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian risiko
Pada saat perancangan, rekayasa, pengadaan & pelaksanaan.
1.2. SISTEM MANAJEMEN K3 (SMK3) Lakukan pengendalian administratip & APD pada pelaksanaan.
Tinjau ulang kontrak dan persyaratan saat pembelian.
Persiapkan prosedur menghadapi keadaan darurat, insiden dan
a. SIKLUS PROSES SMK3. pemulihan keadaan darurat.
Tahapan proses dalam SMK3 bersifat siklus, yaitu harus terjadi proses
perbaikan yang berkelanjutan (continual improvement), yaitu mulai dari D. Pengukuran dan Evaluasi
proses pengembangan komitmen & kebijakan perencanaan Fungsi kegiatan tahap Pengukuran dan Evaluasi adalah untuk:
pelaksanaan/ penerapan pengukuran & evaluasi peninjauan ulang & a. Memantau, mengukur dan mengevaluasi kinerja SMK3
peningkatan oleh manajemen dst sehingga terjadi proses perbaikan b. Mengetahui keberhasilan/efektifitas penerapan SMK3, dan
sistem secara inheren, sebagaimana digambarkan dalam bagan sbb: c. Mengidentifikasi dan melakukan tindakan perbaikan yang perlu.
Prosedur Pengukuran & evaluasi didokumentasikan, meliputi kegiatan:
1. Inspeksi & Pengujian, dilakukan oleh petugas yang berkompeten
rekamannya dipelihara dengan alat/metode yang memenuhi syarat
Komitmen & Kebijakan K3, setiap penyimpangan harus segera ditindak lanjuti, diselidiki &
ditinjau.

Peningkatan 2. Audit SMK3, dilakukan untuk membuktikan dan mengukur efekifitas


Berkelanjutan penerapan SMK3 di tempat kerja oleh auditor internal untuk setiap
Perencanaan enam bulan, dan oleh auditor eksternal / independen tiap tiga tahun.

3. Tindakan Perbaikan dan Pencegahan terhadap semua temuan


hasil pemantauan, inspeksi, pengujian dan audit harus dilakukan
Peninjauan Ulang secara berkelanjutan dan sistematis untuk menjamin efektifitas
& Peningkatan
oleh Manajemen
Penerapan SMK3.

E. Tinjauan Ulang & Peningkatan oleh Pihak Manajemen


Bertujuan meningkatkan kinerja K3 secara keseluruhan, mencakup:
Pengukuran & Evaluasi
a. Evaluasi terhadap penerapan dan kinerja K3.
b. Tinjauan ulang tujuan, sasaran dan kinerja K3.
(Sumber: Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.: PER.05/MEN/1996) c. Melakukan evaluasi dan tindak lanjut temuan audit SMK3.
d. Evaluasi efektifitas penerapan SMK3 dan kebutuhan perubahan
SMK3
b. Tahapan Proses dalam SMK3:

A. Komitmen dan Kebijakan


Tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Kepemimpinan dan Komitmen: 1.3. PENGERTIAN AUDIT K3 dan INSPEKSI K3
Komitmen untuk menerapkan SMK3 di tempat kerja, mutlak harus a. Audit adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen, untuk
diberikan oleh semua pihak, terutama dari pihak manajemen / pe- menentukan suatu kegiatan dan hasil-hasil yang berkaitan sesuai
ngurus dan tenaga kerja. Oleh karena itu, perusahaan harus: dengan prosedur yang direncanakan, dan dilaksanakan secara efektif
Membentuk organisasi tempat kerja untuk terciptanya K3. dan cocok untuk mencapai kebijakan dan tujuan perusahaan.
Menyediakan anggaran dan personil yang memadai.
b. Tujuan audit SMK3 adalah untuk membuktikan dan mengukur tingkat
Melakukan perencanaan dan pelaksanaan Program K3. keberhasilan pelaksanaan dan penerapan SMK3 di tempat kerja.
Melakukan penilaian atas kinerja Program K3.
c. Jenis Audit SMK3 terdiri dari:
2.Tinjauan awal K3 1. Audit internal yang dilakukan secara berkala oleh petugas internal
Manajemen harus melakukan tinjauan awal K3 dengan cara: perusahaan yang berkompeten melakukan audit secara independen.
Mengidentifikasikan kondisi yang ada. 2. Audit eksternal dilakukan paling sedikit tiga tahun sekali oleh
Mengidentifikasikan sumber bahaya. Auditor dari Badan Audit Independen yang ditunjuk pemerintah
(Depnaker).
Penguasan pengetahuan, peraturan perundangan dan standar K3.
Membandingkan penerapan K3 di perusahaan lain yang lebih baik. d. Syarat Audit: dilakukan secara sistematik & independen,
Meninjau sebab akibat dari kejadian yang membahayakan. frekuensinya berkala, petugasnya mampu & ahli, metodologinya
Menilai efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan. obyektif berdasar fakta, memperhatikan hasil audit sebelumnya dan
3. Kebijakan K3. sumber bahayanya.
Kebijakan K3 merupakan suatu pernyataan kepada umum yang
ditandatangani oleh manajemen senior yang menyatakan komitmen e. Pelaksanaan Audit SMK3: meliputi 12 elemen kriteria, yaitu:
dan kehendaknya untuk bertanggung jawab terhadap elemen K3: 1. Pembangunan & Pemeliharaan Komitmen
Komitmen tertulis, ditandatangani pengurus tertinggi. 2. Strategi Pendokumentasian.
Memuat visi dan tujuan yang bersifat dinamis. 3. Tinjauan ulang perancangan & kontrak.
Memuat kerangka kerja dan program kerja. 4. Pengendalian Dokumen.
Dibuat melalui proses konsultasi dengan pekerja/wakil pekerja. 5. Pembelian.
Disebarluaskan kepada seluruh pekerja. 6. Keamanan bekerja berdasarkan SMK3.
7. Standar Pemantauan.
8. Pelaporan & Perbaikan kekurangan.

1
9. Pengelolaan Material & Perpindahannya. masyarakat (rusaknya sarana, prasarana publik) dan lingkungan
10. Pengumpulan & Penggunaan Data. (polusi, eko-sistem rusak).
11. Audit SMK3.
12. Pengembangan keterampilan dan kemampuan. b. Definisi Insiden: adalah suatu kejadian yang tak diinginkan yang
bila kondisinya sedikit berbeda bisa mengakibatkan luka pada
f. Inspeksi K3, adalah kegiatan memeriksa/mengecek/mengukur segala manusia, rusaknya harta benda dan terhentinya proses.
sesuatu dan mencatat apakah sesuai atau tidak terhadap standar K3.
c. Fase (sebab-sebab) terjadinya Kecelakaan:
g. Tujuan Inspeksi K3 secara umum adalah untuk mengidentifikasi: Mengetahui akar penyebab terjadinya kecelakaan jauh lebih penting
masalah potensial, kekurangan sarana kerja, kinerja K3 di suatu bagian, dari pada mengetahui besarnya kecelakaan. Maka berdasarkan teori
akibat suatu perubahan, apa ada tindakan yang memadai, menilai hasil Domino dapat ditelusur sebab-sebab terjadinya kecelakaan/kerugian
kerja, menunjukkan komitmen. Tujuan khusus antara lain: memeriksa sbb:
hasil pelaksanaan setiap rincian Program K3, memeriksa sarana-sarana
baru, mengukur hasil usaha dan peranan supervisor terhadap K3. SEBAB-MUSABAB TERJADINYA KECELAKAAN / KERUGIAN
TIMBULNYA
h. Klasifikasi Inspeksi meliputi: KARENA
KURANGNYA
ADANYA
PENYEBAB
ADANYA
PENYEBAB
TERJADINYA
INSIDEN KERUGIAN
PENGENDALIAN LANGSUNG KECELAKAAN
1. Inspeksi Umum Berkala, dilakukan bersama berbagai disiplin, DASAR
1. Korban Manu-
2. Inspeksi Sewaktu-waktu/Mendadak, karena suatu sebab yang perlu, Tidak cukupnya : Dari: Akibat: Akibat:
sia
1. Program K3 1. Faktor Manu- 1. Tindakan KONTAK dengan 2. Kerusakan
3. Inspeksi Berkelanjutan pada kegiatan konstruksi dari awal s/d akhir, 2. Standar Pro sia yang tidak energi atau ba- Harta Benda
gram K3 2. Faktor Peker- standar han 3. Terganggu-
4. Inspeksi Khusus. 3. Pemenuhan jaan 2. Kondisi yang nya Proses
Standar K3 tidak standar

i. Perbedaan antara Audit dan Inspeksi


Audit Inspeksi Bukti-bukti KURANGNYA PENGENDALIAN a.l. :
Upaya mencari ketidaksesuaian di Upaya menemukan sumber 1. Program/Rencana K3 tidak dibuat, tidak memadai atau tidak sesuai
dalam sistem di mana kegiatan bahaya dengan memeriksa standar 2. Standar K3 tidak ada, tidak memadai atau tidak sesuai
dilakukan terhadap area yang berhubungan dengan bahaya 3. Program dan standar K3 tidak dipenuhi, dikurangi atau tidak
keseluruhan sistem K3 yang ada di tersebut. dilaksanakan
perusahaan.
Mengukur efektifitas dari Menemukan kesesuaian dari suatu
pelaksanaan suatu sistem. obyek.
Faktor-faktor PENYEBAB DASAR Terjadinya Kecelakaan :
Difokuskan terhadap suatu sistem. Difokuskan terhadap suatu obyek.
Penekanan terhadap proses. Penekanan terhadap hasil akhir. FAKTOR MANUSIA FAKTOR PEKERJAAN
Metode pelaksanaan: tinjauan Metode pelaksanaan: pengujian a. Kemampuan fisik terbatas a. Pengawasan kurang
ulang, mencari kesesuaian dan secara teknis dan mendetail. b. Kemampuan mental terbatas b. Rekayasa kurang lengkap
observasi. c. Kurang pengetahuan c. Logistik kurang baik
d. Kurang ketrampilan d. Peralatan kurang
e. Motivasi yang keliru e. Standar kerja kurang
1.4. HUBUNGAN ELEMEN AUDIT DAN SIKLUS SMK3 f. Aus dan habis
g. Supervisi kurang memadai
ELEMEN-ELEMEN SMK3 SIKLUS SMK3
1. Pembangunan dan pemeliharaan Leadership & komitmen tinjauan PENYEBAB LANGSUNG Timbulnya Insiden dan Kecelakaan :
komitmen awal; kebijakan
2. Strategi pendokumentasian Perencanaan
3. Peninjauan ulang perancangan dan Perencanaan TINDAKAN TIDAK STANDAR KONDISI TIDAK STANDAR
kontrak 1. Mengoperasikan mesin/alat tanpa izin 1. Tidak cukup pagar pengaman
4. Pengendalian Dokumen Penerapan 2. Lalai mengingatkan 2. Alat Pelindung Diri tak cukup
5. Pembelian Penerapan 3. Lalai mengamankan 3. Perkakas, peralatan, material
6. Keamanan bekerja berdasarkan Penerapan 4. Kecepatan mengoperasikan tak sesuai yang defect / rusak
sistem manajemen K3
7. Standar pemantauan Pengukuran & evaluasi
8. Pelaporan & perbaikan kekurangan Manajemen Review dan improvement FAKTOR MANUSIA FAKTOR PEKERJAAN
9. Pengelolaan material dan Penerapan 5. Membuat alat pengaman tidak berfungsi 4. Tempat kerja/gerak terbatas
perpindahannya 6. Melepas alat pengaman 5. Kurang pengamanan
10. Pengumpulan dan penggunaan data Pengukuran & Evaluasi 7. Memakai peralatan yang rusak / defect 6. Bahaya kebakaran/ledakan
11. Audit SMK3 Pengukuran & Evaluasi 8. Memakai peralatan tidak semestinya 7. Buruknya housekeeping
12.Pengembangan keterampilan dan Manajemen Review & Improvement 9. Lalai memakai alat pelindung diri 8. Kondisi lingkungan berbaha-
kemampuan 10. Cara memuat tidak benar (tak sesuai) ya, gas, debu, asap, dll.
1.5. HUBUNGAN ELEMEN SMK3 & KLAUSUL ISO 9001:2000 11. Cara meletakkan tak benar (tak sesuai) 9. Kebisingan
12. Cara mengangkat tak benar (tak sesuai) 10. Paparan radiasi
ELEMEN AUDIT SMK3 KLAUSUL ISO 9001:2000 13. Cara mengambil posisi tak benar/tepat 11. Paparan temperatur ekstrem
14. Merawat peralatan yang sedang bekerja 12. Penerangan tidak memadai
1. Pembangunan dan 5.1 Komitmen manajemen 15. Bercanda 13. Ventilasi tidak memadai
Pemeliharaan komitmen 5.2 Fokus pada Pelanggan 16. Dalam pengaruh alkohol atau obat-
5.3 Kebijakan Mutu obatan
5.4 Perencanaan
5.5 Tanggung Jawab, Wewenang dan
Komunikasi a. Klasifikasi Kecelakaan & Cidera di Tempat Kerja
6.1 Penyediaan Sumber Daya b.1. Klasifikasi kecelakaan berdasarkan kejadiannya
1. 0rang Yang Terjatuh
2. Strategi pendokumen- 4.1. Persyaratan Umum
a. Orang yang terjatuh dari ketinggian (pohon, gedung, scaffolding,
tasian 4.2. Persyaratan Dokumentasi
3. Peninjauan ulang pe- 7.2 Proses yang terkait dengan Pelanggan penyangga, tangga, mesin, kendaraan) dan jatuh kedalam lubang
rancangan & kontrak 7.3 Disain dan Pengembangan (sumur, selokan, galian, lubang pada tanah).
4. Pengendalian Dokumen 4.2.3 Pengendalian Dokumen b. Orang yang jatuh pada ketinggian yang sama.
5. Pembelian 7.4 Pembelian
6. Keamanan bekerja 6.3 Infrastruktur (Prasarana) 2. Tertimpa / Terkena Benda Jatuh
berdasarkan SMK3 6.4 Lingkungan Kerja
a. Keruntuhan/kejatuhan (tanah, batu, salju)
7.1 Perencanaan Realisasi Produk
7.5 Produksi dan Pelayanan b. Runtuh (gedung, dinding, penyangga, tangga)
7. Standar pemantauan 7.6 Pengendalian Alat-alat Pemantauan c. Tertimpa benda jatuh saat penanganan
dan Pengukuran. d. Tertimpa benda jatuh yang tidak terklasifikasi.
8.1 Umum (Pengukuran, Analisa dan
Peningkatan 3. Tersandung, Terbentur Benda-benda selain Benda Jatuh
8.2.3 Pemantauan dan Pengukuran proses
a. Tersandung sesuatu
8.2.4 Pemantauan dan Pengukuran produk
8. Pelaporan & perbaikan 8.3 Pengendalian ke tidak sesuaian produk b. Terbentur benda-benda berupa perabotan
kekurangan 8.5 Peningkatan c. Tertabrak benda-benda yang bergerak
9. Pengelolaan material dan 7.5.5 Perlindungan Produk d. Tertabrak benda-benda yang selain benda-benda jatuh.
perpindahannya
10. Pengumpulan dan 4.2.2 Pengendalian rekaman / data 4. Terjebak/Terjepit Di dalam atau Diantara suatu Tempat/Benda
penggunaan data 8.4 Teknik Statistik
a. Terjebak di dalam suatu tempat
11. Audit SMK3 8.2.2 Audit Mutu Internal
12. Pengembangan 6.2 Sumber Daya Manusia b. Terjepit diantara perabot dan benda bergerak
keterampilan dan c. Terjepit diantara benda bergerak, kecuali benda jatuh / terbang
kemampuan
5. Gerakan Yang Mengeluarkan Tenaga Yang Berlebihan/ Berat
a. Pengerahan tenaga untuk mengangkat benda
1.6. KECELAKAAN b. Pengerahan tenaga untuk mendorong dan menarik benda
c. Pengerahan tenaga untuk menangani dan melepas benda
d. Gerakan yang berat.
a. Definisi Kecelakaan: Kecelakaan (accident) adalah suatu kejadian
yang tak diinginkan, datangnya tiba-tiba dan tidak terduga yang 6. Terpapar atau Kontak Dengan Temperatur Yang Berlebihan
menyebabkan kerugian pada manusia (luka, cacat, sakit, meninggal), a. Terpapar suhu panas (udara/lingkungan)
perusahaan (kerusakan properti, terhentinya proses produksi), b. Terpapar suhu dingin (udara/lingkungan)
c. Kontak dengan basah atau benda panas

2
d. Kontak dengan basah atau benda yang sangat dingin Incident Rate (IR) = (Jumlah kejadian dalam waktu) X 100 %
Tingkat kecelakaan Nos workers
(Jumlah pekerja)
7. Terpapar atau Kontak Dengan Arus Listrik
Saferity Rate (SR) = (days work lost / nos hour worked) X 1,000,000
8. Terpapar atau Kontak Dengan Bahan Berbahaya/mengandung radiasi: Tingkat keparahan = (Jumlah hari kerja yang hilang / Jumlah jam kerja) X 1.000.000
a. Kontak dengan bahan berbahaya yang mudah terhisap/terserap IR dan SR digunakan dasar perkalian 1000 / man hours.
b. Terpapar dengan radiasi ionisasi
c. Terpapar dengan radiasi selain radiasi ionisasi Contoh soal:
Jumlah karyawan = 250 (Dec. 98)
9. Jenis Kecelakaan lain yang belum diklasifikasi, termasuk kecelakaan Jumlah jam kerja bulan tsb = 43.250 jam
yang tak terklasifikasi karena kekurangan data. Dalam bulan tsb terjadi = 5 kecelakaan
Jawab: FR = 5 x 1.000.000) / 43.250 = 115,6
b.2. Klasifikasi berdasarkan bagian tubuh yang terkena Artinya: untuk 250 karyawan yang bekerja selama 1.000.000 jam terjadi
1. Bagian Kepala: 115,6 kecelakaan
a. Daerah Tempurung Kepala (tengkorak, otak, kulit kepala)
b. Mata (meliputi orbit dan syaraf mata) Menghitung FR untuk beberapa bulan: (Nos occurancies x 1.000.000) harus
c. Telinga dibagi dengan jumlah jam kerja setiap bulan.
d. Mulut (meliputi bibir, gigi dan lidah)
e. Hidung Tingkat keparahan (SR) dapat dihitung berdasarkan jumlah hari hilang akibat kecela-
kaan. Angka jumlah hari yang hilang tak sama bagi seluruh negara. Oleh ILO ditetap kan
f. Wajah / muka
angka-angka sebagai berikut:
g. Kepala, daerah ganda
a. Setiap kematian 6.000 hari
h. Kepala, pada daerah yang tidak teridentifikasi sebelumnya. b. Lumpuh sama sekali 6.000 hari
c. Lumpuh sebagian, tangan hilang sebagian
2. Leher (meliputi tenggorokan dan tengkuk tulang belakang) * dari sambungan kuku sampai siku 4.500 hari
dari siku sampai pergelangan 3.600 hari
3. Batang Tubuh: Tangan
a. Punggung (batang sumsum tulang belakang dan otot-otot yang dari pergelangan sampai 3.000 hari
berdampingan, spinal cord) sambungan jari
Jempol
b. Dada (tulang rusuk, tulang dada, organ-organ dalam dari dada)
dari permulaan sambungan sambu- 600 hari
c. Perut (meliputi organ-organ dalam) ngan tengah
d. Panggul sesudah sambungan tengah 300 hari
e. Batang tubuh daerah ganda Jari-jari tangan (kecuali ibu jari)
dari permulaan sambungan sampai 3.000 hari
4. Lengan Atas (Upper Limb): sambungan tengah
a. Bahu (meliputi tulang ketiak dan bilah bahu) bagian sebelum sambungan tengah 150 hari
b. Lengan bagian atas bagian jari sampai sambungan akhir 75 hari
kecuali tulang rusuk
c. Siku Ujung jari dengan tidak atau perawatan operasi tulang jumlah dari
d. Lengan bawah. sesungguhnya selama tidak mampu bekerja
e. Pergelangan tangan.
f. Tangan (selain jari). ibu jari tangan 600 hari
g. Lengan/percabangan atas, daerah ganda. telunjuk 400 hari
h. Lengan/percabangan atas, daerah yang tidak terspesifikasi. jari tengah 300 hari
jari manis 240 hari
kelingking 200 hari
5. Tungkai/Percabangan Bagian Bawah:
Paha
a. Daerah paha semua bagian tubuh di atas lutut 4.500 hari
b. Paha (tungkai bagian atas) semua bagian di atas mata kaki 3.000 hari
c. Lutut sampai kepada lutut
d. Tungkai (tungkai bagian bawah) Kaki
e. Pergelangan kaki mata kaki dan sebelum sambungan 2.400 hari
f. Kaki (selain jari kaki) jari-jari kaki
g. Tungkai / percabangan bawah, daerah ganda. jempol kaki sebelum sampingan 300 hari
sampai pada dan termasuk sambu-
h. Tungkai / percabangan bawah, daerah yang tidak terspesifikasi. ngan jari-jari kaki
jempol kaki pada atau sebelum 150 hari
6. Daerah Ganda: sambungan tengah
a. Kepala dan batang tubuh, kepala dan satu atau lebih dua jempol kaki 600 hari
b. Batang tubuh dan satu atau lebih (tungkai/lengan). Kehilangan fungsi dari :
c. Satu lengan/percabangan atas dan satu tungkai / percabangan bagian satu mata/buta 1.800 hari
bawah atau lebih dari dua percabangan. satu telinga/tuli 600 hari
d. Daerah ganda lain. kedua telinga/tuli 3.000 hari
e. Daerah ganda, tidak terspesifikasi.
7. Cedera Umum: c. Biaya Kecelakaan (Teori Iceberg)
a. Sistem sirkulasi secara umum Akibat terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, selain mengelu-
b. Sistem pernafasan secara umum. arkan biaya pengobatan masih ada biaya-biaya akibat kerusakan properti
c. Sistem pencernaan secara umum. dan banyak biaya-biaya lain yang harus dikeluarkan perusahaan, yang tak
d. Sistem Syaraf secara umum. terlihat, sebagaimana fenomena gunung es di lautan, yaitu:
e. Cedera umum yang lainnya.
f. Cedera umum yang tidak terspesifikasi. 1. Biaya kompensasi kecelakaan dan penyakit, yang berupa biaya pe-
ngobatan dan kompensasi yang bagi Perusahaan di negara maju da- pat
8. Daerah yang tidak terspesifikasi dari bagian tubuh yang cidera
ditutup dengan premi asuransi yang nilainya tak terlalu besar.
Sumber: Recording and notification of occupational and diseases, ILO, 2. Biaya yang dikeluarkan untuk kerusakan properti, umumnya tinggi,
Geneva
karena menyangkut aset perusahaan atau properti yang tak diasuran-
b. Statistik Kecelakaan sikan. Dan biasanya tidak disadari, yang terdiri dari:
1. Hasil Penelitian. a. Kerusakan bangunan
Dari hasil penelitian Frank E. Bird pada 1969 atas 1.753.498 kejadian b. Kerusakan peralatan dan perangkat produksi
kecelakaan di dunia industri, diperoleh rasio kecelakaan dengan angka c. Penundaan dan penghentian produksi
(Piramida) 1:10:30:600, yaitu : setiap 1 kasus kecelakaan berakibat d. Biaya pengadilan
cedera berat (kematian, cacat permanen, rawat inap di RS), terdapat 10 e. Biaya pembelian P3K
kecelakaan berakibat cedera ringan (membutuhkan P3K), dan terdapat 30 f. Biaya penyewaan peralatan
kecelakaan berakibat kerusakan properti/aset perusahaan, dan terdapat g. Waktu penelitian kecelakaan.
600 kecelakaan tanpa kerusakan/cedera. Maka, prioritas penanggulangan 3.Biaya lain-lain yang masih bisa dihitung antara lain:
kecelakaan di tempat kerja tidak dapat hanya dititikberatkan pada a. Gaji yang harus dikeluarkan pada waktu hilang
kecelakaan yang menimbulkan kerusakan properti dan kecelakaan tanpa b. Biaya pekerja pengganti
merusak, karena kemungkinan kecelakaan tsb jauh lebih besar. c. Biaya lembur
Berkembanglah konsep pengendalian kecelakaan secara menyeluruh d. Waktu penyeliaan tambahan
yaitu Total Loss Control. (A land Mark Safety Study) e. Waktu pencatatan dan administrasi tambahan
4.Biaya lain-lain yang sulit dihitung, antara lain:
2. Sistem Pencatatan Statistik Kecelakaan (menurut ILO) a. Biaya pengurusan teknis dan non-teknis.
Tujuan: Membandingkan dua atau lebih masa kerja untuk mengetahui sejauh mana b. Citra buruk perusahaan.
langkah pencegahan telah bermanfaat. c. Biaya pemasaran untuk membatasi / mengeliminir Citra buruk.
Nos occurencies in time
Frequency Rate (FR) = ( jumlah kejadian dalam waktu ) X 1.000.000 1.7. B A H A Y A (HAZARD, DANGER)
Nos of hour worked a. Definisi: Bahaya adalah sifat dari suatu bahan, cara kerja suatu
(Jumlah jam kerja)
alat, cara melakukan suatu pekerjaan, tempat dan posisi atau kondisi
(ILO konv. 1962) 1.000.000 manhour = (50 minggu / th) X (40 jam / minggu) X lingkungan kerja yang dapat menimbulkan kerusakan harta benda,
500 orang tenaga kerja. penyakit akibat kerja, cedera, cacat sementara dan permanen,
Nos occurancies in time maupun kematian.

3
b. Jenis-jenis Bahaya:
i. Bahaya Benda Bergerak (kinetic hazards): a. Benda bergerak
lurus/linear movement (mesin penempa, mesin potong, ban
berjalan, mobil dll.); b. Benda bergerak berputar/rotation (roda,
roda gigi, crane, gerinda, pulley, katrol dll; c. Benda bergerak tak PEKERJA KONSULTASI P2K3

beraturan (debu, percikan metal/partikel/zat kimia, semprotan


berte kanan dll); d. Pengangkatan/Pengangkutan (beban terlalu Eliminasi
berat/cepat) dll. IDENTIFIKASI BAHAYA
Substitusi
ii. Bahaya Benda Diam (static hazards): a. Bahaya pebedaan Pengendalian
elevasi/ gravitasi; b. Bahaya air; c. Bahaya kerusakan Rekayasa
PENILAIAN RISIKO
perkakas/sarana kerja; d. Bahaya konstruksi Pengendalian
Administratif MONITORING
(jembatan/perancah ambruk dll); e. Bahaya pemasangan EVALUASI, RTP
(sambungan/baut tidak kuat dll). Alat Pelindung PENGENDALIAN RISIKO
Diri (APD)
iii. Bahaya Benda Fisik (physical hazards): a. Cahaya (terang,
gelap dll); b. Bising; c. Suhu (ruang, benda) d. Tekanan (tinggi,
IMPLEMENTASI
rendah); e. Radiasi elektromagnetis (ultra violet, infra red dll); f.
Radiasi ionisasi (rontgen, radioactive/nuklir dll), g. Getaran. e. Sistem Penilaian Risiko Secara Kuantitatif
iv. Bahaya Listrik (electrical hazards): a. Tersentuh; b. SISTEM PENILAIAN RISIKO SECARA KUANTITATIF
Kegagalan alat pengaman (fuse, grounding, breaker dsb); c.
Kelebihan beban; d. Loncatan bunga api; e. Isolasi tidak Nilai Risiko = Kemungkinan terjadi X Seringnya terjadi X Kegawatannya
sempurna dll. (Rusk Score) = (Probability) X (Frequency) X (Severity)
v. Bahaya Kimiawi (chemical hazards): a. Kebakaran/ ledakan;
b. Bahaya keracunan gas/uap/kabut-mist/uap-
fumes/debu/asap); c. Bahaya korosif (zat asam. basa alkali dll) A. Nilai Kemungkinan terjadi *) Nilai
A1 - Sering terjadi ( terjadi 1 kali dalam 10 kali kempatan ) 10
d. Perstisida, dll
A2 - Cukup memungkinkan ( 1kali dalam 100 kesempatan ) 6
vi. Bahaya Biologis (biological hazards): a. Bisa; b. Kuman, A3 - Tak biasa tapi memungkinkan ( 1 kali dalam 1000 kesempatan ) 3
bakteri, virus, jamur; c. Cacing; d. Tumbuh-tumbuhan, A4 - Pernah terjadi di tempat lain ( 1 kali dalam 10000 kesempatan ) 1
e.Hewan,serangga dll. A5 - Belum pernah terjadi ( 1 kali dalam 100000 kesempatan ) 0,5
vii. Bahaya Ergonomis (ergonomics hazard): a. Posisi bekerja; b. A6 - Secara praktis tidak mungkin ( 1 kali dalam 1000000 kesempatan ) 0,2
Posisi mengangkat barang; c. Ukuran ruang bebas dll. A7 - Tidak mungkin .. 0,1
viii. Bahaya Psikologis (psychological hazards): a. Stress; b. *) Kemungkinan kerugian bila terjadi keadaan bahaya.
Hubungan tidak harmonis; c. Problem keluarga dll.
B. Sering Terpapar Nilai
c. Identifikasi Bahaya. B1 - Terus menerus . ( beberapa kali dalam sehari ) 10
B2 - Sering ( sekali dalam sehari ) 6
Salah satu syarat sebelum menyusun Rencana/Program K3 adalah B3 - Kadang kadang ( sekali dalam seminggu ) 3
harus melakukan identifikasi bahaya lebih dulu terhadap: semua jenis B4 - Tak biasa ( sekali dalam setahun ) 2
material, kondisi dan cara operasi alat, metoda kerja, posisi/tempat, B5 - Jarang ( beberapa kali dalam setahun ) 1
ketinggian dan lingkungan di mana pekerjaan akan dilaksanakan. B6 - Sangat Jarang (sekali dalam setahun ) 0,5
Sehingga dapat menilai besarnya risiko kecelakaan/kerugian yang B7 - Tak pernah terpapar 0
mungkin terjadi, kemudian merencana-kan dan melakukan tindakan
pengendalian dan pencegahan risiko sebagaimana akan diuraikan C. Tingkat kegawatan (Akibat yang ditimbulkan ) Nilai
berikut ini. C1 - Bencana Alam ( banyak korban jiwa, nilai kerusakan ) Rp. 100 M 100
C2 - Malapetaka ( beberapa korban jiwa, nilai kerusakaan ) Rp. 10 M 40
1.8. MANAJEMEN RISIKO C3 - Sangat serius ( satu kematian, nilai kerusakan ) Rp. 1M 15
a. Risiko adalah kondisi dimana terdapat kemungkinan timbulnya C4 - Serius ( cedera serius, cacat tetap, nilai kerusakan ) Rp. 100 jt 7
C5 - Penting ( cedera sementara, hilang kerja, nilai kerusakan) Rp. 10 jt 3
kecelakaan atau penyakit akibat kerja oleh karena adanya suatu C6 - Dapat dicatat ( cedera ringan / P3K, nilai kerusakan) Rp. 1 jt 1
bahaya.
b. Manajemen Risiko adalah suatu proses manajemen yang dilakukan Nilai Risiko NR = A X B C
untuk meminimalkan. Nilai risiko (besarnya Risiko) adalah perkalian nilai
c. Tahapan Manajemen Risiko. kemungkinan terjadi (A) dikali nilai seringnya terpapar (B) dikali
1. IDENTIFIKASI BAHAYA, yaitu mengidentifikasi jenis bahaya (lihat nilai tingkat kegawatannya (C)
butir 1.7.b. dari: jenis material, alat, pekerjaan, metoda kerja, NILAI RISIKO KLASIFIKASI RISIKO
posisi/ tempat/ ketinggian, kondisi tanah/pondasi, jalan, air tanah > 400 Risiko sangat tinggi, operasi harus dihentikan
dsb). Termasuk identifikasi jenis kecelakaan & penyakit akibat
200 400 Risiko tinggi, diperlukan perbaikan segera
kerja yang mungkin terjadi.
2. PENILAIAN RISIKO, yaitu melakukan penilaian risiko dari 70 200 Risiko Utama, perlu perbaikan
bahayabahaya yang sudah teridentifikasi, kemudian disusun 20 70 Risiko dapat terjadi, perlu perhatian
untuk menentukan prioritas penanganannya. Penilaian risiko bisa < 20 Risiko kecil, dapat diterima apa adanya
dilakukan dengan menggunakan matrik penilaian risiko. Sumber: DNV - 1997
3. PENGENDALIAN RISIKO, yaitu mengendalikan risiko akibat
bahaya, menurut tingkat pengendalian yang paling sesuai. 1.9. ERGONOMIK
a. Definisi: ergonomi (ergonomics) adalah ilmu yang mempelajari
4. ELIMINASI, yaitu menghilangkan penggunaan bahan berbahaya pada pengukuran organisasi pekerjaan, yang bertujuan mendaya-gunakan
rangkaian proses. kegiatan-kegiatan manusia lebih efektif, berbasis ilmu fisika (berkaitan
5. SUBSTITUSI, yaitu mengganti penggunaan bahan berbahaya dengan dengan benda, energi dsb), anatomi (berkaitan dengan anthropometry,
bahan yang memiliki bahaya lebih rendah. biomecha nics dsb), fisiologi (berkaitan dengan gerakan tubuh/otot)
6. ENGINEERING CONTROL, yaitu mendesain ulang metoda kerja, dan psikologi (berkaitan dengan stress, strain dsb). Sebagian besar
proses atau peralatan yang digunakan melalui kegiatan antara lain: kegiatan yang di pelajari dapat disebut pekerjaan, walaupun ada topik
Pemberian pembatas atau mendesain menjadi proses semi tertutup studi ergonomics of sport, ergonomics in the home, passanger
atau tertutup total ergonomics dsb, Titik pusat studi adalah manusia dan sifat alamiahnya
Pemisahan lokasi proses yang berbahaya dari operator yang mempunyai keterbatasan dalam berinteraksi dengan
Penyediaan ventilasi / bukaan umum yang memadai lingkungan/situasi yang bervariasi, dan bagaimana merekayasa &
Pemasangan ventilasi setempat (local exhaust ventilation) merancang (design & engineering) segala cara kerja (posisi,
7. PENGENDALIAN ADMINISTRATIF, yaitu menerapkan peraturan yang ketat: sikap/gerak tubuh) dan benda di sekitarnya (kursi/perkakas, lay out
Pembatasan ijin masuk dalam daerah berbahaya proyek dsb), berdaya guna, efektif, nyaman dan dapat meminimalisir
Pembatasan paparan pekerja segala risiko pekerjaan. (Encyclopaedia of OHS Vol-1, ILO, Geneva)
Housekeeping
b. Melakukan sesuatu dengan Cara Kerja yang efisien, yaitu
Penetapan prosedur kerja penanganan bahan yang aman
meminimalisasi risiko dengan meminimalisasikan kesalahan
Melakukan inspeksi secara reguler manusiawi adalah tujuan utama ergonomi, yang berarti segala
Pelatihan bagi karyawan sesuatu dilakukan secara efektif dalam masa yang pendek maupun
8. ALAT PELINDUNGAN DIRI, yaitu penggunaan alat pelindung pada Mata, dalam masa yang panjang, sehingga tidak boleh ada akibat yang
Telinga, Mulut, Hidung dan Anggota Badan lain: Kepala, Tangan, Kaki merusak pada keselamatan dan kesehatan bagi semua
pekerja/karyawan baik pada operator maupun orang lain di sekitarnya,
d. Siklus Manajemen Risiko. dan risiko kecelakaan adalah minimal. (Encyclopaedia of OHS Vol-1,
Sebagaimana Sistem Manajemen Mutu, setiap proses harus dimulai de- ILO, 1983, Geneva)
ngan Perencanaan (Plan), lalu melaksanaan (Do) rencana itu. Realisasi
pelaksanaan harus dicek (Check) kesesuaiannya dengan rencana mela- lui
monitoring dan evaluasi. Setiap penyimpangan harus ditindaklanjuti (Action)
dengan membuat rencana dan pelaksanaan yang lebih baik.

4
Tabel 2.1.a2. Lama Mendengar Yang Diijinkan
Pada Tingkat Bising Tertentu

Tingkat Bising dB(A) Tingkat Bising dB(A) Lama Mendengar Per


c. Tindakan mengangkat beban: (ILO) (Indonesia) Hari (Jam)
(L) (L) (T)
Beban
Tindakan 90 85 8,00
(kg)
92 87 6,00
< 16 Tidak memerlukan tindakan khusus, berikan pelatihan
mengenai cara penanganan beban yang benar dan Tingkat Bising dB(A) Tingkat Bising dB(A) Lama Mendengar Per
(ILO) (Indonesia) Hari (Jam)
tepat pada pekerja. (L) (L) (T)
16 34 Sebaiknya lakukan tindakan pencegahan administratif 95 90 4,00
dan identifikasi terhadap pekerja yang tidak kuat untuk
97 92 3,00
menangani beban tersebut. Pada tahap ini perlu
dipertimbangkan untuk menyediakan bantuan 100 95 2,00
mekanik. 102 97 1,50
34 55 Sebaiknya menggunakan bantuan alat mekanik dan 105 100 1,00
dilakukan pula perancangan ulang dari pekerjaan
tersebut. 110 105 0,50

> 55 Bantuan alat mekanik harus digunakan pada tahap ini. 115 110 0,25 atau kurang

Hubungan antara T dan L tersebut ditentukan oleh rumus:


d. Penanganan Material T=8x2
0,2 (L-90)
Dalam penanganan material (material handling), perlu dilakukan Sumber: SNI-1716-1989-E
serangkaian proses, sebagaimana diagram penanganan material sbb:
Perencanaan
Apa ini harus Administrasi b. Pencahayaan.
Tidak
dipindah ? Organisasi
Tabel 2.1.b1. Pencahayaan untuk Jenis Pekerjaan yang berbeda
Aliran Material
Ya

Illuminance Illuminance
Jenis Lokasi lux (lux)
Geser Kegiatan Umum lux (lux)
Pekerjaan Minimum
Apakah harus Gelindingkan rata-rata
Tidak terukur
diangkat ? Alirkan
Perpindahan orang, Jalur lori, koridor,
Pompa/Tekan mesin dan jalur sirkulasi. 20 5
Ya *)
kendaraan
Perpindahan orang, Ruang bebas,lokasi
Tidak mesin, kendaraan proyek, pekerjaan
Bantuan Alat Mekanik ? di area berbahaya, tanah dan galian,
pekerjaan kasar tempat bongkar 30 20
Ya yang tidak muat barang, area
memerlukan pekerjaan botol dan
perhatian detail kaleng
Kurangi Beban Ya
Pekerjaan yang Dapur, Pabrik
CRANE ! membutuhkan perakitan
FORKLIFT **)
sedikit ketelitian komponen yang 100 50
WINCH Tidak Dibagi menjadi besar, barang
HAND TRUCK bagian-bagian pecah belah.
yg lebih kecil Pekerjaan yang Perkantoran,
membutuhkan pekerjaan
Bantuan ? ketelitian lembaran metal,
penjilidan buku 200 100
Berapa banyak ?
Berapa orang ? Tidak
Regu pengangkat ? Tidak Apa terlalu berat ? angkat Illuminance
Illuminance
Jenis Lokasi lux (lux)
Kegiatan Umum lux (lux)
Pekerjaan Minimum
Ya rata-rata
terukur
Pekerjaan yang Studio gambar,
mebutuhkan Pabrik perakitan
Jangan angkat ketelitian tinggi komponen
elektronik, produksi 500 200
textile

BAB II
Keterangan:
KONDISI LINGKUNGAN DAN BATAS PENCEMARAN *) Hanya mempertimbangkan keselamatan, karena tak membutuh- kan
ketelitian dan kelelahan visual. Tapi jika diperlukan ketelitian untuk
2.1. LINGKUNGAN FISIK mengetahui potensi bahaya atau dimana terjadi kesalahan dalam
a. Kebisingan menjalankan tugas untuk tujuan keselamatan kerja mau- pun
menghindari kelelahan visual, nilai Illuminance lux (lux) harus
Tabel 2.1.a1. Skala Tingkat Kebisingan ditambah sesuai tingkat ketelitian yang diperlukan.
**) Tujuannya adalah untuk menghilangkan kelelahan visual; nilai
Kriteria Tingkat Bising Ilustrasi Illuminance-lux tersebut akan cukup memadai bagi tujuan K3..
Pendengaran [ dB(A) ]
Halilintar (Sumber: Ligthing at Work, HSE Publication, 1987)
Menulikan 120 - 100
Meriam
Jalan Hiruk Pikuk Tabel 2.1. b2. Tingkat Pencahayaan untuk Pekerjaan di Kantor
Sangat Hiruk 100 80 Perusahaan Sangat Gaduh 2
Pluit Polisi Illuminance Kegiatan yang
Karakteristik kegiatan
Tingkat dan (lux) yang dilakukan dan
Kantor Gaduh dan ruang dalam
Tugas direkomen- peruntukan
Jalan pada Umumnya (interior)
Kuat 80 60 dasikan ruang
Radio 2
Pengunaan 80 Interior yang membu- Ruang
Perusahaan terpugtus- tuhkan penggunaan perpindahan staf
Rumah Gaduh putus terputus-putus dengan
Kantor Umumnya tugas visual terbatas
Sedang 60 40 pada perpindahan dan
Percakapan Kuat
arah.
Radio Perlahan
Rumah Tenang Sederhana 160 Kadang-kadang Ruang Tunggu
Kantor Perorangan membaca dokumen
Tenang 40 20
Auditorium yang dicetak dengan
Percakapan jelas pada masa yang
Suara Daun-Daun pendek
Sangat Cukup 240 Interior terisi secara Penggunaan
20 0 Berbisik
Tenang mudah dan menerus dimana tugas- Komputer
Batas Dengar Terendah moderat tugas visual cukup
Sumber: Standar PLN 66: 1986 mudah dengan tingkat
kontras tinggi atau

5
diperlukan detail yang
lebih besar. Ultraviolet (UV) Pengelasan, sinar laser, Sumban, kanker kulit
2
Illuminance Kegiatan yang matahari
Karakteristik kegiatan
Tingkat dan (lux) yang dilakukan dan Ionizing radiation Generator radiasi, peralatan Luka bakar, penyakit
dan ruang dalam
Tugas direkomen- peruntukan (X-ray, Gamma bertegangan tinggi, peralatan kulit, kanker, kerusakan
(interior)
dasikan ruang ray & partikel radiografi sel, katarak
Agak sulit 400 Area dimana tugas-tugas Pekerjaan kantor radiasi)
visual cukup sulit dengan yang rutin. Sumber: Essential Health at Work, HSE Publication
tingkat kontras rendah.
Sulit 600 Area dimana tugas-tugas Pembuatan
visual sulit dengan gambar-gambar
Tabel 2.3.2. Nilai Batas Dosis Radiasi (dalam 1 tahun)
tingkat kontras yang kantor, papan
rendah tulis ruang baca. No. Pelaku/subyek Penyinaran NBD Keterangan
Sumber: AS 1680 Interior Light 1. Pekerja Seluruh tubuh 50 mSv Lensa mata = 150
radiasi lokal 500 mSv mSv
c. Lingkungan Berdebu Kulit = 500 mSv
Tangan, lengan & kaki
Tabel 2.1.c. Batas Paparan Debu = 500 mSv
2. Wanita usia Seluruh tubuh 50 mSv
Kadar Kadar subur lokal 500 mSv
Bahan 3 Bahan 3
(8 jam, mg/m ) (8 jam, mg/m ) 3. Wanita hamil Seluruh tubuh 10 mSv
Kalsium 5 Silicon Carbide 5 4. Magang & Seluruh tubuh 50 mSv
Karbonat Siswa lokal 500 mSv
Limestone 5 Kalsium Silikat 5 5. Masyarakat Seluruh tubuh 50 mSv Lensa mata = 15 mSv
Portland 5 Gypsum 5 Umum lokal 500 mSv Kulit = 50 mSv
Cement Tangan, lengan & kaki
= 50 mSv
Coal Dust 5 Magnesit 5
Cotton Dust 0.5 Aluminium Metal 5
Keterangan :
Tale 1 Grain Dust 10
Sv : Sievent; yaitu satuan dosis ekivalen (SI), 1 Sv = 1 Jkg
Kaolin 2.5 Wood Dust 5
NBD : Jumlah penyinaran eksternal selama masa kerja dan dosis
Silica 3
terikat yang berasal dari pemasukan zat radioaktif selama
Sumber: Occupational Exposure Limits 1996
masa tsb.
Dosis terikat : dosis terhadap organ atau jaringan tubuh, yang akan
2.2. BAHAN KIMIA
diterima selama 50 tahun yang disebabkan oleh pemasukan
Tabel 2.2. Sumber Pencemaran Bahan Kimia satu macam atau lebih radioaktif ke dalam organ/jaringan
Nama Kemungkinan Nama yang bersangkutan.
Kemungkinan Sumbernya
Buangan Sumbernya Buangan
2
C1 /C1 Perusahaan binatu, NH3/NH4 Pabrik gas, pabrik kokas Sumber: Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi
proses pemutihan &pabrik bahan kimia &
kertas & pekerjaan kilang minyak
celup
H2S/S
2
Proses pencelupan F Proses pembuatan gas
2.4. BIOLOGI
textil, pabrik kertas, batubara, kilang minyak, Tabel 2.4. Penyebab dan Jenis Penyakit di Tempat Kerja
pabrik kulit, pabrik pekerjaan graviar pada
gas, pabrik rayon & kaca, pembuatan plat
kilang minyak logam, pengerasan & Penyebab Jenis Penyakit Tempat Kerja
pembersihan logam Virus Penyakit kuku & mulut Peternakan
SO3 Proses bubur kayu, Zat Pati Pabrik bahan pangan, Penyakit akibat virus
pabrik film kental pabrik textil, pabrik wall vaccinia
paper Bakteri Penyakit akibat bakteri Pejagalan, penyamakan kulit
Nama Kemungkinan Nama antrax Peternakan
Kemungkinan Sumbernya
Buangan Sumbernya Buangan Penyakit kuda akibat
Acids Pabrik bahan- Gemuk, oils Pabrik textil, perusahaan bakteri pfeiferella Rumah Sakit
bahan kimia, binatu, kilang minyak, Tifes, difteri
binatu, kilang bengkel besar
Protozoa Malaria Perkebunan, pelayaran
minyak,
penampungan Penyakit tidur
mineral, pabrik Jamur Panu, kadas, kurap Kolam renang
treatment logam, Penyakit jamur pada kuku Tempat kerja yang lembab &
pabrik bir, pabrik basah (loundry)
textil & pabrik Perusahaan roti & manisan
batery. Candida Albacans
Alkali Pabrik textil, binatu, Phenolics Pabrik gas & kokas, pabrik Cacing Ancylostomiasis Perkebunan & tambang
kilang minyak, mesin, kilang minyak,
pabrik bahan kimia pabrik bahan-bahan celup Sumber: Higene Perusahaan & Kesehatan Kerja, Dr. Sumamur P.K
Cr Treating logam, Formal Pabrik resin, pabrik obat
pembuatan plat dehyde 2.5. GETARAN
metal & proses
pemberian chrom a. Definisi: Getaran adalah gerakan bolak balik suatu massa melalui
Pb Pabrik batery, Efek Panas Pabrik pembangkit tenaga
keadaan setimbang terhadap suatu titik acuan.
perusahaan listrik, pabrik yang memiliki
tambang mineral & proses pendinginan
pabrik cat b. Jenis Getaran antara lain:
Ni Industri logam Particu- Pengolahan minyak, pabrik 1. Getaran Mekanik: getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan
lates semen, smelting, proses peralatan kegiatan manusia
yang menggunakan katalis 2. Getaran Seismik: getaran tanah yang disebabkan oleh peristiwa
Cd Industri logam NO3 Pertanian
alam dan kegiatan manusia
Zn Pekerjaan melapis Hidro- Pengilangan minyak, pabrik
logam dengan karbon bahan kimia, pabrik
3.Getaran Kejut: getaran yang berlangsung secara tiba-tiba dan
menggunakan solvents, tanah pertanian sesaat.
tenaga listrik,
pembuatan plat Tabel 2.5.1. Baku Tingkat Getaran Untuk
logam, pabrik rayon Kenyamanan dan Kesehatan
As Pencelupan logam, BOD Kaleng, pipa got dalam
pabrik detergent tanah
Nilai Tingkat Getaran Dalam Micron (10m)
Zat gula Pabrik mentega & POPT43P Saluran air dari rumah- Frekwensi
(Hz) Tidak Tidak
keju, pabrik bir, rumah, pertanian, pabrik Mengganggu Menyakitkan
Mengganggu Nyaman
pabrik gula bahan kimia
Sumber: Buku Pintar Senior; Pencemaran Lingkungan 4 < 100 100-500 >500-1000 > 1000

5 < 80 80-350 >350-1000 > 1000


2.3. RADIASI
Nilai Tingkat Getaran Dalam Micron (10m)
Frekwensi
(Hz) Tidak Tidak
Tabel 2.3.1 Jenis-Jenis Radiasi Mengganggu
Mengganggu
Nyaman
Menyakitkan

6,3 < 70 70-275 >275-1000 > 1000


BAHAYA SUMBER EFEK
Frekuensi radio Pengelasan, saluran Panas yang berlebihan 8 < 50 50-160 >160-500 > 500
dan gelombang komunikasi, alat pengering pada bagian tubuh yang
mikro dan pemanas terpapar 10 < 37 37-120 >120-300 > 300

BAHAYA SUMBER EFEK 12,5 < 32 32-90 >90-220 > 220


Infra-red Sumber-sumber yang bersinar Katarak, luka bakar, kulit 16 < 25 25-60 >60-120 > 120
terang, contoh : produksi memerah
gelas & sinar laser 20 < 20 20-40 >40-85 > 85
Visible radiation Semua sumber cahaya Pemanasan dan
dengan intensitas rusaknya jaringan pada 25 < 17 17-30 >30-50 > 50
pencahayaan yang tinggi, mata atau kulit

6
31,5 < 12 12-20 >20-30 > 30 benda-benda ringan yang digantung
bergoyang.
40 <9 9-15 >15-20 > 20 3,0 3,9 III Getaran dirasakan nyata dalam rumah,
terasa getaran seakan-akan ada truk
50 <8 8-12 >12-15 > 15 berlalu.
4,0 4,9 IV Pada siang hari dirasakan oleh banyak
53 <6 6-9 >9-12 > 12
orang di dalam rumah,di luar beberapa
orang terbangun,gerabah pecah, jendela
Tabel 2.5.2. Baku Tingkat Mekanik atau pintu gemericing dan dinding berbunyi.
berdasarkan Dampak Kerusakan 4,0 4,9 V Getaran dirasakan oleh hampir semua
penduduk, orang banyak terbangun,
gerabah pecah, pintu/jendela pecah,
Gataran Freku Batas Gerakan, Peak, mm/detik benda-benda terpelanting, tiang-tiang dan
ensi barang besar lain tampak bergoyang,
Parameter Satuan Kategori Kategori Kategori C Kategori D bandul lonceng dapat terhenti.
A B
(Hz) 5,0 5,9 VI Getaran dirasakan oleh semua penduduk,
Kecepatan satuan 4 <2 2-27 >27-140 >140 kebanyakan semua orang terkejut dan lari
getaran keluar rumah, plesteran dinding jatuh,
cerobong asap pada pabrik-pabrik rusak
Frekuensi Hz 5 <7,5 7,5-25 >25-130 >130 dan terjadi kerusakan ringan.

6,3 <7 7-21 >21-110 >110


Richter Intensitas Keterangan
8 <6 6-19 >19-100 >100
5,0 5,9 VII Setiap orang berlari ke luar rumah.
Kerusakan ringan pada rumah-rumah
10 <5,2 5,2-16 >16-90 >90
dengan bangunan dan konstruksi yang
12,4 <4,8 4,8-15 >15-80 >80 baik. Sementara, untuk konstruksi yang
kurang baik terjadi retak-retak. Cerobong
16 <4 4-14 >14-70 >70 asap pecah, mengalami keru sakan. Terasa
oleh orang yang sedang naik kendaraan.
6,0 6,9 VIII Kerusakan ringan pada bangunan dengan
konstruksi yang kuat. Retak-retak pada
bangunan yang kuat. Cerobong asap
pecah atau mengalami kerusakan dan
Gataran Freku- Batas Gerakan, Peak, mm/detik monumen-monumen roboh, air menjadi
ensi keruh.
Parameter Satuan Kategori Kategori B Kategori C Kategori D
A 7,0 IX Kerusakan bangunan yang kuat, rangka-
(Hz) rangka rumah menjadi tidak lurus, banyak
20 <3,8 3,8-12 >12-67 >67 terjadi retak-retak pada bangunan kuat.
Rumah tampak agak berpindah dari ponda
25 <3,2 3,2-10 >10-60 >60 sinya. Pipa-pipa dalam rumah putus.
7,0 X Bangunan dari kayu yang kuat rusak,
31,5 <3 3-9 >9-53 >53 rangka-rangka rumah lepas dari
pondasinya, tanah terbelah, rel meleng-
40 <2 2-8 >8-50 >50 kung, tanah longsor di pinggir-pinggir su-
ngai atau pinggir tanah-tanah yang curam.
50 <1 1-7 >7-42 >42
7,0 XI Bangunan-bangunan hanya sedikit yang
tetap berdiri. Jembatan rusak, terjadi
Keterangan: lembah. Pipa dalam tanah tak dapat dipakai
Kategori A : tidak menimbulkan kerusakan. sama sekali, tanah terbelah, rel
Kategori B : kemungkinan keretakan plesteran (retak atau terlepas plesteran melengkung.
pada dinding memikul beban pada kasus khusus).
7,0 XII Hancur sama sekali. Gelombang tampak
Kategori C : kemungkinan rusak komponen struktur dinding pemikul beban.
pada permukaan tanah. Pemandangan
Kategori D : rusak dinding pemikul beban.
menjadi gelap. Benda-benda terlempar ke
udara.
Tabel 2.5.3. Baku Tingkat Getaran Mekanik
Berdasarkan jenis Bangunan (Sumber: Majalah KONSTRUKSI, Edisi Juli- Agustus 2000)

Kecepatan Getaran (mm/detik)


Pada Bidang Datar di
Pada Pondasi BAB III
Lantai paling Atas
Kelas

Tipe Bangunan
Camp.
Frekuensi
Frekuensi BAHAN BAHAN BERBAHAYA
<10 10- 50-
Hz 50 100 3.1. LOGAM PENYEBAB PENYAKIT
Hz Hz a. Beberapa Efek Logam:
1 Bangunan bagi keperluan niaga, Timbal (Pb) : Mempengaruhi sistem saraf, fungsi otak dan
bangunan industri dan sejenis. < 20 - 40
10 40 50
40 produksi sel darah merah
Kadmium (Cd) : Mempengaruhi fungsi ginjal, asapnya
2 Perumahan dan bangunan dengan 5- 15 menyebabkan iritasi akut pada paru-paru
rancangan dan kegunaan sejenis.
5
15 20
15 Khrom (Cr) : Menyebabkan pembusukan kulit tangan, kanker
3 Struktur yang karena sifatnya peka hidung dan kanker paru-paru
terhadap getaran, tak seperti terse-
3- 8 Vanadium (V) : Menyebabkan gemetar, bronchitis kronis dan
but pada no. 1 dan 2, dan mempu- 3
8 10 8,5 ekseem, dan mempengaruhi fungsi saraf dan
nyai nilai budaya tinggi, seperti ba-
otot
ngunan yang dilestarikan.
Mangan (Mn) : Dalam beberapa kasus menyebabkan jalan
Untuk frekuensi > 100 Hz, sekurang-kurangnya nilai yang tersebut dalam kolom harus
dipakai. (Sumber: Keputusan MENLH tahun 1996) ayam, sering disalahartikan sebagai
permasalahan organ keseimbangan. Mangaan
Tabel 2.5.4. Baku Tingkat Getaran Kejut dalam jumlah yang tepat menjadi elemen yang
berguna
Kecepatan Getaran
Kelas Jenis Bangunan
max (mm/detik) b. Logam Penimbul Penyakit, banyak ditemukan ditempat kerja:
1 Peruntukan dan bangunan kuno yang 2 Timbal (Pb) : Pewarna, bahan bakar, baterai, pabrik kaca,
mempunyai nilai sejarah yang tinggi. lapisan keramik, cat
Kadmium (Cd) : Solder dan brazing perak, galvanisasi bawah
2 Bangunan dengan kerusakan yang sudah 5 laut, pewarna dan lapisan keramik
ada, tampak keretakan-keretakan pada Khrom (Cr) : Pelapis logam, pengelasan baja berlapis
tembok. zinchromat
Mangan (Mn) : Hard face welding, pembuatan fertiser
3 Bangunan dalam kondisi teknis yang baik, 10
ada kerusakan-kerusakan kecil seperti : 3.2. BAHAN PENYEBAB ALERGI PARU / ASMA
plesteran yang retak.
Bahan-bahan di tempat kerja yang berpengaruh terhadap alergen paru-
4 Bangunan kuat (misalnya: bangunan 10 40
paru dan menimbulkan asma :
industri terbuat dari beton atau baja). a. Isocynates : Digunakan dalam lem penyambung sabuk, cat
, manufaktur karet busa, manufaktur karet
polyurethan.
c. Intensitas Gempa menurut Skala Richter & Pengaruhnya b. Enzim : Dalam bahan baku katun
c. Jamur : Jerami, butir padi, keju
Richter Intensitas Ketereangan d. Protein Hewani : Rambut (pekerjaan dokter hewan)
e. Pelembab udara : AC (alat Pendingin)
1,0 3,0 I Getaran tak dirasakan kecuali dalam
keadaan luar biasa oleh beberapa orang.
3.3. BAHAN BAHAN PENYEBAB RADANG KULIT
3,0 3,9 II Getaran dirasakan oleh beberapa orang,

7
a. Bahan senyawa penyebab penyakit radang kulit: jiwa dan cacat, cacatnya tidak berat.
1. Zat-zat Asam: Beberapa tanaman holtikultura seperti grevilen. Sangat beracun; artinya mengancam jiwa atau
3
mengakibatkan cacat yang berat
2. Alkali-alkali: Sabun atau agen-agen pembersih, Epoxy Resin, Sumber : Buku Panduan Pencegahan & Penanggulangan Pencemaran
Aradite Lingkungan Akibat Industri Kostik Soda

3. Pelarut Lemak Nikel. d. Klasifikasi Label Untuk Bahan-Bahan Berbahaya

4. Styrene/fiberglass: beberapa bahan celup, bahan untuk rambut Tabel 3.5.d. Klasifikasi Label untuk Bahan-Bahan Berbahaya

b. Sumber Penyebab Radang Kulit di Tempat Kerja KLASIFIKASI KETERANGAN


Printing (cetak) : Bermacam-macam bahan pelarut dalam Class 1 Bahan peledak (explossive)
tinta Class 2 Gasses, compressed, liquelied or dissolved under pressure
Gloes (lem) : Toluena, Methylethyl keton Class 3 Inflammable liquids
Pipa semen : Tetrahidrofuran, cyclohexanone Class 4 (a) Inflammable solids
Cat-cat : Xylene, bermacam petroleum fraction Inflammable solid or substances which in contact with water
Class 4 (b)
seperti mineral tups. emit flammable
Sterilisasi : Alkohol Class 5 (a) Oxidising substances
Degreasing : Trichlorethylene Class 5 (b) Organic perosides
Pembersih alat elektrik : Flourinated hidrocarbons, Class 6 (a) Poisonous (toxic) substances
misalnya Arklone Class 6 (b) Infectious substances
Decarbonisers : Orthodichlorobenzene, cresol (cresylic Class 7 Radioactive substances
acid) Class 8 Corrosives
Mastics : Methylene chloride Sumber: International Convention on The Safety of Life at Sea
Spraypainting : Toluena, acetone
Liquid paper : 1,1,1 trichloroethane e. Klasifikasi Bahan Berbahaya
Bahan Berbahaya Klas I:
Sumber: Enhancing Safety and Health Hand Book
1. Bahan kimia atau sesuatu yang telah terbukti atau diduga keras dapat
menimbulkan bahaya yang fatal dan luas, secara langsung atau tidak
3.4. BAHAN BAHAN KIMIA PENYEBAB KANKER di tempat kerja: langsung, karena sangat sulit penanganan dan pengamanannya,
Asbestos : Paru-paru dan sambungan paru-paru 2. Bahan kimia atau sesuatu yang baru yang belum dikenal dan patut
(pleura) diduga dapat menimbulkan bahaya.
Benzene : Leukemia (kanker darah)
Bahan campuran : Rongga hidung Bahan Berbahaya Klas II:
1. Bahan radiasi,
Chromium
2. Bahan yang sangat mudah meledak karena gangguan mekanik,
Soots, tars. oils : Kulit, kantong kemaluan 3. Gas beracun atau bahan lainnya yang mudah menguap dengan LD 50
(rat) kurang dari 5000 mg /kg atau yang setara, mudah diabsorpsi kulit
3.5. KLASIFIKASI BAHAN-BAHAN BERBAHAYA atau selaput lendir,
a. Jenis Bahan Bahan Berbahaya 4. Bahan etiologik biodemik,
5. Gas atau cairan beracun atau mudah menyala yang dimampatkan,
Tabel 3.5.a. Bahan-Bahan Berbahaya 6. Gas atau cairan atau campurannya yang bertitik nyala kurang dari
0
35 C,
7. Bahan padat yang mempunyai sifat dapat menyala sendiri.
KLASIFIKASI CONTOH
Bahan Peledak (Explossive) Dinamit.
Adalah bahan yang dapat meledak karena pengaruh-pengaruh
Bahan Berbahaya Kelas III:
tertentu seperti panas, benturan, dan bahan kimia. 1. Bahan yang dapat meledak karena sebab-sebab lain tetapi tidak mudah
Bahan Mudah Terbakar Gas alam, metana, serbuk meledak karena sebab-sebab seperti bahan berbahaya kelas II.
kayu
2. Bahan beracun dengan LD 50 (rat) kurang dari 500 mg/kg atau setara
Bahan oksidator Peroksida, permanganat, tetapi tidak bersifat seperti bahan beracun pada bahan berbahaya kelas
klorat, kromat II.
Bahan yang mudah terbakar dan meledak oleh air Litium, Natrium, Kalsium
Yaitu bahan yang bila terkena air, uap atau larutan akan 3. Bahan/uapnya dapat menimbulkan iritasi atau sensitisasi, luka dan
mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar/ meledak nyeri.
Bahan yang mudah terbakar & meledak karena asam/uap Hidrida, Natrium, Sulfida 4. Gas/cairan tak beracun atau tak mudah menyala yang dimampat-kan.
asam
Yaitu bahan yang bereaksi dengan asam/ uap asam dengan 5. Gas, cairan atau campurannya dengan bahan padat yang bertitik nyala
o
mengeluarkan panas, hidrogen dan gas yang mudah terbakar 35 sampai 60 C.
atau meledak.
Gas Bertekanan
6. Bahan pengoksida kuat.
Yaitu gas yang mempunyai bahan kecelakaan disebabkan oleh 7. Bahan pengoksida organik.
suhu tinggi, benturan dan getaran karerna adanya peledakan 8. Bahan atau uapnya yang korosif kuat.
disekitarnya.
Bahan Beracun Karbon tetra klorida, 9. Bahan yang bersifat karsinogenik, teratogenik, mutagenik dan alat atau
Adalah bahan yang dalam keadaan normal maupun kecelakaan radioaktif barang-barang elektronik yang dapat menimbulkan radiasi atau bahaya.
dapat membahayakan kehidupan disekelilingnya
Bahan Karosif Asam, anhidrida asam dan
Yaitu bahan yang mempunyai sifat korosif alkali Bahan Berbahaya Kelas IV:
1. Bahan beracun dengan LD 50 (rat) di atas 500 mg/kg atau yang setara.
Sumber: Buku Panduan Pencegahan & Penanggulangan Pencemaran
Lingkungan Akibat Industri Kostik Soda 2. Bahan pengoksida sedang.
3. Bahan korosif sedang dan lemah.
4. Bahan yang mudah terbakar.
b. Tingkat Bahaya Keracunan terhadap Manusia
5. Lain-lain
Tabel 3.5.b. Tingkat Bahaya Keracunan Terhadap Manusia Sumber: Permenaker 453/MENKES/XI/1983
Kemampuan suatu molekul atau senyawa kimia untuk dapat melukai
Daya
badan baik bagian dalam maupun luar yang peka, apabila bahan
Peracunan
tersebut mengenainya.
3.6. PENGENDALIAN BAHAN BERBAHAYA DENGAN MSDS
Terkena satu kali dalam waktu singkat (dalam ukuran waktu sedetik, a. Pengertian MSDS: adalah singkatan dari Material Safety Data
Akut
menit, jam) Sheet, atau Lembar Data Bahan Berbahaya yang merupakan
Kronis
Terkena dalam waktu yang lama (dalam ukuran waktu hari, bulan, dokumen atau data yang harus disertakan/ mengikut pada
tahun) material/kemasannya yang menjelaskan tentang sifat bahayanya,
Lokal Bagian badan yang tekena saja cara-cara: pengangkutan, penanganan, penyimpanan,
penggunaan, cara pencegahan bahayanya serta penyem buhan
Ditujukan kepada pengaruh setelah bahan tersebut masuk ke dalam
Systematic
kulit, saluran pernapasan, mulut atau celah-celah yang peka
bila terjadi kontak dengan tubuh manusia.
MSDS merupakan salah satu alat bantu dari kegiatan
Sumber : Buku Panduan Pencegahan & Penanggulangan Pencemaran Lingkungan pengendalian sebelum bahan bahan berbahaya tersebut
Akibat Industri Kostik Soda
digunakan. MSDS memberikan informasi secara detail terhadap
suatu bahan.
c. Tingkat Kadar Racun
Tabel 3.5.c. Tingkat Peracunan b. Penyediaan dan Penggunaan MSDS.
1. Setiap material berbahaya yang didatangkan ke Proyek/Pabrik
Tidak beracun; artinya pada setiap keadaan tidak harus disertai MSDS, baik itu berasal dari fabrikannya atau agen
0 menimbulkan keracunan atau hanya merusak dalam penjualannya. Apabila belum ada, maka harus diminta dari agen
keadaan yang sangat tidak wajar. tsb atau disusun/dibuat MSDS-nya lebih dulu oleh orang yang
berkompeten.
- Belum diketahui akibat-akibatnya secara pasti.
2. MSDS harus dapat digunakan oleh seluruh karyawan/ pekerja.
Beracun sedikit: artinya akibat keracunan itu ringan, dapat
1 Maka dalam penyediaannya harus disajikan dalam bahasa
cepat sembuh dengan diobati ataupun tidak diobati.
Indonesia atau bahasa yang dimengerti oleh seluruh
2 Beracun; artinya dapat dipulihkan atau tidak mengancam karyawan/pekerja. Bila aslinya berasal dari fabrikan yang

8
berbahasa asing, maka harus diterjemahkan ke dalam bahasa 3. Jika kebakaran karena cat terjadi,jangan padamkan dengan air,
Indonesia. MSDS harus ditempelkan/ditempatkan pada tempat karena larutan cat akan mengambang di air dan menyebarkan api.
yang mudah terbaca, sehingga seluruh karyawan/pekerja dapat Gunakan Pemadam api dari jenis bubuk kimia kering atau gas
memahami dan mengendalikan bahan bebahaya tsb. CO2.

c. Isi MSDS Prosedur menumpahkan, dan membuang cat


MSDS berisi informasi tentang identifikasi produk/bahan tsb, 1. Jika cat ditumpahkan, ruangan harus diberi ventilasi untuk
kandungan unsur-unsur yang berbahaya, data fisik, data bahaya mengusir uap, dan bersihkan semua cat dengan material yang
kebakaran, bahaya terpapar, data bahaya keselamatan, data sifat menyerap, pastikan bahwa semua material yang digunakan
reaksi bahan, prosedur menghadapi tumpahan/cipratan/kontak sebagai pembersih dibuang ke kotak sampah tertutup.
dengan anggota tubuh dan cara pengobatan / penyembuhan /
pembersihannya, serta informasi untuk pencegahan dan 2. Hindari tumpahan yang tak perlu selama penggunaan dan
penanggulangannya. Secara umum, isi MSDS a.l.: dengan menempatkan kaleng kosong di area pengumpulan
minyak cat yang terbuang.
Bagian I : Identifikasi Produk
Berisi informasi yang meliputi identitas produk seperti nama asli 3. Pakailah selalu alat pelindung mata untuk mencegah kecelakaan
bahan (jika merupakan bahan tunggal pastikan nama kimianya terhadap mata (buta).
sedangkan jika bahan campuran pastikan rumus kimianya),
senyawa atau rumus kimia, identitas penghasil, identitas penjual, 4. Jangan sekali-kali makan, minum atau merokok di area kerja.
tanggal perubahan MSDS,jika ada, serta nomor yang dapat Setiap personil hendaknya membersihkan diri sesudah
dihubungi jika keadaan darurat. Pastikan bahwa data di atas efektif menggunakan produk-produk cat ini, khususnya sebelum
untuk digunakan. makan, minum dan merokok.

Bagian II: Bahan Baku Pencegahan


Berisi informasi mengenai bahan baku atau unsur-unsur yang ada 1. Pakai selalu kacamata, sarung tangan, dan pelindung hidung
di dalam bahan tersebut, termasuk jumlah dan presentase dari dari uap organik yang disetujui jika menangani produk-produk
kandungan bahan sehingga informasi menjadi jelas. cat. Pakailah baju kerja yang menutup tubuh.

Bagian III : Data Fisik 2. Pastikan tersedianya ventilasi udara


Berisi informasi secara fisik dari bahan berbahaya. Informasi ini
meliputi bentuk bahan seperti padat, cair atau gas kemudian hal- 3. Jangan sentuh mulut dan mata anda dengan sarung tangan
hal yang berhubungan dengan sifat fisik dari bahan seperti titik anda
didih, tekanan, dll.
4. Lepaskan cincin dan jam tangan sebelum memulai kerja karena
Bagian IV : Data Bahaya Kebakaran dan Ledakan bisa memperangkap cat atau larutan kimia mengiritasi kulit anda.
Berisi informasi mengenai aspek-aspek yang dapat menimbulkan
bahaya kebakaran dan ledakan dari bahan tersebut, termasuk (Sumber : Ref.International Paint Protective Coatings. Safety Precautions &
batas timbulnya kebakaran atau ledakan serta jenis kebakaran dan Ameron MSDS 28/4/94)
alat yang dapat digunakan untuk penanganannya.

Bagian V : Data Bahaya Kesehatan


Berisi tentang potensi bahaya terhadap kesehatan meliputi efek BAB IV
akut dari terpaparnya bahan ke tubuh termasuk didalamnya efek
terhadap reproduksi, cara masuk kedalam tubuh, dan gejala-gejala
yang timbul. Dan prosedur keadaan darurat dan tindakan pertama
ALAT DAN PAKAIAN PELINDUNG DIRI (APD)
yang harus diambil. Juga konsultasi secara medis setelah terjadi 4.1. DEFINISI: Alat Pelindung Diri (protective equipment), disingkat APD,
kecelakaan. meliputi pakaian dan alat pelindung yang dipakai guna melindungi diri
pekerja dan orang lain yang berada disekitarnya dari bahan, proses kerja,
Bagian VI : Data Keaktifan mesin/alat, instalasi dan lingkungan yang berbahaya sehingga dapat
Berisi mengenai keaktifan dari bahan jika bersenyawa dengan mencegah dan meminimalkan risiko kecelakaan dan penyakit.
bahan lain. Dan kondisi-kondisi yang harus dihindari sehingga tidak
akan menimbulkan bahaya. 4.2. JENIS-JENIS APD
a. Menurut Jenis Bahannya, berupa: a. Kain (fabric), melindu- ngi
Bagian VII : Prosedur untuk bahan yang Tumpah atau Bocor.
diri dari debu, cat semprot dsb, b. Kain berlapis plastik, melindu- ngi
Berisi informasi mengenai cara penanganan untuk bahan yang dari cuaca dingin, paparan caustiksoda, benda korosif dsb, c.Kulit
tumpah atau bocor. (leather) untuk melindungi diri dari percikan api dsb, d.Karet, agar
kedap air dsb,dan e. Plastik, berfungsi seperti butir-b diatas
Bagian VIII : Informasi Perlindungan Khusus.
Berisi informasi serta kondisi atau peralatan yang digunakan untuk b. Menurut Bagian tubuh yang dilindungi, t.d. Pelindung:
penanganannya. a.Kepala(helm), b.Mata, c.Hindung/pernafasan(respirator) d.Telinga, e.
Kaki, f. Sabuk Penyelamat, dll. APD sesuai dengan standar K3.

e. Contoh MSDS 4.3. PEDOMAN PENYIMPANAN & PEMELIHARAAN APD:


1. Penyimpanan & pemeliharaan APD diperlukan guna menjaga APD tak
Produk-produk Cat mudah rusak dan membahayakan pihak lain karena salah pakai.
Pelapis, resins dan material terkait lainnya 2. Penyimpanan & pemeliharaan meliputi semua jenis APD.
3. Penyimpanan & pemeliharaan APD dapat dilakukan sendiri oleh
Data Fisik pemakai atau dilakukan oleh petugas khusus.
Secara umum, produk-produk cat berbentuk cair, berwarna dan 4. Penyimpanan & pemeliharaan APD dilakukan di tempat kerja.
berbau 5. Dalam rangka pemeliharaan, APD harus diuji/diperiksa secara berkala
Bahaya kesehatan yang potensial dan bila ditemukan kelainan harus segera diperbaiki/diganti.
1. Cat dalam bentuk uap/asap atau semprot dapat melukai/iritasi 6. APD yang sudah rusak harus segera dimusnahkan atau disimpan di
mata, kulit, hidung dan tenggorokan. Hisapan yang berlebihan tempat khusus agar tak digunakan lagi.
dapat menyebabkan sakit kepala, mual dan pusing. 7. APD sebagai cadangan harus disimpan dalam jumlah yang cukup
sesuai kebutuhan, dan disimpan & dipelihara agar tidak rusak.
2. Dapat menyebabkan mata rusak dan buta, jika terkena kulit peka 8. APD untuk penanganan bahan Kimia berbahaya (sarung tangan, jaket
terjadi reaksi alergi kulit terbakar atau gatal-gatal. dan sepatu) tak boleh dibawa pulang kerumah, harus dicuci dan
disimpan khusus oleh masing-masing pemakai di tempat kerja.
3. Jika pusing, mabuk atau sakit kepala, menurut pengalaman, ini 9. Tanggung jawab penyimpanan & pemeliharaan APD harus diserahkan
menunjukkan anda terpengaruh oleh uap larutan kimia. Pindahlah kepada masing-masing pemakai, sedang pengurus tempat kerja ber
ke udara segar dan jangan kembali sampai ventilasi telah tanggung jawab atas pengadaan & pengujiannya.
diperbaiki. 10. Tempat penyimpanan & pemeliharaan APD tidak boleh dimasuki oleh
orang lain yang tak berkepentingan dan tidak berwenang.
4. Jika cat terpercik pada kulit anda, hilangkan dengan sabun dan air Sumber: SNI 19 1958 - 1990
atau pembersih. Jangan sekali-kali menggunakan zat kimia/
pelarut.

Informasi tentang Ledakan/Kebakaran


1. Sebagian terbesar cat berisi larutan organik yang mudah terbakar.

2. Titik nyala cat ada pada suhu terendah di mana uap cairan cat
sedikit saja membentuk suatu campuran yang mudah terbakar
jika berhubungan dengan udara. Jika titik nyala cat lebih rendah
dari atau mendekati suhu udara, maka ada risiko kebakaran/
ledakan.

9
4.4. CONTOH FORMAT STANDAR APD

CONTOH FORMAT STANDAR APD

No. Dok. :
PT WIJAYA KARYA STANDARD PELENGKAPAN K3 No. Rev. 00 Tanggal diberlakukan

DIVISI
Paraf Kepala
Pembuat PR
PROYEK / PABRIK Nama Pabrik

Perlengkapan Keselamatan Kerja


Jenis Sarung Sarung
No. Sepatu Sarung Ear Sabuk Tutup Kaca Sepatu
Pekerjaan Topi Tangan Masker Apron Tangan
Kerja Tangan Plug Gantung Wajah Mata Karet
Kilit Karet

10
5.3. DAFTAR PENYAKIT AKIBAT KERJA
Tabel 5.3. Standar Daftar Penyakit Akibat Kerja Yang Harus Dilaporkan
BAB V
No. Jenis Penyakit Sifat Pekerjaan
KESEHATAN DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA 1 Pneumokoniosis yang disebabkan debu mineral Semua pekerjaan yang
pembentuk jaringan parut (silikosis, antrokolosis, berkaitan dengan pemaparan
asbestosis) dan silikotuberkolisis, yang silikosis nya sbg terhadap penyebab yang ber-
5.1. PELAYANAN DAN FASILITAS KESEHATAN faktor utama penyebab cacat/kematian. sangkutan.
2 Penyakit paru dan saluran pernafasan (branko pulmoner) idem
a. Pelayanan Kesehatan Kerja, meliputi: yang disebabkan debu logam keras.
o Pemeriksaan kesehatan badan awal, berkala dan khusus 3 Penyakit paru dan saluran pernafasan (branko- pulmoner) idem
yang disebabkan oleh debu kapas, vlas henep dan sisal
o Pengobatan, perawatan, vaksinasi, dan imunisasi (bissinosis).
o Asuransi Kesehatan. 4 Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab idem
o Pendidikan Kesehatan kepada Tenaga Kerja sentisasi dan zat perangsang yang dikenal berada dalam
proses pekerjaan.
o Penyelenggaraan Makanan 5 Aleolitis allergika yang disebabkan oleh faktor da ri luar idem
o Fasilitas Keluarga Berencana akibat penghirupan debu organik.
6 Penyakit yang disebabkan oleh bercylium atau idem
persenyawaan yang beracun.
c. Fasilitas Kesehatan: 7 Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau idem
o Sarana Kesehatan : Balai Pengobatan, Poliklinik, Pelengkapan P3K persenyawaannya yang beracun.
8 Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau idem
o Tenaga Kesehatan: Dokter dan Para Medis persenyawaannya yang beracun.
9 Penyakit yang disebabkan oleh krom atau idem
d. Fasilitas Sanitasi: 10
persenyawaannya yang beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau idem
o WC, Kamar madi persenyawaannya yang beracun.
o Tempat Cuci tangan 11 Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau idem
persenyawaannya yang beracun.
o Kantin
12 Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau idem
o Tempat istirahat dan pertemuan persenyawaannya yang beracun.
Sumber: SNI 19 1961 1990 13 Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau idem
persenyawaannya yang beracun.
14 Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau idem
e. Persyaratan Jenis dan Jumlah Sarana Sanitasi persenyawaannya yang beracun.
15 Penyakit yang disebabkan oleh disulfida. idem
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah 16 Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari idem
Karyawan Wastafel Jamban Peturasan persenyawaan hidrokarbon abfatik atau aromatik yang
beracun.
1 15 1 1 1 17 Penyakit yang disebabkan oleh benzen atau homolognya idem
16 30 2 2 2 yang beracun.
31 45 3 3 3 18 Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari idem
46 60 4 4 4 benzena homolognya yang beracun.
19 Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari idem
61 80 5 5 5 benzena.
81 - 100 6 6 6 20 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh alkohol-alkohol idem
atau keton.
Setiap penambahan 100 karyawan harus ditambah 1 wastafel, 1 21 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap idem
penyebab asfiksa seperti: karbon monoksida, hidrogen
jamban dan 1 peturusan. sianida, atau derivat-derivat yang beracun, hidrogen
Toilet untuk karyawan perempuan terpisah dari toilet untuk karyawan sulfida.
pria. 22 Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan. idem
23 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik idem
(kelainan-kelainan otot, urut, tulang persendian, pembuluh
Sumber: Keputusan Menkes RI No. 261/MENKES/SK/II/1998 darah tepi).
5.2. PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA No. Jenis Penyakit Sifat Pekerjaan
Lingkungan Kerja 24 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam Idem
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran
Industri udara yang bertekanan lebih.
Kapasitas Air Bersih (minimal) 40 l/org/hari 60 l/org/hari 25 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh radiasi yang Idem
Suhu Ruangan (oC) 18 26 oC 18 30 oC mengion.
Kelembaban 40 % - 60 % 65 % - 95 % 26 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh penyebab- Idem
Debu (selama 8 jam) penyebab fisik, kimiawi, atau biologis yang tidak termasuk
Total 0,15 mg/m3 10 mg/m3 golongan penyakit akibat kerja lainnya.
Asbes bebas 5 serat/ml 5 serat/ml 27 Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, Idem
Silica total - 50 mg/m3 pic, bitumen, minyak mineral, antrasen atau
Pertukaran udara 0,283 m3/menit 0,283 m3/menit persenyawaan-persenyawaan, produk-produk residu dari
Lalu Ventilasi 0,15-0,25 m/detik 0,15-0,25 m/detik zat-zat ini.
Bahan Pencemar (mg/m3) 28 Kanker paru-paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh Idem
Asam Sulfida 1 28 asbes.
Amoniak 17 35 29 Penyakit-penyakit atau parasit yang didapat dalam suatu a. Pekerjaan kesehatan &
Karbon Dioksida - 9000 pekerjaan. laboratorium.
Karbon Monoksida 29 115 b. Pekerjaan kesehatan
Nitrogen Dioksida 5,6 30 hewan.
c. Pekerjaan yang berkaitan
Sulfur Dioksida 5,2 13
dengan bi-natang, hewan
Air Raksa - 0,1
mati, atau barang-ba-rang
Arsen - 0,5
yang mungkin telah
Asam Asetat - 25
mengalami kontaminasi
Metil Alkohol - 1900 oleh hewan mati.
Fenol - 19 d. Pekerjaan lain yang
Kadmium - 0,2 mengundang risi- ko
Magnesium Oksida - 10 terjadinya.
Nikel - 1 30 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau
Timah Hitam - 0,1 suhu rendah atau panas radiasi atau kelembaban udara
Asam Sianida - 11 tinggi.
Limbah
Padat Tiap kantor dilengkapi dgn tempat Penanganan sam- Sumber: SNI 1723 1989 E
sampah yang terbuat dari bahan yang pah harus sesuai
kuat kedap air, tahan karat dan ringan peraturan berlaku
Cair Limbah harus diolah dalam instalasi idem 5.4. METODA DIAGNOSTIK PENYAKIT AKIBAT KERJA
pengolahan limbah cair secara sendiri
atau terpusat dengan kualitas efluent
a. Beberapa Metoda Diagnostik
sesuai perundangan Untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja harus dapat
Beracun - Penampungan lim- dibuktikan bahwa penyakit atau kecelakaan itu adalah sebagai akibat
bah B3 harus sesuai
perundangan faktor-faktor lingkungan kerja atau dalam rangka pekerjaannya.
Gas - Emisi gas harus se- Diagnosis antara lain dilakukan dengan cara:
suai peraturan per-
undangan
Tingkat Radiasi 1. Anamnesa Penyakit dan Riwayat Pekerjaan
Medan Listrik Riwayat penyakit ditanyakan mulai dari permulaan timbulnya gejala
Sepanjang hari kerja maks. 10 kV/m maks. 10 kV/m
Waktu singkat - 2 jam maks. 30 kV/m maks. 30 kV/m
dini sampai timbulnya sakit, cara kemungkinan adanya hubungan
Medan Magnet & Listrik antara penyakit yang diderita baik dengan cara kerja maupun dengan
Sepanjang hari kerja maks. 0,5 mT maks. 0,5 mT tempat kerja. Riwayat pekerjaan yang perlu ditanyakan adalah
Waktu singkat - 2 jam maks. 5 Mt maks. 5 mT
Instalasi a. Instalasi listrik, pemadam kebakaran, air bersih, air kotor, air
pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan saat ini dan masa lalu.
limbah, air hujan harus menjamin keamanan sesuai dengan
ketentuan teknis yang berlaku. 2. Pemeriksaan klinis dan foto rontgen
b. Bangunan kantor yang lebih tinggi dari 10 m atau lebih tinggi
dari bangunan lain disekitar harus dilengkapi dengan Cari/tanda-tanda yang khas untuk suatu penyakit atau sindroma yang
penangkal petir. disebabkan oleh faktor-faktor penyakit akibat kerja.
Sumber: Keputusan Menkes RI No.261/MENKES/SK/II/1998
3. Pemeriksaan laboratorium
Meliputi pemeriksaan urin, darah dan tinja ataupun kuku dan rambut.
Dengan pembuktian adanya penyebab secara kualitatif dan
kuantitatif pada batas-batas tertentu, diagnosis penyakit kerja sudah
dapat dipas tikan.

4. Pemeriksaan Tempat Kerja


Pemeriksaan dilakukan dengan pengukuran kualitatif bahan & faktor
lingkungan kerja. Kadar bahan & faktor lingkungan kerja yang

11
melebihi persyaratan yang sudah ditentukan, merupakan indikasi ke No Jenis Bahan Contoh
arah diagnosis.
1 Kelas A Bahan-bahan organik Kayu kertas, kain,
5. Hubungan antara bekerja dan tidak bekerja dari timbulnya gejala yang mudah terbakar sampah (daun-daun)
penyakit 2 Kelas B Bahan-bahan cair yang Pelarut, bensin, oil, cat,
Biasanya gejala penyakit akibat kerja akan berkurang atau bahkan mudah terbakar kerosin
hilang bila penderita berhenti bekerja. Hal ini disebabkan karena 3 Kelas C Bahan-bahan gas Metana, propana, &
pemaparan kerja (occupational exposure) diputuskan atau gas alam (LPG)
dihilangkan. 3 Kelas D Logam-logam Mg dan Al
5 Kelas E Peralatan listrik Kabel listrik, sekring
b. Diagnosis diferensial Sumber: AS. 1850 1994
Penyakit akibat kerja harus dibedakan dengan penyakit umum,
mengingat pada keduanya biasanya mempunyai tanda-tanda dan
gejala-gejala yang mirip, misalnya mual-mual, muntah, diare, pusing,
anemia, batuk dermatitis dll. 6.2. ALAT PEMADAM KEBAKARAN PERMANEN
a. Hidran
c. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja 1. Perletakan Hidran:
Pada sektor perindustrian (formal) penyakit-penyakit akibat kerja dapat
dicegah bila ada saling pengertian, kemauan dan kerja sama yang baik Tabel 6.2. a. Perletakan hidran berdasarkan luas lantai,
klasifikasi bangunan dan jumlah lantai bangunan
antara pimpinan atau pemilik perusahaan dan pekerjanya. Kegiatan
atau cara pencegahan penyakit akibat kerja antara lain terdiri dari: Klasifikasi Ruang tertutup Ruang tertutup dan
Pengendalian melalui peraturan atau perundang-undangan, organisasi, Bangunan terpisah
jumlah / luas lantai
teknis (engineering control) dan jalur kesehatan. jumlah / luas lantai
2 2
A 1 buah per 1000 m 2 buah per 1000 m
BAB VI 2 2
B 1 buah per 1000 m 2 buah per 1000 m
2 2
C 1 buah per 1000 m 2 buah per 1000 m
KEBAKARAN, KONDISI DARURAT DAN
2 2
PENANGGULANGANNYA D 1 buah per 800 m 2 buah per 800 m
2 2
E 1 buah per 800 m 2 buah per 800 m
6.1. PENGERTIAN & KLASIFIKASI KEBAKARAN Sumber: SNI 03 1745 - 1989
a. Beberapa Pengertian
1. Kebakaran adalah peristiwa terjadinya reaksi bertemunya tiga 2. Jarak Peletakkan Hidran:
komponen, yaitu adanya bahan bakar (bahan mudah terbakar), a. Kelompok bangunan yang berjarak lebih 10 m terhadap jalan
sumber penyalaan (nyala api) dan gas oksigen yang akan terus lingkungan harus dilengkapi hidran halaman.
berlangsung dan padam hanya jika salah satu komponen itu di- b. Bangunan dengan klasifikasi A, B, C harus memiliki hidran
pisah/isolasikan. halaman dengan jarak antara hidran < 90 m.
c. Bangunan dengan klasifikasi D, E harus memiliki hidran halaman
2. Titik nyala, yaitu suhu terendah di mana suatu zat (bahan bakar) dengan ja rak antara hidran < 60 m (lihat gambar).
cukup mengeluarkan uap dan menyala bila dikenai sumber panas
yang cukup. Makin rendah titik nyala zat, semakin mudah terbakar, Gambar 6.2.a.2. Jarak Perletakan Hidran
90 m
Tabel 6.1.a2. Titik Nyala
Hidran Jalan
0
Bahan Titik Nyala ( C)
Bensin -43
Aseton -18
Etil Alkohol +13
Heksan -22

3. Titik Api, yaitu suhu terendah dimana campuran uap dengan udara < = 60 m
Bangunan bertingkat rendah
dapat terbakar terus menerus apabila dinyalakan. Perbedaan antara Bangunan bertingkat
tinggi
titik nyala dengan titik bakar untuk suatu zat cair yang mudah ter- bakar 3. Pengujian Hidran
0
ialah 20 30 C. i. Pengujian pada Instalasi Pipa:
4. Titik Bakar Sendiri, yaitu suhu dimana suatu zat dapat menyala de- a. Setelah semua atau sebagian instalasi dipasang harus
ngan sendirinya (penyalaan spontan) dan terus terbakar tanpa ada api dilakukan pengujian kebocoran.
dari luar, titik bakar ini untuk tiap zat berbeda. b. Pengujian kebocoran dilakukan dengan tekanan hidrostatik 20
2
kg/ cm selama 4 jam terus menerus.
Tabel 6.1.a4. Penyalaan Spontan ii. Pengujian pada Pompa:
Suhu Penyalaan Spontan a. Dapat bekerja secara otomatis dan manual.
Bahan 0 b. Dapat menghasilkan kebutuhan air yang tertera pada persya-
( C)
ratan teknis hidran.
Arang 125 c. Dapat berfungsi dengan sumber daya dari PLN maupun darurat.
Kertas koran 185
Serbuk gergaji 195 iii. Pengujian pada Sistem:
Jerami 170 a. Semua sistem hidran diuji berulang kali dan harus memenuhi
Kapas 225 persayaratan teknis hidran secara serempak.
5. Cara penanggulangan: a. Mendinginkan sumber nyala, b. Mengu- b. Seluruh sistem diuji secara berkala 3 bulan sekali.
rangi pasokan bahan bakar, dan c. Mengisolasi gas oksigen.
iv. Berita Acara:
a. Setelah dilakukan pengujian terhadap instalasi pipa pompa dan
b. Klasifikasi Tingkat Kebakaran
sistem hidran yang disaksikan oleh pemilik serta pejabat yang
1. Bahaya Kebakaran Ringan ialah bahaya kebakaran pada tem-pat berwenang dan berhasil dengan baik, maka dibuatkan berita
dimana terdapat hanya sedikit barang-barang jenis A (kertas, kayu, acara pengujian/sertifikat laik pakai untuk jangka waktu tertentu.
plastik) yang dapat terbakar, termasuk perlengkapan, dekorasi, dan b. Berita Acara pengujian/sertifikat laik pakai dikeluarkan oleh
semua isinya. Tempat yang mengandung bahaya ini meliputi bangunan instansi yang berwenang.
perumahan, pendidikan, kebudayaan, kesehatan dan keagamaan. c. Berita Acara pengujian/sertifikat laik pakai diperbaharui dan
Selain itu termasuk pula tempat dengan barang-barang jenis B (bahan diperpanjang apabila telah berakhir masa berlakunya, dengan
cair dan gas yang mudah terbakar), yang ditempatkan pada tempat syarat dilakukan kembali pengujian ulang serta memenuhi
tertutup dan tersimpan aman. prosedur pengujian seperti tersebut di atas.
Sumber: SNI 03 1745 - 1989
2. Bahaya Kebakaran Menengah ialah bahaya kebakaran pada
tempat dimana terletak barang-barang jenis A yang mudah terbakar b. Sprinkler
dan jenis B yang dapat terbakar dalam jumlah lebih banyak dari pa-da Tabel 6.2b1. Penggunaan Sprinkler untuk tiap Klasifikasi Bangunan
yang terdapat di tempat yang mengandung bahaya kebakaran ringan.
Tempat-tempat ini meliputi bangunan perkantoran, rekreasi, umum, Klasifikasi Tinggi/Jumlah lantai Penggunaan
pendidikan (ruang praktikum). Bangunan Sprinkler
A. Tidak Ketinggian s/d 8 m atau 1 Tidak diharuskan
bertingkat lantai
3. Bahaya Kebakaran Tinggi ialah bahaya kebakaran pada tem-pat B. Bertingkat Ketinggian s/d 8 m atau 1 Tidak diharuskan
dimana terdapat barang-barang jenis A yang mudah terbakar dan jenis rendah lantai
B yang dapat terbakar, yang jumlahnya lebih banyak dari yang C. Bertingkat Ketinggian s/d 14 m atau 4 Tidak diharuskan
diperkirakan dari jumlah yang terdapat pada bahaya kebakar- an rendah lantai
menengah. Tempat ini meliputi bangunan transportasi, perniaga-an, D. Bertingkat Ketinggian s/d 40 m atau 8 Diharuskan, mulai dari
pertokoan, pasar raya dan gudang. tinggi lantai lantai satu
E. Bertingkat Ketinggian s/d 40 m atau 8 Diharuskan, mulai dari
tinggi lantai lantai satu
c. Klasifikasi Kebakaran
Tabel 6.2b2. Jumlah Maksimum Kepala Sprinkler
Tabel 6.1.c. Klasifikasi Kebakaran

12
Jenis Bahaya Kebakaran Ringan Sedang Berat
d. Periode Pemeriksaan, Pengisian Kembali dan Test Tekan
Jumlah Kepala Sprinkler (buah) 300 1000 1000
Sumber: DPU: 699.81.614.844 Periode Periode
Jenis Pemadam Api
c. Detector Ringan
Pemeriksaan Pengisian Percobaan
Kembali (tahun) (tahun)
Tabel 5.6. Pemilihan Detektor sesuai dengan Fungsi Ruangan Air 1 *) 5
Asam Soda A 5 5
Detektor Detektor
BT KNT/Kombinasi Detektor Gas Tabung Gas A dan B 5 5
Asap Nyala Api
Gas yang dipadatkan A
(Fixed ROR Kombinasi
Busa
Tempe- Fixed-Tempera-
rature) tur dan ROR Kimia A 1 5
Tabung Gas
Dapur Ruang Perjamu- Ruang Pera- Gudang Ruang Trans-
an, lat an Kontrol material yg formator / die- Cairan busa yang A dan B 2 5
dicampur terlebih dahulu
Garasi Mobil, Bangunan, mudah ter- sel,
Ruang resep- bakar, Tabung cairan busa A dan B 5 5
Restoran, Ruang yang yang dilak.
sionis, Ruang berisi bahan
Ruang Sidang, Tepung Kering/Dry
Ruang Tamu, Kontrol mudah me- chemical
Kamar Tidur, A dan B 5 5
Ruang Mesin, Instalasi nimbulkan gas
Tabung Gas A 5 5
Ruang Genera- Ruang Lift, Peralatan yang mudah
tor & Transfor- Gas yang dipadatkan
RuangPompa, Vital. terbakar.
mer, Ruang AC, Carbon dioxida (CO2) A pasal 15 ayat
Laboratorium Ki- Tangga, (4)
mia, Koridor, Halogenated Hydrocarbon
Studio Televisi. Lobby, Aula, Tabung Gas A dan B 3 5
Shaft, Gudang Gas yang dipadatkan A 5 5
Perpustakaan, A : Pemeriksaan 6 bulan sekali sesuai ketentuan pasal 12
Ruang PABX, B : Adalah pemeriksaan 12 bulan sekali sesuai dengan ketentuan pasal 13. Permenaker &
Keterangan: Trans migrasi No: Per 04/Men/1980.
BT : Detektor bertemperatur tetap *) : Pada APAR jenis botol yang dipecahkan tidak perlu selalu mengganti asamnya dengan
KNT : Detektor berdasarkan kecepatan naiknya temperatur syarat bahwa derajat keasaman isi botol masih memenuhi syarat, namun botol tersebut
ROR : Rate of Rise Detector tak boleh bocor/rusak.
Sumber: Permenaker & Transmigrasi No. Per 04/Men/1980
Sumber: SNI 03 3985 1995

6.3. ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)


e. Penandaan APAR
a. Pengertian: Alat Pemadam Api Ringan, disingkat APAR adalah alat 35 cm
pemadam api yang dapat diletakkan, diambil, dibawa dan digunakan
langsung oleh seorang petugas pemadam kebakaran pada saat
diperlukan. ALAT PEMADAM API 3 cm

b. Pengujian APAR dibedakan atas:


Kelas A : Atas dasar kemampuan untuk memadamkan unggun 12,5 cm
api kayu yang tersusun dengan ukuran yang
ditetapkan.
Kelas B : Atas dasar kemampuan memadamkan dengan 7,5 cm
penggunaan api dari cairan mudah terbakar dengan
jumlah dan ukuran lain yang ditetapkan.
Kelas C : Tidak diberikan angka penilaian, hanya cukup
dibuktikan waktu pengujian, bahwa pemadamnya Catatan:
sewaktu disemprotkan tidak menghantar listrik. 1. Segi tiga sama sisi dengan warna dasar merah.
Sumber: SNI 03 3988 1995 2. Ukuran sisi 35 cm.
3. Tinggi tanda pada 7,5 cm warna putih.
c. Pemilihan Jenis APAR yang sesuai 4. Ruang tulisan tinggi 3 cm warna putih.
5. Tulisan warna merah.
Tabel 6.3.c. APAR yang sesuai (Ya) dan yang tak sesuai (Tidak)
f. Spesifikasi APAR
Klas Kebakaran A B C (E)
Jarak Daya
Bahan ter- Cairan Gas yang Kebakaran Kebakaran Jenis Bahan APAR Ukuran
bakar biasa mudah mudah termasuk termasuk Penyemprotan Pemadaman
Jenis Kebakaran (kayu, menyala dan terbakar peralatan minyak Air yang ditekan atau di- 5 ltr 10 13 m 1A
kertas, terbakar listrik goreng dan
plastik) bertenaga lemak pompa dan Asam Soda 10 ltr 10 13 m 2A
Tanda Jenis Alat (bersoda) 15 ltr 10 13 m 3A
Kecocokan Alat Pemadam (Kesesuaian: Ya / Tidak)
Warna Pemadam 20 ltr 4A
Merah Air Ya sangat Tidak Tidak Tidak Tidak 65 ltr 15 m 10 A
cocok Busa 5 ltr 10 13 m 1B
Kuning Bahan Ya Tidak Tidak Tidak Ya sangat 10 ltr 10 13 m 2B
Kimia cocok 20 ltr 5B
Basah 68 ltr 10 B
Biru Busa Ya Ya sangat Tidak Tidak Tidak CO 2 2 kg 3m 1 B, C
Tahan cocok 7 kg 3m 2 B, C
Alkohol
10 kg 3m 2 B, C
Busa Ya Ya sangat Tidak Tidak Tidak 25 kg 4m 10 B, C
Jenis AFF cocok
kecuali
Serbuk kimia Kering 2 3 Kg 3m 2B
untuk 3,75 kg 5B
kebakara 5 7,5 kg 7m 5B
n alkohol 10 kg 7m 10 B
15 kg 7m 20 B
Putih Bubuk Ya Ya Ya Ya Tidak 37,5 kg 10 m 40 B
Kimia
Kering AB
(E)
Bubuk Tidak Ya Ya Ya Ya g. Penempatan APAR
Kimia
Kering B
1. Penempatan APAR untuk Bahaya Kebakaran Golongan A
(E)
Jenis Bahaya Ukuran Minimum (daya Jarak Maksimum ke tempat
Hitam Carbon Ya Ya Tidak Ya Ya
Dioxid pemadaman) pemadaman
(CO2) Ringan 2A 25 m
Halon Ya Ya Ya Ya Tidak Menengah 2A 20 m
(1211) Tinggi 4A 15 m
BCF
Cairan
penguap 2. Penempatan APAR untuk bahaya kebakaran golongan B
(asap bisa
berbaha- Jenis Bahaya Ukuran Minimum (daya Jarak Maksimum ke tempat
ya di
pemadaman) pemadaman
ruang
sempit) 5B 9m
Ringan
10 B 15 m
Keterangan: 10 B 9m
Menengah
APAR Jenis Halon Kering tak disarankan, karena merusak lapisan ozon dan pengunaan 20 B 15 m
dibatasi oleh peraturan Pemerintah. Bila tersedia APAR jenis lain yang lebih cocok, maka 40 B 9m
Tinggi
APAR alternatif ini harus dipilih. 80 B 15 m
Sumber: SNI 03 3987 - 1995
Kebakaran Kelas D (termasuk bahan terbakar jenis metal), hanya menggunakan
pemadam api ringan yang khusus.
Sumber: AS 2444 1990

13
2
6.4. ALAT BANTU EVAKUASI (ABE) cerobong lainnya maksimal 0,05 m .
Telepon darurat harus dipasang minimal 1 pesawat pada
a. Penempatan Alat Bantu Evakuasi Menurut Kelas tiap lantai dan pada kendaraan lift kebakaran.
Bangunan Komunikasi Sistem komunikasi darurat harus dipasang pada semua
darurat telepon darurat klasifikasi bangunan.
A B C D E Sistem komunikasi darurat dapat berupa telepon darurat
Klasifikasi s/d tinggi tinggi tinggi tinggi > atau sistem tata suara. Sistem telepon darurat harus
Bangunan tinggi 8 s/d 8 s/d 14 s/d 40 40 m mempunyai sistem terpisah dari sistem telepon biasa.
m atau 1 m m m atau > 8
lantai atau 2 atau 4 atau 8 lantai
lantai lantai lantai Alat Bantu
Keterangan
Evakuasi
Jenis ABE
Bukaan Untuk bangunan bertingkat pada setiap lantai harus ada
Sumber daya listrik X X V V V penyelamat minimal 1 bukaan vertikal pada dinding bagian luar,
darurat bertanda khusus dan menghadap ke tempat yang mudah
dicapai oleh unit pemadam kebakaran.
Lampu darurat X X V V V
Penunjuk Penunjuk arah jalan keluar harus dipasang pada semua
Pintu Kebakaran - - V V V arah jalan klasifikasi bangunan.
- - V V V keluar Penunjuk ini harus terpasang pada ruang koridor, di atas
Tangga Kebakaran
pintu kebakaran dan tempat lain untuk evakuasi.
Pintu darurat dan X X - - -
Pada ruangan yang digunakan lebih dari 10 orang harus
Tangga darurat
dipasang denah evakuasi pada tempat yang mudah dilihat.
Sistem pengendalian X X V V V Penunjuk arah jalan keluar harus mempunyai kuat
asap penerangan minimal 10 lux dan berwarna hijau serta tulisan
putih.
Lift Kebakaran - - - - -
Penempatan penunjuk arah jalan keluar harus mudah dilihat
Komunikasi darurat X V V V jelas dan terang dari jarak 20 m.
Bukaan penyelamat - - V V V Jarak antara dua penunjuk arah jalan keluar minimal 15 m
dan maksimal 20 m.
Penunjuk arah jalan X X V V V Tinggi penunjuk arah jalan keluar 2 m dari lantai
ke luar
Landasan Untuk jenis bangunan gedung dengan klasifikasi B harus
Landasan helikopter - - - - - Helikopter dipersiapkan landasan helikopter.
Peralatan bantu X X - - - Peralatan Untuk Rumah Sakit harus ada alat bantu evakuasi lainnya
lainnya bantu lainnya (selubung peluncur) bagi pasien.
Keterangan : Sumber: SNI 03 1746 - 1989
X : harus - : tidak harus
V : Hanya untuk bangunan yang berfungsi sebagai: Supermarket, Teater,
Bioskop, Pasar, Pertokoan, tempat Ibadah, atau tempat-tempat yang 6.5. UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN/DARURAT
dihuni lebih dari 50 orang. Pada waktu yang bersamaan penghuni tidak 1. Perusahaan yang memperkerjakan lebih dari 50 tenaga kerja dan atau
mengetahui secara persis denah ruang/bangunan. berpotensi bahaya sedang dan berat, wajib mencegah, mengurangi dan
Sumber: SNI 03 1746- 1989 memadamkan kebakaran serta melatih penanggulangan keba-karan di
tempat kerja secara terencana/terprogram.
b. Alat Bantu Evakuasi pada Bangunan
2. Realisasi Kewajiban, sesuai peraturan perundangan itu meliputi:
Alat Bantu a. Pengendalian setiap bentuk energi.
Keterangan b. Pengendalian sarana:diteksi, alarm, pemadam kebakaran, evakuasi.
Evakuasi
Sumber daya Sumber daya listrik darurat digunakan dan bekerja secara c. Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas.
listrik darurat otomatis pada saat sumber utama (PLN) mati. d. Adanya Unit Penanggulangan Kebakaran di tempat kerja.
e. Adanya Latihan & gladi penanggulangan kebakaran secara berkala.
f. Adanya Buku Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat Keba-karan.
Lampu lampu ini menggunakan batery yang siap pakai dan
darurat bertahan selama minimal 60 menit. Lampu ini terbuat dari
bahan yang dapat memantulkan cahaya & harus dipasang 3. Perusahaan yang memperkerjakan lebih dari 50 tenaga kerja dan atau
pada tangga kebakaran. Kekuatan cahaya minimal 10 lux berpotensi bahaya sedang dan berat wajib: mencegah, mengurangi dan
dan berwarna kuning atau oranye. memadamkan kebakaran serta melatih penanggulangan kebakaran di
tempat kerja secara terencana/ terprogram.
Pintu Tinggi, lebar, jarak antara pintu harus sesuai dengan
Kebakaran ketentuan. Setiap lantai pada gedung kelas C, D, E minimal 4. Realisasi Kewajiban, sesuai peraturan perundangan itu meliputi :
ada 2 pintu. Pintu harus dapat menutup secara otomatis dan a. Pengendalian setiap bentuk energi.
tahan api selama 2 jam (dibuktikan dengan sertifikat b. Pengendalian sarana diteksi, alarm, pemadam kebakaran, evakuasi.
pemeriksaan). Pintu kebakaran harus membuka kearah
c. Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas.
tangga pada setiap lantai kecuali pada lantai dasar. Pada
setiap pintu harus terdapat tanda atau sinyal penerangan d. Adanya Unit Penanggulangan Kebakaran di tempat kerja.
yang bertuliskan KELUAR. e. Adanya Latihan & gladi penanggulangan kebakaran secara berkala.
f. Adanya Buku Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat Kebakaran.
Alat Bantu
Keterangan 5. Petugas Peran Kebakaran terdiri dari minimal 2 (dua) orang untuk setiap
Evakuasi
jumlah tenaga kerja 25 orang dengan:
Tangga Sumur tangga bertingkat, gedung bertingkat lebih dari 8
darurat lantai, harus tertutup dengan dinding-dinding yang tahan api a. Tugas-tugas dari Petugas Peran Kebakaran
minimal 2 jam. 1.Mengindentifikasi dan melaporkan adanya faktor yang dapat
Eskalator tidak dapat dianggap sebagai jalan keluar. Tangga menimbulkan bahya kebakaran.
tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang. Tangga 2.Memadamkan kebakaran pada tahap awal.
kebakaran tidak boleh dipergunakan untuk jalan pipa atau 3.Mengadakan evakuasi orang dan barang.
cerobong AC dsb. Lebar tangga kebakaran untuk penghuni 4.Mengadakan koordinasi dengan instansi terkait.
kurang dari 45 orang minmum 110 cm. Lebar minimum 5.Mengamankan lokasi kebakaran.
injakan anak tangga 22,5 cm dan tinggi maksimum anak
b. Syarat untuk dapat ditunjuk sebagai Petugas Peran Kebakaran:
tangga 17,5 cm. Tangga kebakaran tak boleh berbentuk
tangga puntir. 1. Sehat jasmani dan rohani.
2. Pendidikan minimal SLTP.
Pintu darurat Bangunan kelas A & B khususnya super-market, bioskop,
& tangga pasar atau pertokoan dan bangunan umum lainnya harus 3.Telah ikut kursus teknis penanggulangan kebakaran tkt dasar.
darurat dipasang pintu darurat dan tangga darurat.
Tangga service dapat dianggap sebagai tangga darurat. 6. Regu Penanggulangan Kebakaran dibentuk bagi tempat kerja dengan
Pintu darurat dan tangga darurat harus ditempatkan tingkat resiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I yang mempeker-
sedemikian rupa sehingga mudah dicapai dan dapat menge- jakan tenaga kerja 300 (tiga ratus) orang atau lebih, atau setiap tem-pat
luarkan semua penghuni dalam waktu 2,5 menit. kerja dengan tingkat bahaya kebakaran Sedang-II, Sedang-III dan Berat,
Pintu darurat minimal berjumlah 2 pada setiap lantai. dengan ketentuan sebagai berikut :
Pintu darurat harus mempunyai tanda atau sinyal a. Tugas-tugas Regu Penanggulangan Kebakaran:
penerangan bertulis KELUAR diatasnya dan menghadap 1. Mengidentifikasi dan melaporkan adanya faktor yang dapat me-
koridor. nimbulkan bahaya kebakaran.
Pintu darurat pada lantai dasar harus membuka keluar 2. Melakukan pemeliharaan sarana-sarana produksi kebakaran.
bangunan. 3. Memberikan penyuluhan tentang penanggulangan kebakaran
Sistem Bagian ruangan pada bangunan yang digunakan untuk jalur pada tahap awal.
pengendalian penyelamatan harus direncanakan bebas dari asap bila 4. Membantu menyusun buku rencana tanggap darurat penang-
asap terjadi kebakaran.
gulangan kebakaran.
Sistem AC central harus direncanakan agar dapat berhenti 5. Memadamkan kebakaran.
secara otomatis bila terjadi kebakaran.
6. Mengarahkan evakuasi orang dan barang.
Fan bertekanan harus dipasang pada semua tangga 7. Mengadakan koordinasi dengan instansi terkait.
kebakaran, sehingga semua tangga bebas dari asap.
8. Memberikan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Lift Lift termasuk lift makanan dan barang serta cerobong dan 9. Mengamankan seluruh lokasi tempat kerja.
kebakaran bukaan lainnya harus dilindungi dengan konstruksi tahan api
minimal 2 jam.
10. Melakukan koordinasi seluruh Petugas Peran Kebakaran.
2 b. Syarat untuk dapat ditunjuk menjadi anggota Regu ini:
Luas ventilasi asap tiap kendaraan lift maksimal 0,3 m dan

14
1. Sehat jasmani dan rohani. a. Menghindari bangunan yang ada di sekitar (gedung, tiang listrik,
2. Pendidikan minimal SLTA. pohon, dll).
3. Bekerja pada perusahaan tersebut dengan masa kerja mini-mal b. Perhatikan tanah yang dipijak, hindari bila terjadi rekahan tanah.
5 thn.
4.Telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat 3. Jika sedang megendarai mobil, keluar, turun dan menjauh dari
dasar I, tingkat dasar II dan tingkat Ahli K3 Pratama. mobil. Hindari bila terjadi pergeseran atau kebakaran.

7. Koordinator Unit Penanggulangan Kebakaran, ditetapkan untuk tem-pat 4. Jika tinggal atau berada di daerah pantai, jauhi pantai yang sejauh
kerja tingkat resiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I, seku- rang- jauhnya untuk menghindari kemungkinan terjadinya sunami.
kurangnya 1(satu) orang untuk setiap tenaga kerja 100 (seratus) orang, 5. Jika tinggal di daerah pegunungan, hindari lokasi yang mungkin
atau untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran se-dang II, terjadi longsor.
sedang III dan berat, sekurang-kurangnya 1(satu) orang dan untuk setiap
unit kerja. c. Sesudah Terjadi Gempa:
a. Tugas-tugas Koordinator Unit Penanggulangan Kebakaran: 1. Jika berada dalam bangunan:
1. Memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat a. Keluar secepatnya dari bangunan dengan tertib.
bantuan dari instansi yang berwenang. b. Jangan gunakan tangga berjalan atau lift. Gunakan tangga biasa.
2. Menyusun program kerja dan kegiatan tentang cara penang- c. Lakukanlah P3K kepada yang terluka.
gulangan kebakaran. d. Telepon/minta pertolongan secepatnya, bila ada yang terluka
3. Mengusulkan anggaran, sarana dan fasilitas penanggulangan parah.
kebakaran kepada pengurus / perusahaan.
b. Syarat untuk untuk ditunjuk sebagai koordinator: 2. Periksa lingkungan sekitar kita:
1. Sehat jasmani dan rohani. a. Periksa apakah terjadi kebakaran.
2. Pendidikan minimal SLTA. b. Periksa apakah terjadi kebocoran gas.
3. Bekerja pada perusahaan tersebut dengan masa kerja min 5 th. c. Periksa apakah terjadi arus pendek.
4.Telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran ting- kat d. Periksa aliran dan pipa air.
dasar I, tingkat dasar II dan tingakat Ahli K3 Pratama. e. Perkecil segala hal yang dapat membahayakan. Matikan aliran
listrik dan jangan menyalakan api.
8. Ahli Keselamatan & Kesehatan Kerja (Ahli K3) Spesialis Penanggula- 3. Jangan masuk ke bangunan sesudah terjadi gempa,
ngan kebakaran, ditetapkan untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kemungkinan masih ada runtuhan-runtuhan.
kebakaran ringan dan sedang I, sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk 4. Jangan berjalan disekitar daerah gempa, kemungkinan terjadi
setiap tenaga kerja 300 (tiga ratus) orang atau lebih, atau setiap tempat bahaya susulan masih ada.
kerja tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II, sedang III dan berat.
a. Tugas-tugas Ahli K3: 5. Dengarkan informasi apakah masih ada gempa susulan dan
1.Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan lainnya.
undangan bidang penanggulangan kebakaran.
2. Memberikan laporan kepada Menaker / pejabat yang ditunjuk 6. Isi angket yang diberikan oleh instansi terkait, untuk mengetahui
sesuai peraturan perundangan yang berlaku. seberapa besar kerusakan yang terjadi.
3. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan atau
Sumber: Majalah KONSTRUKSI, Edisi Juli-Agustus 2000
instansi yang didapat berhubungan dengan jabatannya.
4. Memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapatkan
bantuan dari instansi yang berwenang. 6.7. TINDAKAN BILA ADA ANCAMAN BOM
5. Menyusun program kerja atau kegiatan penanggulangan keba- a. Mengurangi Kepanikan
karan. Bagi masyarakat awam, guna mengurangi kepanikan, usaha-
6. Mengusulkan anggaran, sasaran dan fasilitas penanggulangan usaha yang kita tempuh adalah :
kebakaran kepada pengurus. 1. Kita selamatkan jiwa yang utama, baru harta,
7. Melakukan koordinasi dengan instansi yang terkait. 2. Apabila dalam kelompok besar (kantor) ada kecurigaan barang
b. Syarat-syarat Ahli K3 Spesialis Penanggulangan Kebakaran yang diperkirakan bom (bahan peledak), daerah sekitarnya
1. Sehat jasmani dan rohani. segera amankan dan batas garis!
2. Pendidikan minimal D3 teknik 3. Bebaskan dari kerumunan karyawan atau orang banyak!
3. Bekerja pada perusahaan tsb dengan masa kerja minimal 5 thn 4. Segera lapor ke pos keamanan, kantor pemadam kebakaran
4.Telah ikut kursus teknis penanggulangan kebakaran tkt dasar I, tkt dan hubungi kantor polisi minta bantuan ahli penjinak BOM
dasar II, tkt Ahli-K3-Pratama & tkt Ahli Madya. (JIHANDAK POLRI) melalui telepon secepatnya.
5.Memiliki surat penunjukan dr Menaker/pejabat yang ditunjuknya. 5. Padamkan listrik, singkirkan barang-barang yang mudah
terbakar, antara lain: gas.
9. Wewenang Ahli K3 Spesialis Penanggulangan Kebakaran: 6. Barang yang dicurigai jangan disentuh, tunggu petugas ahli.
a. Memerintahkan penghentian dan menolak pelaksanaan pekerjaan 7. Siapkan karung pasir sebagai pelindung pecahan ledakan.
yang dapat menimbulan kebakaran atau peledakan.
b. Meminta keterangan atau informasi mengenai pelaksanaan b. Menghadapi Ancaman lewat Telepon
pekerjaan dan syarat-syarat K3 dibidang kebakaran di tempat kerja. Antisipasi sikap &tindakan dlm menghadapi ancaman lewat telopon
Sumber: Kep. Menaker No. KEP-186/MEN/1999, tgl 29 Oktober 1999 1.Penerima telepon jangan gugup/panik, tapi harus tetap tenang.
2.Mengenali suara penelepon. Mengingat/ mencatat pesan-pesan
6.6. TINDAKAN BILA TERJADI GEMPA si penelepon dan memperhatikan suasana lingkungan, antara
lain: suara-suara / suasana.
a. Sebelum Terjadi Gempa
3. Berusaha merekam pembicaraan via telkom
1. Kunci Utama adalah:
4. Hubungi satpam, pimpinan dan POLISI terdekat
a. Mengenali definisi dari gempa bumi (Lihat Bab II. 5.2. butir c.)
5. Upanyakan pengosongan gedung dengan tertib jangan
b. Memastikan bahwa struktur/letak bangunan aman dari gempa
menambah kekacauan.
bumi.
c. Mengevalusi/merenovasi ulang struktur bangunan bila khawatir.
c. Langkah-langkah Menghadapi Ancaman BOM lewat
2. Kenali lingkungan tempat tinggal & tempat bekerja: Telepon
a. Perhatikan letak pintu, lift dan tangga darurat, bila terjadi gempa 6 langkah dalam menghadapai acaman ledakan BOM lewat
bumi sewaktu-waktu kita sudah tahu tempat aman untuk telepon:
berlindung. 1. Usahakan agar penelepon tetap dalam saluran
b. Belajar menggunakan P3K. pembicaraan tsb selama mungkin, dengan cara:
c. Belajar menggunakan pelengkapan pemadam kebakaran. a. Minta diulang pesannya itu
d. Mencatat nomor telepon penting. b. Sementara itu:
Aktifkan alat perekam (kalau ada) atau
3. Persiapan Rutin pada tempat tinggal dan kantor: Minta bantuan teman sekerja yang ada untuk
a. Perabotan lemari, cabinet dll diatur menempel pada dinding (diikat, mendengarkan (sebagai saksi) gunakan saluran
dipaku, dll) untuk menghindari jatuh, roboh pada saat gempa bumi. ekstention.
b. Menyimpan bahan mudah terbakar pada tempat tahan pecah. c. Waspadai posisi anda jangan sampai teramati oleh
c. Selalu mematikan air, gas dan listrik bila tidak digunakan. penelepon itu.

4. Atur/cek benda-benda/material yang mudah jatuh untuk 2.Minta kepada penelepon informasi sebagai berikut:
menghindari kecelakaan akibat kejatuhan. a.Dimana lokasi bom diletakkan
b.Kapan atau berapa waktu lagi akan meledak/diledakkan.
5. Alat yang harus ada di setiap tempat, yaitu: Kotak P3K, Senter, c.Tekankan kepadanya bahwa kalau terjadi, akan banyak
radio, makanan suplemen dan air. korban jiwa, yang justru mereka itu tidak bersalah.
d. Bisa ditanyakan juga:
b. Saat Terjadi Gempa Bumi Jenis Bomnya
1. Jika berada dalam bangunan: Seperti apa bentuknya
a. Lindungi kepala dan badan dari reruntuhan bangunan (bila Berapa besarnya
terpaksa berlindung di bawah meja, dll). Bagaimana memasang bom itu
b. Mencari tempat yang aman dari reruntuhan dan goncangan. Mengapa bom itu ditempatkan, dll
c. Berlari keluar apabila masih dapat dilakukan.
3.Dengar dengan cermat suara penelepon dan ciri-ciri
2. Jika berada di luar bangunan atau area terbuka: khususnya:

15
a.Aksen / logatnya dan pola bicaranya
b.Nada pembicaraannya (kalem, tegang, gugup, sedang
mabuk dll) 7.2. JENIS KONSTRUKSI BANGUNAN
Bersikaplah tenang, kuasai dan kendalikan diri anda jangan
sampai gugup, terburu-buru/ nervous dan jangan terkesan JENIS KONSTRUKSI BANGUNAN INDEK:B
takut oleh berita.
Seluruh bangunan terbuat dari logam (menyalurkan listrik) 0
4.Perhatikan setiap bunyi yang terdengar di belakang Bangunan dengan konstruksi beton bertulang atau rangka
pembicaraan itu. Bunyi suara tsb bisa membantu mengenali 1
besi dengan atap logam
lokasi penelepon.
Bangunan dengan konstruksi beton bertulang kerangka besi
dan atap bukan logam. Bangunan kayu dengan atap bukan 2
5.Catat waktu awal dan akhir pembicaraan dengan si logam
penelepon, usahakan ada form khusus untuk mencatat
kejadian ancaman bom tsb. Bangunan kayu dengan atap bukan logam 3

6.Laporkan segera kejadian tsb ke bagian Security dan


Kepolisian. Tindakan selanjutnya memberitahu ke pemadam
kebakaran, tim penjinak bom, pelayanan medis dan 7.3. TINGGI BANGUNAN
manajemen, untuk evakuasi.
Tinggi Ba-
d. Check-List Bila Ada Ancaman Bom bagi Operator s/d 6 12 17 25 35 50 70 100 140 200
Telepon: ngunan (M)
1. Siapa Penelepon .: Indek : C 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pria
Wanita
Dewasa 7.4. SITUASI BANGUNAN
Remaja
SITUASI BANGUNAN INDEK:D
2. Tekanan Suaranya .. :
Keras Di tanah datar pada semua ketinggian 0
Halus Di kaki bukit sampai tiga perempat tinggi bukit atau di
Kasar 1
pegunungan sampai 1000 m

3. Cara Bicaranya : Dipuncak gunung atau pegunungan lebih dari 1000 m 2


Terpelajar Khas
Cepat Kabur/tak jelas 7.5. PENGARUH KILAT
Lamban Gaguk

4. Kata-kata yg dipakai .. : HARI GURUH PER


2 4 8 16 32 64 128 256
TAHUN (Hari)
Kasar Gagap
Normal Indek : C 0 1 2 3 4 5 6 7
Cabul

5. Dialek / Aksen .. : 7.6. PERKIRAAN BAHAYA


Terdidik
Suku R=A+B+C+D+E PERKIRAAN BAHAYA PENGAMAN
Bangsa ...
<11 Diabaikan Tidak perlu
6. Gaya Bahasa .. : 11 Kecil Tidak perlu
Asing Irrasional Komprehensif
12 Sedang Agak diajukan
Tenang Tergesa Tak tergesa
Marah Humoris. Marah-marah 13 Agak Besar Diajukan
Rasional Histeris Melecehkan 14 Besar sangat diajukan
Tak Komprehensif
>14 Sangat Besar Sangat perlu
7. Latar Belakang Suara: O Bunyi mesin pabrik O Suara Lalu-
lintas Sumber: Permenaker No. Per 02/Men/1989, Lampiran-1.
O Bunyi Musik Kesibukan Kantor
O Ramai orang pesta Ada Suara Berisik
BAB VIII
O Suara orang mabuk Suara burung
O Suara binatang Dll
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
Sumber: Achmad Turan, Pengamat & Peduli Masalah Kamtibmas (P3K)
8.1. KOTAK / PETI P3K
BAB VII a. Jenis Kotak / Peti P3K
PERKIRAAN BAHAYA KONDISI SUATU BANGUNAN Tabel 8.1.a. Jenis Kotak P3K

7.1. FUNGSI BANGUNAN Tempat Kerja


Tempat Kerja Tenaga Kerja
Jumlah dengan banyak
dengan sedikit dengan ada
Tenaga kemungkinan
FUNGSI BANGUNAN INDEK:A kemungkinan terjadi kemungkinan
Kerja terjadi
kecelakaan terjadi kecelakaan
kecelakaan
Bangunan biasa yang perlu diamankan bangunan maupun
- 10 0 s/d 25 Peti P3K Bentuk II Peti P3K Bentik I/II Peti P3K Bentuk
isinya.
25 s/d 100 I II II
Bangunan dan isi jarang dipergunakan, seperti dangau di III
0 100 s/d II III
tengah sawah, gedung, menara atau tiang metal.
500 II + peti dokter + peti dokter
Bangunan yang berisi peralatan sehari-hari atau tempat > 500 setiap 500 tenaga III
III
tinggal orang seperti tempat rumah tangga, toko, pabrik kecil, 1 kerja setiap 500 tenaga setiap 500
tenda atau stasiun kereta api. tenaga kerja +
kerja peti dokter
Bangunan & isinya cukup penting, seperti menara air, tenda peti dokter idem
yang berisi cukup banyak orang tinggal, toko barang-barang
2
berharga, kantor pabrik, gedung pemerintah, tiang atau
menara non metal. b. Kotak / Peti P3K Bentuk-I:
Bangunan yang banyak berisi orang, seperti bioskop, mesjid, 1. Isi nya:
3
gereja, sekolah, monumen bersejarah yang penting.
10 gram kapas putih 10 buah plaser cepat (mis. tensoplast, dll)
Instalasi gas, minyak atau bensin, rumah sakit 5 1 rol pembalut gulung lebar 2,5 cm 1 gunting
1 rol pembalut gulung lebar 5 cm 1 buku catatan
Bangunan yang mudah meledak 15
1 pembalut segi tiga (mitella) 1 buku pedoman P3K
1 pembalut cepat steril/ snelverband 1 daftar isi peti
10 buah kasa steril ukuran 5 x 5 cm
1 rol plester lebar 2,5 cm

16
2. Obat-obatan untuk peti P3K bentuk I 8.3. PRINSIP PRINSIP POKOK PELAKSANAAN P3K
a. Pelaksanaan P3K, berupa:
Obat pelawan rasa sakit (mis. antalgin, acetosal, dll) Soda kueh
1.Tindakan yang harus dilakukan segera dan selalu diarahkan untuk
Obat sakit perut (mis. paverin, enteroviofrm, dll) Obat merah
penyelamatan hidup, dan
Norit. Obat tetes mata
Obat anti alergi Obat gosok
2.Tindakan yang dapat dilakukan kemudian untuk pencegahan cacat
dan menghindari kondisi korban memburuk.

c. Kotak / Peti P3K Bentuk-II: b. Tindakan yang Tak Boleh (Dilarang) dilakukan:
1. Isinya: 1. Tindakanyang akan membahayakan hidup
2. Tindakan yang memperburuk korban, atau
50 gram kapas putih 1 bidai
100 gram kapas gemuk 1 gunting pembalut
3. Tindakan yang dapat menimbulkan cacat di kemudian hari.
3 rol pembalut gulung lebar 2,5 cm sepotong sabun
2 rol pembalut gulung lebar 5 cm 1 doos kerta pembersih (cleansing tissue)
c. Rencana Pertolongan harus mempertimbangkan bagaimana
2 rol pembalut gulung lebar 7,5 cm 1 pinset 1. Mempertahankan hidup korban, (periksa keadaan umum)
2 pembalut segi tiga (mitella) 1 lampu senter 2. Mengurangi penderitaan (perlu diteliti keadaan lokal)
2 pembalut cepat steril 1 buku catatan 3. Mencegah pengotoran luka dan penderitaan lebih lanjut
(snelverband) 1 buku pedoman P3K 4. Secepat mungkin mengirim korban kepetugas kesehatan
10 buah kasa steril ukuran 5 x 5 cm 1 daftar isi peti setempat.
10 buah kasa steril ukuran 7,5 x
7,5 cm d. Urutan tindakan P3K pada umumnya:
1 rol plester lebar 2,5 cm 1. Cari keterangan penyebab kecelakaan
20 buah plester cepat (mis. 2. Amankan korban dari tempat berbahaya.
tensoplast)
3. Perhatikan keadaan umum korban.
4. Lakukan tindakan untuk mengatasi:
2. Obat-obatan untuk peti P3K bentuk II a. Gangguan pernafasan,
b. Gangguan Perdarahan
Obat pelawan rasa sakit (mis. antalgin, acetosal, Obat gosok
dll) c. Gangguan kesadaran
salep anti histamimka
Obat sakit perut (mis. paverin, enteroviofrm, dll) Salep sulfa atau S.A puder
Norit. e. Segera lakukan pertolongan yang lebih sempurna, dengan sarana
Boor zallf
Obat anti alergi yang tersedia
Sofratulle
Soda kue, garam dapur Larutan rivanol 1/10 500cc
Soda kueh Amoniak cair 25% 100 cc
f. Apabila korban sadar, langsung beritahukan dan tenangkan
Obat merah korban
Obat tetes mata
(Sumber: Pedoman P3K-II, PMI,1990)
d. Kotak / Peti P3K Bentuk-III: 8.4. TINDAKAN TERHADAP KORBAN TAK SADAR/PINGSAN
1. Isinya:
a. Langkah-1 :
Tentukan korban sadar/tidak, dengan memanggil atau menggun-
300 gram kapas putih 20 buah plester cepat (mis. tensoplast, dll)
cang bahu dengan sedikit keras,jika tak ada reaksi berarti tak sadar.
300 gram kapas gemuk 3 bidai
6 rol pembalut gulung lebar 2,5 cm 1 gunting pembalut
1. Bila korban sadar, segeralah berikan pertolongan pertama yang
8 rol pembalut gulung lebar 5 cm sepotong sabun
diperlukan atau panggil petugas medis atau bawa korban ke RS.
2 rol pembalut gulung lebar 10 cm 2 doos kerta pembersih (cleansing tissue)
2. Bila korban tidak sadar:
4 pembalut segi tiga (mitella) 1 pinset
a. Mintalah pertolongan bila tak yakin bisa menanganinya
20 buah kasa steril ukuran 5 x 5 cm 1 lampu senter b. Angkat korban ketempat teduh dan sirkulasi udaranya baik
40 buah kasa steril ukuran 7,5 x 1 buku catatan c. Letakkan korban dalam posisi telentang, tanpa bantal
7,5 cm 1 buku pedoman P3K d. Longgarkan semua pakaian yang mengikat
1 rol plester lebar 1 cm 1 daftar isi peti e. Bukalah jalan Pernafasannya
1 rol plester lebar 2,5 cm
b. Langkah-2:
2. Obat-obatan untuk peti P3K bentuk III sama dengan obat-obatan Apabila korban tak sadar, dan posisi telah ditelentangkan, jalan per
untuk peti P3K bentuk II nafasan terbuka, serta anda yakin bahwa tak ada benturan (trauma)
pada leher :
c. Peti khusus dokter berisi: 1. Berlututlah disamping korban,
2. Dengan satu tangan pada dahi korban, tengadahkan kepalanya
1 set alat-alat minor surgery lengkap 2 flakon antihistamin injectie sejauh mungkin ke atas.
1 botol alkohol 70% isi 100 cc 2 flakon anti panas injectie 3. Dengan tangan yang lain, tunjang dagu korban.
1 botol aguadest 100 cc 5 ampul adrenalin injectie
1 botol betadine solution 60 cc 1 flakon cartison injectie c. Langkah-3 :
1 botol lysol isi 100 cc 2 ampul aminophyline injectie Periksalah apakah korban bernafas. Bila korban tidak bernafas:
5 spnit injection diskosable 2 cc 10 sulfas atropine injectie 0,25 gram 1. Pertahankan kepala korban menengadah tunjang dagu
5 spnit injection diskosable 5 cc 10 sulfas atropine injectie 0,5 gram 2. Letakkan kepala anda dekat hidung dan mulut korban dan
20 lidi kapas 5 ampul anti spascodik injectie perhatikan dadanya
2 flakon procain injection % 100 cc 2 handuk 3. PERHATIKAN, DENGAR dan RASAKAN pernafasan korban.
1 flakon ATS injection isi 100 cc 1 tempat cuci tangan
(disimpan ditempat sejuk) 1 mangkok bengkok d. Langkah berikutnya, ikutilah prosedur Tindakan Bantuan
5 flakon P.S 4 : 12 atau 4 : 1 atau PP 1 buku catatan Pernafasan dan Penekanan Jantung (Resusitasi Jantung
injectie 1 buku pedoman P3K Paru/RJP)
ampul morphine injectie 1 daftar isi
3 ampul pethridine injectie (Sumber: Pedoman Penanggulangan Penderita Gawat Darurat, PMI,
1991)
Sumber: SNI 19 3994 - 1995

8.2. JUMLAH PETUGAS P3K


8.5. PERTOLONGAN BANTUAN PERNAFASAN BUATAN
a. Bantuan pernafasan dan penekanan jantung dari luar (Resu-
Tabel 6.2 Jumlah Petugas P3K Berdasarkan Jumlah Pegawai sitasi Jantung Paru/RJP), harus diberikan kepada korban jika gerak
dan denyut nadi telah terhenti. Sebab, seseorang dapat meninggal
PETUGAS
KATAGORI RISIKO JUMLAH PEKERJA jika terjadi kegagalan salah satu dari:
P3K 1. Sistem susunan saraf pusat (SSP), atau
Risiko Rendah < 50 pekerja Orang yang ditunjuk Paling 2. Sistem pernafasan, atau
Certain shop, of fices, diantara 50 dan 200 pekerja sedikit 1 orang 3. Sistem kardiovaskuler.
perpustakaan > 200 pekerja Paling tidak 1 orang untuk
200 pekerja b. Metoda RJP 3-Fase dan 9-Langkah. Federasi Masyarakat Ahli
Risiko < 50 pekerja Orang yang ditunjuk Paling Anestesi Dunia dan Asosiasi Jantung Amerika mengembangkan
Menengah dinatara 20 dan 100 pekerja sedikit 1 orang Sedikitnya 1 metode RJP dengan urutan terdiri dari 3-Fase dan 9-Langkah.
Light engineering, orang untuk 100 pekerja
> 50 pekerja
warehouesing, food c. Fase I : Bantuan Hidup Dasar, sebaiknya bisa dilakukan oleh orang
processing
awam, diberikan kepada korban yang tiba-tiba kolaps, tingkat
Risiko Tinggi > 5 pekerja Orang yang ditunjuk Paling kesadarannya harus segera ditentukan. Bila tak ada nafas spontan,
Industri berat, chemical diantara 5 dan 50 pekerja sedikit 1 orang Sedikitnya 1
korban di letakkan dalam posisi telentang. Bila korban bernafas
manufacture, orang untuk 50 pekerja
> 50 pekerja spontan dan adequat, letakkan dalam posisi miring (sisi) stabil.
slaughterhouses Sedikitnya 1 orang petugas
P3K telah dilantik untuk
kondisi darurat Langkah A : (Airway Control / penguasaan jalan pernafasan).
Sumber: HSE (First Aird) ISBN 0-7176-0426-8 Sumbatan jalan nafas oleh lidah/lendir/darah yang menutupi dinding
ke rongkongan (posterior pharyngs) harus diatasi sebelum resusitasi
dilakukan. Oleh karena itu harus dijaga agar jalan nafas tetap
terbuka.

17
Langkah B : (Breathing /pernafasan). 2. Miringkan kepala, agar bila korban muntah dapat keluar dan
Bila korban tidak bernafas (tak ada pergerakan dada dan perut, lidah tak tersurut ke belakang, sehingga jalan pernafasan
maupun hembusan lewat hidung/mulut atau tak ada uap air pada tak terhalang
cermin periksa), berikanlah pernafasan buatan dari mulut ke mulut 3. Keluarkan isi mulut (makanan, gigi palsu, sumbatan darah,
atau dari hidung ke mulut. Alat bantu pernafasan dengan balon dan lendir dsb)
sungkup muka boleh dipakai hanya oleh personil medis atau yang 4. Longgarkan pakaian penderita, dan bila perlu selimuti agar
terlatih. Setelah jalan nafas terbuka, penolong hendaklah segera tidak dingin,
menilai apakah korban bernafas spontan. Bila pernafasan spontan, 5. Jangan diberikan apapun melalui mulut,
maka tidak diperlukan bantuan ventilasi. 6. Jangan tinggalkan korban seorang diri, terutama bila ia
gelisah, dan dijaga agar tangan, kaki dan kepalanya tak
Langkah C : (Ciculation/sirkulasi), terbentur benda keras. Gerak kaki dan tangan jangan
Tidak adanya nadi yang teraba pada urat nadi besar/leher ditahan dengan paksa.
merupakan tanda henti jantung. Pengadaan sirkulasi buatan dengan 7. Segera bawa korban ke Rumah Sakit terdekat.
kompresi jantung dari dada luar serta penghentian perdarahan serta
posisi untuk mengatasi shok (gugat) diperlukan pada keadaan gawat B. Pertolongan pada Kasus KOMA HIPOGLIKEMIA
ini. Adalah koma yang terjadi karena kadar gula darah di bawah batas
normal, penyebanya karena dosis obat berlebihan pada penderita
d. Fase-II : Bantuan Hidup Lanjut harus dilakukan tenaga profesional penyakit diabetes melitus.
Langkah D : (Drugs and fluids/ pemberian obat dan cairan)
Langkah E : (Electro Cardiography) Gejalanya : awalnya gelisah, keringat dingin dan jantung berdebar-
Langkah F : (Fabrillation Treatment) debar, lalu kehilangan kontrol dan jatuh dalam koma, dan
orang-orangan mata mula-mula melebar, lama-kelamaan
e. Fase III : Bantuan Hidup Jangka Lama (perawatan pasca resu- mengecil.
sitasi), harus dilakukan oleh tenaga profesional
Langkah G : (Gauging), yaitu memberi terapi secara kausal dan Tindakan yang harus diambil:
menemukan seberapa jauh korban dapat ditolong. 1. Pada waktu penderita belum jatuh dalam koma, segera diberi minum
Langkah H : (Human mentation/resusitasi syaraf pusat) air gula +/- 1 (satu) gelas,
Langkah I : (Intensive Care) 2. Bila sudah terjadi koma, lakukan tindakan seperti diuraikan pada butir
C. tsb di atas.
(Sumber: Pedoman Penanggulangan Penderita Gawat Darurat, PMI, 1991)
8.6. PROSEDUR TINDAKAN BANTUAN PERNAFASAN (Sumber: Pedoman Penanggulangan Penderita Gawat Darurat, PMI, 1991)
(Resusitasi Jantung Paru/RJP)
C. Pertolongan Korban Kejang-kejang (KONVULSI)
Konvulsi adalah kekakuan tubuh dan anggota tubuh untuk beberapa saat
KORBAN
yang disertai kejang dan diikuti hilangnya kesa-daran.

Penyebab:
ya
tidak
SADAR Tindakan pertolongan a.Penderita ayan,
? pertama bila diperlukan b. Adanya gangguan otak atau riwayat benturan di kepala, atau
c. Suhu tubuh terlalu tinggi,
Bukalah Jalan d. Muntaber,
Pernapasan
e. Keracunan kehamilan.

tidak
Gejala/Tanda:
Bernapas ya
?
a. Tubuh kaku/kejang,
b. Otot rahang kaku,
Pertahankan c. Mulut berbuih,
Korban
Letakkan korban dalamposisi d. Mata dapat mendelik ke atas,
dalam posisi miring stabil e. Kesadaran menurun atau hilang
terlentang

Tindakan:
tidak ya 1.Jaga korban dari bahaya cedera
Periksa nadi besar SADAR
di leher, atau ? 2.Bebaskan jalan nafas dengan longgarkan pakaian dan miringkan
pergelangan tangan penderita
Bukalah
Tindakan 3.Masukkan sapu tangan yang digulung atau benda lain dilapisi kain
Jalan
Kombinasi Pernapasan pertolongan lunak ke mulut korban, tapi jangan memaksa
tidak tehnik pijat pertama bila 4.Jangan menahan atau melawan kejang.
Deyut
jantung luar diperlukan
jantung
dengan 5.Bila telah sadar, biarkan istirahat dan dapat diberi minum.
?
pernapasan
ya
ya buatan (RJP) Bernapas (Sumber: Pedoman Penanggulangan Penderita Gawat Darurat, PMI, 1991)
?

Lanjutkan
bantuan napas tidak
buatan Pertahankan
Letakkan Korban
korban dlm
posisi
dalamposisi
miring stabil
D. Pertolongan Terhadap Gangguan Nafas / Asma
Napas
terlentang Gejala/Tanda:
tidak pernapasan
spontan
buatan
a. Korban lemas dan sukar bicara,
timbul b. Sukar bernafas (mengeluar kan nafas),
Membersihkan c. Muka biru.
Lanjutkan jalan napas
bantuan
ya napas Tindakan pertolongan:
buatan
1. Amankan dan tenangkan korban,
2. Anjurkan duduk tenang dengan dagu ditopang oleh kedua tangan
korban,
3. Beri obat anti asma, bila ada,
8.7. PERTOLONGAN TERHADAP BERBAGAI JENIS KORBAN 4. Bila gejala tetap tak membaik, bawa segera ke dokter.
A. Pertolongan Terhadap Korban Penderita Koma
Koma terjadi bila seseorang tak sadar karena fungsi otaknya (Sumber: Pedoman Penanggulangan Penderita Gawat Darurat, PMI, 1991)
terganggu.
E. Pertolongan Gangguan Serangan Jantung
Penyebab : Gejala/Tanda secara umum:
a. Kekurangan oksigen di dalam darah, misal karena a. Perasaan tidak enak dan penuh nyeri di tengah dada,
tenggelam, dan telah menyebabkan kerusakan otak, b. Nyeri menyebar ke lengan kiri, leher, rahang dan punggung,
b. Kerusakan pada otak karena pukulan/benturan pada kepala c. Nyeri berkembang beberapa menit dengan permulaan yang tiba-tiba,
yang menyebabkan pendarahan otak atau memar otak, d. Rasa sakit dan sukar bernafas,
c. Keracunan makanan, minuman, gas carbon atau keracunan e. Rasa lemas,
obat, f. Kulit pucat, banyak keringat,
d. Kepanasan atau kedinginan, g. Bibir dan ujung jari biru,
e. Kehilangan banyak darah, h. Korban akan memegang dadanya dan sedikit membungkuk.
f. Terkena aliran listrik,
g. Akibat penyakit ginjal, gula darah atau hati Tindakan secara umum :
1. Segera beri pertolongan
Gejala dan Tanda-tanda: 2. Tenangkan korban dan jangan panik
Penderita tidak menjawab bila dipanggil, dan tidak
3. Jangan tinggalkan korban sendiri
memberikan reaksi terhadap rangsangan (bila dicubit) 4. Letakkan dalam posisi nyaman, berbaring setengah duduk dengan
lutut kaki ditekuk (perhatikan jalan nafas), jangan biarkan korban
Tindakan:
berjalan.
1. Baringkan di tempat teduh berudara segar, tanpa bantal

18
5. Kendorkan semua ikatan pada tubuh korban, Dua situasi yang sangat memerlukan Lockout & Tagout:
6. Jangan beri makanan/minuman a. Saat melepas atau membuat by pass alat pelindung bagian
7. Periksa kesadaran, mesin atau alat keselamatan lainnya.
8. Bila tak sadar, buat posisi miring stabil b. Saat karyawan harus memasang atau menempatkan suatu
9. Bila henti nafas dan henti jantung, segera lakukan resusitasi (RJP) bagian mesin dimana anggota badan karyawan dapat
sampai pertolongan medis tiba. tersentuh bagian mesin yang bergerak.
(Sumber: Pedoman Penanggulangan Penderita Gawat Darurat, PMI, 1991)
Saat melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan:
a. Mereparasi rangkaian listrik.
b. Membersihkan atau meminyaki bagian mesin yang bergerak.
F. Pertolongan Terhadap Korban Histeri c. Membebaskan jam (kemacetan aliran bahan yang sedang
Gejala/Tanda histeri: diproses) yang terjadi pada mesin yang sedang beroperasi.
a. Hilang kesadaran sesaat dengan sikap yang dibuat-buat,
b. Mungkin berguling-guling di tanah, Sumber: Perpustakaan K3LK (G.U. Ops)
c. Nafas berlebihan (cepat),
d. Tidak dapat bergerak atau jalan tanpa sebab yang tampak jelas. Gambar 9.2. Tanda Tagout

Tindakan :
1. Tenangkan korban,
2. Hindarkan korban dari masa,
3. Bawa ke tempat tenang
4. Dampingi korban dan awasi terus,
SAFETY TAG
5. Anjurkan ke dokter.

(Sumber: Pedoman Penanggulangan Penderita Gawat Darurat, PMI, 1991) KARTU INI HANYA
BOLEH DIAMBIL OLEH

BAB IX DEPT. PRODUKSI / PEMELIHARAAN

Tanggal
KESELAMATAN OPERASI PERALATAN & INSTALASI
Jam

9.1. DAFTAR PERALATAN YANG HARUS DISERTIFIKASI Jenis Pekerjaan

Tabel 9.1. DATA PERALATAN YANG HARUS DISERTIFIKASI /


MEMILIKI IZIN PEMAKAIAN DARI DEPNAKER RI Tanda Tangan

No Jenis Peralatan Syarat-syarat yang harus dipenuhi

1. Ketel uap, bejana uap, 1. Surat permohonan diatas meterai rangkap 4,


pesawat uap, bejana bentuk permohonan telah ditetapkan.
tekan, botol-botol baja dan 2. Gambar konstruksi lengkap dan detail las-lasan
tangki penimbunan. pada setiap sambungan.
3. Sertifikat bahan dan perhitungan kekuatan
kontruksi.
4. Laporan hasil pemeriksaan dan pengujian dari AWAS
Pabrik pembuat. TEGANGAN TINGGI
5. NDT record (bila dilakukan)
6. data lain yang mendukung.
BERBAHAYA

2. Crane, forklift, conveyor, 1. Surat permohonan diatas meterai rangkap 4,


escalator, evevator (lift), bentuk permohonan telah ditetapkan.
truck derek dan gondola. 2. Gambar konstruksi dan instalasi serta sistem
pengamanannya.
3. Sertifikat bahandan sambungan-sambungan
konstruksinya.
4. Perhitungan kekuatan konstruksi.

3. Motor diesel pembangkit 1. Surat permohonan diatas meterai rangkap 4,


tenaga (genset), turbin dan bentuk permohonan telah ditetapkan.
pesawat pembangkit 2. Gambar konstruksi dan instalasi.
tenaga, serta pesawat
produksi. 3. Sertifikat bahan.
4. Cara kerja pesawat / mesin (manual operating).
5. Gambar konstruksi dari alat pelindung dan cara 9.3. PENANDAAN INSTALASI PIPA SALURAN
kerjanya.
Tabel 9.3. Penandaan Instalasi Pipa Saluran
4. Instalasi pelindungan 1. Surat permohonan diatas meterai rangkap 4,
kebakaran, instalasi listrik bentuk permohonan telah ditetapkan.
dan petir, hydran, alarm, 2. Gambar konstruksi dan instalasi. Penggunaan Peruntukan Warna
sprinkler system, instalasi
listrik dan instalasi 3. Perhitungan kekuatan konstruksi dan area yang
dilindungi. Water Drinking Water, Cold Water, Destilled Water, Hot Hijau /
penyalur petir.
4. Sertifikat bahan / pabrik pembuat.
Water, Salt Water, Steam Water, Sprinklers, Bore Green
Water, Heating Water, Fresh Water, Town Water.
5. Data peralatan pendukung.
Steam Hot Steam Abu-abu -
perak
9.2. KESELAMATAN OPERASI ALAT (LOCKOUT & TAGOUT)
Electricity Consumers Mains, Electrical, Fire Alarm, Public Light
a. Pengertian: Lockout & Tagout adalah suatu cara untuk menjaga Address, Security System, Submains, Telephones Orange
peralatan dan mesin agar beroperasi namun tidak membahayakan
Kerosene Oil, mineral, vegetable or animal Flammabel or Coklat /
karyawan.
combustible liquid Brown
Lockout
a. Mematikan saklar, memutuskan arus, mengisolasi mekanisme Acids & Acid, Caustics, Photoric, Acid, Slphuric Acid Ungu /
energi dengan menempatkan dalam posisi tidak aktif serta Alkalis Violet
aman. Fire Hydrant Firelighting material, including detection and Merah /
b.Sebuah alat sering dipasang pada mekanisme energi yang suppression system (generally in conjuctoin with Safety- Red
diisolasi tsb, untuk tetap menjaga keamanan pada posisi tak other indentifications of the contents)
aktif (off). Natural Gas Acetylene, Carbon, Dioxide, chlorine, Helium, Natural
c. Sebuah gembok dipasang, sehingga peralatan atau mesin Hydrogen, L.P. Gas, Natural, Nitrogen, Oxygen, Gas
tersebut tidak dapat digerakkan. Ammonia, propane, Town Gas, Applies to either
gaseous from or liquified gases that under normal
atmosheric pressure become gases when released
Tagout
Compressed Compressed Air, H.P. Air, L.P. Air, L.P. Air, Acid
Tanda peringatan berupa kartu yang digantungkan diperalatan / Air Starting Air, Vacuum
mesin yang sedang diisolasi, agar mudah dibaca dan dikenal
Communi- Telephone ect Putih /
oleh karyawan lain. Contoh: tagout terlihat pada gambar 9.2. cation White
Kapan Lockout dan Tagout Dipergunakan? Air Compressed Air, H.P. Air, L.P. Air, Starting Air, LightBlue/
Vacuum Biru-muda
Pada saat kegiatan service atau maintenance setiap peralatan
atau mesin, di mana kemungkinan karyawan dapat terluka - Other fluids, including drainage pipes unless the Hitam /
karena : drai is toa particular service Black
a. Peralatan atau mesin dapat bekerja (start up) secara tak - Hazarddous services (generally in conjuction with Safety
terduga. other identification of the contents) Yellow
b. Terlepasnya energi yang tersimpan. Electricity Consumers Mains, Electrical, Fire Alarm, Public Light
Address, Security System, Submains, Telephone Orange

19
Sumber: SAA Australia 9.6. PERALATAN YANG MENDAPATKAN PENGAWASAN

Masa Sertifikat Peraturan Perudang-Undangan


No. Obyek
Pengujian (th)
1 Ketel Uap 2 Peraturan Uap 1930
2 Bejana Uap 2 Peraturan Uap 1930
3 Pemanas Air 2 Peraturan Uap 1930
4 Botol Baja 5 Permen No. 01/Men 82
9.4. PERSYARATAN INSTALASI PENYALUR PETIR 5 Bejana Transport 5 Permen No. 01/Men 82
6 Ketel Air Panas 5 Peraturan Uap 1930
Tabel 9.4. Persyaratan Instalasi Penyalur Petir 7 Ketel Minyak 5 Peraturan Uap 1930
8 Instalasi Pipa Bertekanan 4 Standar / Pedoman
9 Mobil Crane 2/1 Per. No. 05/Men/85
Uraian Keterangan
10 Crawler Crane 2/1 Per. No. 05/Men/85
Klasifikasi Penyalur petir biasa 11 Tower Crane 2/1 Per. No. 05/Men/85
Instalasi Petir 12 Overhead Traveling Crane 2/1 Per. No. 05/Men/85
Penyalur petir isotop
13 Gantry Crane 2/1 Per. No. 05/Men/85
Bangunan Gedung tinggi/bangunan (menara, silo, gereja, dll). 14 Ban Berjalan 2/1 Per. No. 05/Men/85
yang Gedung dengan atap dari bahan yang mudah terbakar. 15 Forklift 2/1 Per. No. 05/Men/85
menggunakan 16 Slug Climber / Gondola 2/1 Per. No. 05/Men/85
penyalur petir Gedung unit Penyimpan bahan yang mudah
17 Motor Diesel 1 Per. No. 04/Men/85
meledak/terbakar.
18 Motor Bensin/Gas 1 Per. No. 04/Men/85
Gedung untuk kepentingan umum (Hotel, R.S., Sekolah, 19 Turbin Uap 1 Per. No. 04/Men/85
Pasar, dll). 20 Motor Listrik 1 Per. No. 04/Men/85
Penerima (Air Penerima memiliki tinggi minimal 15 cm dari sekitarnya. 21 Dapur/Tanur Tinggi 1 Per. No. 04/Men/85
Terminal) Penerima harus dipasang pada bagian bangunan yang 22 Instalasi Deteksi / Alarm 1 Per. No. 02/Men/83
menjulang 1 m lebih tinggi dari atap. 23 Instalasi Pemadam Kebabakaran APAR 1 Per. No. 04/Men/80
24 Instalasi Pemadam Kebakaran Hydran 1 SNI 1745-1989-F
Penghantar Harus dipasang disekitar bangunan/sisinya sehingga
25 Instalasi Pemadam Kebakaran Sprinkler 1 SKBI No. 3,4,5,1989
Penurunan merupakan sangkar bangunan.
26 Pembangkit Listrik Generator 5 Per. No. 04/Men/88
Jarak antar pemegang penghantar penurunan minimal 1,5 m. 27 Instalasi Penerangan 2 Per. No. 04/Men/88
Jarak penghantar penurunan dengan atap bahan yang dapat 28 Pengaman Listrik 2 Per. No. 04/Men/88
terbakar minimal 15 cm. 29 Lift Barang 2 Per. No. 05/Men/78
Dilarang memasang di dalam atap bangunan 30 Lift Orang 2 Per. No. 05/Men/78
31 Instalasi Penyalur Petir 2 Per. No. 02/Men/89
Minimal mempunyai 2 penghantar penurunan. 32 Eskalator 2/1 Per. No. 05/Men/85
Pembumian / Dapat digunakan : tulang-tulang baja, pipa-pipa logam, dll, 33 Truk Derek 2/1 Per. No. 05/Men/85
Elekroda Bumi pipa-pipa atau penghantar lingkar, pelat logam, dll. 34 Truk Angkutan 2/1 Per. No. 05/Men/85
Harus dipasang sampai mencapai air dalam bumi. 35 Mesin Produksi 2/1 Per. No. 04/Men/85
36 Pembangkit Listrik Konventor 5 Per. No. 04/Men/85
panjang suatu elektroda bumi tegak minimal 4 m.
37 Bejana Stasioner 5 Per. No. 01/Men/82
Elektroda bumi mendatang harus ditanam minimal 50 cm di 38 Pesawat las listrik 5 Per. No. 04/Men/85
dalam tanah. 39 Unit Mobil Pemadam
Pemeriksaan & Instalasi harus diperiksa. Keterangan :
Pengujian Sebelum penyerahan. Semua obyek pengawasan di atas memerlukan sertifikat/pengujian.
Setelah ada perubahan/perbaikan. Pihak yang berwenang untuk melakukan pengujian / pemeriksaan adalah pegawai
pengawas, PJK3.
Secara berkala 2 tahun sekali.
Setelah ada kerusakan. Sumber: Permen Depnaker RI
9.7. PENGGUNAAN WARNA PADA RAMBU-RAMBU
Sumber: Permenaker 02/MEN/1989
a. Arti Warna Pada Rambu-rambu

Warna
Keselamatan Arti Contoh Penggunaan
9.5. KESELAMATAN DI LIFT Kerja
Stop Tanda stop
1)
Tabel 9.5. Keselamatan di Lift Merah Larangan Stop darurat
Tanda larangan
2) Perintah Kewajiban untuk memakai
Uraian Keterangan Biru
peralatan pelindung diri
1. Klasifikasi Lift : Peringatan tehadap Tanda bahaya seperti
Kuning risiko bahaya kebakaran, ledakan, radiasi
a. Sumber tenaga lift listrik, hidrolik & mesin bertali
kimia beracun, dsb.
b. Penggunaan lift penumpang, barang, servis.
Keadaan aman Arah jalan keluar
2. Instalasi/Pema-sangan mendapat izin tertulis dari Direktur/Pejabat
lift, pemakaian & Hijau Pintu darurat
yang ditunjuk.
perubahan teknis P3K
melampirkan penjelasan rencana teknis
(mesin, peralatan, pengamanan, denah, dll).
pemasangan oleh orang berkompeten. 1) Warna merah juga digunakan untuk pencegahan kebakaran dan untuk
peralatan pemadam kebakaran dan lokasinya.
3. Kapasitas angkut lift kapasitas ditentukan berdasarkan kapasitas
angkut (kg) dibagi 65.
2) Warna biru disarankan sebagai warna keselamatan kerja jika
digunakan dalam bentuk lingkaran.
kapasitas angkut harus tertulis dalam
sangkar.
Sumber: SPLN 104:1993-Standar Warna
4. Kabel penarik sangkar rantai tidak boleh digunakan sebagai kabel
penarik sangkar.
kabel terbuat dari baja & mampu menahan
b. Panduan Warna Kontras
beban minimum 12x kapasitas angkut.
diameter baja minimal 12 mm (kec. lift servis).
Paduan Warna Kontras
5. Sangkar lift harus diperlengkapi dengan pintu darurat.
Warna Keselamatan
tinggi sangkar tidak boleh kurang dari 2m. Warna Kontrasnya
Kerja
harus ada lampu darurat dengan sumber
tenaga dari sumber lain. Merah Putih
harus dilengkapi rem pengaman. Biru Putih
peralatan tanda bahaya seperti : bel listrik, Kuning Hitam
telepon darurat, instruksi darurat.
Hijau Putih
pintu dapat dibuka dengan paksa dari dalam
keadaan darurat.
Sumber: SPLN 106:1993
6. Pengujian harus dilakukan pengujian setelah
pemasangan, perubahan/perbaikan sebelum
digunakan.

Sumber: Permenaker & Transmigrasi 05/MEN/1978

20
5.3. Pencegahan Kebakaran, penjelasan umum pedoman, tujuan,
BAB X sasaran, penanggung jawab dll.

RENCANA DAN IMPLEMENTASI SMK3 5.4. Organisasi K3, menjelaskan:


DI PROYEK/PABRIK a.Bagan Organisasi P2K3 dilengkapi nama,jabatan, tugas dan
tanggung jawab pokok dalam SMK3, yang melibatkan pihak
subkontraktor, pemasok dan pekerja sesuai UU No. I/1970.
10.1. MENYUSUN RENCANA/PROGRAM K3 DI PROYEK b.Rapat P2K3, berisi jadwal dan hal-hal yang harus dipersiapkan,
a. Mengidentifikasi persyaratan K3 (sesuai Kontrak & Peraturan/UU) dibahas, direkam dan ditindaklanjuti.
a. Patroli/Inspeksi K3, berisi jadwal dan ketentuan patroli &
b. Rencana Kerja Proyek (RKP), terdiri dari: inspeksi harian/mingguan dan inspeksi umum/bersama bulanan,
1. Rencana Mutu (Quality Plan), sesuai dengan persyaratan pertemuan & tinjauan hasil inspeksi K3 dan Penerapan SMK3.
Kontrak dan Pedoman Mutu serta Sistem dan Prosedur SMM- d.Promosi & Latihan K3, berisi ketentuan bentuk dan agenda
ISO 9001:2000. latihan dasar K3 dan latihan khusus bagi petugas dan pekerja
2. Jadwal Waktu (Time Plan/Schedule), meliputi jadwal kegiatan sesuai karakteristik potensi bahaya di proyek, penanggung
administratif dan fisik konstruksi serta pengadaan dan jawab dsb.
penggunaan semua jenis sumber-dayanya. e.Papan dan Spanduk K3, berisi semboyan-semboyan K3 dan
3. Rencana Anggaran Biaya (Cost Plan/Budget), meliputi rencana pemasangannya di tempat-tempat strategis
biaya langsung & tidak langsung, rencana penerimaan & f.Poster dan rambu-rambu, berisi penjelasan arti rambu-rambu,
pengeluaran, dari awal sampai selesai. dilampiri daftar dan contoh gambar-gambarnya
4. Rencana/Program K3 (safety & Health Plan), sesuai dengan g.Laporan harian Penjelasan K3 Rutin (Tool Box Meeting), berisi
persyaratan Kontrak dan Peraturan Perundangan yang berlaku jadwal harian, peserta dan pemberi penjelasan K3
serta SMK3. h.Identifikasi Personil, berisi ketentuan tanda pengenal bagi
setiap personil, termasuk jabatan kerja/profesi dan kualifikasi
c. Menyusun Rencana/Program K3 nya.
1. Mengidentifikasi jenis-jenis Bahaya dan Analisis Risiko dari:
a. Setiap Proses Tahapan/ Jenis Pekerjaan dari tahap 5.5. Penanggung Jawab, berisi uraian tugas & tanggungjawab K3
Persiapan, Mobilisasi/ Demobilisasi, Pondasi, Pekerjaan setiap pejabat proyek : MP, MK/Pelaksana Utama, Pelaksana K3,
Tanah, Struktur Bawah & Atas, ME&P, Finishing Interior & Inspektor K3, Engineer, Mandor/Kepala Regu, termasuk Site
Eksterior, Lanskap, dsb. Manajer Subkontraktor.
b. Setiap Jenis Peralatan, pemasangan, operasi, Mob/Demob
dsb
c. Setiap Jenis Material, tranportasi, penyimpanan & penggu- 5.6. Pencegahan Kecelakaan, berisi penjelasan/proses tentang:
naannya a.P3K, fasilitas dan penanganan pertolongan kecelakaan.
d. Kondisi Lingkungan Fisik, Sosial, Jalan (Akses, Lalu-lintas b.Pencegahan Kebakaran, fasilitas dan tindakan penanga-nannya.
Alat/Material/Pekerja), Sumber Penyakit, Keamanan dll. c.Penanganan Keadaan Darurat, apa tindakan yang harus di-
lakukan.
2. Menyusun Daftar Matriks, yang berisi kolom-kolom: d.Pengajuan Ijin Kerja untuk tahap pekerjaan tertentu
a. Nomor Urut e. Ijin Kerja Berbahaya untuk jenis pekerjaan berbahaya
b. Lokasi/Jenis Pekerjaan/Aktifitas (setiap sumber risiko) f. Ijin Kerja Panas untuk pekerjaan rawan kebakaran (las, gerinda
c. Jenis Risiko Kecelakaan dari butir b. dsb)
d. Upaya Pencegahan/Pengendalian Risiko dari butir c. g. Ijin Kerja Dingin kerja berbagai pekerjaan lainnya
e. Penanggung Jawab Pekerjaan/Aktifitas dari setiap butir b. h. Ijin Pekerjaan Galian, untuk galian-galian yang rawan
Contoh Rencana K3 dapat dilihat pada tabel 10.3.i. kecelakaan
i. Ijin Pekerjaan yang Terkait Pekerjaan Lain (misal ada intalasi
3. Menyusun Daftar Matriks Prosedur Pengoperasian Alat, terdiri listrik dsb)
dari:
a. Nomor Urut 5.7. Keselamatan Lalu-Lintas, menjelaskan cara pengaturan lalu
b. Jenis Alat lintas kenda raan/peralatan masuk ke/keluar dari/parkir di
c. Bagian-bagian Alat yang harus diperiksa kawasan proyek/pabrik, termasuk persyaratan jalan kerja, rambu-
d. Cara Pengoperasian & Jenis Pengendalian Risiko selama rambu lalu lintas, kelengkapan K3 pada kendaraan dan peralatan.
operasi
e. Keterangan & Penanggung Jawab 5.8. Alat Pelindung Diri (APD), berisi persyaratan jenis APD,
kecukupan pe- nyediaan & pemakaian sesuai jenis pekerjaan,
4. Menyusun Agenda Kegiatan Inspeksi dan Pertemuan/ Tinjauan meliputi pelindung kepala dan kaki, pelindung mata, telinga,
hasil inspeksi (Harian, Mingguan dan Bulanan) tangan, tubuh, pernafasan dan pelindung terhadap jatuh; hak &
kewajiban merawat dan mengganti.
5. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas P2K3 dan Unit
Penanggulangan Keadaan Darurat/Kebakaran. 5.9. Perkakas dan Peralatan, berisi prosedur penanganan K3 sejak
pemilihan jenis dan kapasitas, transportasi, instalasi,
6. Daftar Alamat Pihak-Pihak yang harus dihubungi bila terjadi penggunaan, pemeriksaan, perawatan/perbaikan dan demobi-
keadaan darurat, seperti: lisasi untuk:
a. Rumah Sakit, Puskesmas dan Dokter Hyperkes terdekat. a.Perkakas : bor, gerinda, pemotong, las, gergaji, hamer,
b. Kantor Dinas Pemadam Kebakaran terdekat penggetar dll
c. Kantor Depnaker b.Peralatan: pemancang,crane,hoist, truk, dozer,excavator,
d. Kantor Polisi, Aparat Keamanan lainnya yang terdekat. grader dsb.

d. Menyiapkan Prosedur K3 (jika disyaratkan dalam Kontrak) 5.10. Perancah dan Tangga, berisi prosedur penanganan K3 sejak
Prosedur K3 sebaiknya disusun secara sistematis, ringkas, perhitungan/pemilihan, penyediaan fasilitas, pemasa-ngan,
menyeluruh dengan kerangka seperti contoh berikut. pemeriksaan / inspeksi, penggunaan, pemeliharaan
pembongkarannya.
10.2. CONTOH KERANGKA PROSEDUR K3
Pada setiap Proyek/Pabrik, harus tersedia Prosedur K3 sesuai dengan 5.11. Prosedur Khusus, menjelaskan persyaratan petugas dan cara
tingkat risiko/karakteristik pekerjaannya dan harus jelas walaupun ringkas. penanganan K3 termasuk perijinan, transportasi, penyimpanan,
Contoh susunan Prosedur K3 (yang masih perlu disesuaikan), adalah pemasangan, perlindungan, dan penang-gulangan bila terjadi
sbb: kecelakaan dan atau penyakit yang ditimbulkan, dalam:
1. Tujuan: sebagai pedoman pelaksanaan untuk mencegah terjadinya a. Penggunaan bahan/peralatan radioaktif,
kecelakaan dan penyakit akibat kerja di proyek/pabrik. b. Penggunaan bahan/peralatan peledak,
c. Penggunaan bahan kimia dan bahan-bahan lain yang
2. Ruang Lingkup. Mencakup aturan-aturan dan program K3 yang berbahaya
berlaku bagi seluruh personil dan pihak lain yang berada di lokasi
Proyek/Pabrik. 5.12. Prosedur Keamanan (Security Procedure), menjelaskan
syarat-syarat petugas dan prosedur pengamanan dan
3. Definisi. Menjelaskan istilah dan singkatan yang dipakai dalam perlindungan terhadap jiwa, fisik dan harta benda dari segala
prosedur jenis potensi kejahatan, gangguan, ancaman dan tindakan dari
berbagai pihak yang tak diinginkan (pencurian, perampokan,
4. Dokumen Acuan. Berisi daftar dokumen yang mendasari atau meleng penganiayaan, teror, penyiksaan dsb) dan koordinasinya dengan
kapi dan harus dibaca/diikuti sesuai dengan derajat kekuatannya. aparat keamanan/polisi setempat. Termasuk adanya Daftar
Alamat/ telepon dari pihak-pihak yang harus dihubungi.
5. Ketentuan dan Prosedur. Berisi ketentuan/penjelasan a.l. :
5.1. Para Pihak: kedudukan/tanggung jawab K3 dari Pengguna Jasa 5.13. Prosedur House Keeping, menjelaskan standar fasilitas/
(Pemilik) dan Pemberi Jasa (Konsultan, Kontraktor, Subkontraktor, prasarana dan tata tertib dan kebersihan/kerapihan kawasan
Pemasok) dan lokasi kerja ser ta berbagai jenis bangunan penunjang
seperti kantor,gudang, bedeng, workshop, pagar, MCK, kantin,
5.2. Persyaratan yang harus dipenuhi misalnya tingkat kecelakaan, jalan kerja, sanitasi, air, listrik dsb)
aturan komunikasi dsb

21
5.14. Prosedur Kesehatan / higiene, menjelaskan fasilitas dan 2. Laporan Kejadian dan Penanganannya untuk:
jadwal pe meriksaan kesehatan berkala apalagi bila tempat kerja a. Kecelakaan Ringan, b. Kecelakan Berat,
dan lingkungan nya mempunyai potensi menimbulkan penyakit, c. Kecelakaan, korban meninggal, d. Kecelakaan Peralatan Berat,
atau wabah penyakit baik akut maupun kronis. e. Penyakit Umum./khusus.. f. Kejadian membahayakan.
3.Mengirimkan Laporan Bulanan Rekap Pelaksanaan Program K3 ke
5.15. Prosedur Pekerjaan Listrik: PjPU, termasuk Laporan Jenis, Jumlah Kecelakaan dan RTP nya.
a.Pekerjaan Listrik pada umumnya, menjelaskan persyaratan
petugas pekerja, penyediaan dan pemasangan serta e. Pelatihan & Penjelasan K3
perlindungan bahan/peralatan bermuatan listrik, pemeriksaan 1.Pelatihan K3 Manajerial (SMK3) & Keahlian (AK3) bagi anggota P2K3
harian/berkala, grounding, rambu-rambu peringatan (yang di Pusat, PJPU dan PPU.
difahami semua personil) pada tempat-tempat berbahaya,
transformer, pemutus arus, kotak pemindah arus, mesin las, 2. Pelatihan Umum K3 Teknis Perjenis Pekerjaan untuk pegawai yang
kabel listrik, penangkal petir dsb. bertugas di Proyek. K3-Teknis meliputi K3 dalam Pekerjaan: a. Peralatan
b.Pekerjaan Listrik dan Mekanik khusus lain (jika ada) yang Berat Konstruksi, b. Perkakas Bertenaga, c. Beton, d. Pe- rancah &
mempunyai potensi bahaya besar. Bekisting, e. Galian & Timbunan Tanah, f. Elektrikal, Meka- nikal &
Plumbing, g. Finishing Dalam, h.Finishing Luar, i. Pembesian, j.
5.16. Penanggulangan Kecelakaan: Penanganan, Penyimpanan & Pemeliharaan Material, dlsb
a.Sistem/Prosedur Pemberitahuan dan Penanganan Kecela-kaan 3. Pelatihan Khusus K3 di Proyek:
b.Prosedur Penyelidikan Kecelakaan a.Pelatihan Rencana/Prosedur K3 Proyek tsb, diikuti oleh anggota
c.Sistem/Prosedur pelaporan kecelakaan
P2K3, Pelaksana, Mandor, Site Manajer Subkontrkator. Dilaksana- kan
d.Prosedur P3K, Daftar Alamat dan telepon Rumah Sakit/ di awal dan di tengah periode proyek untuk penyegaran.
Dokter, Kantor Depnaker, ASTEK dan kantor polisi b.Penjelasan K3 untuk setiap kegiatan tertentu yang diperkirakan
setempat mempunyai risiko kecelakaan / penyakit. Penjelasan, latihan atau
peragaan dapat diberikan secara langsung, singkat kepada penga-
6. Pengecualian (bila ada, jelaskan)
was, tukang/pekerja/operator pada saat sebelum mulai pekerjaan.
7. Rekaman, berisi daftar & rekaman bukti pelaksanaan SMK3 (Perijinan, f. Penyediaan & Penggunaan Fasilitas Penunjang Program K3
la poran inspeksi, risalah rapat K3/P2K3, Laporan Kecelakaan dsb. 1. Promosi Program K3, antara lain Pemasangan:
a. Bendera K3 (berada di sisi paling kanan jika di lihat dari depan, tinggi
8. Lampiran, berisi a.l. Daftar undang-undang dan peraturan pemerintah 3,5m), bendera RI (berada di tengah, tinggi 4 m) dan ben-dera WIKA (di
tentang K3, Daftar dokumen kontrak/persyaratan K3, Daftar dan sisi paling kiri jika dilihat dari depan, tinggi 3,5 m) jarak masing-masing
gambar site plan, Bagan Organisasi, Daftar poster dan rambu-rambu 2 m.
yang dipakai, Format-format: Perintah tindakan perbaikan, Laporan b. Spanduk, berisi : Utamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
K3, Ijin-ijin kerja, kartu pengenal, Format-format Laporan kecelakaan, c. Papan-papan Tanda (Sign Board) berisi Slogan-slogan K3 berupa
kebakaran, penyelidikan, statistik kecelakaan bulanan dsb. gambar/pamflet berisi peringatan tentang bahaya dan kecelakaan serta
penyakit di lokasi pekerjaan dan ajakan untuk memperhatikan K3.
10.3. IMPLEMENSI SMK3 DI PROYEK Papan tersebut di pasang di tempat tempat yang strategis dan
a. Pemenuhan Persyaratan Administratif: mengenai sasaran.
1.Penutupan ASTEK (ambil formulir ASTEK, isi dan lengkapi,lalu
kembalikan dan bayar premi ASTEK, dapatkan bukti-buktinya 2.Fasilitas Penunjang Program K3, meliputi:
beserta papan nama dan rekomendasi ASTEK semua file/bukti a. Alat Pelindung Diri (APD): Helm, Sepatu Lapangan, Sabuk Pe
dipelihara) nyelamat, Sarung-tangan, Masker anti debu/respirator,Masker anti gas
beracun, Kaca-mata las/gogle, Pelampung dsb. yang harus dipakai
2. Melapor ke Kanwil Depnaker setempat (ambil formulir wajib lapor, sesuai dengan jenis pekerjaannya guna mencegah risiko
isi dan lengkapi, lalu ajukan, dan dapatkan persetujuan/ijin kecelakaan/penyakit dari tiap pekerjaan yang mempunyai risiko bahaya
Depnaker). masing-masing tsb.
b. Fasiltas P3K, meliputi: Kotak P3K, petugas dan manual P3K se suai
3. Penutupan Asuransi CAR dan PA sesuai persyaratan Kontrak, dengan jumlah pekerja dan lokasi pekerjaan.
polis dan nilai pertanggungan jelas, semua file dan bukti-bukti c. Alat Pemadam Kebakaran Ringan (APAR), Jenis, jumlah dan tempat
dipelihara, pemasangannya disesuaikan dengan fungsi ruangan.
APAR dipasang a.l. di Kantor, Gudang BBM/Gas/Material, Instalasi
4. Perijinan Instansi yang berwenang a.l. : alat/genset/bengkel, Gudang bahan berbahaya (Peledak, Cat, Bahan
a. Tersedianya IP atau IMB dari Dinas Tata Kota setempat, Kimia, dsb) , Asrama Karyawan, Barak Pekerja dan Tiap Lantai
b. Pemberitahuan ke/ijin Instansi (Lurah/Camat/Bupati/Wali Ko-ta Bangunan Proyek yang sedang dikerjakan.
/Polisi)
c. Ijin Penggunaan Jalan/lalu lintas berat dari Dinas PU se- d. Pagar dan Jaring Penyelamat, dipasang di tepi lubang-bukaan lantai
tempat. dan dinding, tepian lantai bangunan bertingkat, tepi lubang galian
d. Ijin Layak Pakai Peralatan utama Proyek/rekomendasi Dep- tanah, tepian platform/jalan kerja, tepian tangga dsb
naker
e. Ijin Pengadaan / penyimpanan / penggunaan Bahan peledak e. Penangkal Petir dipasang di Bangunan tertinggi dan Tower Crane
dsb.
f. Pembuatan,perawatan,pengaturan & penggunaan jalan keja
b. Melakukan koordinasi/kerja sama sebaik-baiknya dengan semua g. Rambu-rambu Peringatan: Awas Bahaya Dari Atas, Awas Kepala
pihak yang terkait dengan K3, baik dengan pejabat di lingkungan Proyek Terbentur, Awas Longsoran, Awas Kebakaran / Strum Listrik dsb.
seperti Pengguna Jasa, Konsultan, Pengawas dan para Mitra Kerja dan Rambu-rambu Petunjuk : Ketinggian Pintu/Portal, Nomor Lantai
Perwakilan Pekerja, maupun Pejabat dan Instansi yang berwenang Gedung bertingkat, Jalur Instalasi Listrik, Tinggi tumpukan dll.
setempat seperti Depnaker, Polisi, Rumah sakit/Dokter dsb Rambu-rambu Larangan : Selain Petugas Dilarang masuk, Dila- rang
membawa bahan berbahaya, dilarang merokok, bergurau dll
c. Melakukan Pengawasan atas pelaksanaan Program K3 a.l. :
1.Melakukan Inspeksi/Patroli harian/mingguan oleh beberapa anggota 3.Penyelenggaraan Housekeeping, meliputi penyediaan Prasarana kerja
P2K3 ke semua area dan kegiatan, secara terencana, sekitar 1-2 jam, yg sehat yaitu terjaminnya kebersihan, kerapihan & ketertiban al:
masing-masing mencatat penyimpangan terhadap Rencana/Prosedur a.Tersedianya air bersih yang cukup memadai,
K3, Pedoman/Standar K3, dan pekerjaan yang membahayakan. b.Tersedianya tempat MCK bersih-terawat untuk karyawan & pekerja
c.Ruang kerja nyaman,
2.Melakukan Penyeliaan atas Pelaksanaan Program K3 secara
d.Musholla bersih dan terawat,
konsisten oleh Manajer Konstruksi/Koordinator yang ditunjuk MP, yang
e.Tersedianya bak sampah,
berwenang menegur/memberi perintah langsung terhadap Site Manajer
f. Pembersihan & pembuangan sampah teratur,
dari Mitra Kerja, kepala regu, pelaksana, bila ada penyimpangan
g. Sanitasi dan drainasi yang sehat,
Program/Prosedur K3 atau pelaksanaan yang membahayakan K3.
h. Keteraturan pemasangan perancah, penyimpanan material / alat
3.Melakukan Rapat K3 secara periodik, yang membahas laporan/hasil perkakas / APD / alat bantu, dlsb
Inspeksi/patroli K3 maupun hasil supervisi K3 oleh MK/Koordinator.
Agenda Rapat adalah mengkonfirmasi data hasil Inspeksi/Patroli/Super g. Contoh-contoh Slogan K3
visi, mengevaluasi dan merencanakan serta melaksanakan tindakan: 1. AGAR SELAMAT DALAM BEKERJA PAKAIALAH ALAT PELINDUNG DIRI
a.Perbaikan atas pelaksanaan pekerjaan, yang tak sesuai dengan 2. MULAILAH PEKERJAAN DENGAN SEMANGAT DAN AKHIRILAH DENGAN
SELAMAT.
Ketentuan K3, Sistem/Metoda Kerja, Rencana/Prosedur K3. 3. HINDARILAH KECELAKAN, KELUARGA ANDA MENANTI DI RUMAH.
b.Perbaikan terhadap Sistem/Metoda Kerja, untuk mencegah agar 4. KECEROBOHAN DAN KELALAIAN SEBAB UTAMA KECELAKAAN KERJA
penyimpangan tak terulang lagi, 5. UPAYAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MULAI DARI LING-
c.Perbaikan terus menerus dalam proses perencanaan, pelaksana KUNGAN ANDA TERDEKAT
an, pemeriksaan, monitoring/evaluasi dan tindak lanjut (PDCA) 6. SEBELUM BEKERJA PASTIKAN GAMBAR PEDOMAN DAN CARA KERJA ANDA
BENAR
4.Melakukan Pengendalian Dokumen dan Rekaman SMK3, 7. PERIKSA DAN PASTIKAN SEMUA ALAT DAN SARANA KERJA ANDA DALAM
memelihara Data Hasil Inspeksi, risalah/notulen rapat, Laporan-laporan KEADAAN BAIK SEBELUM ANDA GUNAKAN
8. JANGAN MELAKUKAN DAN MENCOBA SESUATU YANG TIDAK ANDA KUASAI,
kejadian, buktibukti, dan dokumen lainnya. PANGGILAH PETUGAS YANG BENAR
d. Membuat Laporan Pelaksanaan Program K3, berupa:
1.Laporan Jenis & Jumlah Penyimpangan terhadap Rencana K3 dan
Rencana Tindak Lanjut Perbaikannya.

22
h. Struktur Organisasi P2K3
BAGAN ORGANISASI
PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (P2K3)
PT WIJAYA KARYA

PENGARAH
P2K3
- Ketua Pengarah P2K3 : Dirut atau Direktur yang menangani fungsi operasi
- Anggota Pengarah P2K3 : - Direktur
- Ketua Pelaksana P2K3 Tingkat Pusat
- Ketua Pelaksana P2K3 Tingkat Divisi
PELAKSANA P2K3
TINGKAT PUSAT
Ketua Pengarah P2K3 Tingkat Pusat :
Manajer Badan yang menangani
fungsi Operasi dan Manajemen Mutu

KONSULTAN

SEKRETARIAT P2K3 PELAKSANA P2K3


TINGKAT PUSAT TINGKAT DIVISI

Ketua Pelaksana P2K3 Tingkat Divisi :


Sekretaris P2K3 Tingkat Pusat : Manajer Divisi
Manajer Biro yang menangani
fungsi Pengendalian Produksi
SEKRETARIAT P2K3 PELAKSANA P2K3
TINGKAT DIVISI TINGKAT PPU

Ketua Pelaksana P2K3 Tingkat PPU :


Sekretaris P2K3 Tingkat Divisi Pimpinan tertinggi PPU
- Manajer Bidang yang menangani SEKRETARIAT
fungsi Produksi/Operasi/ P2K3 TINGKAT PPU
Anggota P2K3 Tingkat Pusat Pembangunan/QA/Komersial
- Manajer-manajer Biro yang - Sekretarias P2K3 Tingkat PPU Sekretaris P2K3 Tingkat PPU
menangani fungsi : Kepala Seksi yang menangani fungsi
- Engineering "QA"/Teknik
- Pengendalian Pengadaan Anggota P2K3 Tingkat Divisi :
- Perencanaan dan - Manajer-manajer Bidang yang Anggota P2K3 Tingkat PPU :
Pengembangan Pegawai menangani fungsi : Kepala-kapala Seksi yang
- Pengembangan - Teknik menangani fungsi :
Sistem Remunerasi - Produksi/Operasi/Pembangunan/ - Teknik
- Sistem Manajemen Mutu "QA"/Komersial - Komersial
- Sekretaris P2K3 Tingkat Divisi - Keuangan dan Personalia - Pengadaan dan Peralatan
- Ketua Pelaksana P2K3 Tingkat PPU - Keuangan dan Personalia

Komite sesuai Kebutuhan Komite sesuai kebutuhan Tingkat Komite sesuai kebutuhan Tingkat PPU
Tingkat Pusat Divisi

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 26 Maret 1999

PT WIJAYA KARYA
Direksi,

ttd.

Ir. A. Sutjipto, M.M.


Direktur Utama

STRUKTUR ORGANISASI P2K3


DI PABRIK

KETUA

SEKRETARIAT
PRODUKSI

ANGGOTA

INSPEKSI QUALITY Seksi Produksi


ASSURANCE Seksi Peralatan
Seksi Teknik

ANALISA TEKNIS Seksi Workshop


TEKNIK Seksi Perencanaan & Evaluasi
PERENCANAAN Seksi Keuangan & Personalia

23
STRUKTUR ORGANISASI P2K3
DI PROYEK

KETUA : Manajer Proyek


WAKIL KETUA : MK / PELUT

SEKRETARIS WAKIL SKRETARIS


Kasi QA Kasi KP
Ahli K3 Administrasi
Inspeksi Umum
Monitoring P3K
Evaluasi Asuransi

ANGGOTA

Seksi Teknik
Standarisasi K3
Metode Kerja
Seksi Komersial
Anggaran K3
Seksi Dan Lat
Pengelolaan K3
Material & Alat

Pelaksana Utama
Supervisi K3
Pelaksana
Supervisi K3
Site Manajer
INSPEKTOR SubKontrantor
QC Supervisi K3
K3 General
Superintendent
( Mandor )
Supervisi K3

24
i. Contoh Rencana K3

RENCANA K3
PROYEK
TAHUN .

Tahap Peralatan/ Jenis Upaya Penanganan Penanggung


No. Pekerjaan Kendaraan Bahaya Jawab
yg dipakai Perangkat Rambu-rambu APD yg
Pengaman yg dipasang dipakai

Mengetahui, Dibuat oleh,


Ketua P2K3 Sekretaris P2K3

Manajer Proyek / Pabrik Kasie QA

25
j. Contoh Formulir Hasil Inspeksi K3

FORMULIR HASIL INSPEKSI K3 l. Proses Penanganan Kecelakaan Ringan


Tanggal Inspeksi :

Jenis Pemenuhan Pelaksanaan K3 Pemakaian Perlengkapan


No. Bagian
Pekerjaan Dipenuhi Tidak & Uraikan Standar Penyimpangan
FLOW CHART PENANGANAN
KECELAKAAN RINGAN

KECELAKAAN
RINGAN

LAPORAN
KE ADMINISTRASI
PROYEK

PERLU DI
BAWA KE
RUMAH
SAKIT

DI BAWA KE DILAKSANAKAN
RUMAH PENGOBATAN DI
SAKIT PROYEK

REKAMAN
DATA
KECELAKAAN
Mengetahui, Pemeriksaan

SELESAI
Manajer Proyek / Pabrik Petugas Inpeksi K3

k. Contoh Rencana Tindak Lanjut (RTP) Inspeksi K3


RENCANA TINDAK LANJUT INSPEKSI K3 m. Proses Penanganan Kecelakaan Berat
(Safety Inspection)

FLOW CHART PENANGANAN


Tanggal : ..
Jam : KECELAKAAN BERAT
Hadir :

No. Tgl. Inspeksi Masalah yang perlu ditindaklanjuti Oleh Waktu Status
KECELAKAAN
BERAT

LAPORKAN
KE KETUA /
SEKRETARIS P2K3
PROYEK

PENANGANAN
ADMINISTRASI
KECELAKAAN OLEH
ADMINISTRASI

KORBAN DIBAWA
KE RUMAH SAKIT

Mengetahui, Dibuat oleh,


Tanda Tangan Tanda Tangan MONITORING
LAPORKAN
PENYAKIT &
KE ASURANSI
PERAWATANNYA

CLAIM
Nama : .. Nama : ..
ASURANSI
Jabatan : Ketua P2K3 Jabatan : Sekr. P2K3
Tanggal : . Tanggal : .
PROSES
PEMBERIAN PENYEMBUHAN
ASURANSI

REKAMAN DATA
KECELAKAAN

SELESAI

26
n. Proses Penanganan Kecelakaan dengan Korban Meninggal p. Contoh Formulir Laporan Kecelakaan Bulanan
LAPORAN KECELAKAAN
FLOW CHART PENANGANAN
Bulan : .
KECELAKAAN DENGAN KORBAN MENINGGAL

Proyek / Pabrik : .
KECELAKAAN DENGAN
KORBAN MENINGGAL No Jenis Sebab Tanggal Lokasi Status Korban
Kecelakaan Kecelakaan Kejadian Kejadian Meninggal Berat Ringan

LAPORKAN LAPORKAN KE PEMBERITAHUAN


KE POLISI KETUA / SEKR KE KELUARGA
P2K3 PROYEK KORBAN

PEMERIKSAAN
OLEH POLISI PERSETUJUAN/
Alt : 1 Alt : 2
PERMINTAAN
KELUARGA KORBAN

SURAT KET.
DARIO POLISI

DI BAWA KE DI BAWA KE
KELUARGA RUMAH SAKIT
UNTUK VISUM

PENGUBURAN JENASAH Mengetahui, Dibuat oleh,


& PENYELESAIAN DATA Tanda Tangan Tanda Tangan
KORBAN

PENGURUSAN
ASURANSI OLEH Nama : Nama :
ADMINISTRASI PROYEK
Jabatan : Ketua P2K3 Jabatan : Sekr. P2K3
Tanggal : Tanggal :

PENYELESAIAN CLAIM
ASURANSI Keterangan :
1. Berat : membutuhkan rawat inap di rumah sakit
2. Ringan : tidak membutuhkan rawat inap di rumah sakit

REKAMAN DATA
KECELAKAAN

SELESAI

O. Contoh Formulir Laporan Kecelakaan Kerja


LAPORAN KECELAKAAN KERJA q. Contoh Formulir Penyelidikan Kecelakaan Kerja

Nama Korban : Lokasi : .. FORM PENYELIDIKAN KECELAKAAN KERJA


Bagian : Tanggal : ..
Jam : ..

Kondisi Korban Analisa Kecelakaan Tanggal Kecelakaan : Tim


Jenis Kecelakaan : .. Ketua : .
Lokasi Kecelakaan : .. Anggota : 1. .
Jumlah Korban : Ringan orang 2.
Berat orang
Meninggal orang

Wawancara dilakukan terhadap :


1. ..
2. ..
3. ..

ANALISA PENYEBAB KECELAKAAN KERJA

P3K yang telah dilakukan Tindak Lanjut


Tindakan Medis :
..

Preventif :
RENCANA TINDAK LANJUT / REKOMENDASI TIM WAKTU
. .
. .
Verifikasi : . .
(hasil penanganan tindakan medis dan efektivitas tindakan preventif) . .
.
.

, ..

Mengetahui Penanggung Jawab Dibuat oleh


Yang dilaporkan Kasi KP Verifikasi / QA
Nama

Tanggal

Tanda tangan ( ) ( .) ( .)
Pimpinan Unit Kerja Ketua Tim

Tembusan :
1. P2K3 tingkat Divisi / Pusat
2. Arsip
Proyek / Pabrik : .

27
t. Contoh Formulir Ijin Kerja Panas.
r. Contoh Formulir Ijin Kerja Penggalian (umumnya berlaku di Proyek Pertambangan Minyak, Gas dan Batubara)
SURAT IJIN KERJA PANAS (HOT WORK PERMIT)
-------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Tanggal dikeluarkan :
IJIN PENGGALIAN Issue Date
Excavation Permit -------------------------------------------------------------------------------------------------
2. Berlaku dari: Jam . WIB, Tgl: s/d Jam .WIB, Tgl
Valid from Hrs, On until Hrs, On
TANGGAL : .. LOKASI : -------------------------------------------------------------------------------------------------
Date Location
3. Lokasi Kerja Panas:
MAKSUD : ....
Purpose Hot Work Location
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Lokasi penggalian telah diperiksa secara menyeluruh dengan menggunakan detektor logam dan 4. Ijin Kerja Panas yang dilakukan :
melalui gambar denah plant. Type of Hot Work to be Performed .
The area detailed by ske below has been thoroughly searched by way of facility drawings and
use of a metal detector. 5. Alat Pelindung Yang Diperlikan/Protection Equipmwnt Required, ( X )
Pelindung Mata/Eye Protection ( ) Tanda Pengaman/Safety Barries ( )
Berikut bahaya-bahaya yang terdapat pada pekerjaan penggalian : Pelindung Telinga/Ear Protection ( ) Radio Genggam/Portable Radio ( )
The following excavation hazards are noted : Sabuk Pengaman jenis parasit/ Alat Bantu Pernafasan/Breathing
Safety Harness ( ) Apparatus ( )
1.
2. Sarung Tangan/Gloves ( ) Pemadam Api Riongan/Fire -
3. Baju Anti Kimia/Chemical Suit ( ) Exthinguisher ( )
4. Penjaga Kebakaran/Fire Watcher( ) Pendeteksi Gas/Gas Detector ( )
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Tindakan pencegahan sebelum penggalian : 6. Hasil Uji Gas/Result of Gas Test:
Precautions required prior to excavation are :
Oksigen/Oxygen ..
1. Pengamanan daerah penggalian ( ) Gas Mudah Terbakar/Flammable Gas .
Limited excavation digging Perlu Pengujian Tambahan selang setiap/
2. Alat penggali tangan disediakan ( ) Additional Test Required at .. Jam/ hours interval.
Hand shovel digging required
7. Instruksi Tindakan Pencegahan Tambahan/Additional Instructions: .
3. Mengidentifikasi potensi bahaya ( )
Spoller to deality hazards .
4. Isolasi peralatan listrik / lainnya ( ) ..
Electrical or other isolations -------------------------------------------------------------------------------------------------
5. Lain-lain ( ) 8. Semua Pekerjaan dan Tindakan Pencegahan yang tertulis di atas akan dilak-sanakan di bawah
Others tanggung jawab saya.
Beri tanda ( X ) yang sesuai The work and precaution detailed above will be carried out under my overall
Tick ( X ) applicable boxes
Responsibility
DETIL LOKASI PENGGALIAN Tanda tangan/Signature
SKETCH OF LOCATION DETAILS Manajer Produksi/Production Manager
9. Pengawasan di Lapangan didelegasikan kepada./
ELECTRICAL / MAINTENANCE SUPERINTENDENT : ..
Worksite supervision is delegated to : .
EXCAVATION ENGINEER : -------------------------------------------------------------------------------------------------
10. Catatan dari Bagian K3/Safety Department Comments
FACILITY ENGINEER : . .. .
11.Pekerjaan telah selesai, lokasi ditinggalkan dalam keadaan bersih dan aman
PENYELESAIAN PEKERJAAN
SUMMARY OF WORK COMPLETED The work has been completed and the lokation has been left clean and safe

Tanda tangan & tanggal/Signature & Date


Manajer Produksi/Production Manager
Tanda Tangan : ..
SIGN OFF SIGNATURE

s. Contoh Formulir Ijin Masuk Ruang Terbatas

IZIN MASUK RUANG TERTUTUP


No.
(Cobfined Space Entry Permit)
NAMA PEMOHON / SUPERVISOR:
Name of Appplication / Supervisor:

TANGGAL : .. LOKASI : . PERALATAN :


Dete Location Equipment

URAIAN BAHAYA : ..
Hazardtion Required :

PENCEGAHAN YG DIPERLUKAN : .. ..
Precaution Required :

DAFTAR PEMERIKSAAN / Checklist

(1) TEST UDARA / Atmosphere Testing


(a) Kandungan Oksigen / Oxygen Content .. Hasil/Jam/Tanggal
(b) Gas yang bisa meledak / Explosio Gas .. Result/Time/Date
(c) Karbon Monoksida / Carbon Monoxida .. Result/Time/Date
(2) HARUS ADA VENTILASI ..
Vetilation Requirement
(3) BAHAYA LISTRIK ..
Ekectrical Hazards
(4) PEMADAM KEBAKARAN ..
Fire Protection
(5) KOMUNIKASI ..
Communication
(6) PERLENGKAPAN PENYELAMAT ..
Rescue Equipmet
NAMA KERYAWAN YANG DIPERIKSA.... .
Name of Expose Employees
TELAH DIPERIKSA DALAM KEADAAN BAIK . .
Checked and Satisfied

SUPERVISOR SAFETY DEPARTEMENT


(Tanda Tangan / Signature) (Tanda Tangan / Signature)

Keterangan/Comment: ..
..
..
..

------------------------------------------------ ----------------------------------------------------
Pengawas Lapangan/Site Inspector Manajer Produksi/Production Manager
(Tanda Tangan / Signature) (Tanda Tangan / Signature)

28
r. Cara Pelaporan & Penanganan Keadaan Darurat

Tanggulangi
dari Tim Membuat Laporan
Minta bantuan
Proyek/Pekerja Pemadam
Kebakaran

Minta bantuan
Periksa tenaga medis
Terjadi Bunyikan Menuju tempat Periksa
evakuasi yang kondisi Jenis
keadaan tanda bahaya keadaan
darurat (Alarm) telah ditetapkan Minta bantuan Kerusakan
darurat
pihak berwajib

Minta bantuan
pihak eksternal
Terkait lainnya

Berikan Pertolongan
(ke rumah sakit )

Buat Laporan kejadian


Inventarisir kerusakan Bentuk Tim Penyelidik secara lengkap dan Laporan
pada benda Kecelakaan jelas termasuk Form didistribusikan
Penyelidikan Kecelakan

Autopsi & keterangan


kematian (jika ada
korban meninggal)

29
1. No. 612/1989: Penyediaan Data Bahan Berbahaya terhadap
XI. DAFTAR PERUNDANGUNDANGAN, K3,
PERATURANPERATURAN, DOKUMEN dan BUKU- 2. No. 333/1989: Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat
BUKU RUJUKAN yang terkait dengan K-3 Kerja,
3. No.62A/1992: Pedoman diagnose dan evaluasi cacat
karena kecelakaan/penyakit kerja,
I. Undang Undang Dasar 1945 (Pasal 27 ayat 2). 4. No.186/1999 : Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat
II. Undang-Undang (UU): Kerja,
1. UU No. 14/1969, tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Mengenai Tenaga Kerja, VI. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum :
2. UU No. 1/1970, tentang Kesematan Kerja, 1. No. 10/KPTS/2000, Ketentuan Teknis tehadap Bahaya
3. UU No. 4/1982, tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan,
Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2. No.11/KPTS/2000, Ketentuan Teknis Manajemen
4. UU No. 18/1999, tentang Jasa Konstruksi, Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan,
5. UU dan Peraturan Uap Th 1930, LN No. 225,
6. UU Th 1933, tentang Petasan, LN No.53. VII. Keputusan Bersama Menaker dan MenPU :
7. UU Th 1931, tentang Timah Putih, LN No 59. 1. Keputusan Bersama Menaker dan Menteri PU, No.
8. UU No. 10/1961, tentang Peredaran Barang dalam Kep.174/MEN/1986
Perdagangan.
9. UU Lainnya: Rel Industri; Higiene; Jamsostek, dsb. VIII. Keputusan Menteri Pertahanan dan Keamanan:
1. No. SKEP/198/MTT/1984, tentang Perincian Bahan Peledak.
II. Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden (PP dan
Keppres) : IX. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja :
1. PP No 7/1973, ttg Pengawasan atas Peredaran, 1. No. 01/1978 : NAB Kebisingan dan Iklim Kerja,
Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida, 2. No. 02/1978 : NAB Bahan Kimia,
2. PP No.11/1975, tentang Radiasi, 3. No. 01/1979 : Penyediaan Ruangan untuk Makan dan Kantin
3. PP No. 19/1973, tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 di bagi Tenaga Kerja.
Bidang Pertambangan.
4. PP No. 11/1979, tentang K3 pada Pemurnian dan X. Peraturan dan Standard Teknik Konstruksi Indonesia :
Pengolahan Minyak dan Gas Bumi, 1. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1987, DPU,
5. PP No. 29/1986, tentang Analisa Dampak Lingkungan 2. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) 1961, LPMB,
6. PP No. 14/1993, tentang Program Jamsostek. 3. Peraturan Muatan Indonesia (PMI) 1970, LPMB,
7. Ordonansi Bahan Berbahaya, Stbl 1949 No.337. 4. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1 (PBI) 1977, LPMB,
8. Mijn Politie Reglement, LN No.341. 5. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI)
9. PP No. 19/1994, tentang Pengelolaan Limbah Bahan 1984, LPMB,
Beracun dan Berbahaya. 6. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
10. Keppres No. 22/1993 tantang Penyakit akibat Kerja. Gedung, 1991, LPMB,
7. Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya,
III Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) : 1987, DPU,
1. No. 02/1970 : Pembentukan Panitia Pembina K3 (P2K3) 8. Dll.
2. No. 01/1976 : Wajib Latihan bagi Dokter Perusahaan.
3. No. 03/1978 : Persyaratan, Wewenang, Kewajiban Pegawai XI. Dokumen Proyek Konstruksi :
Pengawas K3 dan Ahli K3 1. Dokumen Prakualifikasi (PQ) dari Calon Pengguna Jasa,
4. No. 01/1978 : K3 dalam Penebangan dan Pengangkutan 2. Dokumen Tender dari Calon Pengguna Jasa,
Kayu 3. Dokumen Kontrak dengan Pengguna Jasa,
5. No. 05/1978 : Syarat-syarat K3 pada Pemakaian Lift Listrik 4. Kebijakan, Pedoman dan Prosedur SMK3 Perusahaan
untuk Orang dan Barang Pelaksana Jasa Konstruksi
6. No. 01/1979 : Wajib Latihan Hyperkes bagi Paramedis 5. Rencana / Program K3 Proyek / Pabrik
Perusahaan.
7. No. 01/1980 : K3 pada Konstruksi Bangunan, XII. Buku-buku dan Dokumen Rujukan K3, SMK3 dan P3K, antara
8. No. 02/1980 : Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam lain :
Penyelenggaraan K3. 1. Encyclopaedia of Occupational Health and Safety, Volume 1
9. No. 04/1980 : Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan & 2, ILO, Geveva,
Alat Pemadam Api Ringan, 2. Keselamatan dan Kesehatan dalam Penggunaan Bahan
10. No. 01/1981 : Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja, Kimia, BP Panca Bhakti, Jakarta 94
11. No. 01/1982 : Bejana Bertekanan (Pressure Vessel) 3. Pedoman Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)-II,
12. No. 02/1982 : Kualifikasi Juru Las, PMI,1990.
13. No. 03/1982 : Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja, 4. Pedoman Penanggulangan Penderita Gawat Darurat
14. No. 02/1983 : Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik, (PPGD), PMI, 1991.
15. No. 03/1983 : K3 dalam Penggunaan Bahan Asbes, 5. Pedoman Praktis Ergonomik, DK3N, terjemahan dari buku
16. No. 03/1984 : Pengawasan Ketenagakerjaan Terpadu, terbitan ILO, Geneva, 2000.
17. No. 04/1985 : K3 Pesawat Tenaga dan Produksi, 6. Occupational health and safety management system-
18. No. 05/1985 : K3 Pesawat Angkat dan Angkut, Specification, OHSAS18001:1999.
19. No.02/1986 : Biaya Pemeriksaan & Pengawasan K3 di 7. Cycling of Construction Safety Measures, JCSHA
Perusahaan, 8. Dll.
20. No. 03/1986 : K3 pada Penyimpanan dan Pemakaian
Pestisida,
21. No. 04/1987 : Tata Cara Pembentukan P2K3 dan
Pengangkatan Ahli K3,
22. No. 01/1988 : Syarat-syarat dan Kualifikasi Operator Pesawat
Uap,
23. No. 02/1988 : Biaya Pemeriksaan dan Pengawasan K3 di
Perusahaan (Retribusi),
24. No. 04/1988 : Berlakunya PUIL 1987 di tempat kerja,
25. No. 02/1989 : Pengawasan Instalasi Penyalur Petir,
26. No. 01/1992 : Syarat-syarat K3 Pesawat Karbid,
27. No. 02/1992 : Tata Cara Pengangkatan Ahli K3,
28. No. 05/1996 : Sistem Manajemen K3 (SMK3),

IV. Peraturan Menteri Kesehatan:


1. No. 453/MENKES/PER/XI/1983, tentang Bahan Berbahaya.

V. Keputusan Menteri Tenaga Kerja (Kep. Menaker) :

30
XII. RAMBU-RAMBU KESELAMATAN
Penggunaan Warna
Biru Berarti Perintah melaksanakan sesuatu, atau kewajiban memakai
Alat Pelindung Diri dalam rangka K3 (kontrasnya warna biru adalah
putih)

Merah Berarti Larangan Melakukan sesuatu, misalnya tanda stop dan


sebagainya.

Tetapi khusus untuk Pencegahan Kebakaran, baik berupa


petunjuk, perintah, peringatan maupun larangan, tetap dipakai
warna merah (kontrasnya warna merah adalah putih)

Kuning Berarti Peringatan untuk berhati-hati dan waspadaterhadap risiko


bahaya (kontrasnya warna kuning adalah hitam)

Hijau Berhati keadaan Aman, misalnya untuk petunjuk arah/ jalan, pintu
darurat, P2K, daerah bebas rokok dan sebagainya.

Sumber : SPLN 104 : 1993 - Sndard warna dan SPLN 106 : 1993,
warna kontras

Keep shut
when not
in use
Guards must be
in position
before starting
Tutup Jika Tidak Pastikan
Digunakan Alat Pelindung
Terpasang

31
Permit to
work must
be obtained

Sound horn
Bunyikan Klakson Harus Memiliki
Ijin Kerja

Fire door Fire escape


keep shut keep clear

Pintu Darurat Tangga Darurat


Harus Dalam (Bebaskan Dari
Keadaan Tertutup Penghalang)

Wear hearing Wear boots


protection Gunakan Pelindung
Gunakan Kaki (Sepatu Boot)
Pelindung Telinga

32
Report
leave basin
clear

Wear helmet
Tetap Jaga Gunakan
Kebersihan Pelindung Helm
(Peturasan)

Keep
gangway
clear

Wear Gloves Bebaskan


Gunakan Dari Penghalang
Sarung Tangan

Eye protection Wear face shield


must be worn Gunakan
Gunakan
Pelindung Wajah
Pelindung Mata

33
No admittance
authorised
personnel only No smoking
Dilarang Masuk Dilarang Merokok
Kecuali yang
Berwenang

Jika Kebakaran Alat Pemadam


Hubungi Petugas Kebakaran

Wet
riser

Jika Kebakaran, Awas Semburan Uap


Bunyikan Alarm Panas
(Basah)

34
Your
fire assembly
poin is
Penunjuk Tempat
Evakuasi

Penunjuk Arah

Fire
Alarm
Alarm Kebakaran

Awas
Bahaya Beracun

Awas Awas
Bahaya Radiasi Sengatan Listrik

35
DANGER DANGER
Overhead crane Asbestos
Awas Awas
Crane Di Atas Bahaya Asbestos

DANGER
DANGER
Fork lift trucks
Awas Bahaya
Awas
Fork lift

DANGER DANGER
Slipperry suface Caustic
Awas Awas
Permukaan Licin Bahaya Asam

36
Awas
Awas
Bahan Mudah
Terbakar

EMERGENCY

Smoking area EXIT


Daerah Bebas Pintu Darurat
Merokok

FIRE EXIT
KEEP CLEAR
Jalan Darurat Bebas Dari
Penghalang
Emergency stop
Pemutus Proses
Dalam Keadaan
Darurat

37
Fire extinguisher
keep clear EXIT
Alat Pemadam Api Jalan Keluar
Bebas Penghalang

Penunjuk Arah Penunjuk Arah

First Aid Box


Penunjuk Arah Kotak P3K

38
KLASIFIKASI LABEL UNTUK BAHAN-BAHAN BERBAHAYA
( Untuk Transportasi & Penyimpanan )
Ukuran Minimal 10 X 10 Cm

Class 1 .
Bahan peledak (warna hitam
dengan latarbela-kang jingga).

Class 2 .
Gas bertekanan mudah terbakar
(warna hitam atau putih dengan
latar-belakang hijau).

Sumber : ENCYCLOPADIA of Occupational Health and Safety


(ILO)

39
Class 3.
Cairan mudah terbakar (warna
hitam atau putih dengan latar-
belakang merah).

Class 4.1.
Bahan padat mudah terbakar
(warna hitam dengan
latarbelakang putih dilengkapi
garis vertikal merah).

Class 4.2.
Bahan mudah terbakar akibat
peledakan (warna hitam dengan
latar-belakang putih ; separuh
bagian bawah berwarna merah).

40
Class 4.3.
Bahan yang jika bercampur
air, akan mengeluarkan gas
yang mudah terbakar (warna
hitam atau putih dengan latar-
belakang biru).

Class 5.
Bahan yang bereaksi
dengan oksigen ; Peroksida
organik (warna hitam
dengan latar-belakang
kuning).

Class 6.
Divisi 6.1. Bahan beracun
(warna hitam dengan latar-
belakang putih).

41
Class 7.
Bahan radioaktif : (a) warna hitam
dengan latar-belakang putih
dilengkapi 1 [satu] garis vertikal
merah pada separuh bagian bawah
; (b) warna hitam dengan latar-
belakang kuning dilengkapi 2 [dua]
atau 3 [tiga] garis vertikal merah
pada separuh bagian bawah.

Class 8.
Bahan yang menimbulkan karat
(warna hitam dengan latar-
belakang putih ; separuh bagian
bawah berwarna hitam dengan
garis batas putih).

42

Anda mungkin juga menyukai