Energi metabolisme seorang subyek pada kondisi istirahat baik fisik maupun mental
dan mempunyai suhu tubuh yang normal serta dalam keadaan ” post absorptive ” yaitu 12 jam
setelah makan yang terakhir disebut sebgai metabolisme basal, atau dapat diartikan sebagai
kebutuhan energi basal. Komponen terbesar dari keluaran energi harian adalah BMR.
Metabolisme basal diartikan juga sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk
melakukan berbagai proses vital ketika tubuh tengah beristirahat. Dengan kata lain,
metabolisme basal merupakan jumlah minimal energi yang dikeluarkan untuk
mempertahankan fungsi alat pernafasan, sirkulasi darah, peristaltik usus, tonus otot,
temperatur tubuh, kegiatan kelenjar, serta fungsi vegetatif lain.
Basal metabolic rate merupakan pengekspresian sejumlah kalori ( kilokalori ) yang
dikeluarkan oleh tubuh per meter persegi luas permukaan tubuh setiap jam/ (kal/jam/m2 ).
Metabolisme basal dapat ditentukan dengan menggunakan ”Benedict-Rots apparatus”.
Peralatan ini merupakan sistem sirkulasi tertutup, yang digunakan oleh subyek untuk bernafas
mengambil oksigen dari silinder dengan kapsitas 6 liter, dan CO2 yang diproduksi diserap
oleh NaOH yang terdapat dalam tabung. Subyek memakai klip hidung, kemudian bernafas
( menghisap oksigen ) melalui mulut selama 6 menit. Volume oksigen yang digunakan dicatat
pada kertas grafik yang terdapat pada drum berputar ( kymograph ). Karena subyek berada
dalam keadaan ”post absorptive” maka RQ nya diasumsikan sama dengan 0,82 dan nilai
kalori untuk tiap liter oksigen yang dikonsumsi sama dengan 4,8 Kkal. Contoh bagaimana
menghitung metabolisme basal ( kebutuhan energi basal ) seorang individu; subyek adalah
laki-laki dewasa, berat badannya 50 kg,. Jumlah oksigen yang dikonsumsi selama 6 menit
adalah 1,100 ml. Energi yang diproduksi selama 6 menit adalah 4,8 x 1,1 Kkal = 5,28 Kkal.
Energi yang diproduksi selama 24 jam adalah 24 x 10 x 5,28 Kkal = 1.267 Kkal. Jadi
metabolisme basal subyek tersebut selama 24 jam = 1.267 Kkal.
Metabolisme basal dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain sebagai berikut :
1. Ukuran tubuh, metabolisme basal sangat berhubungan dengan permukaan tubuh, tetapi
tidak terlalu berhubungan dengan tinggi badan atau berat badan seseorang
2. Umur, metabolisme basal pada bayi dan anak-anak lebih tinggi dibandingkan dengan
orang dewasa.
3. Jenis kelamin, wanita mempunyai metabolisme basal yang lebih sedikit lebih rendah
dibandingkan laki-laki.
4. Komposisi tubuh, metabolisme basal secara langsung berhubungan dengan massa tubuh
tanpa lemak. Orang yang mempunyai banyak otot akan mempunyai metabolisme basal
yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang gemuk yang sebagian berat badannya
disebabkan oleh banyaknya lemak.
5. Iklim, bagi orang yang hidup di daerah tropis metabolisme basalnya sekitar 10% lebih
rendah dibandingkan dengan orang yang hidup di daerah sub tropis. Penyebabnya belum
diketahui dengan jelas.
6. SDA Makanan. Makanan berpengaruh menstimulir metabolisme basal.
7. Gizi Buruk dan kelaparan, keadaan gizi buruk yang berkepanjangan atau kelaparan akan
mereduksi metabolisme basal sekitar 10% - 20 %.
8. Tidur, metabolisme basal pada waktu tidur sekitar 5 % lebih rendah dibandingkan
dengan keadaan bangun.
9. Demam, demam meningkatkan metabolisme basal. Setiap peningkatan suhu tubuh
1derajat C diatas 37 derajat C akan menambah metabolisme basal sebesar 13 %.
10. Aktivitas fisik, apabila seseorang melakukan latihan fisik sekitar setengah jam sebelum
dilakukan pengukuran, akan terobservasi metabolisme basalnya meningkat secara nyata.
11. Ketakutan dan Gugup. Keadaan ketakutan dan gugup akan meningkatkan metabolisme
basal.
12. Tiroid ( kelenjar gondok ), hipotiroidisme menurunkan metabolisme basal sekitar 30 %,
sebaliknya hipertiroidisme akan meningkatkan metabolisme basal sampai 100 %,
tergantung dari beratnya kondisi penyakit.
13. Adrenalin, injkesi sebanyak 1 mg adrenalin meningkatkan metabolisme basal sekitar 20
% untuk beberapa jam.
14. ” Anterior Pituitary ” , anterior pituitary mempengaruhi metabolisme basal melalui
hormon tirotropik. Metabolisme basal akan rendah pada kelenjar yang hipoaktif dan akan
tinggi pada kelenjar yang hiperaktif.
15. Kondisi penyakit lain, suatu peningkatan metabolisme basal telah diobservasi pada
penderita penyakit ” splenomedullary ” dan ” lymphatic leukemia ”.
Pada tahun 1919 penelitian klasik tentang ” perkiraan ” nilai BMR dilakukan oleh Harris
Bennedict. Keluaran energi diukur dengan kalorimeter tidak langsung terhadap 136 orang
lelaki dewasa dan 103 wanita dewasa yang normal, Uji statistik untuk penentuan BMR
menggunakan analisis regresi terhadap data tinggi badan dan berat badan, serta usia dan
jenis kelamin. Penghitungan ini dikenal dengan “Resting Metabolic Expenditure” (
RME )/ “Resting Energy Expenditure” ( REE ). REE merupakan cara yang mulai
banyak digunakan untuk menggantikan metabolisme basal. Selain menunjukkan jumlah
energi yang diperlukan untuk mempertahankan proses tubuh yang vital ( yang dihitung
sebagai metabolisme basal ), REE juga memasukkan sejumlah energi yang cukup
melakukan aktivitas ringan serta energi yang diperlukan untuk mencerna makanan.
Biasanya REE diasumsikan 10% lebih besar dari metabolisme basal dan merupakan
pengukuran yang dipakai di klinik. Rumus Harris-Bennedict untuk menghitung REE
dibedakan bagi laki-laki dan wanita.
Untuk laki-laki:
REE = 66,5 + [ 13,5 x BB(kg)] + [5,0 x TB(cm)] – [ 6,75 x Umur(thn)]
Untuk wanita
REE = 655,1 + [9,56 x BB(kg)] + [ 1,85 x TB(cm)] – [ 4,68 x Umur (thn)]
Rumus tersebut secara otomatis akan menghitung terjadinya penurunan kebutuhan energi
bila seseorang bertambah umurnya.
Referensi
1. Sunita Almatsier,Penuntun Diet edisi baru instalasi Gizi Perjan RS Dr.Cipto
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia.Gramedia ,Jakarta.
2. Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta,2004
PEMAKAIAN ENERGI UNTUK AKTIVITAS HARIAN
( TGL 10 & 11 November 2012 )
Tabel. 1
Pengeluaran Energi Untuk Melaksanakan Aktivitas Pada Tgl 10 November 2012