Anda di halaman 1dari 9

ENERGI UNTUK AKTIVITAS

Aktivitas fisik memerlukan energi di luar kebutuhan untuk metabolisme basal.


Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya.
Selama aktivitas fisik, otot membutuhkan nergi di luar metabolisme untuk bergerak,
sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat
gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya
energi yang dibutuhkan bergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama, dan
berapa berat pekerjaan yang dilakukan.
Kebutuhan energi untuk bermacam-macam aktifitas telah banyak dihitung dengan
banyak sekali pengujian, yang mengukur jumlah oksigen yang dikonsumsi selama melakukan
aktifitas tersebut, kemudian energi yang dibutuhkan ditentukan secara perhitungan.
Yang dimaksud energi aktifitas harian termasuk energi yang yang dibutuhkan oleh
semua otot yang tersangkut dalam aktifitas tersebut, ditambah sedikit energi yang diperlukan
karena adanya peningkatan denyut jantung serta pernafasan selama melaksanakan aktifitas
yang berat. Untuk sebagian besar aktifitas, energi yang dibutuhkan tergantung dari ukuran
tubuh serta berat atau ringannya aktifitas. Sumber : Guthrie (1986)
Tabel. 1
Energi Yang Diperlukan Untuk Melaksanakan Aktifitas ( Tidak Memperhitungkan
Energi Metabolisme Basal Dan SDA Makanan )
Dikutip dari Muchtadi D, dalam Pengantar Ilmu gizi, Bandung 2009

Aktivitas Energi Aktivitas Energi


(Kkal/kg (Kkal/kg
BB/jam) BB/jam)
Bersepeda cepat 7,6 Main piano 0,8-2,0
Bersepeda lambat 2,5 Membaca keras 0,4
Menjilid buku 0,8 Mendayung sampan 15,0
Bertinju 11,4 Berlari 7,0
Bertukang (kayu ) 2,3 Mengergaji pohon 5,7
Bermain celo 1,3 Menjahit dengan tangan 0,4
Berdansa cepat 3,8 Menjahit dengan mesin 0,6
kaki
Berdansa lambat 3,0 Menjahit dengan mesin 0,4
motor
Mencuci piring 1,0 Membuat sepatu 1,0
Mengenakan/membuka baju 0,7 Bernyanyi keras 0,8
Menyetir mobil 0,9 Duduk tenang 0,4
Makan 0,4 Berdiri, sikap sempurna 0,6
Main anggar 7,3 Berdiri rileks 0,5
Menunggang kuda, lari 1,4 Menyapu karpet dengan 1,4
lambat sapu
Menunggang kuda,lari cepat 4,3 Menyapu karpet dengan 2,7
mesin
Menyetrika 1,0 Berenang ( 12 mph ) 7,9
Mencuci baju, ringan 1,3 Menjahit baju/celana 0,9
Berbaring, diam 0,1 Mengetik, cepat 1,0
Bermain organ 1,5 Bermain biola 0,6
Mengecat 1,5 Berjalan ( 4mph) 2,0
Main pingpong 4,4 Berjalan cepat ( 3mph) 3,4
Tabel. 2
Nilai Perkiraan Keluaran Energi Pada Kegiatan Tertentu
Dikutip dari Dumin,TVGA dan Passemore, R dalam Energy, work and leisure, London,
Heinemann ( 1967 ) dalam buku ajar ilmu gizi, Gizi Dalam Daur Kehidupan.

Jenis kegiatan Kkal per menit


Lelaki Wanita
Istirahat
Tidur atau berbaring saja 1,1 0,9
Duduk tenang 1,4 1,1
Berdiri tenang 1,7 1,4
Bekerja
Pekerjaan kantor 1,8 1,6
Pekerjaan rumah 3,0 2,4
Kerja ringan ( menyapu lantai, menata meja,
memasak, mencuci piring, mengelap debu ) 2,6 2,2
Kerja sedang ( membersihkan tempat tidur ),
mengepel lantai, membersihkan jendela, memotong
kayu, berbelanja 4,3 3,4
Kerja berat ( membersihkan karpet dengan
pukulan, menyikat lantai ) 5,0 4,0
Pekerjaan Rumah Sakit
Dokter 2,4
Paramedis 3,5 3,3
Ket. Nilai diatas mengacu pada lelaki berberat badan 65 kg dan wanita 55 kg
Metabolisme Basal atau Basal Metabolisme Rate (BMR )

Energi metabolisme seorang subyek pada kondisi istirahat baik fisik maupun mental
dan mempunyai suhu tubuh yang normal serta dalam keadaan ” post absorptive ” yaitu 12 jam
setelah makan yang terakhir disebut sebgai metabolisme basal, atau dapat diartikan sebagai
kebutuhan energi basal. Komponen terbesar dari keluaran energi harian adalah BMR.
Metabolisme basal diartikan juga sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk
melakukan berbagai proses vital ketika tubuh tengah beristirahat. Dengan kata lain,
metabolisme basal merupakan jumlah minimal energi yang dikeluarkan untuk
mempertahankan fungsi alat pernafasan, sirkulasi darah, peristaltik usus, tonus otot,
temperatur tubuh, kegiatan kelenjar, serta fungsi vegetatif lain.
Basal metabolic rate merupakan pengekspresian sejumlah kalori ( kilokalori ) yang
dikeluarkan oleh tubuh per meter persegi luas permukaan tubuh setiap jam/ (kal/jam/m2 ).
Metabolisme basal dapat ditentukan dengan menggunakan ”Benedict-Rots apparatus”.
Peralatan ini merupakan sistem sirkulasi tertutup, yang digunakan oleh subyek untuk bernafas
mengambil oksigen dari silinder dengan kapsitas 6 liter, dan CO2 yang diproduksi diserap
oleh NaOH yang terdapat dalam tabung. Subyek memakai klip hidung, kemudian bernafas
( menghisap oksigen ) melalui mulut selama 6 menit. Volume oksigen yang digunakan dicatat
pada kertas grafik yang terdapat pada drum berputar ( kymograph ). Karena subyek berada
dalam keadaan ”post absorptive” maka RQ nya diasumsikan sama dengan 0,82 dan nilai
kalori untuk tiap liter oksigen yang dikonsumsi sama dengan 4,8 Kkal. Contoh bagaimana
menghitung metabolisme basal ( kebutuhan energi basal ) seorang individu; subyek adalah
laki-laki dewasa, berat badannya 50 kg,. Jumlah oksigen yang dikonsumsi selama 6 menit
adalah 1,100 ml. Energi yang diproduksi selama 6 menit adalah 4,8 x 1,1 Kkal = 5,28 Kkal.
Energi yang diproduksi selama 24 jam adalah 24 x 10 x 5,28 Kkal = 1.267 Kkal. Jadi
metabolisme basal subyek tersebut selama 24 jam = 1.267 Kkal.

Cara memperkirakan BMR


Cara yang paling baik untuk menghitung BMR memang dengan kalorimeter. Namun
sayangnya , alat tersebut mahal, juga tidak efisien dan efektif jika digunakan untuk mengukur
orang banyak. Karena itu cara prediktif lebih dianjurkan yaitu metabolisme basal
diperkirakan dengan menggunakan perhitungan. Beberapa contoh bagaimana metabolisme
basal tersebut dihitung :
1. Berdasarkan Berat Badan ( hanya berlaku bagi orang dengan berat dan tinggi badan
normal ). Perhitungan dilakukan dengan rumus BB x 1 Kkal/jam untuk laki-laki dan BB x
0,9 Kkal/ jam untuk wanita. Jika seorang laki-laki, misalkan mempunyai berat badan 60
kg, maka BMR lali-laki itu selam 24 jam adalah 1 x 60 x 24 = 1440 Kkal. Cara sederhana
ini sangat tidak akurat, karena tidak menggambarkan komposisi tubuh dan cukup sulit
untuk menentukan kreteria berat dan tinggi badan yang dianggap normal.
2. Rumus yang lebih akurat diciptakan oleh Harris dan Benedict pada tahun 1909, tetapi
sampai sekarang masih banyak digunakan dan dianggap sebagai salah satu cara perkiraan
yang baik. Mereka menggunakan informasi mengenai tinggi badan, berat badan, umur
dan jenis kelamin. Faktor-faktor ini sangat berpengaruh pada BMR Rumus yang
dituliskan dibawah ini berlaku bagi laki-laki yang berumur lebih dari 10 tahun dan untuk
wanita semua umur.

MB= 66,5 + [ 13,5XBB (kg)] + [5,0xTB (cm)] + [6,75x Umur ( thn)]

Metabolisme basal dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain sebagai berikut :
1. Ukuran tubuh, metabolisme basal sangat berhubungan dengan permukaan tubuh, tetapi
tidak terlalu berhubungan dengan tinggi badan atau berat badan seseorang
2. Umur, metabolisme basal pada bayi dan anak-anak lebih tinggi dibandingkan dengan
orang dewasa.
3. Jenis kelamin, wanita mempunyai metabolisme basal yang lebih sedikit lebih rendah
dibandingkan laki-laki.
4. Komposisi tubuh, metabolisme basal secara langsung berhubungan dengan massa tubuh
tanpa lemak. Orang yang mempunyai banyak otot akan mempunyai metabolisme basal
yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang gemuk yang sebagian berat badannya
disebabkan oleh banyaknya lemak.
5. Iklim, bagi orang yang hidup di daerah tropis metabolisme basalnya sekitar 10% lebih
rendah dibandingkan dengan orang yang hidup di daerah sub tropis. Penyebabnya belum
diketahui dengan jelas.
6. SDA Makanan. Makanan berpengaruh menstimulir metabolisme basal.
7. Gizi Buruk dan kelaparan, keadaan gizi buruk yang berkepanjangan atau kelaparan akan
mereduksi metabolisme basal sekitar 10% - 20 %.
8. Tidur, metabolisme basal pada waktu tidur sekitar 5 % lebih rendah dibandingkan
dengan keadaan bangun.
9. Demam, demam meningkatkan metabolisme basal. Setiap peningkatan suhu tubuh
1derajat C diatas 37 derajat C akan menambah metabolisme basal sebesar 13 %.
10. Aktivitas fisik, apabila seseorang melakukan latihan fisik sekitar setengah jam sebelum
dilakukan pengukuran, akan terobservasi metabolisme basalnya meningkat secara nyata.
11. Ketakutan dan Gugup. Keadaan ketakutan dan gugup akan meningkatkan metabolisme
basal.
12. Tiroid ( kelenjar gondok ), hipotiroidisme menurunkan metabolisme basal sekitar 30 %,
sebaliknya hipertiroidisme akan meningkatkan metabolisme basal sampai 100 %,
tergantung dari beratnya kondisi penyakit.
13. Adrenalin, injkesi sebanyak 1 mg adrenalin meningkatkan metabolisme basal sekitar 20
% untuk beberapa jam.
14. ” Anterior Pituitary ” , anterior pituitary mempengaruhi metabolisme basal melalui
hormon tirotropik. Metabolisme basal akan rendah pada kelenjar yang hipoaktif dan akan
tinggi pada kelenjar yang hiperaktif.
15. Kondisi penyakit lain, suatu peningkatan metabolisme basal telah diobservasi pada
penderita penyakit ” splenomedullary ” dan ” lymphatic leukemia ”.

Pada tahun 1919 penelitian klasik tentang ” perkiraan ” nilai BMR dilakukan oleh Harris
Bennedict. Keluaran energi diukur dengan kalorimeter tidak langsung terhadap 136 orang
lelaki dewasa dan 103 wanita dewasa yang normal, Uji statistik untuk penentuan BMR
menggunakan analisis regresi terhadap data tinggi badan dan berat badan, serta usia dan
jenis kelamin. Penghitungan ini dikenal dengan “Resting Metabolic Expenditure” (
RME )/ “Resting Energy Expenditure” ( REE ). REE merupakan cara yang mulai
banyak digunakan untuk menggantikan metabolisme basal. Selain menunjukkan jumlah
energi yang diperlukan untuk mempertahankan proses tubuh yang vital ( yang dihitung
sebagai metabolisme basal ), REE juga memasukkan sejumlah energi yang cukup
melakukan aktivitas ringan serta energi yang diperlukan untuk mencerna makanan.
Biasanya REE diasumsikan 10% lebih besar dari metabolisme basal dan merupakan
pengukuran yang dipakai di klinik. Rumus Harris-Bennedict untuk menghitung REE
dibedakan bagi laki-laki dan wanita.
Untuk laki-laki:
REE = 66,5 + [ 13,5 x BB(kg)] + [5,0 x TB(cm)] – [ 6,75 x Umur(thn)]

Untuk wanita
REE = 655,1 + [9,56 x BB(kg)] + [ 1,85 x TB(cm)] – [ 4,68 x Umur (thn)]

Rumus tersebut secara otomatis akan menghitung terjadinya penurunan kebutuhan energi
bila seseorang bertambah umurnya.

Referensi
1. Sunita Almatsier,Penuntun Diet edisi baru instalasi Gizi Perjan RS Dr.Cipto
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia.Gramedia ,Jakarta.
2. Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta,2004
PEMAKAIAN ENERGI UNTUK AKTIVITAS HARIAN
( TGL 10 & 11 November 2012 )

Tabel. 1
Pengeluaran Energi Untuk Melaksanakan Aktivitas Pada Tgl 10 November 2012

Aktivitas Waktu (jam) Kebutuhan Energi


(A) Kkal/kg Kkal/kg BB
BB/jam (B) (A x B)
Pekerjaan rumah 3 3,4 10,2
Pekerjaan kantor 8 1,6 12,8
Duduk 1 0,4 0,4
Menyetir mobil 1 0,9 0,9
Mencuci baju 1 1,3 1,3
Makan 1 0,4 0,4
Mengetik 1 1,0 1

Tidur 8 0,9 0,81


Total 24 27,81 kkal

Pengeluaran energi aktivitas adalah BB (kg) x 27,81 Kkal,


BB = 46 kg
Jumlah pengeluaran energi aktivitas pada tanggal 10 November 2012 adalah :
46 kg x 27,81 Kkal =1280 Kkal
Tabel. 2
Pengeluaran Energi Untuk Melaksanakan Aktivitas Pada Tanggal 11 November 2012

Aktivitas Waktu Kebutuhan Energi


(jam) (A) Kkal/kg Kkal/kg BB
BB/jam (B) (A x B)
Pekerjaan rumah (kerja 4 3,4 13,6
sedang)
Menyetrika 3 1,0 3
Duduk 3 0,4 1,2
Mencuci baju 1 1,3 1,3
Menyetir mobil 2 0,9 1,8
Mengetik 1 1,0 1,0
Makan 1 0,4 0,4
Menulis 1 0,4 0,4

Tidur 8 0,9 0,81


Total 24 23,5 Kkal

Pengeluaran energi aktivitas adalah BB (kg) x 23,5 Kkal,


BB = 46 kg
Jumlah pengeluaran energi aktivitas pada tanggal 11 November 2012 adalah :
46 kg x 23,5 Kkal =1081 Kkal

Jadi ENERGI EXPENDITURE tanggal 10 dan 11 November 2012 adalah :


1280 kkal + 1081 kkal = 2361 kkal

Anda mungkin juga menyukai