DISUSUN OLEH :
D-III KEPERAWATAN
2019
TINJAUAN TEORI
KONSEP GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI
A. Definisi
Nutrisi adalah keseluruahan dari berbagai proses dalam tubuh
makhluk hidup untuk menerima bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktivitas
penting dlam tubuhnya sendiri. Bahan-bahan tersebut dikenal dengan istilah
nutrient. (Marry E. Beck, 2011)
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan metabolik (NANDA, 2015-2017).
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan
dimana individu yang tidak puasa mengalami atau yang beresiko mengalami
penurunan berat badan yang berhubungan dengan masukan yang takadekuat
atau metabolism nutrien yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik.
(Lynda Juall Carpenito, 2000)
B. Proses Pencernaan
Pencernaan makanan terdiri dari pemecahan mekanik dengan
mengunyah, mengaduk, dan menggabungkan dengan cairan, dan reaksi
kimia sehingga makanan berkurang menjadi bentuk yang paling
sederhana. (Potter & Perry, 2005)
Pencernaan dimulai dari mulut, tempat makanan dipecahkan secara
mekanik dengan mengunyah. Makanan dicampur dengan saliva yang
mengandung ptyalin. Makanan yang telah ditelan memasuki esophagus
dan bergerak sepanjangnya dengan kontraksi otot seperti gelombang
(peristalsis) kemudian masuk ke dalam lambung. Lambung bertindak
sebagai penyimpanan dan makanan menetap di dalam perut kira-kira 3 jam
dengan rentang dari 1-7 jam. Makanan meninggalkan lambung sebagai
asam, massa cair yang disebut kimus. Kimus mengalir ke duodenum dan
bercampur cepat dengan empedu, getah intestinal, sekresi pankreas.
Peristalsis terjadi terus-menerus dalam usus kecil, mencampurkan sekresi
dengan kimus. Campurannya menjadi alkalin, menghalangi aksi enzim
lambung dan meningkatkan aksi sekresi duodenum. Porsi besar dari
pencernaan terjadi dalam usus kecil yang memproduksi glukosa, fruktosa,
dan galaktosa dari karbohidrat. (Potter & Porry, 2005)
Proses pencernaan makanan menurut Potter & Perry antara lain:
1. Ingesti
Ingesti adalah proses memasukan makanan dari lingkungan ke
dalam tubuh. Prosesnya yaitu :
a. Pemasukkan makanan ke dalam mulut (koord antara otot rangka
& sistem saraf)
b. Pengunyahan
c. Menelan (koordinasi antara lidah, reflex pharing & esophagus
serta saraf cranial)
d. Waktu : 5 – 15 detik
2. Digesti
Digesti adalah perubahan fisik & kimia makanan untuk dapat
diabsorbsi dengan bantuan enzim, dan coenzim (diatur oleh hormon
dan saraf) sehingga menjadi chime. Prosesnya yaitu :
a. Karbohidrat : monosacharida
b. Protein : asam amino
c. Lemak : asam lemak
d. Waktu : 1 – 4 jam
3. Absorbsi
Absorbsi adalah proses masuknya partikel zat makanan dari
saluran pencernaan ke dlm pembuluh darah dan limphe. Prosesnya
yaitu :
a. Mayoritas terjadi di usus halus
b. Gaster : berupa alkohol & aspirin
c. Sistem limpatik : zat makanan yang larut dalam lemak
d. Kapiler darah : zat makanan yang larut dalam air
4. Transportasi/Distribusi
Transportasi adalah proses masuknya zat makanan yang larut dalam
lemak maupun air ke dalam sel. Zat makanan akan dibawa oleh
pembuluh darah menuju sel-sel dalam seluruh tubuh.
C. Status Nutrisi
Pemecahan makanan, pencernaan, absorpsi, dan asuhan makanan
merupakan faktor penting dalam menemukan status nutrisi.
1. Keseimbangan energi
Energi adalah kekuatan untuk bekerja. Manusia membutuhkan
energi terus – menerus berhubungan dengan lingkungannya. (Tarwoto
Wartonah, 2006)
Keseimbangan energi = Pemasukan energi – Pengeluaran energy
Atau
Pemasukan energi = Total pengeluaran energi (panas + kerja
energi yang disimpan)
a. Pemasukan Energi
Pemasukan energi merupakan energi yang dihasilkan selama
oksidasi makanan. Ketika makanan tidak tersedia maka akan terjadi
pemecahan glikogen yang merupakan cadangan karbohidrat yang
disimpan dalam hati dan jaringan otot. (Tarwoto Wartonah, 2006)
b. Pengeluaran energi
Pengeluaran energi adalah energi yang digunakan oleh tubuh
untuk men-support jaringan dan fungsi – fungsi organ tubuh. Cadangan
energi tubuh berbentuk senyawa fosfat seperti adenoxin triphosfat
(ATP). (Tarwoto Wartonah, 2006).
Kebutuhan energi seseorang ditentukan oleh Basal
Metabolisme Rate (BMR) dan aktivitas fisik. Kebutuhan energi setiap
hari ditentukan dengan rumus :
(BMR + 24) + (0,1 x Konsumsi kkal ssetiap hari) + (Energi untuk
aktivitas)
Energi untuk aktivitas misalnya :
- Istirahat = 30 kal/jam
- Duduk = 40 kal/jam
- Berdiri = 60 kal/jam
- Menjahit = 70 kal/jam
- Mencuci piring = 130 – 176 kal/jam
- Melukis = 400 kal/jam
Jika nilai pemasukan energi lebih kecil dari pengeluaran
energi maka akan terjadi keseimbangan negatif sehingga cadangan
makanan dikeluarkan, hal ini akan berakibat pada penurunan berat
badan. Sebaliknya, jika pemasukan energi lebih banyak dari
pengeluaran energi maka terjadi keseimbangan positif, kelebihan
energi akan disimpan dalam tubuh sehingga terjadi peningkatan berat
badan.
c. Basal Metabolisme Rate (BMR)
Basal Metabolism Rate adalah energi yang digunakan tubuh
pada saat istirahat yaitu untuk kegiatan fungsi tubuh seperti pergerakan
jantung, pernapasan, peristaltik usus, kegiatan kelenjar – kelenjar
tubuh. (Tarwoto Wartonah, 2006)
Kebutuhan kalori basal dipengaruhi oleh :
1. Usia
Pada usia 0-10 tahun kebutuhan metabolisme basal
bertambah dengan cepat, hal ini berhubungan dengan faktoe
pertumbuhan. Setelah usia 20 tahun lebih konstan.
2. Jenis kelamin
Kebutuhan metabolisme basal laki – laki lebih besar
dibanding wanita. Pada laki – laki kebutuhan BMR 1.0 kkal/Kg
BB/jam sedangkan pada wanita 0.9 kkal/Kg BB/jam.
3. Tinggi dan berat badan
Tinggi dan berat badan berpengaruh terhadap luas
permukaan tubuh. Makin luas pengeluaran panaas akan lebih
banyak sehingga kebutuhan basal metabolisme lebih besar.
4. Kelainan endokrin
Hormon tiroksin berpengaruh terhadap metabolisme
terhadap metabolisme, peningkatan tiroksin misalnya pada
hipertiroid akan meningkatkan basal metabolisme sedangkan
penurunan kadar tiroksin akan menurunkan metabolisme.
5. Suhu lingkungan
Suhu lingkungan yang lebih dingin akan meningkatkan
metabolisme untuk menyesuaikan diri, tubuh harus lebih banyak
memproduksi panas.
6. Keadaan sakit
Pada orang sakit suhu tubuh meningkat. Peningkatan suhu
tersebut akan mempercepat reaksi kimia, di mana peningkatan 1
derajat celcius akan meningkatkan BMR sebanyak 14%.
Karakteristik status nutrisi di ditentukan dengan adanya Body
Mass Index (BMI) dan Ideal Body Weight (IBW).
1. Body Mass Index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang
dengan tinggi badan. BMI dihubungkan dengan total lemak dalam
tubuh dan sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan
(over weight) dan obesitas.
Rumus BMI diperhitungkan :
BB (Kg) atau BB (pon) x 704,5
TB2 (m) TB (inci)2
3. Lemak
Lemak atau lipid merupakan sumber energi besar, berdasarkan
ikatan kimianya lemak dibedakan menjadi :
Lemak murni yaitu lemak yang terdiri atas asam lemak dan gliserol.
Zat-zat yang mengandung lemak misalnya fosfolipid yaitu ikatan
lemak dengan garam fosfor, glikolipid yaitu ikatan lemak dengan
glikogen.
a. Fugsi Lemak
1) Memberikan kalori, dimana setiap 1 gram lemak dalam peristiwa
oksidasi akan meberikan kalori sebanyak 9 kkal.
2) Melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh dinding usus.
3) Memberikan asam-asam lemak esensial.
b. Sumber Lemak
Lemak berasal dari nabati dan hewani. Lemak nabati
mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh seperti yang terdapat
pada kacang-kacangan, kelapa, dan lain-lain. Sedangkan lemak
hewani banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai panjang
seperti pada daging sapi, kambing, dan lain-lain.
4. Vitamin
Vitamin adalah substansi organik, keberadaannya sangat sedikit
pada makana dan tidak dapat dibuat tubuh. Vitamin sangat berperan
dalam proses metabolisme karena fungsinya sebagai katalisator. Vitamin
dapat diklasifikasikan menajadi :
a) Vitamin yang larut dalam air : vitamin B kompleks, B1, B2, B3, B12,
folic acid serta vitamin C.
b) Vitamin yang larut dalam lemak : vitamin A, D, E, K.
5. Mineral
Mineral adalah elemen anorganik esensial untuk tubuh karena
perannya sebagai katalis dala reaksi biokimia. Mineral dapat
diklarifikasikan menjadi makromineral yaitu jika kebutuhan tubuh 100
mg atau lebih dan mikromineral jika kebutuhan tubuh kurang dari 100mg.
Termasuk dalam makromineral adalah kalsium, magnesium fosfat
sedangkan yang termasuk dalam mikromineral adalah klorida,yodium,
iron, zinc. Secara umum fungsi dari mineral adalah :
a. Membangun jaringan tulang.
b. Mengatur tekanan osmotik dalam tubuh.
c. Memberikan elektrolit untuk keperluan otot-otot dan saraf.
d. Membuat berbagai enzim.
a. Sebagai penghasil energi bagi fungsi organ, gerakan, dan kerja fisik.
b. Sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan.
c. Sebagai pelindung dan pengatur.
RENCANA PENGKAJIAN
D-III KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2019
A. Hasil Pengkajian
1. Pengkajian
a. Pasien mengatakan sama sekali tidak nafsu makan
b. Pasien mengatakan merasa mual saat makan
c. Pasien mengatakan makanan dari rumah sakit jarang dimakan
d. Pasien mengatakan tidak menyukai nasi yang lembek
e. Pasien mengatakan mual jika makan nasi yang lembek
2. Pemeriksaan Fisik
a. BB sebelum sakit = 50 kg
b. BB setelah sakit = 48 kg
c. TB = 165 cm
d. IMT = 17,7
e. LiLA = 23 cm
f. Lingkar Perut = 78 cm
g. Rambut mudah rontok dan rapuh
h. Mukosa bibir kering dan terdapat stomatitis
i. Pasien tampak pucat, konjungtiva anemis
B. Analisa Data
DATA MASALAH PENYEBAB
Data Subjektif : Defisit nutrisi 1. Ketidakmampuan
1. Pasien mengatakan sama (SDKI, 2017) mencerna makanan
sekali tidak nafsu makan (SDKI, 2017)
2. Pasien mengatakan merasa
mual saat makan
3. Pasien mengatakan
makanan dari rumah sakit
jarang dimakan
4. Pasien mengatakan tidak
menyukai nasi yang lembek
Data Obyektif :
1. Pasien tampak pucat,
konjungtiva anemis
2. BB sebelum sakit 50 kg,
BB setelah sakit =48 kg,
TB=165 cm, IMT= 17,7
LiLA = 23 cm
Lingkar Perut = 78 cm
3. Rambut mudah rontok dan
rapuh
4. Mukosa bibir kering dan
terdapat stomatitis
C. Diagnosa Keperawatan
Pengkajian data memberikan masalah nutrisi yang aktual dan potensial.
Masalah sering terjadi saat asupan secara keseluruhan berkurang atau
meningkat secara signifikan saat satu atau lebih zat gizi tidak dimakan,
pencernaan lengkap, atau absorbsi lengkap. Diagnosa keperawatan
dihubungkan dengan masalah nutrisi aktual (misalnya asupan inadekuat) atau
masalah yang meletakkan klien pada risiko defisiensi nutrisi, seperti trauman
oral, luka bakar yang parah, atautau infeksi. (Perry, Potter. 2005).
1. Diagnosa keperawatan yang muncul pada masalah nutrisi (SDKI, 2017)
Defisit nutrisi.
a. Definisi :
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
b. Penyebab
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) Faktor ekonomi (misal: finansial tidak mencukupi)
6) Faktor psikologi (misal: stres, keengganan untuk menelan)
c. Gejala dan tanda mayor
1) Subjektif (tidak tersedia)
2) Objektif (Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal)
d. Gejala dan tanda minor
1) Subjektif
a) Cepat kenyang setelah makan
b) Kram atau nyeri abdomen
c) Nafsu makan menurun
2) Objektif
a) Bising usus hiperaktif
b) Otot pengunyah lemah
c) Otot menelan lemah
d) Membran mukosa pusat
e) Sariawan
f) Serum albumin turun
g) Rambut rontok berlebih
h) Diare
e. Kondisi klinis terkait
1) Stroke
2) Parkinson
3) Mobius syndrome
4) Cerebral parsi
5) Cleft lip
6) Cleft palate
7) Amvotropic lateral sclerosis
D. Perencanaan
Perencanaan adalah proses keperawatan yang penuh pertimbangan,
sistematis dan mencakup pembuatan keputusan serta penyelesaian masalah.
Dalam perencanaan, perawat merujuk pada data pengkajian klien dan
pernyataan diagnosis sebagai petunjuk dalam merumuskan tujuan klien dan
merancang intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencegah,
mengurangi atau menghilangkan masalah klien.
Intervensi keperawatan adalah setiap tindakan, berdasarkan penilaian klinis
dan pengetahuan yang perawat lakukan untuk meningkatkan hasil pada klien
(McClosky & Bulecheck, 2000). Meskipun perencanaan pada dasarnya
merupakan tanggungjawab perawat, masukan dari klien dan individu serta
sistem pendukung lainnya sangat penting untuk keefektifan rencana tersebut.
Perencanaan untuk mempertahankan status nutrisi yang optimal
membutuhkan tingkat perawatan yang lebih tinggi daripada sekedar mengatasi
masalah nutrisi. Penggabungan informasi klien dari beberapa sumber perlu
untuk merencanakan pendekatan perawatan yang individual, yang relevan
dengan kebutuhan klien. Aplikasi berpikir kritis adalah cara terbaik untuk
memastikan bahwa semua sumber data dipertimbangkan dalam perkembangan
perawatan klien. Identifikasi klien yang berisiko akan masalah kesehatan
memberikan perencanaan kesehatan yang mencegah dan meminimalkan
masalah nutrisi merujuk pada standar profesional akan nutrisi selama
melakukan langkah ini karena standar dipublikasikan berdasarkan temuan ilmu
pengetahuan.
Tujuan dan hasil yang di harapkan dan prioritas perawatan merefleksikan
kebutuhan psikologis treapeutik dan individu klien. Pendidikan kesehatan dan
konsultasi penting bagi klien untuk mencegah penyakit dan mempromosikan
kesehatan. Klien dengan diet terapeutik perlu memahami tentang implikasi diet
dan bagaimana diet membantu mengontrol penyakit. Waspada pada faktor yang
mempengaruhi asupan makan klien (Lenie et al., 2010).
Perencanaan individu tidak dapat di paksakan. Misalnya, hal ini penting
untuk menggali perasaan klien tentang berat badan dan makanan, untuk
membantu menyusun tujuan yang realistis dan dapat di capai (Daniels, 2011).
Tujuan perencanaan dinegosiasi antara klien, diet teregistrasi, dan perawat
untuk memastikan keberhasilan. Untuk jenis klien ini, maka tujuan secara
keseluaruhan adalah “klien akan mendapatkan rentang tinggi badan dan berat
badan IMT diantara 10% berat ideal. Hasil yang diharapkan berikut membantu
pemantauan penyampian tujuan :
1. Asupan nutrisi harian klien memenuhi kebutuhan harian minimal.
2. Asupan lemak harian kurang dari 30%.
3. Klien menghilangkan minuman bergula dari dietnya.
4. Klien menahan makan makanan yang tidak sehat diantara makan dengan
sebelum makan siang.
Memenuhi tujuan nutrisi membutuhkan masukan yang multi disiplin.
Pengetahuan tentang peran disiplin dalam dukungan nutrisi mengembangkan
rencana terapi yang tepat. Hitung kalori dan bantuan di perlukan utnuk
mendapatkan data yang akurat. Rencana perawatan efektif membutuhkan
pertukaran informasi akurat diantara disiplin ilmu.
Penyusunan prioritas, identiffikasi klien yang berisiko mengalami masalah
nutrisi menghasilkan intervensi untuk mencegah atau meminimalkan masalah
nutrisi. Meskipun perubahan berat badan klien terjadi secara bertahap prioritas
ditujukan untuk meningkatkan asupan nutrisi. Prioritas perawatan yaitu
memberikan dukungan nutrisi prioperatif yang optimal pada klien dengan
malnutrisi. Kemudian fokus pada prioritas nutrisi dan rencana perawatan untuk
mempertahankan nutrisi.
Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan Rencana Rasional
Keperawatan Tindakan
Defisit nutrisi Setelah dilakukan 1. Monitor asupan 1. Mengetahui
berhubungan asuhan makanan pasien kebutuhan nutrisi
dengan keperawatan pasien
ketidakmampuan selama 3x24 jam 2. Berikan 2. Memenuhi
mencerna makanan defisit nutrisi makanan tinggi kebutuhan nutrisi
ditandai dengan pasien membaik kalori tinggi pasien
Data Subjektif : dengan kriteria protein
1. Pasien hasil : 3. Anjurkan pasien 3. Dengan makan
mengatakan sama 1. Mual berkurang untuk makan sedikit-sedikit tapi
sekali tidak nafsu 2. Pasien mampu sedikit-sedikit sering membuat
makan menghabiskan satu tapi sering lambung tidak
2. Pasien porsi makanan dengan posisi terlalu penuh dan
mengatakan merasa porsi sedang duduk saat juga tidak kosong
mual saat makan makan sehinnga tidak
3. Pasien 3. Konjungtiva memicu mual
mengatakan tidak anemis 4. Kolaborasi 4. Antiemetik dapat
makanan dari (SLKI, 2017) pemberian mengatasai rasa
rumah sakit jarang medikasi mual
dimakan sebelum makan
4. Pasien (antiemetik)
mengatakan tidak 5. Kolaborasi 5. Modifikasi nasi
menyukai nasi dengan ahli gizi lembek dengan
yang lembek untuk modifikasi karbohidrat lain
Data Obyektif : makanan pasien. membuat pasien
1. Pasien tampak (SIKI, 2017) lebih menyukai
pucat, ( makanan
konjungtiva
anemis
2. BB sebelum
sakit 50 kg
BB setelah sakit
= 48 kg,
TB = 165 cm,
IMT = 17,7
LiLA = 23 cm
Lingkar Perut =
78 cm
3. Rambut mudah
rontok dan rapuh
4. Mukosa bibir
kering dan
terdapat
stomatitis
D-III KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2019
E. Hasil Pengkajian
3. Pengkajian
f. Pasien mengatakan sama sekali tidak nafsu makan
g. Pasien mengatakan merasa mual saat makan
h. Pasien mengatakan makanan dari rumah sakit jarang dimakan
i. Pasien mengatakan tidak menyukai nasi yang lembek
j. Pasien mengatakan mual jika makan nasi yang lembek
4. Pemeriksaan Fisik
j. BB sebelum sakit = 50 kg
k. BB setelah sakit = 48 kg
l. TB = 165 cm
m. IMT = 17,7
n. LiLA = 23 cm
o. Lingkar Perut = 78 cm
p. Rambut mudah rontok dan rapuh
q. Mukosa bibir kering dan terdapat stomatitis
r. Pasien tampak pucat, konjungtiva anemis
F. Analisa Data
DATA MASALAH PENYEBAB
Data Subjektif : Defisit nutrisi 2. Ketidakmampuan
5. Pasien mengatakan sama (SDKI, 2017) mencerna makanan
sekali tidak nafsu makan (SDKI, 2017)
6. Pasien mengatakan merasa
mual saat makan
7. Pasien mengatakan
makanan dari rumah sakit
jarang dimakan
8. Pasien mengatakan tidak
menyukai nasi yang lembek
Data Obyektif :
5. Pasien tampak pucat,
konjungtiva anemis
6. BB sebelum sakit 50 kg,
BB setelah sakit =48 kg,
TB=165 cm, IMT= 17,7
LiLA = 23 cm
Lingkar Perut = 78 cm
7. Rambut mudah rontok dan
rapuh
8. Mukosa bibir kering dan
terdapat stomatitis
G. Diagnosa Keperawatan
Pengkajian data memberikan masalah nutrisi yang aktual dan potensial.
Masalah sering terjadi saat asupan secara keseluruhan berkurang atau
meningkat secara signifikan saat satu atau lebih zat gizi tidak dimakan,
pencernaan lengkap, atau absorbsi lengkap. Diagnosa keperawatan
dihubungkan dengan masalah nutrisi aktual (misalnya asupan inadekuat) atau
masalah yang meletakkan klien pada risiko defisiensi nutrisi, seperti trauman
oral, luka bakar yang parah, atautau infeksi. (Perry, Potter. 2005).
3. Diagnosa keperawatan yang muncul pada masalah nutrisi (SDKI, 2017)
Defisit nutrisi.
f. Definisi :
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
g. Penyebab
7) Ketidakmampuan menelan makanan
8) Ketidakmampuan mencerna makanan
9) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
10) Peningkatan kebutuhan metabolisme
11) Faktor ekonomi (misal: finansial tidak mencukupi)
12) Faktor psikologi (misal: stres, keengganan untuk menelan)
h. Gejala dan tanda mayor
3) Subjektif (tidak tersedia)
4) Objektif (Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal)
i. Gejala dan tanda minor
3) Subjektif
d) Cepat kenyang setelah makan
e) Kram atau nyeri abdomen
f) Nafsu makan menurun
4) Objektif
i) Bising usus hiperaktif
j) Otot pengunyah lemah
k) Otot menelan lemah
l) Membran mukosa pusat
m) Sariawan
n) Serum albumin turun
o) Rambut rontok berlebih
p) Diare
j. Kondisi klinis terkait
8) Stroke
9) Parkinson
10) Mobius syndrome
11) Cerebral parsi
12) Cleft lip
13) Cleft palate
14) Amvotropic lateral sclerosis
H. Perencanaan
Perencanaan adalah proses keperawatan yang penuh pertimbangan,
sistematis dan mencakup pembuatan keputusan serta penyelesaian masalah.
Dalam perencanaan, perawat merujuk pada data pengkajian klien dan
pernyataan diagnosis sebagai petunjuk dalam merumuskan tujuan klien dan
merancang intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencegah,
mengurangi atau menghilangkan masalah klien.
Intervensi keperawatan adalah setiap tindakan, berdasarkan penilaian klinis
dan pengetahuan yang perawat lakukan untuk meningkatkan hasil pada klien
(McClosky & Bulecheck, 2000). Meskipun perencanaan pada dasarnya
merupakan tanggungjawab perawat, masukan dari klien dan individu serta
sistem pendukung lainnya sangat penting untuk keefektifan rencana tersebut.
Perencanaan untuk mempertahankan status nutrisi yang optimal
membutuhkan tingkat perawatan yang lebih tinggi daripada sekedar mengatasi
masalah nutrisi. Penggabungan informasi klien dari beberapa sumber perlu
untuk merencanakan pendekatan perawatan yang individual, yang relevan
dengan kebutuhan klien. Aplikasi berpikir kritis adalah cara terbaik untuk
memastikan bahwa semua sumber data dipertimbangkan dalam perkembangan
perawatan klien. Identifikasi klien yang berisiko akan masalah kesehatan
memberikan perencanaan kesehatan yang mencegah dan meminimalkan
masalah nutrisi merujuk pada standar profesional akan nutrisi selama
melakukan langkah ini karena standar dipublikasikan berdasarkan temuan ilmu
pengetahuan.
Tujuan dan hasil yang di harapkan dan prioritas perawatan merefleksikan
kebutuhan psikologis treapeutik dan individu klien. Pendidikan kesehatan dan
konsultasi penting bagi klien untuk mencegah penyakit dan mempromosikan
kesehatan. Klien dengan diet terapeutik perlu memahami tentang implikasi diet
dan bagaimana diet membantu mengontrol penyakit. Waspada pada faktor yang
mempengaruhi asupan makan klien (Lenie et al., 2010).
Perencanaan individu tidak dapat di paksakan. Misalnya, hal ini penting
untuk menggali perasaan klien tentang berat badan dan makanan, untuk
membantu menyusun tujuan yang realistis dan dapat di capai (Daniels, 2011).
Tujuan perencanaan dinegosiasi antara klien, diet teregistrasi, dan perawat
untuk memastikan keberhasilan. Untuk jenis klien ini, maka tujuan secara
keseluaruhan adalah “klien akan mendapatkan rentang tinggi badan dan berat
badan IMT diantara 10% berat ideal. Hasil yang diharapkan berikut membantu
pemantauan penyampian tujuan :
5. Asupan nutrisi harian klien memenuhi kebutuhan harian minimal.
6. Asupan lemak harian kurang dari 30%.
7. Klien menghilangkan minuman bergula dari dietnya.
8. Klien menahan makan makanan yang tidak sehat diantara makan dengan
sebelum makan siang.
Memenuhi tujuan nutrisi membutuhkan masukan yang multi disiplin.
Pengetahuan tentang peran disiplin dalam dukungan nutrisi mengembangkan
rencana terapi yang tepat. Hitung kalori dan bantuan di perlukan utnuk
mendapatkan data yang akurat. Rencana perawatan efektif membutuhkan
pertukaran informasi akurat diantara disiplin ilmu.
Penyusunan prioritas, identiffikasi klien yang berisiko mengalami masalah
nutrisi menghasilkan intervensi untuk mencegah atau meminimalkan masalah
nutrisi. Meskipun perubahan berat badan klien terjadi secara bertahap prioritas
ditujukan untuk meningkatkan asupan nutrisi. Prioritas perawatan yaitu
memberikan dukungan nutrisi prioperatif yang optimal pada klien dengan
malnutrisi. Kemudian fokus pada prioritas nutrisi dan rencana perawatan untuk
mempertahankan nutrisi.
Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan Rencana Rasional
Keperawatan Tindakan
Defisit nutrisi Setelah dilakukan 6. Monitor asupan 6. Mengetahui
berhubungan asuhan makanan pasien kebutuhan nutrisi
dengan keperawatan pasien
ketidakmampuan selama 3x24 jam 7. Berikan 7. Memenuhi
mencerna makanan defisit nutrisi makanan tinggi kebutuhan nutrisi
ditandai dengan pasien membaik kalori tinggi pasien
Data Subjektif : dengan kriteria protein
5. Pasien hasil : 8. Anjurkan pasien 8. Dengan makan
mengatakan sama 4. Mual berkurang untuk makan sedikit-sedikit tapi
sekali tidak nafsu 5. Pasien mampu sedikit-sedikit sering membuat
makan menghabiskan satu tapi sering lambung tidak
6. Pasien porsi makanan dengan posisi terlalu penuh dan
mengatakan merasa porsi sedang duduk saat juga tidak kosong
mual saat makan makan sehinnga tidak
7. Pasien 6. Konjungtiva memicu mual
mengatakan tidak anemis 9. Kolaborasi 9. Antiemetik dapat
makanan dari (SLKI, 2017) pemberian mengatasai rasa
rumah sakit jarang medikasi mual
dimakan sebelum makan
8. Pasien (antiemetik)
mengatakan tidak 10. Kolaborasi 10. Modifikasi nasi
menyukai nasi dengan ahli gizi lembek dengan
yang lembek untuk modifikasi karbohidrat lain
Data Obyektif : makanan pasien. membuat pasien
5. Pasien tampak (SIKI, 2017) lebih menyukai
pucat, ( makanan
konjungtiva
anemis
6. BB sebelum
sakit 50 kg
BB setelah sakit
= 48 kg,
TB = 165 cm,
IMT = 17,7
LiLA = 23 cm
Lingkar Perut =
78 cm
7. Rambut mudah
rontok dan rapuh
8. Mukosa bibir
kering dan
terdapat
stomatitis
Restu
DAFTAR PUSTAKA
Beck, Marry E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta : CV. Andi Offset