Anda di halaman 1dari 27

Asuhan

Keperawatan
Katarak
KMB III
Presentasi :1. Maykel Avrialdo
2. Gresya Linda Siregar
Defenisi katarak
✘ Katarak adalah proses degeneratif berupa
kekeruhan di lensa bola mata sehingga
menyebabkan menurunnya kemampuan
penglihatan sampai kebutaan. Kekeruhan ini
disebabkan oleh terjadinya reaksi biokimia
yang menyebabkan koagulasi protein lensa
(Kemenkes, 2019).
✘ Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa, atau akibat dari
kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua
mata dan berjalan progresif (Ilyas, 2016)

2
Epidemiologi
Data yang diperoleh World Health Organitation (WHO) menunjukkan bahwa sebanyak 45 juta
orang di dunia menderita kebutaan. Indonesia termasuk negara dengan pevelensi kebutaan yang
tinggi di wilayah Asia Tenggara. Tiga negara dengan prevelensi kebutaan tertinggi dengan buta dan
gangguan penglihatan baik berat maupun sedang yaitu Afghanistan dengan prevelensi 9,09%, Nepal
( 8,17%), Laos ( 7,71%) . Sementara itu, India, China, Indonesia, Pakistan, dan Amerika Serikat
merupakan lima negara dengan prevelensi gangguan penglihatan terbanyak.
Tahun 2018, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia memparkan data bahwa sebesar 7,77%
kebutaan disebabkan oleh katarak. Sedangkan pada penduduk usia 50 tahun ke atas prevelensi
kebutaan akibat katarak sebesar 1,9% (Ismandari, 2018). Di tingkat provensi, prevalensi kebutaan di
Jawa Tengah sebesar 2,7% dengan penyebab utama katarak sebesar 73,8%(Kemenkes RI, 2018).
Katarak adalah suatu kondisi dimana lensa mata manusia mengalami kekeruhan. Biasanya katarak
akan terjadi seiring bertambahnya usia yang tidak dapat dihindari. Tingkat keparahan pada katarak
beragam dan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kelainan bawaan, cidera, dan obat - obatan
tertentu. Kurang lebih sebanyak 90% penyebab kasus katarak yaitu faktor usia, penyebab lainnya
antara lain traumatis dan kelainan bawaan.(Astari, 2018).
3
✘ Penuaan menyebabkan kehilangan fleksibilitas/elastisitas dan meningkatkan
kepadatan lensa karena gumpalan protein alfa.
✘ Cedera yang berkaitan dengan trauma mata atau pembedahan mata dapat
menyebabkan perubahan inflamasi intraokular yang memengaruhi lensa.
✘ Katarak kongenital (biasanya tampak pada sindrom Down) terjadi akibat
Etiologi

cacat genetik.
✘ Gangguan metabolik (penyakit ginjal, sindrom metabolik dengan
hiperlipidemia, diabetes) yang meningkatkan stres oksidatif sistemik dan
menurunkan efisiensi mekanisme perbaikan lensa.
✘ Efek merusak dari pajanan sinar ultaviolet dalam waktu lama paling
berbahaya pada ketinggian atau pantulan air atau salju.
✘ Nutrisi buruk (kurang antioksidan), dehidrasi, atau obesitas (penurunan
persentase air tubuh) menimbulkan efek langsung pada cairan aqueous dan
kesehatan lensa.
✘ Pengobatan tertentu (kortikosteroid dosis tinggi yang terus menerus), zat
kimia (terutama basa), logam berat (tembaga, besi, emas, perak, atau raksa) dan
merokok serta konsumsi alkohol memiliki efek toksik pada lensa.
4
Tanda dan Gejala
Dengan sangat bertahap, pasien akan mulai menyadari penglihatan yang kabur dan
perubahan halus dalam persepsi warna
✘ Penglihatan digambarkan berkabut, kabur, atau suram
✘ Penglihatan ganda dapat terjadi pada mata tunggal.
✘ Terjadi kesulitan dalam membaca dan diperlukan cahaya yang lebih terang.
✘ Penglihatan jarak dekat tidak diketahui dan kacamata baca diperlukan.
✘ Riwayat pasien mengungkapkan seringnya perubahan resep untuk kacamata atau
lensa kontak.
✘ Penglihatan malam buruk karena cahaya tidak dapat difokuskan pada sel batang,
yang bertanggung jawab terhadap penglihatan malam.
✘ Mata menjadi sangat sensitif terhadap cahaya dan cahaya yang menyilaukan dari
lampu besar di malam hari.
✘ Pasien mengeluhkan ketegangan mata dan sering berkedip untuk menjernihkan
lapang pandang. 5
Patofisiologi

6
Manifestasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan Gejala objektif biasanya meliputi :
katarak antara lain: ✘ Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
✘ Biasanya klien melaporkan sehingga retina tak akan tampak dengan
penurunan ketajaman oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak,
penglihatan fungsional yang cahaya akan dipendarkan dan bukannya
diakibatkan oleh kehilangan ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan
penglihatan tadi dan silau serta terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan
gangguan menjadi kabur atau redup.
✘ Menyilaukan dengan distorsi ✘ Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu
bayangan dan susah melihat di atau putih. Penglihatan seakan-akan melihat asap
malam hari dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
✘ Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil
akan tampak benar-benar putih, sehingga refleks
7
cahaya pada mata menjadi negatif.
Klasifaksi
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Katarak perkembangan (developmental) dan degenerative
2. Katarak trauma: katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mat
3. Katarak komplikata (sekunder): penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM dapat
mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan menimbulkan katarak
komplikat
4. Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
a. Katarak kongeniatal, katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir (sudah terlihat pada
usia di bawah 1 tahun).
b. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah usia 40 tahun
c. Katarak presenil, katarak sesudah usia 30-40 tahun
d. Katarak senilis, katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis katarak ini
merupakan proses degenerative (kemunduran) dan yang paling sering ditemukan.
8
Adapun tahapan katarak senilis, yaitu :
1. Katarak insipien: pada stadium insipien
(awal) kekeruhan lensa mata masih sangat
minimal, bahkan tidak terlihat tanpa
menggunakan alat periksa. Kekeruhan lensa
berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang
tidak teratur. Penderita pada stadium ini
sering kali tidak merasakan keluhan atau
gangguan pada penglihatanya sehingga
cenderung diabaikan.
2. Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih.
3. Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung danbertambah
sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang sering disampaikan oleh penderita
katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca. penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan
melakukan aktifitas sehari-hari.
4. Katarak hipermatur: terdapat bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui kapsul
lensadan bias menyebabkan perdangan pada struktur mata
9 yang lainya.
Pemeriksaan
✘ Oftalmoskopi langsung menunjukkan opasitas lensa.
✘ Pemeriksaan ketajaman penglihatan dilakukan dengan menggunakan bagan
Snellen
✘ Persepsi warna diperiksa dengan menggunakan lempeng polikro matik Ishihara,
yang terikat bersama sebagai buku kecil, terdiri atas titik-titik warna primer yang
membuat pola dan bentuk berbeda yang tersembunyi dengan latar belakang
warna sekunder. Pasien yang memiliki penglihatan sentral buruk tidak dapat
menemukan gambar yang tersembunyi tersebut.
✘ Tes slit lamp dilakukan menggunakan alat yang dapat menembakkan sinar
berbentuk garis tipis ke dalam mata. Untuk melihat kelainan pada kelopak mata,
kulit dan jaringan di sekitar mata, permukaan bola mata (kornea dan
konjungtiva), selaput pelangi
10 (iris), dan lensa.
Penatalaksanaan NonBedah
1) Terapi faktor resiko penyebab katarak
Terapi dilakukan dengan menghentikan pengobatan diabetes melitus, konsumsi obat – obatan
yang mempunyai sifat katarak togenik seperti fenotiasin, kortokosteroid, dan miotik. Radiasi
(inframerah atau sinar-X) dihindari untuk mencegah terjadinya proses katarak genesis.
2) Memperlambat progevitas
Terdapat beberapa sediaan yang mempunyai kandungan kalium dan kalsium yangdapat digunakan
pada katarak stadium awal untuk mengurangi perkembangannya, akan tetapi hingga saat ini
belum ada kejelasan tentang mekanisme kerja pada sediaan tersebut.
3) Penilaian perkembangan visus yang terjadi pada katarak imatur dan insipien ; Refraksi harus
sering diperbaiki, karenarefraksi mengalami perubahan secara cepat. Pengaturan pencahayaan,
pencahayaan yang terang sebaiknya digunakan untuk pasien dengan kekeruhan yang terdapat
pada perifer lensa. Sedangkan pasien dengan kekeruhan pada bagian sentral lensa, berikan cahaya
remang.Gunakan kacamata gelap. Memberikan kenyamanan pada pasien dengan kekeruhan yang
terdapat pada bagian sentral ketika beraktivitas di luar ruangan.
11
Penatalaksanaan Pembedahan
✘ Indikasi visus dan indikasi medis
Indikasi penglihatan bersifat individu untuk semua orang, tergantung dampak katrak yang
terjadi dalam aktivitasnya. Untuk alasan medis, pasien bisa tidak terganggu karena kekeruhan
pada lensa, tetapi mungkin terganggu oleh indikasi medist tertentu untuk melakukan operasi
katrak.
✘ ECCE (Extra Capsular Catract Extraction)
Prosedur pembedahan dengam mengganti lensa yang keruh dengan menggunasan lensa
intraokular.
✘ ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction)
Operasi ini mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya.
✘ Indikasi kosmetik
Mengacu dimana pasien dengan katrak matur yang memerlukan pengangkatan katarak untuk
mendapatkan pupil yang hitam.
12
• Persiapan sebelum Pembedahan
Persiapan untuk pembedahan, Yang perlu dilakukan:
1. Pasien puasa selama 12 jam sebelum prosedur.
2. Penetesan obat tetes oftalmik yang diresepkan untuk mendilatasikan mata
menurut pilihan dokter bedah. Misalnya, dua tetes masing masing siklopentolat
hidroklorida 1% dan fenilefrin hidroklorida 2,5% yang diberikan dengan rentang
waktu 10 menit.
3. Obat tetes mata preoperatif tambahan dapat mencangkup satu tetes masing-
masing ketorolak trometamin 0,5% atau nepafenak 0,1% (NSAID/anti-inflamasi)
dan gatifloksasin 0,3% atau moksifloksasin 0,5% (anti-infeksi)
4. Informasi verbal yang menjabarkan mengenai terapi yang diresepkan postoperasi
dan pentingnya mematuhi pedoman tertulis.
Penatalaksanaan pasca bedah
Perawatan yang dilakukakan pasca operasi katarak
meliputi:
✘ Kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang ✘ Jangan menyentuh atau menggosok mata
kemampuan pasien untuk mengganti perban dan dengan tangan saatberaktivitas sehari-hari
memberikan obat tetes mata mandiri
✘ Tidak membungkuk selama dua minggu.
✘ Jika pasien atau anggota keluarga tidak memahami
prosedur pengobatan, mereka akan mendapatkan ✘ Tidak berbaring ke arah mata yang di
penyuluhan kesehatan tentang perawatan mata di operasi.
rumah, dan dianjurkan untuk memberikan obat ✘ Hindari mengangkat benda berat serta
tetes mata.
menghindari benturan pada mata.
✘ Anjurkan untuk memberikan obat tetes mata dan
✘ Anjurkan memakai kacamata hitam saat di
salep setiap hari.
luar ruangan pada siang hari.
✘ Usahakan untuk tidak membasahi mata tau perban
selama dua minggu. ✘ Mengontrol dan menghindrai faktor yang
14
mempercepat terbentuknya katarak.
Komplikasi
Komplikasi selama operasi antara lain : Komplikasi setelah operasi antara lain:
✘ Pendangkalan kamera okuli anterior : komplikasi ✘ Edema kornea :Edema kornea dapat terjadi karena
terjadi karena kurangnya cairan yang masuk ke kamera kombinasi dari trauna mekanik, trauma kimia,
okuli anterior (KOA), kebocoran yang terlalu besar terjadinya radang atau peningkatan intraokular (TIO) dan
pada isisi, terdapat tekanan dari luar bola mata, waktu proses operasi yang lama.
perdarahan suprakoroid, tekananpada avitreus positif,
✘ Perdarahan : Komplikasi yang mungkin terjadi pasca
dan terjadinya efusi suprakoroid.
✘ Posterior CapsuleRupture (PCR) : Faktor resiko operasi katarak yaitu terjadinya perdarahan retrobulbar,
efusi suprakoroid, dan adanya hifema.
terjadinya komplikasi PCR yaitu miosis, floppy iris
syndrom, pseudoeksfoliasi, KOA dangkal, dan ✘ Glukoma sekunder: Terjadi karena peningkatan
zonulopati. intraokular pasca operasi.
✘ Nucleus drop : Yaitu jatuhnya seluruh atau bagian dari ✘ Edema MalukaKitoid (EMK): EMK terjadi apabila
nukleus lensa ke rongga viteus. Lensa yang tertinggal terdapat penurunan visus pasca operasi, dan terdapat
jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan gambaran penebalan yang terjadi pada retina saat
peradangan intraokular berat, glaukoma sekunder, pemeriksaan OCT.
dekompensasi endotel, ablasio retina, nyeri dan
✘ Uveitis Kronik (Astari, 2018)
kebutaan. 15
Pengkajian
Menurut (Tamsuri, 2011) pada pasien katarak terdapat pengkajian
fokus yang dilakukan diantaranya yaitu:
a. Kaji identitas pasien seperti Nama pasien, umur, jenis kelamin,
suku/bangsa, agama, pendidikan terakhir, alamat, pekerjaan.
b. Riwayat kesehatan pasien
1) Keluhan utama
2) Terdapat keluhan penurunan ketajaman penglihatan pasien, serta
pandangan berkabut/buram.
3) Riwayat kesehatan Lalu
Kaji pasien apakah mempunyai riwayat penyakit mata, konsumi obat –
obatan kortikosteroid, mempunyai penyakit bawaan seperti diabetes
mellitus, glukoma, hipotiroid dan uveitus, riwayat pembedahan pada
mata, dan terdapat trauma pada mata.
16
4) Riwayat kesehatan sekarang Fokus pengkajian pada pasien pasca operasi katarak,
5) Riwayat kesehatan keluarga antara lain:

6) Adakah riwayat kelainan matapada a. Data subjektif


keluarga. 1) Kaji keluhan nyeri, mual, pusing kepala, diaphoresis,
c. Pengkajian fisik mata riwayat jatuh.

1) Ditemukan kekeruhan pada lensa. 2) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang regimen
terapeutik, kenyamanan lingkungan dan sistem
2) Pasien mengeluh pandangan berkabut
pendukung pasien.
dan buram.
b. Data obyektif
3) Terjadi miopia atau penurunan
ketajaman pada pasien. Pengkajian pada tanda-tanda vital pasien,respon
terhadap nyeri baik verbal atau non verbal, tanda dan
4) Ditemukan tanda dan gejala glaukoma
gejala infeksi, kaji ketajaman penglihatan, resiko jatuh
karena komplikasi.
pada pasien, dan kaji tingkat pengetahuan pasien dalam
kesiapan menyerap informasi.

17
Diagnosa Keperawatan
✘ Pra Operasi
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan penurunan tajam
penglihatan
2. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kejadian operasi.
✘ Pasca operasi
1. Nyeri berhubungan dengan luka post operasi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invansif.
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang
prosedur pembedahan. 18
Intervensi
Dx. 1 : Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan
✘ Tujuan: pasien melaporkan kemampuan yang lebih baik untuk rangsang penglihatan dan
mengkomunikasikan perubahan visual.
✘ Kriteria hasil: Pasien mengidentifikasi dan menunjukkan pola-pola alternatif untuk
meningkatkan penerimaan rangsang penglihatan.
✘ Intervensi dan Rasional :
1. Kaji ketajaman penglihatan :untuk mengidentifikasi kemampuan visual pasien.
2. Orientasikan pasien akan lingkungan fisik sekitarnya : untuk meningkatkan kemampuan
persepsi sensori.
3. Anjurkan penggunaan alternative rangsang lingkungan : untuk meningkatkan kemampuan
respons stimulus lingkungan.
4. Cegah sinar yang menyilaukan : untuk mencegah distress. Optimalisasi lingkungan untuk
menurunkkan resiko cedera.
19
Dx. 2 : Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kejadian operasi.
✘ Tujuan: Tidak terjadi kecemasan.
✘ Kriteria hasil: Pasien mengungkapkan kecemasan berkurang
✘ Intervensi dan Rasional :
1. Kaji tingkat kecemasan : untuk mengetahui kecemasan klien.
2. Dorong klien mengungkapkan perasaannya : hal ini dapat mengurangi rasa cemas pada
klien.
3. Jelaskan gambaran yang terjadi pada saat pembedahan : peningkatan pemahaman tentang
kejadian yang mungkin terjadi dapat menurunkan kecemasan.
4. Berikan kesempatan bertanya : dapat memperjelas pemahaman.

20
Dx. 3 : Nyeri berhubungan dengan luka post operasi
✘ Tujuan: nyeri berkurang atau terkontrol.
✘ Kriteria hasil: pasien melaporkan nyeri berkurang atau terkontrol.
✘ Intervensi dan Rasional :
1. Kaji nyeri klien : untuk mengetahui derajat nyeri klien.
2. Ajarkan teknik relaksasi : dapat menurunkan intensitas nyeri.
3. Berikan posisi yang nyaman : posisi yang tepat mempengaruhi perasaan nyeri.
4. Klaborasi pemberian antalgesik : untuk mengurangi nyeri dengan menaikkan
ambang nyeri.
5. Monitor kenyamanan manajemen nyeri : untuk memantau perkembangan.

21
Dx. 4 : Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur Invansif
✘ Tujuan: bebas dari infeksi.
✘ Kriteria hasil: Tanda infeksi selama fase perawatan tidak muncul.
✘ Intervensi dan Rasional :
1. Anjurkan istirahat yang cukup : untuk meminimalisir terjadi infeksi.
2. Berikan asupan nutrisi cukup : untuk meningkatkan imunitas tubuh.
3. Ajarkan teknik aseptik : untuk mencegah infeksi.
4. Monitor tanda infeksi : untuk memantau perkembangan klien.
5. Kolaborasi pemberian antibiotic : meningkatkan imun.

22
Dx. 5 : Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang
prosedur pembedahan
✘ Tujuan: memahami cara perawatan dirumah.
✘ Kriteria hasil: Pasien mampu mengidentifikasi kegiatan perawatan rumah yang
diperlukan.
✘ Intervensi dan Rasional :
1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga : untuk mengetahui pemahaman keluarga.
2. Jelaskan tentang proses penyakit : memberikan gambaran dari penyakit yang
diderita klien.
3. Jelaskan tindakan yang diperbolehkan dan yang perlu dihindari : meningkatkan
pemahaman keluarga.
4. Berikan kesempatan bertanya : untuk memperluas cakupan diskusi pembahasan.

23
Implementasi dan Evaluasi
Untuk implementasi keperawatan dapat dilakukan sesuai
dengan rencana yang ada dan keadaan pasien saat
dilakukan perawatan. Dan evaluasi dapat dilakukan
untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi
perawatan yang telah diberikan.

24
Penkes

25
Cara Mencegah katarak ??
1. Mengkonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C,
sayuran hijau, kacang-kacangan, susu, hati, vitamin E.
2. Mengontrol gula darah, penderita diabetes melitus.
3. Tidak merokok dan menghindari asap rokok.
4. Tidak mengkonsumsi obat kortikosteroid jangka panjang.
5. Mencegah trauma langsung terhadap mata.
6. Kurangi paparan langsung sinar UV
7. Deteksi dini katarak ke Dokter Spesialis Mata
26
THANKS!
Mauliate !
Any questions?

27

Anda mungkin juga menyukai