Anda di halaman 1dari 63

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,

RISET, DAN TEKNOLOGI

Kebijakan Merdeka Belajar


MATERI PELATIHAN
Indikator Profil Pendidikan
PERENCANAAN BERBASIS DATA
SATUAN PENDIDIKAN
Alur Materi Perencanaan Berbasis Data di Satuan Pendidikan

Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4

Merdeka Belajar Profil dan Perencanaan


Tema dan Perencanaan Monitoring dan
Platform Rapor Berbasis Data di
Berbasis Data Evaluasi
Pendidikan Satuan Pendidikan

● Memahami ● Memahami definisi, ● Mengidentifikasi ● Memahami bentuk


kebijakan Merdeka kerangka dan masalah dan akar monitoring dan
Belajar struktur Profil masalah evaluasi
● Memahami konsep Pendidikan berdasarkan Profil pelaksanaan
Perencanaan ● Memahami Pendidikan kegiatan
Berbasis Data indikator dalam ● Menetapkan solusi
Tujuan sebagai bagian dari Profil Pendidikan penyelesaian akar
Merdeka Belajar ● Mampu masalah
mengakses dan ● Memasukkan
menggunakan solusi dalam
platform Rapor dokumen
Pendidikan perencanaan dan
anggaran

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 2


Bab 1: Merdeka Belajar dan Perencanaan Berbasis Data

Dalam sesi ini diharapkan peserta dapat:

01 Memahami kebijakan Merdeka Belajar

02 Memahami konsep Perencanaan Berbasis Data sebagai bagian dari Merdeka Belajar

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 3


Kemdikbudristek telah menetapkan Visi Pendidikan Indonesia sebagai panduan
dalam merumuskan kerja pendidikan


Mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat,
mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya
Pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif,
mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dan berakhlak mulia, bergotong royong,
dan berkebinekaan global.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 4


Contoh: Siswa dengan Profil Pelajar Pancasila bernalar kritis

Siswa yang bernalar kritis akan berpikir secara


mendalam saat menerima informasi serta gagasan:

“Apakah informasi ini benar? Apakah masuk akal?


Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Apa yang bisa
saya lakukan dari informasi yang saya dapat ini?”

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 5


Terdapat isu kompetensi peserta didik di Indonesia dengan
perbedaan capaian per jenjang

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 6


Untuk mewujudkan visi pendidikan Indonesia, dikeluarkan kebijakan Merdeka
Belajar bagi tercapainya pendidikan berkualitas bagi seluruh rakyat Indonesia

Pendidikan Berkualitas

Memastikan peserta didik Fokus pada pengembangan


mengalami kemajuan belajar kompetensi dasar dan
sehingga lebih kompeten dan
karakter
berkarakter

Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Memastikan bahwa kelompok-


Intervensi asimetris
kelompok yang termarginalkan
(sulit mendapat akses berfokus pada penguatan
pendidikan) dibantu untuk kelompok termarjinalkan
mendapatkan akses pendidikan
yg berkualitas.
Intervensi Asimetris: intervensi yang disesuaikan dengan
kondisi sasaran (misal letak geografis, kondisi sosial 7
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
ekonomi, dll)
Berbagai kebijakan Merdeka Belajar untuk meningkatkan mutu pendidikan
bagi seluruh masyarakat Indonesia sudah diluncurkan

MB 1 MB 7 MB 15
Program Sekolah Kurikulum Merdeka dan
Penggantian UN
Penggerak Platform Merdeka Belajar

MB 3 MB 8 MB 16
Akselerasi dan Pendanaan
Penyesuaian Kebijakan
SMK Pusat Keunggulan Satuan Pendidikan Tahun
Dana BOS 2022

MB 4 MB 10 MB 19
Program Organisasi Perluasan Program
Rapor Pendidikan
Beasiswa Lembaga
Penggerak Indonesia
Pengelola Pendidikan

MB 5 MB 12
Sekolah Aman Berbelanja
Guru Penggerak
dengan SIPLah

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 8


Rapor Pendidikan dan Perencanaan Berbasis Data memperbaiki permasalahan
peningkatan mutu pendidikan dengan lebih sederhana dan bermakna

Dahulu Sekarang

Sistem pengumpulan data terintegrasi


Berbagai sumber dan melakukan pengisian
borang berkali-kali

Hasilnya evaluasi yang beragam Evaluasi hanya satu

Mengukur hal yang kunci:


Mengukur beragam hal Mutu hasil belajar
dan layanan pendidikan

Perencanaan hanya sebatas pemenuhan Proses perencanaan sebagai kegiatan


dokumen administrasi bermakna yang berorientasi pada
peningkatan mutu pendidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 9
Perencanaan berbasis data adalah sebuah perubahan kebiasaan untuk mendorong satuan
pendidikan dan dinas pendidikan menyusun kegiatan peningkatan capaian pembelajaran
berdasarkan fakta

1. Mengidentifikasi masalah 2. Melakukan refleksi 3. Melakukan pembenahan


1. Mengidentifikasi masalah 2. Melakukan refleksi dan
capaian, pemerataan, 3. Menyusun kegiatan
melalui perumusan dalam
kegiatan
berdasarkan indikator yang
berdasarkan indikator yang capaian, pemerataan,di
proses pembelajaran dan bentuk rencanarencana
dalam bentuk kegiatan dan
ditampilkan di dalam Rapor
ditampilkan proses pembelajaran
satuan pendidikan dandi anggaran satuan
kegiatan dan pendidikan
anggaran satuan
Pendidikan di dalam Rapor satuan
Pendidikan daerah pendidikan dan
masing-masing (BOS dan BOP) dan daerah
pendidikan (BOS dan BOP)
daerah masing-masing (APBD)
dan daerah (APBD)

10

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi


Perencanaan berbasis data adalah proses yang berkelanjutan dan terintegrasi
dalam siklus perencanaan satuan pendidikan

Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3


Analisis Profil Analisis Akar Perumusan Program
RKJM
Pendidikan Masalah dan Kegiatan
Perencanaan Jangka
Menengah

RKT
Perencanaan Tahunan
Langkah 6 Langkah 5 Langkah 4
Monitoring dan Pelaksanaan Memasukkan dalam
Evaluasi Kegiatan dokumen perencanaan RKAS
dan anggaran Dokumen Anggaran

RKJM: Rencana Kerja Jangka Menengah


RKT: Rencana Kerja Tahunan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 11
RKAS: Rencana Kerja Anggaran Sekolah
Perencanaan berbasis data dilakukan di tingkat pemerintah daerah dan
satuan pendidikan

Perencanaan Satuan Pendidikan

● Pendidikan Usia Dini


● Pendidikan Dasar Menengah

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 12


Kemendikbudristek akan memfasilitasi satuan pendidikan dan pemerintah daerah
untuk melakukan perencanaan berbasis data

1. Bimbingan teknis dan 2. Dukungan materi untuk 3. Pusat Bantuan disiapkan


pendampingan perencanaan belajar mandiri disiapkan untuk menjawab semua
berbasis data akan dilakukan sehingga pemerintah daerah pertanyaan terkait rapor
mulai bulan Mei hingga sepanjang dan satuan pendidikan dapat pendidikan dan perencanaan
tahun 2022 bekerjasama dengan mendalami materi berbasis data, serta menerima
berbagai pemangku kepentingan perencanaan berbasis data masukan untuk perbaikan

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 13


Bab 2: Profil Pendidikan dan Platform Rapor Pendidikan

Dalam sesi ini diharapkan peserta dapat:

01 Memahami definisi, kerangka, dan struktur Profil Pendidikan

02 Memahami indikator dalam Profil Pendidikan

03 Mampu mengakses dan menggunakan platform Rapor Pendidikan

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 14


Definisi Profil Pendidikan, Rapor Pendidikan, dan Platform Rapor Pendidikan

laporan komprehensif mengenai layanan pendidikan sebagai hasil dari


Profil Pendidikan Evaluasi Sistem Pendidikan yang digunakan sebagai landasan untuk
peningkatan mutu layanan pendidikan dan penetapan Rapor Pendidikan

indikator terpilih dari Profil Pendidikan yang merefleksikan prioritas


Kemendikbudristek yang digunakan untuk menilai kinerja daerah dan
Rapor Pendidikan
satuan pendidikan. Rapor Pendidikan diperoleh dari perbandingan nilai
indikator antar tahun (akan ditampilkan mulai tahun 2023).

aplikasi berbasis web yang menampilkan informasi Profil Pendidikan dan


Platform Rapor
Rapor Pendidikan. Platform Rapor Pendidikan dapat diakses oleh
Pendidikan
pengguna yang memiliki akun belajar sesuai dengan kewenangannya.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 15


Rapor Pendidikan dan perencanaan berbasis data adalah alat bantu bagi satuan
pendidikan dan dinas pendidikan untuk terus bersama memperbaiki kualitas layanan
pendidikan

Rapor Pendidikan dan perencanaan berbasis data adalah Rapor Pendidikan dan perencanaan berbasis data bukanlah
perangkat dan cara untuk perangkat dan cara untuk

Mengidentifikasi akar permasalahan Menghukum dan mencari siapa yang salah

Refleksi capaian pendidikan sejauh ini Memeringkatkan satuan dan daerah

Didiskusikan secara konstruktif dengan Membanding-bandingkan pencapaian


berbagai pemangku kepentingan
pendidikan untuk membenahi mutu
pendidikan Menjadi tambahan beban dokumen
administrasi yang tidak bermakna

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 16


Dasar Hukum perencanaan berbasis data diatur dalam PP No. 57 tahun 2021 tentang Standar
Nasional Pendidikan dan Permendikbudristek No. 09 tahun 2022 tentang Evaluasi Sistem
Pendidikan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini,
Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah
PP No 57 Tahun 2021 Permendikbudristek No 09 tahun 2022
Pasal 24
Pasal 28
● Perencanaan kegiatan Pendidikan bertujuan untuk peningkatan ● Evaluasi Sistem Pendidikan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan profil
kualitas proses dan hasil belajar secara berkelanjutan pendidikan daerah.
berdasarkan evaluasi diri Satuan Pendidikan. ● Evaluasi sistem pendidikan oleh Pemerintah Daerah dilaksanakan terhadap:
● Perencanaan kegiatan Pendidikan dituangkan dalam rencana a. Pendidikan Anak Usia Dini; dan
b. Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
kerja jangka pendek dan rencana kerja jangka menengah.
Pasal 26
Hasil Evaluasi Sistem Pendidikan oleh Pemerintah Daerah dimanfaatkan oleh Pemerintah
Pasal 48
Daerah sebagai bahan untuk melakukan penyesuaian kebijakan dan perencanaan
3. Evaluasi sistem Pendidikan oleh Pemerintah Daerah
program dalam rangka peningkatan akses, mutu, relevansi, dan tata kelola
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan terhadap: a. penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan kewenangannya.
pendidikan anak usia dini; dan b. pendidikan dasar dan Pasal 28
menengah. Hasil Evaluasi Sistem Pendidikan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
4. Evaluasi sistem Pendidikan oleh Pemerintah Daerah dimanfaatkan oleh Satuan Pendidikan untuk:
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk perluasan
akses dan peningkatan mutu layanan Pendidikan daerah ● mengidentifikasi masalah pendidikan yang perlu mendapatkan prioritas
berdasarkan indikator dalam profil Satuan Pendidikan atau profil program
sesuai kebutuhan Satuan Pendidikan dan program Pendidikan.
pendidikan kesetaraan;
● mendalami hasil identifikasi masalah pendidikan untuk menemukan akar
masalah dan merumuskan langkah perbaikan; dan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi ● melakukan perencanaan program untuk mengatasi akar masalah 17
Profil Pendidikan merupakan laporan komprehensif tentang layanan
pendidikan PAUD Dikdasmen berdasarkan hasil evaluasi sistem pendidikan

Laporan Evaluasi Bentuk Evaluasi


Sumber Data
Platform Rapor Pendidikan Evaluasi Diri Internal
Asesmen Nasional PROFIL Evaluasi Diri Satuan Pendidikan
(AKM, Survei Karakter, & (mandiri, bagian siklus perencanaan)
RKTS
Survei Lingkungan Belajar)
Profil Satuan Pendidikan
Dapodik Profil Pendidikan Daerah Evaluasi Diri Pemda
(mandiri, bagian siklus perencanaan)
RKPD
(isi komprehensif, bersifat diagnostik)
Data Pendidikan Kemenag
Evaluasi Eksternal
Platform Digital SPM
Evaluasi Pendidikan Daerah
Guru dan Kepala Sekolah
RAPOR (re)akreditasi Sekolah
Tracer Study SMK oleh BAN (visitasi hanya pada sekolah Akredi
Rapor Satuan Pendidikan dengan kriteria tertentu) tasi
Data GTK Rapor Pendidikan Daerah
Insentif Kinerja Sekolah
(bagian dari indikator Profil Pendidikan) dari Kemendikbud
BPS, dll.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 18


Profil Pendidikan merupakan laporan hasil evaluasi layanan pendidikan
sebagai penyempurnaan rapor mutu sebelumnya

01 Single
lanjut
source
Single source ofof data
data
peningkatan
peningkatan
sebagai
sebagai
kualitaskualitas
dasar
dasar analisis,
analisis,
pendidikan.
pendidikan.
perencanaan,
perencanaan, dan lanjut
dan tindak tindak

02 Alat ukur yang berorientasi pada mutu dan pemerataan hasil belajar
Alat ukur yang berorientasi pada mutu dan pemerataan hasil belajar (output).
(output)

03 Instrumen pengukuran untuk evaluasi sistem pendidikan secara keseluruhan


baik untuk evaluasi internal maupun eksternal.

04 Profil pendidikan menjadi sumber data untuk perencanaan di tingkat satuan


pendidikan dan perencanaan di tingkat pemerintah daerah.

05 Instrumen yang meringankan beban administrasi satuan pendidikan dengan


mengurangi aplikasi beragam dalam proses evaluasi internal dan eksternal.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 19


Profil Pendidikan merupakan laporan hasil evaluasi layanan pendidikan
sebagai penyempurnaan rapor mutu sebelumnya

Rapor Pendidikan terdiri dari indikator-indikator yang merefleksikan delapan Standar Nasional Pendidikan
dan mencakup area yang berkaitan dengan input, proses, dan output pembelajaran
8 Standar Nasional Pendidikan
Output Proses Input

1 Standar Kompetensi Lulusan 2 Standar Isi 6 Standar GTK


3 Standar Proses 7 Standar Pembiayaan

4 Standar Penilaian 8 Standar Sarpras

5 Standar Pengelolaan

A. Mutu dan relevansi hasil belajar D. Mutu dan relevansi pembelajaran


C. Kompetensi dan kinerja GTK
peserta didik

B. Pemerataan pendidikan yang E. Pengelolaan satuan pendidikan yang partisipatif, transparan dan akuntabel
bermutu

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 20


Setiap dimensi terdiri dari indikator yang tersusun dalam beberapa tingkatan

Tiap dimensi terdiri dari beberapa indikator level 1. Indikator level 1 terdiri dari beberapa indikator level 2, dan
indikator level 2 terdiri dari beberapa indikator level 3. Beberapa indikator level 2 tidak memiliki indikator level
3, dan beberapa indikator level 1 tidak memiliki indikator level 2.

Dimensi

Indikator
Level 1

Indikator
Level 2

Indikator
Level 3

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 21


Struktur Profil Pendidikan Pendidikan Dasar Menengah

Output Proses Input

Kualitas Proses Kualitas Sumber Daya Manusia dan


Kualitas Capaian Pembelajaran Siswa
Belajar Siswa Sekolah

Mutu dan relevansi Pemerataan Mutu dan relevansi Kompetensi dan Pengelolaan sekolah
hasil belajar murid pendidikan yang pembelajaran kinerja PTK yang partisipatif,
bermutu transparan, dan
akuntabel

Dimensi A Dimensi B Dimensi D Dimensi C Dimensi E

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 22


Iklim sekolah
Karakteristik kepala sekolah Karakteristik guru
(a) keamanan (fisik dan psikis)
(a) kualifikasi (a) kualifikasi
(b) inklusivitas
(b) kompetensi* (b) kompetensi*
(c) kebinekaan
(c) sikap/keyakinan/nilai-nilai (c) sikap/keyakinan/ nilai-nilai
(d) kesetaraan gender

Program dan kebijakan pembelajaran Refleksi guru dan


sekolah perbaikan pembelajaran Praktik pembelajaran
Hasil belajar
(a) visi-misi berpusat pada murid.
(a) refleksi atas praktik (a) kehadiran murid
(b) manajemen berorientasi pada mutu
mengajar (b) manajemen kelas
pembelajaran. (a) literasi
(b) belajar meningkatkan (c) dukungan afektif
(c) sumber daya dan dukungan untuk (b) numerasi
refleksi dan inovasi guru. kemampuan mengajar (d) aktivasi kognitif dan
(c) karakter
(d) kinerja sebagai penggerak (guru (c) penerapan praktik metakognitif.
mengembangkan kompetensi guru lain) inovatif

Pengelolaan sekolah
Sarana-prasarana sekolah Karakteristik murid
(a) pelibatan warga sekolah dan (b) pengelolaan program dan
(a) fasilitas belajar literasi (a) pendidikan & profesi orangtua
anggaran yang transparan, berorientasi pada mutu pembelajaran,
(b) fasilitas belajar daring (b) fasilitas belajar di rumah
dan berbasis data dan refleksi diri.
Indikator DASMEN

Dimensi Indikator Level 1


Mutu dan Relevansi Kemampuan literasi Indeks Karakter Pendapatan Lulusan SMK
A. Hasil Belajar
Kemampuan numerasi Penyerapan Lulusan SMK Kompetensi Lulusan SMK

APS SMA/K/MA/Paket
Kesenjangan literasi APS SD/MI/Paket A/SDLB
Output

Pemerataan Pendidikan C/SMALB


B. Yang Bermutu
Kesenjangan numerasi APK SMP/MTS/Paket B/SMPLB

Kesenjangan karakter APS SMP/MTS/Paket B/SMPLB

APK SMA/K/MA/Paket
APK SD/MI/Paket A/SDLB C/SMALB

Hanya ada di level Di level daerah dan


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi daerah satuan pendidikan 24
Indikator DASMEN

Dimensi Indikator Level 1


Kualitas pembelajaran Iklim inklusivitas
Mutu dan Relevansi
D. Pembelajaran
Refleksi dan perbaikan pembelajaran oleh guru Kesenjangan Iklim inklusivitas

Kepemimpinan instruksional Kesenjangan fasilitas sekolah antar wilayah

Iklim keamanan sekolah Kesenjangan kebersihan sekolah (termasuk sanitasi)


antar wilayah
Proses

Kesenjangan iklim keamanan sekolah Kesenjangan bahan dan fasilitas belajar literasi

Iklim kesetaraan gender Kesenjangan akses dan fasilitas belajar daring

Kesenjangan Iklim kesetaraan gender Pemanfaatan TIK untuk pembelajaran

Iklim kebinekaan Link and match dengan Dunia Kerja

Kesenjangan Iklim kebinekaan

Hanya ada di level Di level daerah dan


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi daerah satuan pendidikan 25
Indikator DASMEN

Dimensi Indikator Level 1


Proporsi GTK bersertifikat Kehadiran guru di kelas
Kompetensi dan
C. Kinerja GTK
Proporsi GTK penggerak Indeks distribusi guru

Pengalaman pelatihan guru Pemenuhan Kebutuhan Guru


Input

Kualitas GTK penggerak Proporsi GTK di SMK yang bersertifikat kompetensi


Belum tersedia

Nilai UKG

Pengelolaan sekolah Partisipasi warga sekolah Pemanfaatan TIK untuk pengelolaan anggaran
yang Partisipatif,
E. Transparan, dan
Proporsi pemanfaatan sumber daya sekolah untuk
Proporsi pemanfaatan APBD untuk pendidikan
Akuntabel peningkatan mutu

Hanya ada di level Di level daerah dan


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi daerah satuan pendidikan 26
A.1. Kemampuan Literasi

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan


Kemampuan peserta didik dalam
Di atas Mencapai Di bawah Jauh di bawah
memahami, menggunakan, Kompetensi
Kompetensi Kompetensi Kompetensi
mengevaluasi, merefleksikan Minimum Minimum Minimum Minimum
berbagai jenis teks untuk
menyelesaikan masalah dan Murid di sekolah Sebagian besar murid Kurang dari 50% Sebagian besar
mengembangkan kapasitas individu menunjukkan tingkat telah mencapai batas murid telah mencapai murid belum
literasi membaca kompetensi minimum kompetensi mencapai
sebagai warga Indonesia dan warga yang cakap dan untuk literasi membaca minimum untuk batas kompetensi
dunia agar dapat berkontribusi cukup banyak murid namun perlu upaya literasi membaca. minimum untuk
berada pada level mendorong lebih literasi membaca
secara produktif di masyarakat. mahir. banyak murid
menjadi mahir.
(1,40-1,79)
(2,10-3,0) (1,80-2,09) (1,00-1,39)
Rentang Nilai Kemampuan Literasi

Atribut/Label Peserta Didik


1,0 3,0 Mahir Peserta didik mampu mengintegrasikan beberapa informasi lintas teks; mengevaluasi isi,
kualitas, cara penulisan suatu teks, dan bersikap reflektif terhadap isi teks.

Seluruh Seluruh Cakap Peserta didik mampu membuat interpretasi dari informasi implisit yang ada dalam teks;
aspek dalam aspek dalam mampu membuat simpulan dari hasil integrasi beberapa informasi dalam suatu teks.

indikator indikator
Dasar Peserta didik mampu menemukan dan mengambil informasi eksplisit yang ada dalam
kategori kategori teks serta membuat interpretasi sederhana.
capaiannya capaiannya
kurang baik Perlu Intervensi Peserta didik belum mampu menemukan dan mengambil informasi eksplisit yang ada
Khusus dalam teks ataupun membuat interpretasi sederhana.
A.1. Kemampuan Literasi

Indikator Level 2

A.1.1. Kompetensi membaca teks informasi Kemampuan peserta didik dalam memahami, menggunakan,
merefleksi, dan mengevaluasi teks informasional (non-fiksi).

A.1.2. Kompetensi Membaca Teks Sastra Kemampuan peserta didik dalam memahami, menggunakan,
merefleksi, dan mengevaluasi teks fiksi.

A.1.3. Kompetensi mengakses dan menemukan isi Kemampuan peserta didik menemukan, mengidentifikasi, dan
teks (L1) mendeskripsikan suatu ide atau informasi eksplisit dalam teks
informasional (non-fiksi) dan sastra

A.1.4. Kompetensi menginterpretasi dan memahami Kemampuan peserta didik dalam membandingkan dan
isi teks (L2) mengontraskan ide atau informasi dalam atau antar-teks,
membuat kesimpulan, mengelompokkan, mengombinasikan ide
dan informasi dalam teks atau antar-teks informasional (non-fiksi)
dan sastra.

A.1.5. Kompetensi mengevaluasi dan merefleksi isi Kemampuan peserta didik dalam menganalisis, memprediksi, dan
teks (L3) menilai konten, bahasa, dan unsur-unsur dalam teks informasional
(non-fiksi) dan sastra.
A.2. Kemampuan Numerasi

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan


Kemampuan peserta didik dalam
berpikir menggunakan konsep, Di atas Mencapai Di bawah Jauh di bawah
Kompetensi Kompetensi Kompetensi Kompetensi
prosedur, fakta, dan alat matematika Minimum Minimum Minimum Minimum
untuk menyelesaikan masalah
sehari-hari pada berbagai jenis Murid di sekolah Sebagian besar murid Kurang dari 50% Sebagian besar
konteks yang relevan untuk individu menunjukkan tingkat telah mencapai batas murid telah mencapai murid
numerasi yang cakap kompetensi minimum kompetensi belum mencapai
sebagai warga negara Indonesia dan cukup banyak untuk numerasi minimum untuk batas kompetensi
dan dunia. murid berada pada namun perlu upaya numerasi. mininum untuk
level mahir. mendorong lebih numerasi.
banyak murid
menjadi mahir.
(1,40-1,79)
(2,10-3,0) (1,80-2,09) (1,00-1,39)
Rentang Nilai Kemampuan Numerasi

Atribut/Label Peserta Didik


Mahir Peserta didik mampu bernalar untuk menyelesaikan masalah kompleks serta non-rutin
1,0 3,0 berdasarkan konsep matematika yang dimilikinya.

Seluruh Seluruh Cakap Peserta didik mampu mengaplikasikan pengetahuan matematika yang dimiliki dalam
konteks yang lebih beragam..
aspek dalam aspek dalam
indikator indikator Dasar Peserta didik memiliki keterampilan dasar matematika: komputasi dasar dalam bentuk
kategori kategori persamaan langsung, konsep dasar terkait geometri dan statistika, serta menyelesaikan
masalah matematika sederhana yang rutin.
capaiannya capaiannya
kurang baik
Perlu Intervensi Peserta didik hanya memiliki pengetahuan matematika yang terbatas (penguasaan
Khusus konsep yang parsial dan keterampilan komputasi yang terbatas).
A.2. Kemampuan Numerasi

Indikator Level 2
A.2.1. Kompetensi pada domain bilangan Kemampuan peserta didik dalam berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan
alat matematika pada konten bilangan untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.

A.2.2. Kompetensi pada domain aljabar Kemampuan peserta didik dalam berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan
alat matematika pada konten aljabar untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.

A.2.3. Kompetensi pada domain geometri Kemampuan peserta didik dalam berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan
alat matematika pada konten geometri untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.

A.2.4. Kompetensi pada domain data dan Kemampuan peserta didik dalam berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan
ketidakpastian alat matematika pada konten data dan ketidakpastian untuk menyelesaikan masalah
sehari-hari.

A.2.5. Kompetensi mengetahui (L1) Kemampuan peserta didik memahami fakta, proses, konsep, dan prosedur.

A.2.6. Kompetensi menerapkan (L2) Kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dan pemahaman tentang fakta-
fakta, relasi, proses, konsep, prosedur, dan metode dengan konteks situasi nyata untuk
menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan.

A.2.7. Kompetensi menalar (L3) Kemampuan peserta didik menganalisis data dan informasi, membuat kesimpulan, dan
memperluas pemahaman dalam situasi baru, meliputi situasi yang tidak diketahui
sebelumnya atau konteks yang lebih kompleks.
A.3. Karakter

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan


Tingkat karakter pelajar pancasila
yang bersifat holistik mencakup Membudaya Berkembang Perlu Belum
dikembangkan Terinternalisasi
komponen pengetahuan, afektif,
keterampilan, dan perwujudan
dalam perilaku. Murid secara Murid terbiasa Murid telah Murid belum
proaktif menerapkan nilai menyadari memiliki
dan konsisten nilai karakter pelajar pentingnya nilai kesadaran akan
menerapkan nilai- pancasila yang nilai karakter pentingnya nilai
nilai berakhlak mulia, pelajar nilai karakter
karakter pelajar bergotong royong, pancasila yang pelajar
Rentang Nilai Karakter pancasila yang mandiri, kreatif dan berakhlak mulia, pancasila yang
berakhlak mulia, bernalar kritis serta bergotong royong, berakhlak mulia,
bergotong royong, berkebinekaan global mandiri, kreatif dan bergotong royong,
mandiri, kreatif dan dalam kehidupan bernalar kritis serta mandiri, kreatif
1,0 3,0 bernalar kritis serta sehari hari. berkebinekaan dan bernalar kritis
berkebinekaan global, namun serta
global masih perlu berkebinekaan
Nilai-nilai Nilai-nilai dalam kehidupan global.
dukungan untuk
karakter karakter sehari hari. menerapkannya
belum sudah dalam kehidupan
terinternalis membuday sehari-hari.
asi a
(2,26-3,00) (2,01-2,25) (1,85-2,00) (1,00-1,84)
A.3. Karakter

Indikator Level 2

A.3.1. Beriman dan bertakwa kepada Karakter murid yang berkaitan dengan beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Tuhan YME, dan berakhlak mulia dan berakhlak mulia.

A.3.2.Gotong royong Kesediaan dan pengalaman berkontribusi dalam kegiatan yang bertujuan memperbaiki
kondisi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

A.3.3. Kreativitas Kesenangan dan pengalaman untuk menghasilkan pemikiran, gagasan, serta karya yang
baru dan berbeda.

A.3.4. Nalar Kritis Kemauan dan kebiasaan membuat keputusan yang etis berdasarkan analisis logis dan
pertimbangan yang objektif atas beragam bukti dan perspektif.

A.3.5. Kebinekaan global Ketertarikan terhadap keragaman di berbagai negara serta memiliki kepedulian terhadap
isu-isu global.

A.3.6. Kemandirian Kemauan dan kebiasaan mengelola pikiran, perasaan, dan tindakan untuk mencapai
tujuan belajar dalam berbagai konteks.
B.1. Kesenjangan Literasi

Atribut/Label di tingkat Pemerintah Daerah


Kesenjangan nilai literasi murid
terdiri dari: kesenjangan antar Tidak ada kesenjangan Ada Kesenjangan Kesenjangan sangat tinggi
kelompok gender; kesenjangan
antar kelompok sosial ekonomi Tidak ada perbedaan Ada perbedaan capaian Ada perbedaan sangat
status; dan kesenjangan antar capaian literasi baik literasi baik berdasar tinggi pada capaian
berdasar kelompok kelompok gender, literasi baik berdasar
kelompok wilayah.
gender, kelompok kelompok sosial kelompok gender,
sosial ekonomi maupun ekonomi kelompok sosial ekonomi
antar wilayah urban dan maupun antar wilayah maupun antar wilayah
rural. urban dan rural. urban dan rural.
Rentang Nilai Kesenjangan Literasi
(1,00-1,84)
(2,26-3,00) (1,85-2,25)

1,0 3,0
Indikator Level 2
Kesenjangan Tidak ada
sangat tinggi kesenjangan B.1.1. Kesenjangan Literasi antar Kesenjangan nilai literasi murid antar kelompok
kelompok gender gender.

B.1.2. Kesenjangan Literasi antar Kesenjangan nilai literasi murid antar kelompok
kelompok sosial ekonomi status sosial ekonomi status.

B.1.3. Kesenjangan Literasi antar Kesenjangan nilai literasi murid antar kelompok
wilayah wilayah.
B.2. Kesenjangan Numerasi

Atribut/Label di tingkat Pemerintah Daerah


Kesenjangan nilai numerasi murid
terdiri dari: kesenjangan antar Tidak ada kesenjangan Ada Kesenjangan Kesenjangan sangat tinggi
kelompok gender; kesenjangan
antar kelompok sosial ekonomi Tidak ada perbedaan Ada perbedaan capaian Ada perbedaan sangat
status; dan kesenjangan antar capaian numerasi baik numerasi baik berdasar tinggi pada capaian
berdasar kelompok kelompok gender, numerasi baik berdasar
kelompok wilayah.
gender, kelompok kelompok sosial kelompok gender,
sosial ekonomi maupun ekonomi maupun antar kelompok sosial ekonomi
antar wilayah urban dan wilayah urban dan rural. maupun antar wilayah
rural. urban dan rural.
Rentang Nilai Kesenjangan Numerasi

(2,26-3,00) (1,85-2,25) (1,00-1,84)

1,0 3,0
Indikator Level 2
Kesenjangan Tidak ada
sangat tinggi kesenjangan B.1.1. Kesenjangan Numerasi antar Kesenjangan nilai numerasi murid antar
kelompok gender kelompok gender.

B.1.2. Kesenjangan Numerasi antar Kesenjangan nilai numerasi murid antar


kelompok sosial ekonomi status kelompok sosial ekonomi status.

B.1.3. Kesenjangan Numerasi antar Kesenjangan nilai numerasi murid antar


wilayah kelompok wilayah.
B.3. Kesenjangan Indeks Karakter

Atribut/Label di tingkat Pemerintah Daerah


Kesenjangan indeks karakter murid
terdiri dari: kesenjangan antar Tidak ada kesenjangan Ada Kesenjangan Kesenjangan sangat tinggi
kelompok gender; kesenjangan
antar kelompok sosial ekonomi Tidak ada perbedaan Ada perbedaan capaian Ada perbedaan sangat
status; dan kesenjangan antar capaian karakter baik karakter baik berdasar tinggi pada capaian
berdasar kelompok kelompok gender, karakter baik berdasar
kelompok wilayah.
gender, kelompok kelompok sosial kelompok gender,
sosial ekonomi maupun ekonomi maupun antar kelompok sosial ekonomi
antar wilayah urban dan wilayah urban dan rural. maupun antar wilayah
rural. urban dan rural.
Rentang Nilai Kesenjangan Numerasi

(2,26-3,00) (1,85-2,25) (1,00-1,84)

1,0 3,0
Indikator Level 2
Kesenjangan Tidak ada
sangat tinggi kesenjangan B.1.1. Kesenjangan indeks Karakter Kesenjangan indeks karakter antar kelompok
berdasarkan gender gender.

B.1.2. Kesenjangan Indeks Karakter Kesenjangan indeks karakter murid antar


berdasarkan sosial ekonomi status kelompok sosial ekonomi status.

B.1.3. Kesenjangan Indeks Karakter Kesenjangan indeks karakter murid antar


antar wilayah kelompok wilayah.
B.4. Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/sederajat

Atribut/Label di tingkat Pemerintah Daerah


Perbandingan antara peserta didik
Paripurna Madya Pratama
pada jenjang pendidikan SD
sederajat dengan penduduk usia 7- proporsi peserta didik
proporsi peserta didik proporsi peserta didik
12 tahun yang dinyatakan dalam pada jenjang SD pada jenjang SD pada jenjang SD sederajat
persentase. sederajat terhadap sederajat terhadap terhadap penduduk
penduduk kelompok penduduk kelompok kelompok usia 7-12 tahun
usia 7-12 tahun di suatu usia 7-12 tahun di suatu di suatu wilayah kurang
wilayah sangat tinggi wilayah cukup tinggi

Ambang nilai: Ambang nilai: Ambang nilai


Rentang Nilai APK (>95%) (80-94,99%) (<80%)

0% 100% Indikator Level 2


Nama Indikator Definisi
Tidak ada Partisipasi
partisipasi tinggi B.4.1. APK berdasarkan kuintil kesenjangan APK jenjang SD sederajat antar status
status sosial ekonomi ekonomi rata-rata siswa di satuan pendidikan di
daerah

B.4.2. APK berdasarkan Kesenjangan APK jenjang SD sederajat antar


kelompok gender kelompok gender di daerah

B.4.3. APK murid disabilitas Perbandingan antara peserta didik disabilitas pada
jenjang pendidikan SD sederajat dengan penduduk
B.5. Angka Partisipasi Sekolah usia 7-12 tahun

Atribut/Label di tingkat Pemerintah Daerah


Perbandingan antara peserta didik
Paripurna Madya Pratama
usia 7-12 dengan penduduk usia 7-
12 tahun yang dinyatakan dalam proporsi peserta didik
proporsi peserta didik proporsi peserta didik usia
persentase.. usia 7-12 tahun usia 7-12 tahun 7-12 tahun terhadap
terhadap penduduk terhadap penduduk penduduk kelompok usia
kelompok usia 7-12 kelompok usia 7-12 7-12 tahun di suatu
Rentang Nilai APS tahun di suatu wilayah tahun di suatu wilayah wilayah kurang
sangat tinggi cukup tinggi
0% 100% Ambang nilai: Ambang nilai
Ambang nilai:
(>95%) (80-94,99%) (<80%)

Indikator Level 2
Nama Indikator Definisi

B.5.1. APS berdasarkan selisih dari APS usia 7-12 di daerah dengan peserta didik dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah
kuintil status sosial ekonomi dan APS usia 7-12 di daerah dengan peserta didik dari keluarga dengan status sosial ekonomi tinggi

B.5.2. APK berdasarkan selisih dari APS usia 7-12 di daerah dengan kriteria individu berjenis kelamin perempuan dengan APS usia 7-
kelompok gender 12 di daerah dengan kriteria individu berjenis kelamin laki-laki

B.54.3. APK murid disabilitas Jumlah anak disabilitas usia 7 (tujuh) sampai dengan 12 (dua elas) tahun yang sedang belajar di satuan
pendidikan dibagi dengan jumlah anak disabilitas usia 7 (tujuh) sampai dengan 12 (dua belas) tahun pada
Kab/Kota yang bersangkutan
B.6. Angka Partisipasi Murni SD/MI/Sederajat

Atribut/Label di tingkat Pemerintah Daerah


Perbandingan antara peserta didik
Paripurna Madya Pratama
usia 7-12 pada jenjang pendidikan
SD sederajat dengan penduduk usia proporsi peserta didik
proporsi peserta didik proporsi peserta didik
7-12 tahun yang dinyatakan dalam jenjang SD sederajat jenjang SD sederajat jenjang SD sederajat pada
persentase. pada usia 7-12 tahun pada usia 7-12 tahun usia 7-12 tahun terhadap
terhadap penduduk terhadap penduduk penduduk kelompok usia
kelompok usia 7-12 kelompok usia 7-12 7-12 tahun di suatu
Rentang Nilai APM tahun di suatu wilayah tahun di suatu wilayah wilayah kurang
sangat tinggi cukup tinggi

0% 100% Ambang nilai: Ambang nilai: Ambang nilai


(>95%) (80-94,99%) (<80%)

Indikator Level 2
Nama Indikator Definisi

B.6.1. APM berdasarkan selisih APM jenjang SD sederajat di daerah dengan peserta didik dari keluarga dengan status sosial
kuintil status sosial ekonomi ekonomi rendah dan APM jenjang SD sederajat di daerah dengan peserta didik dari keluarga dengan status
sosial ekonomi tinggi

B.6.2. APM berdasarkan selisih dari APM jenjang SD sederajat di daerah dengan kriteria individu berjenis kelamin perempuan dengan
kelompok gender APM jenjang SD sederajat di daerah dengan kriteria individu berjenis kelamin laki-laki

B.6.3. APM murid disabilitas Jumlah anak disabilitas usia 7 (tujuh) sampai dengan 12 (dua elas) tahun yang sedang belajar di satuan
pendidikan jenjang SD sederajat dibagi dengan jumlah anak disabilitas usia 7 (tujuh) sampai dengan 12
(dua belas) tahun pada Kab/Kota yang bersangkutan
C.1. Persentase GTK Bersertifikat

Atribut/Label di tingkat Pemerintah Daerah/Satuan Pendidikan


Persentase guru dan tenaga
kependidikan di sekolah yang Baik Cukup Kurang
memiliki sertifikat pendidik
Propinsi/Kabupaten/ Propinsi/Kabupaten/ Propinsi/Kabupaten/
Kota/Satuan Kota/Satuan Kota/Satuan Pendidikan
Pendidikan dengan Pendidikan dengan dengan proporsi GTK
proporsi GTK proporsi GTK bersertifikat pendidik
bersertifikat pendidik bersertifikat pendidik kurang
tinggi cukup
Rentang Nilai % GTK Bersertifikat

(68-100%) (34-67%) (< 34%)


0% 100%

Tingkat Tingkat
sertifikasi sertifikasi
pendidik pendidik
rendah Tinggi
C.2. Persentase GTK Penggerak

Atribut/Label di tingkat Pemerintah Daerah/Satuan


Persentase guru dan tenaga
kependidikan di sekolah yang lulus Maju Berkembang Merintis Belum relevan
program guru penggerak
Propinsi/ Propinsi/ Propinsi/ Propinsi/
Kabupaten/Kota/ Kabupaten/Kota/ Kabupaten/Kota/ Kabupaten/Kota/
Satuan Pendidikan Satuan Pendidikan Satuan Pendidikan Satuan Pendidikan
sudah maju dalam berkembang sedang merintis belum menjadi
keikutsertaan guru dalam dalam sasaran program
penggerak keikutsertaan guru keikutsertaan guru guru penggerak
penggerak penggerak
Rentang Nilai GTK Penggerak
(10-100%) (5-10%)
(<5%)

0% 100% Indikator Level 2

C.2.1. Persentase Guru persentase guru yang lulus program guru


Belum Keikutsertaa Penggerak penggerak
ikut n program
program penggerak C.2.2. Persentase KS/Wakil KS persentase KS/ wakil KS yang berasal dari guru
penggerak tinggi Penggerak penggerak

C.2.3. Persentase Pengawas persentase pengawas yang berasal dari guru


Penggerak penggerak
C.3. Pengalaman Pelatihan Guru
Atribut/Label di tingkat Pemerintah Daerah/Satuan
pengalaman guru dalam
mendapatkan pelatihan berdasarkan Maju Berkembang Merintis
jenis pelatihan yang telah
disesuaikan dengan kebutuhan guru Propinsi/ Propinsi/ Propinsi/
Kabupaten/Kota/ Kabupaten/Kota/ Kabupaten/Kota/
Satuan Pendidikan Satuan Pendidikan Satuan Pendidikan
sudah maju dalam berkembang dalam masih merintis
keikutsertaan guru keikutsertaan guru dalam keikutsertaan
dalam pelatihan dalam pelatihan guru dalam pelatihan
Rentang Nilai Pengalaman Pelatihan (<25%)
(62,6-100%) (25-62,5%)
Guru

0% 100% Indikator Level 2


C.3.1. Pengetahuan persentase guru yang mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan
Belum Keikutsertaa bidang studi pengetahuan bidang studi
ikut n pelatihan
pelatihan tinggi C.3.2. Pedagogi persentase guru yang mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan
pedagogi

C.3.3. Manajerial persentase guru yang mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan
manajerial

C.3.4. Pelatihan lain persentase guru yang mengikut pelatihan yang berkaitan dengan
topik selain pengetahuan bidang studi, pedagogi, dan manajerial
C.5. Nilai Uji Kompetensi Guru
Atribut/Label di tingkat Pemerintah Daerah/Satuan
Nilai uji kompetensi guru berkaitan
dengan kompetensi pedagogik dan Baik Cukup Merintis
profesional
Propinsi/ Propinsi/ Propinsi/
Kabupaten/Kota/ Kabupaten/Kota/ Kabupaten/Kota/
Satuan Pendidikan Satuan Pendidikan Satuan Pendidikan
dengan rata-rata dengan rata-rata dengan rata-rata nilai
nilai UKG sudah nilai UKG cukup UKG kurang
baik
Rentang Nilai Uji Kompetensi Guru (<43,8%)
(53,9-100%) (43,8-53,8%)

0 100 Indikator Level 2

Kompeten Kompetensi Nama Indikator Definisi


si sangat sangat baik
kurang C.5.1. Kompetensi rata-rata nilai uji kompetensi guru dalam hal kompetensi
Pedagogik pedagogik

C.5.2. Kompetensi rata-rata nilai uji kompetensi guru dalam hal kompetensi
Profesional profesional
D.1. Kualitas Pembelajaran

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan


Tingkat kualitas interaksi antara
guru, murid, dan materi Optimal Terarah Disorientasi
pembelajaran dalam proses
pengajaran dan pembelajaran. Pembelajaran Pembelajaran Suasana pembelajaran
menunjukkan kualitas mengarah pada yang kondusif,
yang optimal peningkatan kualitas dukungan afektif dan
ditunjukkan dengan yang ditunjukkan aktivasi kognitif belum
suasana kelas yang dengan suasana kelas diberikan oleh guru.
kondusif, dukungan yang mulai kondusif
Rentang Nilai Kualitas Pembelajaran afektif dan aktivasi dan adanya dukungan
kognitif afektif serta aktivasi
dari guru yang kognitif dari guru
konstruktif.
1,0 3,0 (1,85-2,25)
(1,00-1,84)

(2,26-3,00)
Pembelajaran Pembelajara
tidak optimal n optimal
D.1. Kualitas Pembelajaran

Indikator Level 2

D.1.1 Manajemen kelas Praktik pembelajaran melihat proses perilaku murid dan pemusatan
perhatian terhadap aktivitas tugas yang relevan.

D.1.2 Dukungan afektif Praktik pembelajaran dengan melihat pemenuhan kebutuhan murid guna
merasa kompeten dan dihargai sebagai bagian dari kelas.

D.1.3 Aktivasi kognitif Praktik pengajaran yang bertujuan untuk membimbing dan mendukung
murid dalam membangun pemahaman atau pengetahuan baru.

D.1.4 Pembelajaran praktik vs Kualitas pelaksanaan praktik dan teori di satuan Pendidikan di SMK.
teori
D.2. Refleksi Dan Perbaikan Pembelajaran Oleh Guru

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Tingkat aktivitas refleksi dan Membudaya Aktif Pasif


perbaikan pembelajaran oleh guru.
Guru aktif meningkatkan Kegiatan pengembangan Upaya peningkatan
kualitas pembelajaran kualitas pembelajaran kualitas
setelah melakukan refleksi yang dilakukan belum pembelajarannya sporadis
pembelajaran yang telah terstruktur. Guru belum hanya untuk sekedar
lalu, mengeksplorasi konsisten melakukan menyelesaikan tugas.
referensi pengajaran baru, refleksi pembelajaran, Guru menggunakan cara
Rentang Nilai Refleksi Dan Perbaikan dan berinovasi mengeksplorasi referensi berulang untuk melakukan
Pembelajaran Oleh Guru menghadirkan pengajaran baru, dan pembelajaran dan tidak
pembelajaran yang mencetuskan inovasi nampak adanya proses
memantik keterlibatan baru. reflektif.
peserta didik.
1,0 3,0
(1,85-2,25) (1,00-1,84)
(2,26-3,00)
Pasif Membudaya
D.2. Refleksi Dan Perbaikan Pembelajaran Oleh Guru

Indikator Level 2

D.2.1 Belajar tentang Aktivitas belajar yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan
pembelajaran keterampilan mengajar.

D.2.2 Refleksi atas praktik Tingkat refleksi dan perbaikan pembelajaran oleh guru khusus penilaian
mengajar refleksi atas praktik mengajar.

D.2.3 Penerapan praktik Tingkat refleksi dan perbaikan pembelajaran oleh guru khusus penilaian
inovatif penerapan praktik inovatif
D.3. Kepemimpinan Instruksional

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Tingkat kepemimpinan instruksional Berdampak Terarah Terbatas


sekolah yang mendukung perbaikan
Kepemimpinan Kepemimpinan
kualitas pembelajaran. Kepemimpinan
instruksional yang visioner instruksional instruksional belum
dengan mengacu pada mengarah pada visi-misi mengacu pada visi misi
visi-misi sekolah secara sekolah sehingga sekolah, belum
konsisten. Termasuk mendorong mendorong perencanaan,
mengkomunikasikan sebagian perencanaan, praktik dan asesmen
visi-misi kepada warga praktik dan asesmen
Rentang Nilai Kepemimpinan pembelajaran yang
sekolah sehingga pembelajaran mulai
Instruksional berorientasi pada
perencanaan, praktik mengarah pada orientasi peningkatan hasil
dan asesmen peningkatan hasil belajar belajar murid dan belum
pembelajaran berorientasi murid dengan adanya
1,0 3,0 peningkatan hasil belajar
mengembangkan
program, sistem insentif program,
murid melalui dukungan atau sumber daya yang sistem insentif dan
program, sistem insentif mulai mendukung guru
Terbatas Berdampak sumber daya yang
atau sumber daya yang melakukan mendukung guru
memadai yang refleksi dan perbaikan melakukan refleksi dan
berdampak pada pembelajaran. perbaikan pembelajaran.
membudayanya guru
melakukan refleksi dan
perbaikan pembelajaran.

(2,26-3,00) (1,85-2,25) (1,00-1,84)


D.3. Kepemimpinan Instruksional

Indikator Level 2

D.3.1 Visi-misi sekolah Penyampaian dan penerapan visi-misi sekolah yang berpusat pada
perbaikan pembelajaran.

D.3.2 Pengelolaan kurikulum Mengelola pengembangan kurikulum sekolah dengan berorientasi pada
sekolah peningkatan hasil belajar murid.

D.3.3 Dukungan untuk refleksi Program, sistem insentif, dan sumberdaya yang mendukung refleksi guru
guru dan perbaikan pembelajaran
D.4. Iklim Keamanan Sekolah

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Tingkat rasa aman dan Aman Waspada Rawan


kenyamanan murid dari hal rasa
aman di sekolah, Satuan pendidikan Satuan pendidikan mulai Satuan pendidikan belum
perundungan, hukuman fisik, memiliki lingkungan mengembangkan iklim mendukung terciptanya
sekolah yang aman, keamanan dalam aspek iklim keamanan dalam
pelecehan seksual, dan aktivitas terlihat dari kesejahteraan kesejahteraan psikologis, aspek kesejahteraan
narkoba di lingkungan sekolah. psikologis yang baik dan perundungan, hukuman psikologis, perundungan,
rendahnya kasus fisik, kekerasan seksual, hukuman fisik, kekerasan
perundungan, hukuman dan penyalahgunaan seksual, dan
Rentang Nilai Iklim Keamanan Sekolah fisik, kekerasan seksual, narkoba di lingkungan penyalahgunaan narkoba
dan penyalahgunaan sekolah. Oleh karena itu, di lingkungan sekolah.
narkoba. Satuan satuan pendidikan dapat Oleh karena itu, satuan
pendidikan dapat melanjutkan intervensi pendidikan harus
1,0 3,0 mempertahankan kualitas dengan meningkatkan melakukan intervensi
warga sekolah dalam kemampuan mencegah dengan memberikan
mencegah dan dan menangani kasus di pengetahuan dan
Rawan Aman menangani kasus untuk lingkungan sekolah. kapasitas kepala sekolah
menciptakan iklim dan guru untuk
keamanan di lingkungan mendukung terciptanya
sekolah. iklim keamanan di
lingkungan sekolah.
(2,26-3,00) (1,85-2,25)
(1,00-1,84)
D.4. Iklim Keamanan Sekolah

Indikator Level 2

D.4.1 Kesejahteraan psikologis Tingkat kesejahteraan murid di sekolah terhadap perasaan aman dan
murid berkehidupan.

D.4.2 Kesejahteraan psikologis Tingkat kesejahteraan guru ketika berada di lingkungan sekolah dan saat
guru mengajar.

D.4.3 Perundungan Perilaku menyakiti orang lain (secara fisik dan psikis) yang dilakukan secara
sengaja dan berulang-ulang.

D.4.4 Hukuman fisik Tingkat aktivitas yang berkaitan dengan pemberian hukuman fisik untuk
meningkatkan disiplin murid.

D.4.5 Kekerasan seksual Tingkat aktivitas yang berkaitan dengan kekerasan seksual di satuan
pendidikan dan murid yang berada pada sekolah tersebut.

D.4.6 Narkoba Tingkat aktivitas yang berkaitan dengan narkoba di satuan pendidikan dan
murid yang berada pada sekolah tersebut.
D.5. kesenjangan Iklim Keamanan

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Kesenjangan iklim yang aman Tidak Ada Kesenjangan Ada Kesenjangan Kesenjangan Sangat
Tinggi
secara fisik dan psikologis
berdasarkan kelompok sosial Tidak ada perbedaan Ada kesenjangan indeks
Kesenjangan sangat tinggi
ekonomi status dan kelompok indeks iklim keamanan iklim keamanan baik
berdasar kelompok indeks iklim keamanan
wilayah. baik berdasar kelompok baik berdasar kelompok
sosial ekonomi maupun sosial ekonomi maupun
antar wilayah urban dan sosial ekonomi maupun
antar wilayah urban dan antar wilayah urban dan
rural. rural.
Rentang Nilai kesenjangan Iklim rural.
Keamanan (1,85-2,25)
(2,26-3,00) (1,00-1,84)

1,0 3,0

Tidak Ada Kesenjangan Indikator Level 2


Kesenjangan Sangat Tinggi
D.5.1 Kesenjangan Iklim Keamanan Kesenjangan iklim keamanan antar kelompok
antar status sosial ekonomi sosial ekonomi.

D.5.2 Kesenjangan Iklim Keamanan Kesenjangan iklim keamanan antar kelompok


antar Wilayah wilayah.
D.6. Iklim Kesetaraan Gender

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Dukungan atas kesetaraan hak dan Membudaya Merintis Perlu Peningkatan


kemampuan laki-laki dan
Satuan Pendidikan secara Satuan Pendidikan Satuan Pendidikan belum
perempuan dalam menjalankan aktif mensosialisasikan mendukung kesetaraan mendukung kesetaraan
peran publik dan menyuarakan hak-hak sipil antar hak-hak sipil antar
dukungan akan kelompok gender. kelompok gender, dimana
pentingnya mewujudkan Dukungan tersebut keduanya cenderung
kesetaraan hak-hak sipil seringkali didasari oleh melihat posisi suatu
antar kelompok gender alasan pragmatis dan kelompok gender lebih
Rentang Nilai Iklim Kesetaraan Gender dengan dasar prinsip cenderung bersifat pasif. tinggi dari kelompok
keadilan gender lainnya.

1,0 3,0 (2,26-3,00) (1,85-2,25) (1,00-1,84)

Perlu Membudaya
Peningkatan
Indikator Level 2

D.6.1 Dukungan atas kesetaraan Kesenjangan iklim keamanan antar kelompok


gender sosial ekonomi.
D.7 Kesenjangan Iklim Kesetaraan Gender

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan


Kesenjangan kesetaraan hak dan
kemampuan laki-laki dan Tidak Ada Kesenjangan Ada Kesenjangan Kesenjangan Sangat
perempuan dalam menjalankan Tinggi
peran publik berdasarkan kelompok
Tidak ada perbedaan Ada kesenjangan indeks
sosial ekonomi status dan kelompok iklim kesetaraan gender Kesenjangan sangat tinggi
indeks iklim kesetaraan indeks iklim kesetaraan
wilayah. gender baik berdasar baik berdasar kelompok
sosial ekonomi maupun gender baik berdasar
kelompok sosial ekonomi kelompok sosial ekonomi
maupun antar wilayah antar wilayah urban dan
rural. maupun antar wilayah
urban dan rural. urban dan rural.
Rentang Nilai Kesenjangan Iklim
Kesetaraan Gender
(1,85-2,25) (1,00-1,84)
(2,26-3,00)

1,0 3,0

Kesenjangan Tidak Ada Indikator Level 2


Sangat Tinggi Kesenjangan
D.7.1 Kesenjangan Iklim Kesenjangan iklim kesetaraan gender antar
Kesetaraan gender antar status kelompok sosial ekonomi
sosial ekonomi

D.7.2 Kesenjangan iklim kesetaraan Kesenjangan iklim kesetaraan gender antar


gender berdasarkan wilayah kelompok willayah.
D.8 Iklim Kebinekaan

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan


Iklim kebinekaan menyangkut
bagaimana lingkungan sekolah Membudaya Merintis Perlu Peningkatan
menyikapi keragaman seperti
Satuan pendidikan sudah Satuan pendidikan mulai Satuan pendidikan belum
perbedaan individu, identitas,
mampu menghadirkan mengembangkan mampu menghadirkan
maupun latar belakang sosial- suasana proses suasana proses suasana proses
budaya dan mengenai komitmen pembelajaran yang pembelajaran yang pembelajaran yang
kebangsaan. menjunjung tinggi menjunjung tinggi menjunjung tinggi
toleransi toleransi agama toleransi
agama/kepercayaan dan /kepercayaan dan agama/kepercayaan dan
Rentang Nilai Iklim Kebinekaan budaya; mendapatkan budaya; mendapatkan budaya; mendapatkan
pengalaman belajar yang pengalaman belajar yang pengalaman belajar yang
berkualitas; mendukung berkualitas; mendukung berkualitas; mendukung
kesetaraan agama/ kesetaraan kesetaraan
1,0 3,0 kepercayaan, budaya dan agama/kepercayaan, agama/kepercayaan,
gender, serta memperkuat budaya, dan gender; budaya, dan gender;
Perlu Membudaya nasionalisme memperkuat memperkuat
Peningkatan nasionalisme. nasionalisme.

(2,26-3,00) (1,85-2,25) (1,00-1,84)


D.8 Iklim Kebinekaan

Indikator Level 2

D.8.1 Toleransi agama dan Sikap menerima dan menghargai keragaman agama dan budaya di sekolah.
budaya

D.8.2 Sikap Inklusif Sikap inklusif murid dan guru di sekolah.

D.8.3 Dukungan atas Dukungan dalam kesetaraan hak - hak sipil antara kelompok mayoritas dan
kesetaraan agama dan budaya minoritas agama dan budaya dari guru dan pimpinan sekolah.

D.8.4 Komitmen kebangsaan Tingkat komitmen kebangsaan pimpinan sekolah.


D.9 Kesenjangan Iklim Kebinekaan

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Kesenjangan indeks kebinekaan Tidak Ada Kesenjangan Ada Kesenjangan Kesenjangan Sangat
Tinggi
sekolah berdasarkan kelompok
sosial ekonomi status dan kelompok Tidak ada perbedaan Ada kesenjangan indeks
Kesenjangan sangat tinggi
wilayah. indeks iklim kebinekaan iklim kebinekaan baik
berdasar kelompok indeks iklim kebinekaan
baik berdasar kelompok baik berdasar kelompok
sosial ekonomi maupun sosial ekonomi maupun
antar wilayah urban dan sosial ekonomi maupun
antar wilayah urban dan antar wilayah urban dan
rural. rural.
Rentang Nilai Kesenjangan Iklim rural.
Kebinekaan
(1,85-2,25) (1,00-1,84)
(2,26-3,00)

1,0 3,0

Kesenjangan Tidak Ada


Sangat Tinggi Kesenjangan Indikator Level 2

D.9.1 Kesenjangan Iklim Tingkat komitmen kebangsaan pimpinan sekolah.


Kebinekaan antar status sosial
ekonomi

D.9.2 Kesenjangan iklim Kesenjangan kebinekaan antar kelompok


kebinekaan berdasarkan wilayah wilayah.
D.10 Iklim Inklusivitas

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan


Iklim inklusivitas menyangkut
bagaimana lingkungan sekolah Membudaya Merintis Perlu Peningkatan
menyikapi keragaman seperti
Satuan pendidikan sudah Satuan pendidikan mulai Satuan pendidikan belum
perbedaan individu, identitas,
mampu menghadirkan mengembangkan mampu menghadirkan
maupun latar belakang sosial- suasana proses suasana proses suasana proses
budaya. pembelajaran yang pembelajaran yang pembelajaran yang
menyediakan layanan menyediakan layanan menyediakan layanan
yang ramah bagi peserta yang ramah bagi peserta yang ramah bagi peserta
didik dengan disabilitas didik dengan disabilitas didik dengan disabilitas
Rentang Nilai Iklim Inklusivitas dan cerdas berbakat dan cerdas berbakat dan cerdas berbakat
istimewa. istimewa. istimewa.

(2,26-3,00) (1,85-2,25) (1,00-1,84)


1,0 3,0
Indikator Level 2
Perlu Membudaya
Peningkatan D.10.1 Layanan disabilitas Layanan sekolah yang melingkupi pengetahuan
dan sikap tentang murid dengan disabilitas.

D.10.2 Layanan sekolah untuk Layanan sekolah yang melingkupi pengetahuan


murid cerdas dan bakat istimewa dan sikap tentang murid cerdas dan berbakat
istimewa

D.10.3 Sikap Terhadap Disabilitas Sikap guru terhadap disabilitas tentang aspek
afektif, kognitif, dan perilaku.
D.11 Kesenjangan Iklim Inklusivitas

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Kesenjangan indeks inklusivitas Tidak Ada Kesenjangan Ada Kesenjangan Kesenjangan Sangat
Tinggi
sekolah berdasarkan kelompok
sosial ekonomi status dan kelompok Tidak ada perbedaan Ada kesenjangan indeks
Kesenjangan yang tinggi
wilayah. indeks iklim inklusivitas iklim inklusivitas baik
berdasar kelompok pada indeks iklim
baik berdasar kelompok inklusivitas baik berdasar
sosial ekonomi maupun sosial ekonomi maupun
antar wilayah urban dan kelompok sosial ekonomi
antar wilayah urban dan maupun antar wilayah
rural. rural.
Rentang Nilai Kesenjangan Iklim urban dan rural.
Inklusivitas
(2,26-3,00) (1,85-2,25)
(1,00-1,84)
1,0 3,0

Kesenjangan Tidak Ada


Sangat Tinggi Kesenjangan Indikator Level 2

D .11.1 Kesenjangan Iklim Inklusivitas Kesenjangan inklusivitas antar kelompok


antar status sosial ekonomi sosial.

D.11.2 Kesenjangan iklim Inklusivitas Kesenjangan inklusivitas antar kelompok


berdasarkan wilayah willayah.
D.14 Kesenjangan Fasilitas Literasi Satuan Pendidikan

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Nilai kesenjangan fasilitas literasi Tidak Ada Kesenjangan Ada Kesenjangan Kesenjangan Sangat
Tinggi
satuan pendidikan berdasarkan
kelompok sosial ekonomi status dan Tidak ada perbedaan Ada kesenjangan
Kesenjangan sangat tinggi
kelompok wilayah. fasilitas literasi satuan fasilitas literasi satuan
pendidikan baik berdasar fasilitas literasi satuan
pendidikan baik berdasar pendidikan baik berdasar
kelompok sosial ekonomi kelompok sosial ekonomi
maupun antar wilayah kelompok sosial ekonomi
maupun antar wilayah maupun antar wilayah
urban dan rural. urban dan rural.
Rentang Nilai Kesenjangan Iklim urban dan rural.
Inklusivitas
(2,26-3,00) (1,85-2,25) (1,00-1,84)
1,0 3,0
Indikator Level 2
Tidak Ada Kesenjangan
Kesenjangan Sangat Tinggi D.14.1 Kesenjangan fasilitas literasi Kesenjangan kepemilikan buku dan akses lain
antar status sosial ekonomi yang berkaitan dengan literasi murid (baca,
hitung, dll) berdasarkan kelompok ekonomi.

D.14.2 Kesenjangan fasilitas literasi Tingkat kesenjangan kepemilikan buku dan


satuan pendidikan berdasarkan akses lain yang berkaitan dengan literasi murid
kelompok wilayah (baca, hitung, dll) berdasarkan kelompok
wilayah.
E.1 Partisipasi warga sekolah

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Tingkat partisipasi orang tua dan Inklusif Selektif Restriktif


peserta didik dalam pengelolaan
Satuan pendidikan telah Satuan pendidikan Satuan pendidikan sangat
sekolah. melibatkan orang tua dan melibatkan orang tua dan terbatas melibatkan
murid baik dalam kegiatan murid dalam beberapa orang tua dan murid
akademik maupun kegiatan di satuan dalam berbagai kegiatan
nonakademik secara pendidikan khususnya di satuan pendidikan.
keseluruhan di satuan berupa kegiatan
Rentang Nilai Partisipasi Warga Sekolah pendidikan. akademik dan atau non-
akademik.

(2,26-3,00) (1,85-2,25) (1,00-1,84)

1,0 3,0
Indikator Level 2
Restriktif Inklusif
E.1.1 Partisipasi orang tua Tingkat keterlibatan orang tua dalam proses
perencanaan, pengembangan, dan
pelaksanaan aktivitas di sekolah.

E.1.2 Partisipasi murid Tingkat keterlibatan murid dalam proses


perencanaan, pengembangan, dan
pelaksanaan aktivitas di sekolah.
E.2 Pemanfaatan sumber daya sekolah

Atribut/Label di tingkat Daerah

Proporsi pemanfaatan sumber daya Tinggi Cukup Rendah


sekolah untuk peningkatan mutu
Satuan pendidikan Satuan pendidikan Satuan pendidikan
memiliki proporsi memiliki proporsi memiliki proporsi
pemanfaatan sumber pemanfaatan sumber pemanfaatan sumber
daya sekolah untuk daya sekolah untuk daya sekolah untuk
peningkatan mutu yang peningkatan mutu yang peningkatan mutu yang
tinggi cukup rendah
Rentang Nilai Pemanfaatan SDS
Nilai ambang Nilai ambang Nilai ambang
(>59,4%) (29,7-59,4%) (<29.7%)

0% 100%
Indikator Level 2
Rendah Tinggi
E.2.1 Proporsi pembelanjaan peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan

E.2.2 Proporsi pembelanjaan non personil mutu pembelajaran


E.3. Pemanfaatan TIK untuk pengelolaan anggaran

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

tingkat pemanfatan teknologi Tinggi Cukup Rendah


informasi dalam pengelolaan
Satuan pendidikan Satuan pendidikan Satuan pendidikan
pendanaan sekolah memiliki proporsi memiliki proporsi memiliki proporsi
pembelanjaan dana BOS pembelanjaan dana BOS pembelanjaan dana BOS
secara daring yang tinggi secara daring yang secara daring yang
cukup rendah

Rentang Nilai Pemanfaatan TIK (<8,4%)


>= 16,8%) (8,4-16,8%)

0% 100%
Indikator Level 2
Rendah Tinggi
E.3.1. Proporsi pembelanjaan dana BOS secara daring

E.3.3. Indeks penggunaan platform SDS sumberdaya


sekolah (ketepatan waktu dan kelengkapan pelaporan)
TERIMA KASIH

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Anda mungkin juga menyukai