Anda di halaman 1dari 43

TATA KELOLA

BENCANA ALAM ADALAH BENCANA


YANG DIAKIBATKAN OLEH PERISTIWA
ATAU SERANGKAIAN PERISTIWA YANG
DISEBABKAN OLEH ALAM ANTARA LAIN
BERUPA ; GEMPA BUMI, TSUNAMI,
GUNUNG MELETUS, BANJIR,
KEKERINGAN, ANGIN TOPAN DAN TANAH
BENCANA ADALAH PERISTIWA ATAU LONGSOR
RANGKAIAN PERISTIWA YANG
MENGANCAM DAN MENGGANGGU
KEHIDUPAN DAN PENGHIDUPAN BENCANA NON-ALAM ADALAH
MASYARAKAT YANG DISEBABKAN, BENCANA YANG DIAKIBATKAN OLEH
BAIK OLEH FAKTOR ALAM DAN/ATAU PERISTIWA ATAU SERANGKAIAN PERIS-
FAKTOR NON-ALAM SEHINGGA TIWA YANG ANTARA LAIN BERUPA ;
MENGAKIBATKAN TIMBULNYA GAGAL TEKNOLOGI, GAGAL MODER-
KORBAN JIWA MANUSIA,
KERUSAKAN LINGKUNGAN, NISASI, EPIDEMI DAN WABAH PENYAKIT
KERUGIAN HARTA BENDA DAN
DAMPAK PSIKOLOGIS
BENCANA SOSIAL ADALAH BEN-
CANA YANG DIAKIBATKAN OLEH PERIS-
TIWA ATAU SERANGKAIAN PERISTIWA
YANG DIAKIBATKAN OLEH MANUSIA
YANG MELIPUTI KONFLIK SOSIAL ANTAR
DEFINISI BENCANA KELOMPOK ATAU ANTARKOMUNITAS
(U.U. NO. 24/2007) MASYARAKAT DAN TEROR
U.U.D 1945
Ps. 20 & Ps. 21

U.U. 24/2007

Ps. 50, 58, 59 Ps. 65-69 Ps. 30


PP 21/2008 ttg PP 22/2008 ttg Pe- PP 23/2008 ttg Peran
Penyelenggaraan ngelolaan Ban-tuan Lembaga Asing
Penanggulangan & Penda-naan
Bencana

Ps. 7 ayat 3 Ps. 51 Ps. 17


PPres……….. ttg PPres ……… ttg PPres 8/2008 ttg
Pedoman Status & Penetapan Status Pembentukan BNPB
Tingkatan Bencana Bencana

Ps. 35, 36
PerKa BNPB ttg
Pedoman Pe-
nyusunan RPB

Ps. 35 Ps. 25 Ps. 61 Ps. 35


Pergub…… ttg Perda…… ttg Perda…… ttg Perda/Pergub……
Penetapan Status Pembentukan BPBD Alokasi Anggaran ttg
Bencana Bencana RPB
U.U. NO. 24/2007
Pasal 3. ayat (2).

Prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, yaitu:
a. cepat dan tepat;
b. prioritas;
c. koordinasi dan keterpaduan;
d. berdaya guna dan berhasil guna;
e. transparansi dan akuntabilitas;
f. kemitraan;
g. pemberdayaan;
h. nondiskriminatif; dan
i. nonproletisi.
U.U. NO. 24/2007
Pasal 7

(1) Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana


meliputi:
a. penetapan kebijakan penanggulangan bencana selaras dengan
kebijakan pembangunan nasional;
b. pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur-
unsur kebijakan penanggulangan bencana;
c. penetapan status dan tingkatan bencana nasional dan daerah;
d. penentuan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana
dengan negara lain, badan-badan, atau pihakpihak internasional lain;
e. perumusan kebijakan tentang penggunaan teknologi yang berpotensi
sebagai sumber ancaman atau bahaya bencana;
f. perumusan kebijakan mencegah penguasaan dan pengurasan sumber
daya alam yang melebihi kemampuan alam untuk melakukan
pemulihan; dan
g. pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang yang
berskala nasional
(2) Penetapan status dan tingkat bencana nasional dan daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c memuat
indikator yang meliputi:
a. jumlah korban;
b. kerugian harta benda;
c. kerusakan prasarana dan sarana;
d. cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan
e. dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan status dan
tingkatan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan Peraturan Presiden.
KEGIATAN DALAM SETIAP TAHAPAN
PROGRAM PENANGANAN PASCA BENCANA DI D.I. YOGYAKARTA

TANGGAP DARURAT
& PEMULIHAN REHABILITASI REKONSTRUKSI

? ?
Tujuan: Tujuan: Tujuan:
PENYELAMATAN PEMULIHAN STANDAR PEMBANGUNAN
KORBAN PELAYANAN MINUM : KEMBALI SELURUH
 Penyelamatan Korban SISTEM :
 Penanganan Korban Luka2
 Pembentukan Tim Tanggap  Pemulihan sistem pe-  Sistem ekonomi (pro-duksi,
Darurat/Satkorlak merintahan (Kab, Kec, Desa) perdagangan, perbankan)
 Pembentukan Pusat2 Layanan  Pemulihan Pelayanan publik  Sistem transportasi
(Posko) (pendidikan, kesehatan dll)
 Sistem telekomunikasi
 Distribusi Supplies (Logistik,  Pembangunan kembali
perumahan  Pemulihan sosial dan budaya
tenda dll)
 Penyediaan hunian sementara  Pemulihan Pelayanan sosial  Pemulihan kelembagaan
dasar  Pengembalian (main-
 Penguatan Jalur Distribusi
 Rekonstruksi Prasa-rana & streaming) program darurat
 Pendataan Korban & Akibat ke Program Pembangunan
sarana dasar
Bencana (Media Center)
 Pemulihan fasilitas  Dll.
 Pendampingan Psikologis
perekonomian
 Pengalihan Program
Pembangunan ke Program  Rehabilitasi psikologis
Darurat  dll
BEBERAPA KETENTUAN YANG PERLU DICERMATI ;

TANGGAP • Keterkaitannya dengan status keadaan darurat (status


DARURAT kedaruratan yang mana)
• Persyaratan ditetapkannya kegiatan tanggap darurat
• Siapa yang menetapkan diambilnya kegiatan tanggap darurat
(penentu status & tingkatan bencana)
• Konsekuensi yang timbul bagi pejabat penentu pengambilan
kegiatan tanggap darurat (kalau ternyata kedaruratan tidak
separah perkiraan)

STATUS • Ditetapkan oleh Presiden ? (bagaimana di daerah)


KEADAAN • Sequence/urutan status keadaan (kalau mendadak)
DARURAT • Bersifat responsif atau antisipatif (menunggu sampai terjadi
bencana)
• Konsekuensi bagi pejabat yang menetapkan status (kalau
ternyata tidak terjadi bencana)
• Pengakhiran status kedaruratan (kasus DIY & Klaten)

CATATAN :
STATUS KEADAAN DARURAT NAMPAKNYA HANYA BERLAKU HANYA
UNTUK KEJADIAN BENCANA YANG DAPAT DIPERKIRAKAN SEBELUMNYA
(SEPERTI; Gn. MERAPI)
BEBERAPA KETENTUAN YANG PERLU DICERMATI ;

STATUS • Proses penilaian kerusakan & kerugian (DLA) yang memerlukan


BENCANA waktu (prinsip cepat tepat tidak terpenuhi)
• Penetapan metode penilaian kerusakan & kerugian (banyak
metode, mis; ECLAC)
• Kuantifikasi indikator untuk menentukan status bencana (ukuran
dari ; ringan, sedang, berat)
• Kemungkinan peningkatan status bencana dan prosedurnya (dari
ringan ke sedang dst dan dari lokal ke daerah dst)
• Cakupan wilayah (mestinya masuk ke indikator tingkatan
bencana)

TINGKATAN • Proses penilaian kerusakan & kerugian (DLA) yang memerlukan


BENCANA waktu(prinsip cepat tepat tidak terpenuhi)
• Kuantifikasi nilai kerusakan untuk menentukan tingkat bencana
(misal; dampak sosek dari bencana tingkat lokal, daerah,
nasional)
• Kemungkinan peningkatan status bencana dan prosedurnya
(bencana makin meluas, mis; pandemi penyakit)
• Keterkaitannya dengan pembagian kewenangan penyelenggaraan
pemerintahan (otonomi daerah dan desentralisasi)
U.U. NOMOR 24/2007
Pasal 1

10. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan


dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak
buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelematan dan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
prasarana dan sarana
U.U. NOMOR 24/2007
Pasal 1
19. Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan
oleh Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi
Badan yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana.

DRAFT PERATURAN PRESIDEN R.I. TENTANG PENETAPAN STATUS


DAN TINGKATAN BENCANA
20. Status keadaan darurat dibedakan menjadi; awas, siaga dan waspada, yang
penentuannya didasarkan atas pemantauan yang dilakukan secara akurat oleh
Badan atau Lembaga yang berkompeten
21. Status keadaan darurat waspada adalah suatu keadaan darurat yang
menunjukkan peningkatan suatu gejala dari suatu proses atau peristiwa yang
memungkinkan timbulnya ancaman bencana dan ditentukan berdasarkan hasil
pemantauan secara akurat
22. Status keadaan darurat siaga adalah peningkatan dari keadaan darurat waspada,
yang penentuannya didasarkan atas pemantauan yang akurat
23. Status keadaan darurat awas adalah peningkatan dari keadaan darurat siaga yang
penentuannya didasarkan atas pemantauan yang akurat
DRAFT PERATURAN PRESIDEN R.I. TENTANG
PENETAPAN STATUS DAN TINGKATAN BENCANA

STATUS Keadaan bencana di suatu tempat pada saat terjadi,


BENCANA dengan indikator jumlah korban, kerugian harta benda,
kerusakan prasarana-sarana, cakupan wilayah dan
dampak sosial ekonomi, yang dapat dibedakan
menjadi ; bencana ringan, sedang dan berat

TINGKATAN Keadaan di suatu tempat yang terlanda oleh jenis


BENCANA bencana tertentu dan dinilai berdasarkan jumlah
korban, kerugian harta benda, kerusakan prasarana-
sarana, cakupan wilayah dan dampak sosial ekonomi,
yang dibedakan menjadi lokal, daerah dan nasional
PENENTUAN STATUS DAN TINGKATAN BENCANA

TINGKAT INDIKATOR KOMENTAR


(DRAFT PERPRES)
LOKAL • Jumlah korban (jiwa?) kurang • Perlu kejelasan apakah
(KABUPATEN- dari 100 orang indikator-indikator ters-
• Kerugian harta benda kurang ebut bersifat kumulatif
KOTA) (dan) atau alternatip (atau),
dari Rp. 1 milyar
misalnya ; korban kurang
• Kerusakan sarpras ringan dari 100 orang tapi
• Cakupan wilayah kurang dari kerugian > Rp. 1 milyar
10 km2 • Kerusakan sarpras di-ukur
• Dampak sosek terbatas dari fungsi
• Pemerintah (kab/kota) mampu • Apa keuntungan dita-ngani
menangani ber-dasar SDM, sendiri dibanding jika
sumberdaya finansial dan dari diserahkan kepada level
segi teknologi lebih tinggi (de-ngan “surat
takluk”)
PENENTUAN STATUS DAN TINGKATAN BENCANA

TINGKAT INDIKATOR KOMENTAR


(DRAFT PERPRES)
DAERAH • Jumlah korban (jiwa?) ku- • Perlu kejelasan apakah
(PROPINSI) rang dari 500 orang indikator-indikator ters-
• Kerugian harta benda ku-rang ebut bersifat kumulatif
dari Rp. 1 trilyun (dan) atau alternatip (atau),
misalnya ; korban kurang
• Kerusakan sarpras mene-ngah dari 500 orang tapi
(beberapa meng-ganggu kerugian > Rp. 1 trilyun
kehidupan masya-rakat) • Kerusakan sarpras di-ukur
• Cakupan wilayah lebih dari 1 dari fungsi
kab/kota dalam propinsi • Apa keuntungan dita-ngani
• Dampak sosek menengah, sendiri dibanding jika
sebagian besar kegiatan sosek diserahkan kepada level
terganggu lebih tinggi (de-ngan “surat
• Pemerintah bersama Pem takluk”)
kab/kota mampu mena-ngani
berdasar SDM, sum-berdaya
finansial dan dari segi
teknologi
PENENTUAN STATUS DAN TINGKATAN BENCANA

TINGKAT INDIKATOR KOMENTAR


(DRAFT PERPRES)
NASIONAL • Jumlah korban (jiwa?) lebih
dari 500 orang
• Kerugian harta benda lebih
besar dari Rp. 1 trilyun
• Kerusakan sarpras sangat
berat sehingga tidak dapat
berfungsi mendukung kehi-
dupan
• Cakupan wilayah sangat lu-as
mencakup beberapa kab/kota
di lebih dari 1 propinsi
• Pemerintah (kab/kota) ti-dak
mampu lagi menangani
berdasar SDM, sumberda-ya
finansial, srapras, ke-
lembagaan, manajemen dan
dari segi teknologi
USULAN LEMBAGA PENENTU STATUS DAN TINGKATAN
BENCANA

BENCANA BENCANA BENCANA BERAT


RINGAN SEDANG
LOKAL/ bencana ringan di bencana se- dang di bencana berat di
kab/kota dalam kab/ kota dalam kab/ kota dalam
KABUPATEN- propinsi propinsi propinsi
KOTA KAB/KOTA YBS KAB/KOTA YBS PROPINSI YBS
bencana ringan bencana sedang bencana berat
meliputi > 1 meliputi > 1 meliputi > 1
DAERAH/ kab/kota dalam kab/kota dalam kab/kota dalam
propinsi propinsi propinsi
PROPINSI
MASING2 PROPINSI YBS PROPINSI DGN
KAB/KOTA DGN KOORD PUSAT
KOORD PROPINSI
bencana ringan bencana sedang
meliputi > 1 bencana berat
meliputi > 1 meliputi > 1
NASIONAL propinsi propinsi
MASING2 propinsi
KAB/KOTA DGN MASING2 PROPINSI PUSAT
KOORD PUSAT DGN KOORD PUSAT

CATATAN :
MESTINYA PENETAPAN STATUS DAN TINGKATAN BENCANA TIDAK
MERUPAKAN ALASAN UNTUK PENGALIHAN KEWENANGAN
PENANGGULANGAN BENCANA
MANAJEMEN BANTUAN

TIDAK ADA NEGARA/DAERAH DI DUNIA INI YANG MAMPU


MENANGGULANGI BENCANA YANG MELANDA TANPA
BANTUAN DARI LUAR (NEGERI/DALAM NEGERI)

Aspek kemitraan dan kerjasama internasional adalah salah satu kunci utama
dalam penanganan bencana.
Hal ini merupakan elemen yang sama pentingnya dengan peningkatan
kapasitas pemerintah dan masyarakat dalam memandang dan mengelola
bencana,
BANTUAN ASING DI D.I.Y SAAT GEMPA BUMI 27 MEI
2006

1. Austria 17. Jerman


2. Amerika Serikat 19. Jordan
3. AusSAID 20. Korea Selatan
4. Brunei Darussalam 21. Kuba
5. China 22. Kuwait
6. Cruz Roja Espanola 23. Malaysia
7. Chairperson Good Neighbour 24. Moldova
International 25. Norwegia
8. Direct relief Interna-tional St. 26. Pakistan
Barbara
27. Perancis
9. European Community
28. Polandia
10. Philipina 29. Qatar
11. India 30. Red Cross Iran
12. Italia (World Food Program) 31. Rotary International
13. Iran
32. Rusia
14. Islamic Relief
33. Saudi Arabia,
15. Inggris (Oxfam) 34. …dst sampai 480 negara/institusi
16. Japan (JICS, JICA, JBIC, Hyogo
Pref. Kyoto Pref. etc)
BANTUAN DAPAT BERWUJUD ;
• BARANG/LOGISTIK
• JASA
• MEDIS
• KONSTRUKSI
• PELAYANAN
• CASH
• KONSULTASI

BAGAIMANA AGAR BANTUAN YANG DITERIMA ;


1. EFEKTIP DAN EFFISIEN
2. BERMANFAAT
3. CEPAT SAMPAI KE SASARAN
4. TEPAT SASARAN
5. SESUAI KEBUTUHAN (TIDAK MESTI MEMENUHI KEBUTUHAN)
6. TERCATAT (DALAM SISTEM DATA BASED BERBASIS I.T)
7. DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN
8. TRANSPARAN/AKSESIBEL
PRINSIP DALAM PROGRAM REHABILITASI DAN
REKONSTRUKSI PASCA GEMPA BUMI DI D.I.Y.

1. Masyarakat Yogyakarta akan membangun kemandiriannya.


2. Bantuan dari Pemerintah (Pusat, Propinsi dan Kabupa-ten/Kota) adalah
merupakan bagian dari tugas peme-rintah untuk membantu dan melindungi
warga-negaranya
3. Masyarakat Yogyakarta tidak bersedia menerima ban-tuan dalam wujud
pinjaman/loan yang nantinya akan membebani rakyat Indonesia

4. Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi didasarkan pada prinsip Pemberdayaan


Masyarakat (Community Based Development) dan dilaksanakan secara gotong-
royong,
5. Bantuan dari luar masyarakat adalah untuk “membantu masyarakat agar
mampu menolong dirinya sendiri”
6. Rehabilitasi dan Rekonstruksi tidak semata-mata untuk aspek fisik tetapi juga
aspek ekonomi dan sosial budaya. Untuk itu, nilai budaya dan kearifan lokal harus
dipertim-bangkan dan akan menjadi dasar bagi perencanaan dan pelaksanaan
program
P.P. NOMOR 23 tahun 2008
Bantuan (dari luar/dalam negeri, bilateral, multilateral, swasta/lsm dsb)
diarahkan untuk mendukung penguatan upaya penanggulangan bencana,
pengurangan ancaman dan risiko bencana, pengurangan penderitaan korban
bencana, dan mempercepat pemulihan kehidupan masyarakat
Selain itu juga untuk ;

1. menjamin penghormatan terhadap peran dan tindakan Pemerintah


berdasarkan kepentingan masyarakat sebagai penanggung jawab utama
dalam mengatur dan mengkoordinir kegiatan penanggulangan bencana;
2. memungkinkan masyarakat internasional memberikan dukungan dan
kontribusi secara efektif dalam kegiatan penanggulangan bencana;
3. memperjelas proses, peran, dan tanggung jawab Pemerintah dan komunitas
internasional dalam kegiatan penanggulangan bencana;
4. meminimalisasi hambatan-hambatan administrasi dan hukum yang dapat
mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pemberian bantuan internasional
dalam situasi darurat; dan
5. menjamin kerjasama dan bantuan internasional yang diberikan sesuai
dengan prinsip-prinsip kemanusiaan dan kualitas standar baik secara
nasional maupun internasional.
PP. 22 tahun 2008 mengatur tentang “PENDANAAN DAN
PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA”

PP. 23 tahun 2008 mengatur tentang “PERAN SERTA LEMBAGA


INTERNASIONAL DAN LEMBAGA ASING NONPEMERINTAH
DALAM PENANGGULANGAN BENCANA”

Keduanya kurang memberi arahan bagaimana mengelola bantuan


(luar negeri/dalam negeri/individu/private/LSM) baik pada saat ;
tanggap bencana, rehabilitasi maupun rekonstruksi
Bagaimanapun, pemberi bantuan berharap agar bantuannya;
• EFEKTIP DAN EFFISIEN
• BERMANFAAT
• CEPAT SAMPAI KE SASARAN
• TEPAT SASARAN
• SESUAI KEBUTUHAN (TIDAK MESTI MEMENUHI KEBUTUHAN)
• DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN
• TRANSPARAN/AKSESIBEL
AGAR MEMENUHI KRITERIA TERSEBUT, PERLU
DISIAPKAN STRATEGI PENGELOLAAN BANTUAN
SEBAGAI BERIKUT ;
1. Perlu dibentuk Media Center untuk menyampaikan kepada dunia luar
kondisi terkini dari akibat bencana
2. Perlunya dirilis hasil penilaian kerugian dan kerusakan akibat bencana
melalui Media Center
3. Melalui Media Center juga perlu dirilis mengenai kebutuhan-kebutuhan
darurat yang diperlukan sehingga calon donor mengetahui apa yang harus
diperbantukan
4. Pelaksanaan kebijakan penerimaan dan penyaluran bantuan satu pintu
sulit dilaksanakan, tetapi pada pintu-masuk (terminal, airport, stasiun KA
dsb) perlu disediakan desk untuk membantu para donor
5. Ada unit kerja khusus yang mengelola bantuan-bantuan tersebut yang
dilengkapi dengan perangkat IT
6. Pada saat tanggap darurat selesai, perlu adanya handing over bantuan dari
unit kerja khusus ke unit kerja sektoral untuk selanjutnya ditangani melalui
program rehab/rekon
7. Kepala Daerah mewakili masyarakat harus menyampaikan ucapan
terimakasih kepada para donor, baik secara tertulis maupun melalui media
elektronik
S.K.P.D PEMERINTAH,
PEMERINTAH
DAERAH DIBANTU
STAKEHOLDERS
INST.
VERT R.P.B. PEMDA &
INSTANSI VER- WHO PLAN
TIKAL DAERAH
L.S.M.
WHAT
UNTUK

FACILITATING
MENANGGULANGI
BENCANA
MASY.

PEMERINTAH
(PUSAT/DAERAH),
MASYARAKAT,
SWASTA, DONOR
INTL. AGENCIES, LEMBAGA
AGENCI- BANTUAN ASING, DLL
ES

PEME-
RINTAH R.A.D. DAERAH WHO DO WHAT
UNTUK
PEMDA DLL MENANGGULANGI
BENCANA,
SEBAGAIMANA
MASY. DICANTUMKAN
N.G.O. DALAM R.P.B.
L.S.M.
KEDUDUKAN R.P.B DALAM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DAERAH
20 5
TAHUNAN TAHUNAN TAHUNAN

Renstra Renja Rincian


KL KL RKA-KL RAPBN

PUSAT
RPJP RPJM
RKP RAPBN APBN
Nasional Nasional

Diserasikan
Diacu Diperhatikan melalui
Musrenbang
RPJP RPJM RKP Dae-rah
RAPBD

DAERAH
Daerah Daerah (incl. APBD
kebencanaan)

Renstra Renja RKA- Rincian


SKPD (incl.
SKPD kebencanaan) SKPD APBD

R.P.B.
ILUSTRASI MUATAN RPB DALAM PENYUSUNAN
RPJMD
1 Visi, Misi, Program
Kepala Daerah
terpilih

BAPPEDA menyusun SKPD menyusun Renstra-SKPD


Rancangan Awal RPJMD dengan :
2 • Menjabarkan muatan RPB pada
Muatan yang dimasukkan/diacu:
Renstra-SKPD
a) Visi, Misi RPB • Mengadopsi Strategi dan Program
b) Strategi RPB RPB yang relevan/terkait
c) Program dan Kegiatan dalam Program SKPD
RPB
Secara inklusif masuk dalam MUSRENBANG RPJMD
Dokumen RPJMD (Stakeholder memastikan bahwa program
RPB sudah termuat
3 dalam dokumen)
BAPPEDA menyusun
Rancangan Akhir RPJMD
Penetapan RPJMD
4 (sudah berisi muatan RPB)
a) Visi, Misi Kepala Daerah
b) Strategi Pemb. Daerah 5
6
c) Kebijakan Umum
d) Program SKPD Digunakan sebagai pedo-man
Penyusunan Rancangan
RKPD
DALAM HAL RPJMD SUDAH DITETAPKAN BELUM
MEMASUKKAN/MENGACU KEPADA VISI/MISI/ STRATEGI
RPB
1 VISI/MISI/STRATEGI
RPJMD
SKPD menyusun usulan program RPB
BPBD (BAKESBANGLINMAS)
menyusun kerangka RPB dengan ; 2 dengan :
• Memperhatikan kebutuhan program
RPB yang dapat difasilitasi dalam
Muatan yang diacu: Renstra SKPD
a) Visi, Misi RPJMD • Mengadopsi Strategi dan Program RPB
b) Strategi RPJMD yang relevan/terkait dalam Program
c) Program dalam RPJMD SKPD

FGD RPB
3 (Stakeholder memastikan bahwa usulan
program RPB sudah lengkap)

BPBD menyusun
Rancangan Akhir RPB Penetapan RPB
(dengan Keputusan Gubernur)
dengan kemungkinan peninjauan
a) Visi, Misi RPB ulang
b) Strategi RPB 5
c) Kebijakan Umum 4
d) Program RPB (sektoral) Digunakan sebagai pedo-man
Penyusunan Rancangan
RKPD
BPBD menyusun
Rancangan Akhir RPB

a) Visi, Misi RPB


b) Strategi RPB
c) Kebijakan Umum
d) Program RPB (sektoral)

AKAN MEMERLUKAN
SINERJI DARI SKPD &
INSTANSI VERTIKAL

KEWENANGAN/ URUTAN PRIORITAS


URUSAN PENYUSUNAN
SINERJA

KOMPETENSI
KELEMBAGAAN

KEMAMPUAN
KEUANGAN

KEMAMPUAN
S.D.M.
BAGAN ALIR PADA
RENCANA PE- PROGRAM- LEVEL SKPD
NANGGULANG PROGRAM
AN BENCANA SEKTORAL
(RPB) LAINNYA

RENSTRA RENCANA
SKPD KERJA SKPD

R.K.
ANGGARAN
SKPD

RINCIAN
A.P.B.D. SKPD

5 tahunan tahunan
BAGAN ALIR RANCANGAN APBD
KEBENCANAAN

1 MUS RENBANG
RPJMD RPB
RENJA S KPD 4
3 (KEBENCANA-
AN)

2 5
RENJA S KPD
RAD 3 (KEBENCANA- RKPD
AN)

3 RENJA S KPD
(KEBENCANA-
AN)
MAS ING2
S KP D 6

PEDOMAN RKUA KUA


MENDAGRI

7
DOKUMEN P ERENCANAAN
P EMBANGUNAN KEGIATAN PPA PPAS
DOKUMEN P ERENCANAAN
ANGGARAN KEGIATAN

9 8

APBD RAPBD
10
PELAKS A
NAAN
APBD BAGAN ALIR RANCANGAN
AP BD KEBENCANAAN
R.K.P.D. 2010

Di dalam melaksanakan arah dan kebijakan pembangunan yang tertuang


dalam RKPD ini, terdapat prinsip-prinsip pengarus-utamaan yang menjadi
landasan operasional, yaitu:
• pro rakyat miskin
• pro lapangan pekerjaan
• pro lingkungan hidup
• berwawasan gender
• partisipasi masyarakat
• pembangunan berkelanjutan
• tata pengelolaan yang baik
• pengurangan kesenjangan antar wilayah
• percepatan pembangunan daerah tertinggal
• tanggap bencana
SEKTOR YANG MUNGKIN TERKENA DAMPAK BENCANA

• Perhubungan
• Pengendalian Ling-
kungan
BIDANG • PU, Perumahan,
INFRASTRUKTUR ESDM

BENCANA • Sosial
ALAM BIDANG • Kesehatan
SOSIAL BUDAYA • Pendidikan
BENCANA • Kebudayaan
NON-ALAM
BIDANG • Pertanian
BENCANA PEREKONOMIAN • Perikanan/Kelautan
SOSIAL • Kehutanan/
Perkebunan
BIDANG
• Nakertrans
PEMERINTAHAN,
KEAMANAN, • Pariwisata
KETERTIBAN • Indagkop

• Hukum & HAM


• Pemerintahan
• Keamanan
• Ketertiban
PENGARUS-UTAMAAN PRB DALAM PROGRAM
PEMBANGUNAN
DAPAT DILAKUKAN MELALUI BEBERAPA TINGKATAN
(contoh : PPAS APBD 2010);

1. Tingkat Program

PRIORITAS SASARAN ARAH KEBIJAKAN PROGRAM


PRIORITAS
4. Peningkatan Pe- 3. Terwujudnya ke- 1. Memantapkan Urusan Pemerin-
layanan Publik sadaran masya- manajemen pe- tahan Umum
melalui Penata-an rakat terhadap nanggulangan 1. Program Mana-
Kawasan dan bahaya dan pe- bencana jemen Pencegahan
Peningkatan Sa- nanggulangan dan penanggu-langan
rana & Prasara-na bencana secara bencana
Ekonomi dan Fisik mandiri
2. Tingkat Kegiatan :

BIDANG SASARAN POSISI PENGARUS-


PROGRAM/KEGIATAN UTAMAAN
SOSIAL Penanganan masalah- • Pemberian bantuan
Dinas Sosial masalah strategis yang kesiapsiagaan
menyangkut tanggap cepat • Penyegaran Tagana dalam
darurat dan kejadian luar rangka kesiapsia-gaan
biasa penanggulangan bencana

3. Tingkat Sub Kegiatan :

BIDANG SASARAN POSISI PENGARUS-


PROGRAM/KEGIATAN UTAMAAN
LINGKUNGAN HIDUP Workshop Pengembangan Dimasukkannya isu-isu
Badan Lingkungan Hidup Kelembagaan Pengelola-an mengenai “PENCEGAHAN
Lingkungan Hidup Kawasan BENCANA BANJIR dan
Sungai TANAH LNGSOR”
MONITORING & EVALUASI
IMPLEME
NTASI
EVAL/
IMPLEME ANALISIS/
NTASI REKOM

ANALISIS/ PERENCA-
PENYESUAI NAAN
-AN

IMPLEME
MONITOR NTASI

IMPLEME MONITOR
NTASI
ANALISIS/
PENYESUAI
-AN
Gambar 5.1. Siklus MONEV
Evaluasi Kegiatan Penanggulangan Bencana
Kerangka Logis Monev.
Ada dua hal pokok yang harus diperhatikan dalam
kerangka pelaksanaan MONEV, yaitu ;
(i). Pengukuran Kinerja dan,
(ii). Penilaian terhadap hasil.
a. Pengukuran Kinerja :

Pengukuran Kinerja Pelaksanaan Program Penanggulangan Bencana secara


umum mengikuti Peraturan Pemerintah nomor 39 tahun 2006 (PP 39/2006)
tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan, melalui pendekatan sebagai berikut;
• INPUT: segala sesuatu yang dibutuhkan, yang dalam hal ini adalah Rencana
Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD)
• PROSES: terdiri dari kegiatan-kegiatan; perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan pengendalian yang di dalamnya terkait dengan aspek;
kelembagaan, manajemen dan SDM yang dianggap melekat di dalamnya,
termasukAnggaran dan Material
• OUTPUT: hasil dari suatu proses kegiatan. Terhadap aspek output (keluaran)
yang telah sesuai, maka dilanjutkan dengan proses menuju outcome (hasil),
sedangkan terhadap output yang belum sesuai akan menjadi feedback (umpan
balik) dalam proses untuk mencapai output pada tahun mendatang.
Gambar 5.2. Kerangka Pelaksanaan Evaluasi Program
Penanggulangan Bencana

INDIKATOR SASARAN
(KINERJA)

R.P.B.D.
pemantauan & pengendalian

INPUT/ OUTCOME/
R.A.D. MASUKAN PROSES OUTPUT HASIL

SASARAN-
SASARAN

SASARAN-
DANA

•KESIMPULAN evaluasi
•REKOMENDASI
•PERENCANAAN &
ANGGARAN
b. Penilaian outcome (hasil)
Penilaian terhadap outcome/hasil dilaksanakan untuk mengetahui capaian dari
tujuan yang telah selesai dilaksanakan berdasarkan indikator, yaitu dengan
membandingkan antara fungsi/manfaat antara hasil yang direncanakan
dengan hasil yang dicapai. Penilaian fungsi atau manfaat hasil ditinjau dari
indikator 5K sebagai berikut;
KONSISTENSI : dinilai melalui indikator; (i) ketersediaan mekanisme dan strategi
pelaksanaan, (ii) ketersediaan kriteria dan sumber pembiayaan, (iii) ketersediaan
strategi operasional pemulihan akibat bencana dan, (iv) keterkaitan antara prioritas dan
pelaksanaan.
KOORDINASI : dinilai melalui indikator (i) ketersediaan forum koordinasi
perencanaan dan pelaksanaan dan, (ii) efektivitas forum koordinasi dalam perencanaan
dan pelaksanaan.
KONSULTASI : dinilai melalui indikator; (i) ketersediaan fasilitasi bagi masyarakat,
(ii)ketersediaan informasi akurat bagi masyarakat
KAPASITAS : dinilai melalui indikator; (i) penyediaan pedoman operasional, (b)
penyediaan mekanisme pementauan, pengendalian dan pengawasan, (iii) ketersediaan
sumber pembiayaan lokal, (iv) adanya kemampuan kelembagaan, sumberdaya manusia
dan sumber pendanaan, sumberdaya alam, yang dapat didayagunakan dalam
perencanaan dan pelaksanaan program pemulihan akibat bencana
KEBERLANJUTAN : dinilai melalui indikator; (i) tersedianya RPJM yang
memfasilitasi RPBD, (ii) tersedianya Peraturan Daerah tentang Penanggulangan
Bencana, (iii) tersedianya RAD-PRB, (iv) tersedianya RTRW berbasis Pengurangan
Resiko Bencana dan, (v) tersedianya Rencana Pemulihan Sektoral Jangka Menengah
dan Jangka Panjang dalam kerangka Pembangunan Daerah Pasca Bencana.

Anda mungkin juga menyukai