Akurasi rendah Akurasi rendah Akurasi tinggi SUMBER KESALAHAN PENGUKURAN
1. Posisi dan kondisi anak yang diukur
2. Alat ukur belum di “Ajust” 3. Kesalahan penggunaan alat ukur 4. Kesalahan dari pengukur DEFINISI Presisi: ● Kemampuan untuk mengukur secara berulang- ulang dengan kesalahan yang minimal.
● Kemampuan mengukur subyek yang sama
secara berulang dengan kesalahan yang minimal. Akurasi: ● Kemampuan untuk mendapatkan hasil yang sedekat mungkin dengan hasil yang sesungguhnya. (true value -- supervisor) MENGATASI KESALAHAN PENGUKURAN
1. Memilih alat ukur yang tepat
2. Adanya prosedur yang baku atau standarisasi 3. Pelatihan petugas 4. Peneraan alat ukur 5. Pengukuran silang antar pengukur 6. Pengawasan Kesalahan dalam pengukuran
1. Kesalahan dari prosedur dan subjek terukur
a. Mengukur tinggi badan atau panjang badan.
Sumber kesalahan antara lain: posisi subjek misal
posisi kepala, punggung, pantat, dan tumit harus menempel pada dinding serta alas kaki sepatu atau sandal subjek yang diukur.
b. Mengukur berat badan.
Timbangan tidak zero point (seimbang tanpa beban)
bandul geser dacin pada titik nol posisi seimbang setelah ditempatkan kantong timbang/sarung dan telah diseimbangkan dengan kantong pasir pada ujung dacin. Menentukan dacin telah seimbang dengan melihat pertemuan kedua ujung jarum pada lobang baca. c. Kesalahan pada peralatan.
Dacin dengan kapasitas 20.0 – 25.0 kg dgn ketelitian
0.1 kg.
Alat pengukur panjang badan/ APPB dengan kapasitas
110.0 cm dgn skala 0.1 cm.
Microtoice dgn kapasitas 200.0 dgn ketelitian 0.1 cm
Pita LILA dgn kapasitas 33.0 cm dgn ketelitian 0.1 cm.
2. Kesalahan dari tenaga, terjadi karena petugas tidak hati-hati, atau kelelahan.
Kesalahan dari Alat: alat yang tidak optimal
misal dacin berkarat, pegas/per pada timbangan yang sudah lemah, bahan baku alat mengembang atau menyusut. HASIL PENGUKURAN PETUGAS (ENUMERATOR) Anak I II de de2 a1+a2 S-E (S-E)2 (a1) (a2) (E) (D) (D) ------------------------------------------------------------------------------ 1 838 825 +13 169 1663 -13 169 2 850 856 -6 36 1706 -22 484 3 882 873 +9 81 1755 -39 1521 4 856 869 -13 169 1725 -3 9 5 836 826 10 100 1662 -24 576 6 862 873 -11 121 1735 -25 625 7 832 825 +7 49 1657 -10 100 8 879 882 -3 9 1761 -9 81 9 811 800 -11 121 1611 -4 16 10 856 856 0 0 1712 +6 36 855 3617 Keterangan: de : hasil pengukuran I-II enumeator ds : hasil pengukuran I-II supervisor D : hasil pengukuran supervisor (I+II) – pengukuran enumerator (I+II) a1 : hasil pengukuran I enumerator a2 : hasil pengukuran II enumerator b1 : hasil pengukuran I supervisor b2 : hasil pengukuran II supervisor HASIL PENGUKURAN SUPERVISOR (STANDART) Anak I II ds ds2 b1+b2 (b1) (b2) (S) ------------------------------------------------------------------ 1 828 822 +6 36 1650 2 838 846 -8 64 1684 3 860 856 +4 16 1716 4 862 860 +2 4 1722 5 820 820 0 0 1640 6 856 854 +2 4 1710 7 823 824 -1 1 1647 8 876 876 0 0 1752 9 801 806 -5 25 1607 10 853 865 -12 144 1718 294 Analisis Presisi dan Akurasi: Nilai Σds² (supervisor) biasanya < adalah presisi tinggi karena memiliki kompetensi yang baik.
Nilai Σde² (enumerator) tidak boleh 2 kali lebih
besar dari nilai Σds² --- presisi yang tinggi
Nilai ΣD² tidak boleh 3 kali lebih besar dari nilai
Σds² (supervisor)
Nilai D² enumerator >de² jika tidak data perlu di