Anda di halaman 1dari 65

KEMENTERIAN PENDIDIKAN,

KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

Kebijakan Merdeka Belajar


SatuanMATERI PELATIHAN
Pendidikan-SMA
PERENCANAAN BERBASIS DATA
SATUAN PENDIDIKAN
Alur Materi Perencanaan Berbasis Data di Satuan

Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4


Merdeka Belajar Profil dan Perencanaan
Tema Monitoring dan
dan Perencanaan Platform Rapor Berbasis Data di
Evaluasi
Berbasis Data Pendidikan Satuan Pendidikan

● Memahami ● Memahami ● Mengidentifikasi ● Memahami bentuk


kebijakan definisi, kerangka masalah dan akar monitoring dan
Merdeka Belajar dan struktur Profil masalah evaluasi
● Memahami konsep Pendidikan berdasarkan Profil pelaksanaan
Perencanaan ● Memahami Pendidikan kegiatan
Berbasis Data indikator dalam ● Menetapkan solusi
Tujuan Profil Pendidikan
sebagai bagian penyelesaian akar
dari Merdeka ● Mampu masalah
Belajar mengakses dan ● Memasukkan
menggunakan solusi dalam
platform Rapor dokumen
Pendidikan perencanaan dan
anggaran

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 2


Bab 1: Merdeka Belajar dan Perencanaan Berbasis

Dalam sesi ini diharapkan peserta dapat:

01 Memahami kebijakan Merdeka Belajar

02 Memahami konsep Perencanaan Berbasis Data sebagai bagian dari Merdeka Belajar

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 3


Kemdikbudristek telah menetapkan Visi Pendidikan Indonesia sebagai panduan
dalam merumuskan kerja pendidikan


Mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat,
mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya
Pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif,
mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dan berakhlak mulia, bergotong royong,
dan berkebinekaan global.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 4


Untuk mewujudkan visi pendidikan Indonesia, dikeluarkan kebijakan Merdeka
Belajar bagi tercapainya pendidikan berkualitas bagi seluruh rakyat Indonesia

Pendidikan Berkualitas
Memastikan peserta didik Fokus pada pengembangan
mengalami kemajuan
belajar sehingga lebih
kompetensi dasar dan
kompeten dan berkarakter karakter

Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Memastikan bahwa kelompok-


kelompok yang termarginalkan Intervensi asimetris
(sulit mendapat akses
berfokus pada penguatan
pendidikan) dibantu untuk
mendapatkan akses pendidikan kelompok termarjinalkan
yg berkualitas.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 5


Berbagai kebijakan Merdeka Belajar untuk meningkatkan mutu pendidikan
bagi seluruh masyarakat Indonesia sudah diluncurkan

MB 1 MB 7 MB 15
Program Sekolah Kurikulum Merdeka dan
Penggantian
Penggerak Platform Merdeka Belajar
UN

MB 3 MB 8
Akselerasi dan Pendanaan
Penyesuaian Satuan Pendidikan Tahun
Kebijakan SMK Pusat
Keunggulan 2022
Dana BOS

MB 4 M MB 19
Program Organisasi Perluasan Program
Rapor Pendidikan
Penggerak Beasiswa Lembaga
Pengelola Indonesia
Pendidikan
MB 5
MB 12
Guru Penggerak
Sekolah Aman Berbelanja
dengan
SIPLah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 6
Rapor Pendidikan dan Perencanaan Berbasis Data adalah bagian dari Merdeka
Belajar untuk memastikan pendidikan berkualitas untuk seluruh rakyat Indonesia

MERDEKA BELAJAR

Keluarga Masyarakat

Institusi Dunia
Guru Pendidikan Usaha/Industri

“Sekolahkan Anak Indonesia” “Dorong Pembelajaran Siswa” “Tidak Ada Anak yang Tertinggal”
Angka Partisipasi Tinggi Hasil Belajar Berkualitas Memiliki
Distribusi yang merata
>95% di seluruh jenjang pendidikan pengetahuan dan keterampilan yang
Baik secara geografis maupun status sosial
dasar dan menengah; >70% pada relevan, hasil penelitian berkualitas
ekonomi
jenjang pendidikan tinggi tinggi, dan >90% tingkat penempatan
kerja

Rapor Pendidikan Perencanaan Berbasis Data

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 7


Rapor Pendidikan dan Perencanaan Berbasis Data memperbaiki permasalahan
peningkatan mutu pendidikan dengan lebih sederhana dan bermakna

Dahulu Sekarang
Hanya AN dan Dapodik serta tidak ada
Berbagai sumber dan melakukan pengisian borang-borang tambahan
pengisian borang berkali-kali lagi

Hasilnya evaluasi yang beragam Evaluasi hanya satu

Mengukur hal yang kunci:


Mengukur beragam hal Mutu hasil belajar
dan layanan pendidikan

Perencanaan hanya sebatas Proses perencanaan sebagai kegiatan


pemenuhan dokumen administrasi bermakna yang berorientasi pada
peningkatan mutu pendidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 8
Perencanaan berbasis data adalah sebuah perubahan kebiasaan untuk mendorong satuan
pendidikan dan dinas pendidikan menyusun kegiatan peningkatan capaian pembelajaran
berdasarkan fakta

1. Mengidentifikasi 2. Melakukan refleksi 3. Melakukan pembenahan


masalah berdasarkan capaian, pemerataan, dan melalui perumusan kegiatan
indikator yang proses pembelajaran di dalam bentuk rencana
ditampilkan di dalam satuan pendidikan kegiatan dan anggaran satuan
Rapor Pendidikan dan daerah masing- pendidikan (BOS dan BOP)
masing dan daerah (APBD)

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi


Perencanaan berbasis data adalah proses yang berkelanjutan dan terintegrasi
dalam siklus perencanaan satuan pendidikan

Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3


Analisis Analisis Perumusan
Profil Akar Program dan RKJM Perencanaan
Pendidikan Masalah Kegiatan Jangka Menengah

RK
Langkah 6 Langkah 5 Langkah 4 T
Monitoring dan Pelaksanaan Memasukkan dalam Perencanaan
Evaluas Kegiatan dokumen perencanaan
i dan anggaran
RKA
RKJM: Rencana Kerja Jangka Menengah S
RKT: Rencana Kerja Tahunan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RKAS: Rencana Kerja Anggaran Sekolah Dokumen 10
Perencanaan berbasis data dilakukan di tingkat pemerintah daerah dan
satuan pendidikan

Perencanaan Satuan Pendidikan

● Pendidikan Usia Dini


● Pendidikan Dasar Menengah

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 11


Kemendikbudristek akan memfasilitasi satuan pendidikan dan pemerintah
daerah untuk melakukan perencanaan berbasis data

1. Bimbingan teknis dan 2. Dukungan materi untuk 3. Pusat Bantuan disiapkan


pendampingan perencanaan belajar mandiri disiapkan untuk menjawab semua
berbasis data akan dilakukan sehingga pemerintah daerah pertanyaan terkait rapor
mulai bulan Mei hingga sepanjang dan satuan pendidikan dapat pendidikan dan perencanaan
tahun 2022 bekerjasama mendalami materi berbasis data, serta menerima
dengan berbagai pemangku perencanaan masukan untuk perbaikan
kepentingan
berbasis data

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 12


Bab 2: Profil Pendidikan dan Platform Rapor

Dalam sesi ini diharapkan peserta dapat:

01 Memahami definisi, kerangka, dan struktur Profil Pendidikan

02 Memahami indikator dalam Profil Pendidikan

03 Mampu mengakses dan menggunakan platform Rapor Pendidikan

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 13


Definisi Profil Pendidikan, Rapor Pendidikan, dan Platform Rapor

laporan komprehensif mengenai layanan pendidikan sebagai hasil dari


Profil Pendidikan Evaluasi Sistem Pendidikan yang digunakan sebagai landasan untuk
peningkatan mutu layanan pendidikan dan penetapan Rapor Pendidikan

indikator terpilih dari Profil Pendidikan yang merefleksikan prioritas


Kemendikbudristek yang digunakan untuk menilai kinerja daerah dan
Rapor Pendidikan satuan pendidikan. Rapor Pendidikan diperoleh dari perbandingan nilai
indikator antar tahun (akan ditampilkan mulai tahun 2023).

Platform Rapor aplikasi berbasis web yang menampilkan informasi Profil Pendidikan
dan Rapor Pendidikan. Platform Rapor Pendidikan dapat diakses
Pendidikan oleh pengguna yang memiliki akun belajar sesuai dengan
kewenangannya.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 14


Rapor Pendidikan dan perencanaan berbasis data adalah alat bantu bagi
pendidikan dan dinas pendidikan untuk terus bersama memperbaiki kualitas layanan
pendidikan

Rapor Pendidikan dan perencanaan berbasis data adalah Rapor Pendidikan dan perencanaan berbasis data
perangkat dan cara untuk bukanlah perangkat dan cara untuk

Mengidentifikasi akar permasalahan Menghukum dan mencari siapa yang salah


Refleksi capaian pendidikan sejauh ini Memeringkatkan satuan dan daerah
Didiskusikan secara konstruktif Membanding-bandingkan pencapaian
dengan berbagai pemangku
kepentingan pendidikan untuk
membenahi mutu pendidikan Menjadi tambahan beban dokumen
administrasi yang tidak bermakna

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 15


Dasar Hukum perencanaan berbasis data diatur dalam PP No. 57 tahun 2021 tentang
Standar
Pendidikan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Terhadap Pendidikan Anak Usia
Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah
PP No 57 Tahun 2021 Permendikbudristek No 09 tahun 2022

Pasal 24
Pasal 28
● Perencanaan kegiatan Pendidikan bertujuan untuk ● Evaluasi Sistem Pendidikan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan
peningkatan kualitas proses dan hasil belajar secara profil pendidikan daerah.
berkelanjutan berdasarkan evaluasi diri Satuan Pendidikan. ● Evaluasi sistem pendidikan oleh Pemerintah Daerah dilaksanakan terhadap:
● Perencanaan kegiatan Pendidikan dituangkan dalam rencana a. Pendidikan Anak Usia Dini; dan
kerja jangka pendek dan rencana kerja jangka menengah. b. Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Pasal 26
Pasal 48 Hasil Evaluasi Sistem Pendidikan oleh Pemerintah Daerah dimanfaatkan oleh Pemerintah
Daerah sebagai bahan untuk melakukan penyesuaian kebijakan dan perencanaan
3. Evaluasi sistem Pendidikan oleh Pemerintah Daerah
program dalam rangka peningkatan akses, mutu, relevansi, dan tata kelola
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan terhadap:
penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan kewenangannya.
a. pendidikan anak usia dini; dan b. pendidikan dasar dan
Pasal 28
menengah. Hasil Evaluasi Sistem Pendidikan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
4. Evaluasi sistem Pendidikan oleh Pemerintah Daerah dimanfaatkan oleh Satuan Pendidikan untuk:
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk
perluasan akses dan peningkatan mutu layanan Pendidikan ● mengidentifikasi masalah pendidikan yang perlu mendapatkan
daerah sesuai kebutuhan Satuan Pendidikan dan program prioritas berdasarkan indikator dalam profil Satuan Pendidikan atau profil
Pendidikan. program pendidikan kesetaraan;
● mendalami hasil identifikasi masalah pendidikan untuk menemukan akar
masalah dan merumuskan langkah perbaikan; dan
● melakukan perencanaan program untuk mengatasi akar masalah
16
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Profil Pendidikan merupakan laporan komprehensif tentang
pendidikan PAUD Dikdasmen berdasarkan hasil evaluasi sistem pendidikan
Laporan Bentuk
Sumber Data
Evaluasi Evaluasi
Platform Rapor Pendidikan Evaluasi Diri Internal
Asesmen Nasional
(AKM, Survei Karakter, & RKTS
Survei Lingkungan
PROFIL Evaluasi Diri Satuan Pendidikan
Belajar) (mandiri, bagian siklus
Profil Satuan Pendidikan perencanaan)
Dapodik Profil Pendidikan Daerah RKPD
Evaluasi Diri Pemda
Data Pendidikan Kemenag (isi komprehensif, bersifat (mandiri, bagian siklus
diagnostik) perencanaan)

Platform Digital Evaluasi Eksternal SPM


Guru dan Kepala Sekolah
Evaluasi Pendidikan Daerah
RAPOR
Akredi
Tracer Study SMK Data (re)akreditasi
tasi
Sekolah
Rapor Satuan Pendidikan oleh BAN (visitasi hanya pada
GTK
Rapor Pendidikan Daerah
Insentif Kinerja
BPS, dll. (bagian dari indikator Profil Sekolah
Pendidikan) dari
Profil Pendidikan merupakan laporan komprehensif tentang
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 17
Profil Pendidikan merupakan laporan hasil evaluasi layanan
pendidikan sebagai penyempurnaan rapor mutu sebelumnya

SSingglleessoourucrecoef odfatdaasteabsaegbaai dga asi adraasnaarliasnisa,


0 lpiseirse,npcearneanacna, ndananti,ndan
da k ltainndjuatk
lpaennjuintgpkeantainngkkuaatlaitnaskupaenlitdaidsikpaenn.didikan.

Alatukur
Alat ukur yangberorientasi
yang berorientasi pada
pada mutumutu dan pemerataan
dan pemerataan hasil (output).
hasil belajar belajar
02 (output)

03 Instrumen pengukuran untuk evaluasi sistem pendidikan secara keseluruhan baik


untuk evaluasi internal maupun eksternal.

Profil pendidikan menjadi sumber data untuk perencanaan di tingkat satuan


04 pendidikan dan perencanaan di tingkat pemerintah daerah.

0
Instrumen yang meringankan beban administrasi satuan pendidikan
dengan mengurangi aplikasi beragam dalam proses evaluasi internal dan
eksternal.
Profil Pendidikan merupakan laporan hasil evaluasi layanan
pendidikan sebagai penyempurnaan rapor mutu sebelumnya

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 18


Profil Pendidikan merupakan laporan hasil evaluasi layanan
pendidikan sebagai penyempurnaan rapor mutu sebelumnya

Rapor Pendidikan terdiri dari indikator-indikator yang merefleksikan delapan Standar Nasional Pendidikan dan mencakup
area yang berkaitan dengan input, proses, dan output pembelajaran
8 Standar Nasional Pendidikan
Output Proses Input
1 Standar Kompetensi Lulusan 2 Standar Isi 6 Standar GTK
3 Standar Proses 7 Standar Pembiayaan

4 Standar Penilaian 8 Standar Sarpras

5 Standar Pengelolaan
A. Mutu dan relevansi hasil D. Mutu dan relevansi
C. Kompetensi dan kinerja GTK
belajar peserta didik pembelajaran

B. Pemerataan pendidikan yang E. Pengelolaan satuan pendidikan yang partisipatif, transparan dan
bermutu akuntabel

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 19


Setiap dimensi terdiri dari indikator yang tersusun dalam beberapa

Tiap dimensi terdiri dari beberapa indikator level 1. Indikator level 1 terdiri dari beberapa indikator level 2, dan
indikator level 2 terdiri dari beberapa indikator level 3. Beberapa indikator level 2 tidak memiliki indikator level
3, dan beberapa indikator level 1 tidak memiliki indikator level 2.

Dimensi

Indikator
Level 1

Indikator
Level 2

Indikator
Level 3

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 20


Struktur Profil Pendidikan Pendidikan Dasar

Output Proses Input

Kualitas Proses Kualitas Sumber Daya Manusia dan


Kualitas Capaian Pembelajaran Siswa Belajar Siswa Sekolah
Mutu dan relevansi Pemerataan Mutu dan relevansi Kompetensi dan Pengelolaan sekolah
hasil belajar murid pendidikan pembelajaran kinerja PTK yang partisipatif,
yang bermutu transparan, dan
akuntabel

Dimensi A Dimensi B Dimensi D Dimensi C Dimensi E

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 21


Indikator

Dimensi Indikator Level 1


Mutu dan Relevansi Kemampuan literasi Indeks Karakter Pendapatan Lulusan
A. Hasil Belajar
Kemampuan numerasi Penyerapan Lulusan SMK Kompetensi
SMK

Lulusan SMK

Pemerataan APS SMA/K/MA/Paket


Kesenjangan literasi APS SD/MI/Paket
B. Pendidikan Yang
Outp

C/SMALB
A/SDLB
Bermutu
Kesenjangan numerasi
APK SMP/MTS/Paket
B/SMPLB

Kesenjangan karakter APS SMP/MTS/Paket B/SMPLB

APK SMA/K/MA/Paket
APK SD/MI/Paket C/SMALB
A/SDLB
Indikator
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Di level daerah dan
Hanya ada di level
daerah satuan pendidikan 22
Indikator

Dimensi Indikator Level 1


Kualitas pembelajaran Iklim inklusivitas
Mutu dan Relevansi
D. Pembelajaran
Refleksi dan perbaikan pembelajaran oleh Kesenjangan Iklim inklusivitas
guru
Kepemimpinan instruksional Kesenjangan fasilitas sekolah antar wilayah

Iklim keamanan sekolah Kesenjangan kebersihan sekolah (termasuk sanitasi)


antar wilayah
Pro

Kesenjangan iklim keamanan Kesenjangan bahan dan fasilitas belajar literasi


sekolah
Iklim kesetaraan gender Kesenjangan akses dan fasilitas belajar daring

Kesenjangan Iklim kesetaraan gender Pemanfaatan TIK untuk pembelajaran

Iklim kebinekaan Link and match dengan Dunia Kerja

Kesenjangan Iklim kebinekaan


Hanya ada di level Di level daerah dan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi daerah satuan pendidikan 23
Indikator

Dimensi Indikator Level 1


Proporsi GTK bersertifikat Kehadiran guru di kelas
Kompetensi dan
C. Kinerja GTK
Proporsi GTK penggerak Indeks distribusi guru

Pengalaman pelatihan Pemenuhan Kebutuhan Guru


guru
In

Kualitas GTK Proporsi GTK di SMK yang bersertifikat kompetensi


Belum tersedia
penggerak

Nilai UKG

Pengelolaan Partisipasi warga sekolah Pemanfaatan TIK untuk pengelolaan anggaran


sekolah yang
Partisipatif,
E. Transparan, dan
Proporsi pemanfaatan sumber daya sekolah untuk Proporsi pemanfaatan APBD untuk pendidikan
peningkatan mutu
Akuntabel

Hanya ada di level Di level daerah dan


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi daerah satuan pendidikan 24
A.1. Kemampuan
Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan
Kemampuan peserta didik dalam
memahami, menggunakan, Di atas Mencapai Di bawah Di bawah
Kompetensi Kompetensi Kompetensi Kompetensi
mengevaluasi, merefleksikan
Minimum Minimum Minimum Minimum
berbagai jenis teks untuk
menyelesaikan masalah dan Murid di sekolah Sebagian besar murid Kurang dari 50% Sebagian besar
mengembangkan kapasitas individu menunjukkan tingkat telah mencapai batas murid telah mencapai murid belum
sebagai warga Indonesia dan warga literasi membaca kompetensi minimum kompetensi mencapai
yang cakap dan untuk literasi membaca minimum untuk batas kompetensi
dunia agar dapat berkontribusi cukup banyak murid namun perlu upaya literasi membaca. minimum untuk
secara produktif di masyarakat. berada pada level mendorong lebih literasi membaca
mahir. banyak murid
menjadi mahir.
(1,40-1,79)
Rentang Nilai Kemampuan Literasi (2,10-3,0) (1,80-2,09) (1,00-1,39)

Atribut/Label Peserta Didik


1,0 3,0
Mahir Peserta didik mampu mengintegrasikan beberapa informasi lintas teks; mengevaluasi
isi, kualitas, cara penulisan suatu teks, dan bersikap reflektif terhadap isi teks.
Seluruh Seluruh
aspek dalam aspek dalam Cakap Peserta didik mampu membuat interpretasi dari informasi implisit yang ada dalam teks;
indikator indikator mampu membuat simpulan dari hasil integrasi beberapa informasi dalam suatu teks.
kategori kategori
Dasar Peserta didik mampu menemukan dan mengambil informasi eksplisit yang ada dalam
capaiannya capaiannya teks serta membuat interpretasi sederhana.
kurang baik
Perlu Intervensi Peserta didik belum mampu menemukan dan mengambil informasi eksplisit yang
Khusus ada dalam teks ataupun membuat interpretasi sederhana.
A.1. Kemampuan

Indikator Level 2

A.1.1. Kompetensi membaca teks informasi Kemampuan peserta didik dalam memahami, menggunakan,
merefleksi, dan mengevaluasi teks informasional (non-fiksi).

A.1.2. Kompetensi Membaca Teks Sastra Kemampuan peserta didik dalam memahami, menggunakan,
merefleksi, dan mengevaluasi teks fiksi.

A.1.3. Kompetensi mengakses dan Kemampuan peserta didik menemukan, mengidentifikasi, dan
menemukan isi teks (L1) mendeskripsikan suatu ide atau informasi eksplisit dalam teks
informasional (non-fiksi) dan sastra

A.1.4. Kompetensi menginterpretasi dan Kemampuan peserta didik dalam membandingkan dan
memahami isi teks (L2) mengontraskan ide atau informasi dalam atau antar-teks, membuat
kesimpulan, mengelompokkan, mengombinasikan ide dan
informasi dalam teks atau antar-teks informasional (non-fiksi) dan
sastra.

A.1.5. Kompetensi mengevaluasi dan Kemampuan peserta didik dalam menganalisis, memprediksi, dan
merefleksi isi teks (L3) menilai konten, bahasa, dan unsur-unsur dalam teks informasional
(non-fiksi) dan sastra.
A.2. Kemampuan
Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan
Kemampuan peserta didik dalam
berpikir menggunakan konsep, Di atas Mencapai Di bawah Di bawah
prosedur, fakta, dan alat Kompetensi Kompetensi Kompetensi Kompetensi
matematika untuk menyelesaikan Minimum Minimum Minimum Minimum
masalah sehari-hari pada berbagai Murid di sekolah Sebagian besar murid Kurang dari 50% Sebagian besar
jenis konteks yang relevan untuk menunjukkan tingkat telah mencapai batas murid telah mencapai murid
numerasi yang cakap kompetensi minimum kompetensi belum mencapai
individu sebagai warga negara
dan cukup banyak untuk numerasi minimum untuk batas kompetensi
Indonesia dan dunia. murid berada pada namun perlu upaya numerasi. mininum untuk
level mahir. mendorong lebih numerasi.
banyak murid
menjadi mahir.
(1,40-1,79)
Rentang Nilai Kemampuan Numerasi (2,10-3,0) (1,80-2,09) (1,00-1,39)

Atribut/Label Peserta Didik

1,0 3,0 Mahir Peserta didik mampu bernalar untuk menyelesaikan masalah kompleks serta non-
rutin berdasarkan konsep matematika yang dimilikinya.

Seluruh Seluruh Cakap Peserta didik mampu mengaplikasikan pengetahuan matematika yang dimiliki dalam
aspek dalam aspek dalam konteks yang lebih beragam..
indikator indikator
kategori kategori Dasar Peserta didik memiliki keterampilan dasar matematika: komputasi dasar dalam bentuk
persamaan langsung, konsep dasar terkait geometri dan statistika, serta
capaiannya capaiannya menyelesaikan masalah matematika sederhana yang rutin.
kurang baik
Perlu Intervensi Peserta didik hanya memiliki pengetahuan matematika yang terbatas
A.2. Kemampuan
Indikator Level 2
A.2.1. Kompetensi pada domain bilangan Kemampuan peserta didik dalam berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat
matematika pada konten bilangan untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.

A.2.2. Kompetensi pada domain aljabar Kemampuan peserta didik dalam berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat
matematika pada konten aljabar untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.

A.2.3. Kompetensi pada domain geometri Kemampuan peserta didik dalam berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat
matematika pada konten geometri untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.

A.2.4. Kompetensi pada domain data dan Kemampuan peserta didik dalam berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat
ketidakpastian matematika pada konten data dan ketidakpastian untuk menyelesaikan masalah sehari-
hari.

A.2.5. Kompetensi mengetahui (L1) Kemampuan peserta didik memahami fakta, proses, konsep, dan prosedur.

A.2.6. Kompetensi menerapkan (L2) Kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dan pemahaman tentang fakta-
fakta, relasi, proses, konsep, prosedur, dan metode dengan konteks situasi nyata untuk
menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan.

A.2.7. Kompetensi menalar (L3) Kemampuan peserta didik menganalisis data dan informasi, membuat kesimpulan, dan
memperluas pemahaman dalam situasi baru, meliputi situasi yang tidak diketahui
sebelumnya atau konteks yang lebih kompleks.
A.3.
Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan
Tingkat karakter pelajar pancasila
yang bersifat holistik mencakup Membudaya Berkembang Perlu Belum
komponen pengetahuan, afektif, dikembangkan Terinternalisasi
keterampilan, dan perwujudan
dalam perilaku. Murid secara Murid terbiasa Murid telah Murid belum
proaktif menerapkan nilai menyadari memiliki
dan konsisten nilai karakter pelajar pentingnya nilai kesadaran akan
menerapkan nilai- pancasila yang nilai karakter pentingnya nilai
nilai berakhlak mulia, pelajar nilai karakter
Rentang Nilai Karakter karakter pelajar bergotong royong, pancasila yang pelajar
pancasila yang mandiri, kreatif dan berakhlak mulia, pancasila yang
berakhlak mulia, bernalar kritis serta bergotong royong, berakhlak mulia,
bergotong royong, berkebinekaan global mandiri, kreatif dan bergotong royong,
1,0 3,0 mandiri, kreatif dan dalam kehidupan bernalar kritis serta mandiri, kreatif
bernalar kritis serta sehari hari. berkebinekaan dan bernalar kritis
berkebinekaan global, namun serta
Nilai-nilai Nilai- global berkebinekaan
masih perlu
nilai karakter dalam kehidupan dukungan untuk global.
karakter belum sehari hari. menerapkannya
terinternalis sudah membudaya dalam kehidupan
asi sehari-hari.

(2,26-3,00) (2,01-2,25) (1,85-2,00) (1,00-1,84)


A.3.
Indikator Level 2

A.3.1. Beriman dan bertakwa Karakter murid yang berkaitan dengan beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
kepada Tuhan YME, dan dan berakhlak mulia.
berakhlak mulia

A.3.2.Gotong royong Kesediaan dan pengalaman berkontribusi dalam kegiatan yang bertujuan memperbaiki
kondisi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

A.3.3. Kreativitas Kesenangan dan pengalaman untuk menghasilkan pemikiran, gagasan, serta karya yang
baru dan berbeda.

A.3.4. Nalar Kritis Kemauan dan kebiasaan membuat keputusan yang etis berdasarkan analisis logis dan
pertimbangan yang objektif atas beragam bukti dan perspektif.

A.3.5. Kebinekaan global Ketertarikan terhadap keragaman di berbagai negara serta memiliki kepedulian terhadap
isu-isu global.

A.3.6. Kemandirian Kemauan dan kebiasaan mengelola pikiran, perasaan, dan tindakan untuk mencapai
tujuan belajar dalam berbagai konteks.
C.1. Persentase GTK
Atribut/Label di tingkat Pemerintah Daerah/Satuan Pendidikan
Persentase guru dan tenaga
kependidikan di sekolah yang Cukup
Baik Kurang
memiliki sertifikat pendidik
Propinsi/Kabupaten/ Propinsi/Kabupaten/ Propinsi/Kabupaten/
Kota/Satuan Kota/Satuan Kota/Satuan Pendidikan
Pendidikan dengan Pendidikan dengan dengan proporsi GTK
proporsi GTK proporsi GTK bersertifikat pendidik
bersertifikat pendidik bersertifikat pendidik kurang
tinggi cukup
Rentang Nilai % GTK Bersertifikat

(68-100%) (34-67%) (1,00-1,84)


0% 100%
Tingkat Tingkat
sertifikasi sertifikasi
pendidik pendidik
rendah Tinggi
C.2. Persentase GTK
Atribut/Label di tingkat Pemerintah Daerah/Satuan
Persentase guru dan tenaga
kependidikan di sekolah yang lulus Maju Berkembang Merintis Belum relevan
program guru penggerak
Propinsi/ Propinsi/ Propinsi/Kabupate Propinsi/
Kabupaten/Kota/ Kabupaten/Kota/ n/Kota/Satuan Kabupaten/Kota/
Satuan Pendidikan Satuan Pendidikan Pendidikan sedang Satuan Pendidikan
sudah maju dalam berkembang merintis dalam belum menjadi
keikutsertaan guru dalam keikutsertaan guru sasaran program
penggerak keikutsertaan guru penggerak guru penggerak
Rentang Nilai GTK Penggerak penggerak

(10-100%) (5-10%) (<5%)

0% 100% Indikator Level 2

Belum ikut Keikutsertaa C.2.1. Persentase Guru Penggerak persentase guru yang lulus program guru
program n program penggerak
penggerak penggerak
C.2.2. Persentase KS/Wakil persentase KS/ wakil KS yang berasal dari
tinggi
KS Penggerak guru penggerak

C.2.3. Persentase Pengawas persentase pengawas yang berasal dari


Penggerak guru penggerak
C.3. Pengalaman Pelatihan
Atribut/Label di tingkat Pemerintah Daerah/Satuan
pengalaman guru dalam
mendapatkan pelatihan Maju Berkembang Merintis
berdasarkan jenis pelatihan yang
telah disesuaikan dengan Propinsi/ Propinsi/ Propinsi/
kebutuhan guru Kabupaten/Kota/ Kabupaten/Kota/ Kabupaten/Kota/
Satuan Pendidikan Satuan Pendidikan Satuan Pendidikan
sudah maju dalam berkembang dalam masih merintis
keikutsertaan guru keikutsertaan guru dalam keikutsertaan
dalam pelatihan dalam pelatihan guru dalam pelatihan
Rentang Nilai Pengalaman Pelatihan
Guru (62,6-100%) (25-62,5%) (<25%)

0% 100% Indikator Level 2

Belum Keikutsertaa C.3.1. Pengetahuan persentase guru yang mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan
ikut n pelatihan bidang studi pengetahuan bidang studi
pelatihan tinggi
C.3.2. Pedagogi persentase guru yang mengikuti pelatihan yang berkaitan
dengan pedagogi

C.3.3. Manajerial persentase guru yang mengikuti pelatihan yang berkaitan


dengan manajerial

C.3.4. Pelatihan lain persentase guru yang mengikut pelatihan yang berkaitan
dengan topik selain pengetahuan bidang studi, pedagogi, dan
C.4. Kualitas GTK Penggerak (Data belum

Pengalaman guru, dan kepala sekolah (KS) penggerak dalam menjadi fasilitator
pelatihan

Indikator Level 2

Nama indikator Definisi

C.4.1. Jumlah guru penggerak yang Persentase guru yang berpartisipasi dalam program guru penggerak dan menjadi
menjadi pelatih pelatih dalam program tersebut

C.4.2. Jumlah pelatihan yang Rata-rata jumlah pelatihan yang difasilitasi oleh guru penggerak
difasilitasi guru penggerak

C.4.3. Jumlah pelatihan yang Rata-rata jumlah pelatihan yang difasilitasi oleh KS penggerak
difasilitasi per KS penggerak

C.4.4. Rerata jumlah guru yang Rata-rata jumlah guru yang dilatih oleh setiap guru penggerak dan KS
dilatih per guru dan KS penggerak penggerak
C.5. Nilai Uji Kompetensi
Atribut/Label di tingkat Pemerintah Daerah/Satuan
Nilai uji kompetensi guru berkaitan
dengan kompetensi pedagogik dan Baik Cukup Merintis
profesional
Propinsi/ Propinsi/ Propinsi/
Kabupaten/Kota/ Kabupaten/Kota/ Kabupaten/Kota/
Satuan Pendidikan Satuan Pendidikan Satuan Pendidikan
dengan rata-rata dengan rata-rata dengan rata-rata nilai
nilai UKG sudah nilai UKG cukup UKG kurang
baik
Rentang Nilai Uji Kompetensi Guru
(53,9-100%) (43,8-53,8%) (<43,8%)

0 100 Indikator Level 2


Kompeten Kompetensi
si sangat sangat baik Nama Indikator Definis
kurang i
C.5.1. Kompetensi rata-rata nilai uji kompetensi guru dalam hal
Pedagogik kompetensi pedagogik

C.5.2. Kompetensi rata-rata nilai uji kompetensi guru dalam hal kompetensi
Profesional profesional
C.6. Kehadiran Guru di kelas (Data belum

Tingkat kehadiran guru di kelas berdasarkan laporan KS dan murid

Indikator Level 2

Nama indikator Definisi

C.6.1. Kehadiran guru menurut Nilai kehadiran guru berdasarkan laporan murid
laporan murid

C.6.2. Kehadiran guru menurut Nilai kehadiran guru berdasarkan laporan KS


laporan KS
D.1. Kualitas
Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan
Tingkat kualitas interaksi antara
guru, murid, dan materi Optimal Terarah Disorientasi
pembelajaran dalam proses
pengajaran dan pembelajaran. Pembelajaran Pembelajaran Suasana pembelajaran
menunjukkan kualitas mengarah pada yang kondusif,
yang optimal peningkatan kualitas dukungan afektif dan
ditunjukkan dengan yang ditunjukkan aktivasi kognitif belum
suasana kelas yang dengan suasana kelas diberikan oleh guru.
kondusif, dukungan yang mulai kondusif
Rentang Nilai Kualitas Pembelajaran afektif dan aktivasi dan adanya dukungan
kognitif afektif serta aktivasi
dari guru yang kognitif dari guru
1,0 3,0 konstruktif.
(1,00-1,84)
(1,85-2,25)

Pembelajaran Pembelajaran (2,26-3,00)


tidak optimal optimal
D.1. Kualitas
Indikator Level 2

D.1.1 Manajemen kelas Praktik pembelajaran melihat proses perilaku murid dan pemusatan perhatian
terhadap aktivitas tugas yang relevan.

D.1.2 Dukungan afektif Praktik pembelajaran dengan melihat pemenuhan kebutuhan murid guna
merasa kompeten dan dihargai sebagai bagian dari kelas.

D.1.3 Aktivasi kognitif Praktik pengajaran yang bertujuan untuk membimbing dan mendukung murid
dalam membangun pemahaman atau pengetahuan baru.

D.1.4 Pembelajaran praktik Kualitas pelaksanaan praktik dan teori di satuan Pendidikan di SMK.
vs teori
D.2. Refleksi Dan Perbaikan Pembelajaran Oleh
Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Tingkat aktivitas refleksi dan Membudaya Aktif Pasif


perbaikan pembelajaran oleh guru.
Guru aktif meningkatkan Kegiatan pengembangan Upaya peningkatan
kualitas pembelajaran kualitas pembelajaran kualitas
setelah melakukan refleksi yang dilakukan belum pembelajarannya sporadis
pembelajaran yang telah terstruktur. Guru belum hanya untuk sekedar
lalu, mengeksplorasi konsisten melakukan menyelesaikan tugas.
Rentang Nilai Refleksi Dan Perbaikan referensi pengajaran baru, refleksi pembelajaran, Guru menggunakan cara
Pembelajaran Oleh Guru dan berinovasi mengeksplorasi referensi berulang untuk melakukan
menghadirkan pengajaran baru, dan pembelajaran dan tidak
pembelajaran yang mencetuskan inovasi nampak adanya proses
memantik keterlibatan baru.
1,0 3,0 peserta didik.
reflektif.

(1,85-2,25) (1,00-1,84)
Pasif Membudaya (2,26-3,00)
D.2. Refleksi Dan Perbaikan Pembelajaran Oleh
Indikator Level 2

D.2.1 Belajar tentang Aktivitas belajar yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan
pembelajaran keterampilan mengajar.

D.2.1 Belajar tentang Tingkat refleksi dan perbaikan pembelajaran oleh guru khusus penilaian
pembelajaran refleksi atas praktik mengajar.

D.2.3 Penerapan praktik Tingkat refleksi dan perbaikan pembelajaran oleh guru khusus penilaian
inovatif penerapan praktik inovatif
D.3. Kepemimpinan
Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Tingkat kepemimpinan instruksional Berdampak Terarah Terbatas


sekolah yang mendukung perbaikan
kualitas pembelajaran. Kepemimpinan Kepemimpinan Kepemimpinan
instruksional yang visioner instruksional instruksional belum
dengan mengacu pada mengarah pada visi-misi mengacu pada visi misi
visi-misi sekolah secara sekolah sehingga sekolah, belum
konsisten. Termasuk mendorong mendorong perencanaan,
mengkomunikasikan sebagian perencanaan,
Rentang Nilai Kepemimpinan praktik dan asesmen
visi-misi kepada warga praktik dan asesmen
Instruksional pembelajaran yang
sekolah sehingga pembelajaran mulai berorientasi pada
perencanaan, praktik mengarah pada orientasi peningkatan hasil
dan asesmen peningkatan hasil belajar
1,0 3,0 pembelajaran berorientasi
belajar murid dan belum
murid dengan adanya mengembangkan
peningkatan hasil belajar program, sistem insentif program,
murid melalui dukungan atau sumber daya yang
Terbatas Berdampak sistem insentif dan
program, sistem insentif mulai mendukung guru sumber daya yang
atau sumber daya yang melakukan mendukung guru
memadai yang refleksi dan perbaikan melakukan refleksi dan
berdampak pada pembelajaran. perbaikan pembelajaran.
membudayanya guru
melakukan refleksi dan
perbaikan pembelajaran.

(2,26-3,00) (1,85-2,25) (1,00-1,84)


D.3. Kepemimpinan
Indikator Level 2

D.3.1 Visi-misi sekolah Penyampaian dan penerapan visi-misi sekolah yang berpusat pada
perbaikan pembelajaran.

D.3.2 Pengelolaan Mengelola pengembangan kurikulum sekolah dengan berorientasi pada


kurikulum sekolah peningkatan hasil belajar murid.

D.3.3 Dukungan untuk Program, sistem insentif, dan sumberdaya yang mendukung refleksi guru dan
refleksi guru perbaikan pembelajaran
D.4. Iklim Keamanan
Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Tingkat rasa aman dan Aman Waspada Rawan


kenyamanan murid dari hal rasa
aman di sekolah, Satuan pendidikan Satuan pendidikan mulai Satuan pendidikan belum
memiliki lingkungan mengembangkan iklim
perundungan, hukuman fisik, mendukung terciptanya
sekolah yang aman, keamanan dalam aspek iklim keamanan dalam
pelecehan seksual, dan aktivitas terlihat dari kesejahteraan kesejahteraan psikologis, aspek kesejahteraan
narkoba di lingkungan sekolah. psikologis yang baik dan perundungan, hukuman psikologis, perundungan,
rendahnya kasus fisik, kekerasan seksual, hukuman fisik, kekerasan
perundungan, hukuman dan penyalahgunaan seksual, dan
Rentang Nilai Iklim Keamanan Sekolah fisik, kekerasan seksual, narkoba di lingkungan penyalahgunaan narkoba
dan penyalahgunaan sekolah. Oleh karena itu, di lingkungan sekolah.
narkoba. Satuan satuan pendidikan dapat Oleh karena itu, satuan
1,0 3,0 pendidikan dapat melanjutkan intervensi pendidikan harus
mempertahankan kualitas dengan meningkatkan melakukan intervensi
warga sekolah dalam kemampuan mencegah
Rawan Aman dengan memberikan
mencegah dan dan menangani kasus di pengetahuan dan
menangani kasus untuk lingkungan sekolah. kapasitas kepala sekolah
menciptakan iklim dan guru untuk
keamanan di lingkungan mendukung terciptanya
sekolah. iklim keamanan di
lingkungan sekolah.
(2,26-3,00) (1,85-2,25)
(1,00-1,84)
D.4. Iklim Keamanan
Indikator Level 2

D.4.1 Kesejahteraan Tingkat kesejahteraan murid di sekolah terhadap perasaan aman dan
psikologis murid berkehidupan.

D.4.2 Kesejahteraan Tingkat kesejahteraan guru ketika berada di lingkungan sekolah dan saat
psikologis guru mengajar.

D.4.3 Perundungan Perilaku menyakiti orang lain (secara fisik dan psikis) yang dilakukan secara
sengaja dan berulang-ulang.

D.4.4 Hukuman fisik Tingkat aktivitas yang berkaitan dengan pemberian hukuman fisik untuk
meningkatkan disiplin murid.

D.4.5 Kekerasan seksual Tingkat aktivitas yang berkaitan dengan kekerasan seksual di satuan
pendidikan dan murid yang berada pada sekolah tersebut.

D.4.6 Narkoba Tingkat aktivitas yang berkaitan dengan narkoba di satuan pendidikan dan
murid yang berada pada sekolah tersebut.
D.5. kesenjangan Iklim
Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Kesenjangan iklim yang aman Tidak Ada Kesenjangan Ada Kesenjangan Kesenjangan Sangat
secara fisik dan psikologis Tinggi
berdasarkan kelompok sosial Satuan Pendidikan
Satuan Pendidikan secara Satuan Pendidikan belum
ekonomi status dan kelompok aktif mensosialisasikan mendukung kesetaraan mendukung kesetaraan
wilayah. dan menyuarakan hak-hak sipil antar hak-hak sipil antar
dukungan akan kelompok gender. kelompok gender, dimana
pentingnya mewujudkan Dukungan tersebut keduanya cenderung
Rentang Nilai kesenjangan Iklim kesetaraan hak-hak sipil seringkali didasari oleh melihat posisi suatu
Keamanan antar kelompok gender alasan pragmatis dan kelompok gender lebih
dengan dasar prinsip cenderung bersifat pasif. tinggi dari kelompok
keadilan. gender lainnya.
1,0 3,0
(2,26-3,00) (1,85-2,25) (1,00-1,84)

Kesenjangan Tidak Ada


Sangat Tinggi Indikator Level 2
Kesenjangan
D.5.1 Kesenjangan Iklim Keamanan antar status sosial Kesenjangan iklim keamanan
ekonomi

D.5.2 Kesenjangan Iklim Keamanan Kesenjangan iklim keamanan


antar Wilayah wilayah.
D.6. Iklim Kesetaraan
Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Dukungan atas kesetaraan hak dan Membudaya Merintis Perlu Peningkatan


kemampuan laki-laki dan
perempuan dalam menjalankan Satuan Pendidikan secara Satuan Pendidikan Satuan Pendidikan belum
aktif mensosialisasikan mendukung kesetaraan mendukung kesetaraan
peran publik
dan menyuarakan hak-hak sipil antar hak-hak sipil antar
dukungan akan kelompok gender. kelompok gender, dimana
pentingnya mewujudkan Dukungan tersebut keduanya cenderung
kesetaraan hak-hak sipil seringkali didasari oleh melihat posisi suatu
antar kelompok gender alasan pragmatis dan kelompok gender lebih
Rentang Nilai Iklim Kesetaraan Gender dengan dasar prinsip cenderung bersifat pasif. tinggi dari kelompok
keadilan gender lainnya.
1,0 3,0
(2,26-3,00) (1,85-2,25) (1,00-1,84)

Perlu Membudaya
Peningkatan
Indikator Level 2

D.6.1 Dukungan atas kesetaraan Kesenjangan iklim keamanan antar kelompok


gender gender.
D.7 Kesenjangan Iklim Kesetaraan
Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan
Kesenjangan kesetaraan hak dan
kemampuan laki-laki dan Tidak Ada Kesenjangan Ada Kesenjangan Kesenjangan Sangat
perempuan dalam menjalankan Tinggi
peran publik berdasarkan kelompok
Tidak ada perbedaan Ada kesenjangan indeks
sosial ekonomi status dan kelompok iklim kesetaraan gender
Kesenjangan sangat tinggi
indeks iklim kesetaraan indeks iklim kesetaraan
wilayah. baik berdasar kelompok
gender baik berdasar gender baik berdasar
kelompok sosial ekonomi sosial ekonomi maupun
kelompok sosial ekonomi
maupun antar wilayah antar wilayah urban dan
maupun antar wilayah
Rentang Nilai Kesenjangan Iklim urban dan rural. rural.
urban dan rural.
Kesetaraan Gender
(1,85-2,25)
(2,26-3,00) (1,00-1,84)
1,0 3,0
Tidak Ada Kesenjangan
Kesenjangan Indikator Level 2
Sangat Tinggi
D.7 Kesenjangan Iklim Kesetaraan
D.7.1 Kesenjangan Iklim Kesetaraan gender antar Kesenjangan iklim kesetaraan
status sosial ekonomi

D.7.2 Kesenjangan iklim kesetaraan Kesenjangan iklim kesetaraan


gender berdasarkan wilayah kelompok willayah.
D.8 Iklim
Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan
Iklim kebinekaan menyangkut
bagaimana lingkungan sekolah Membudaya Merintis Perlu Peningkatan
menyikapi keragaman seperti
perbedaan individu, identitas, Satuan pendidikan sudah Satuan pendidikan mulai Satuan pendidikan belum
mampu menghadirkan mengembangkan mampu menghadirkan
maupun latar belakang sosial-
suasana proses suasana proses suasana proses
budaya dan mengenai komitmen pembelajaran yang pembelajaran yang pembelajaran yang
kebangsaan. menjunjung tinggi menjunjung tinggi menjunjung tinggi
toleransi toleransi agama toleransi
agama/kepercayaan dan /kepercayaan dan agama/kepercayaan dan
Rentang Nilai Iklim Kebinekaan budaya; mendapatkan budaya; mendapatkan budaya; mendapatkan
pengalaman belajar yang pengalaman belajar yang pengalaman belajar yang
berkualitas; mendukung berkualitas; mendukung berkualitas; mendukung
1,0 3,0 kesetaraan agama/ kesetaraan kesetaraan
kepercayaan, budaya dan agama/kepercayaan, agama/kepercayaan,
gender, serta memperkuat budaya, dan gender; budaya, dan gender;
Membudaya Perlu nasionalisme memperkuat memperkuat
Peningkatan nasionalisme. nasionalisme.

(2,26-3,00) (1,85-2,25) (1,00-1,84)


D.8 Iklim
Indikator Level 2

D.8.1 Toleransi agama dan Sikap menerima dan menghargai keragaman agama dan budaya di sekolah.
budaya

D.8.2 Sikap Inklusif Sikap inklusif murid dan guru di sekolah.

D.8.3 Dukungan atas Dukungan dalam kesetaraan hak - hak sipil antara kelompok mayoritas dan
kesetaraan agama dan minoritas agama dan budaya dari guru dan pimpinan sekolah.

D.8.4 Komitmen Tingkat komitmen kebangsaan pimpinan sekolah.


kebangsaan
D.9 Kesenjangan Iklim
Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Kesenjangan indeks kebinekaan Tidak Ada Kesenjangan Ada Kesenjangan Kesenjangan Sangat
sekolah berdasarkan kelompok Tinggi
sosial ekonomi status dan kelompok Ada kesenjangan indeks
Tidak ada perbedaan Kesenjangan sangat tinggi
wilayah. indeks iklim kebinekaan iklim kebinekaan baik
indeks iklim kebinekaan
baik berdasar kelompok berdasar kelompok
baik berdasar kelompok
sosial ekonomi maupun sosial ekonomi maupun
sosial ekonomi maupun
antar wilayah urban dan antar wilayah urban dan
antar wilayah urban dan
Rentang Nilai Kesenjangan Iklim rural. rural.
rural.
Kebinekaan
(1,85-2,25) (1,00-1,84)
(2,26-3,00)
1,0 3,0
Tidak Ada Kesenjangan
Kesenjangan Indikator Level 2
Sangat Tinggi
D.9 Kesenjangan Iklim
D.9.1 Kesenjangan Iklim Kebinekaan antar status Tingkat komitmen kebangsaan
sosial ekonomi

D.9.2 Kesenjangan iklim Kesenjangan kebinekaan anta


kebinekaan berdasarkan wilayah wilayah.
D.10 Iklim
Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan
Iklim inklusivitas menyangkut
bagaimana lingkungan sekolah Membudaya Merintis Perlu Peningkatan
menyikapi keragaman seperti
perbedaan individu, identitas, Satuan pendidikan sudah Satuan pendidikan mulai Satuan pendidikan belum
mampu menghadirkan mengembangkan mampu menghadirkan
maupun latar belakang sosial-
suasana proses suasana proses suasana proses
budaya. pembelajaran yang pembelajaran yang pembelajaran yang
menyediakan layanan menyediakan layanan menyediakan layanan
yang ramah bagi peserta yang ramah bagi peserta yang ramah bagi peserta
didik dengan disabilitas didik dengan disabilitas didik dengan disabilitas
Rentang Nilai Iklim Inklusivitas dan cerdas berbakat dan cerdas berbakat dan cerdas berbakat
istimewa. istimewa. istimewa.

1,0 3,0 (2,26-3,00) (1,85-2,25) (1,00-1,84)

Indikator Level 2
Membudaya Perlu
Peningkatan D.10.1 Layanan disabilitas Layanan sekolah yang melingkupi
pengetahuan dan sikap tentang murid dengan
disabilitas.
D.10.2 Layanan sekolah untuk Layanan sekolah yang melingkupi
murid cerdas dan bakat istimewa pengetahuan dan sikap tentang murid cerdas
dan berbakat istimewa

D.10.3 Sikap Terhadap Disabilitas Sikap guru terhadap disabilitas tentang


aspek afektif, kognitif, dan perilaku.
D.11 Kesenjangan Iklim
Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Kesenjangan indeks kebinekaan Tidak Ada Kesenjangan Ada Kesenjangan Kesenjangan Sangat
sekolah berdasarkan kelompok Tinggi
sosial ekonomi status dan kelompok Ada kesenjangan indeks
Tidak ada perbedaan Ada kesenjangan indeks
wilayah. indeks iklim inklusivitas iklim inklusivitas baik
iklim inklusivitas baik
baik berdasar kelompok berdasar kelompok
berdasar kelompok sosial
sosial ekonomi maupun sosial ekonomi maupun
ekonomi maupun antar
antar wilayah urban dan antar wilayah urban dan
wilayah urban dan rural.
Rentang Nilai Kesenjangan Iklim rural. rural.
Inklusivitas

(2,26-3,00) (1,85-2,25) (1,00-1,84)


1,0 3,0
Tidak Ada Kesenjangan
Kesenjangan Indikator Level 2
Sangat Tinggi
D .11.1 Kesenjangan Iklim Inklusivitas antar status sosial Kesenjangan inklusivitas
ekonomi

D.11.2 Kesenjangan iklim Inklusivitas Kesenjangan inklusivitas


berdasarkan wilayah willayah.
D.14 Kesenjangan Fasilitas Literasi Satuan
Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Nilai kesenjangan fasilitas satuan Tidak Ada Kesenjangan Ada Kesenjangan Kesenjangan Sangat
pendidikan berdasarkan kelompok Tinggi
sosial ekonomi status dan kelompok Ada kesenjangan
Tidak ada perbedaan Kesenjangan sangat tinggi
wilayah. fasilitas literasi satuan fasilitas literasi satuan
fasilitas literasi satuan
pendidikan baik berdasar pendidikan baik berdasar
pendidikan baik berdasar
kelompok sosial ekonomi kelompok sosial ekonomi
kelompok sosial ekonomi
maupun antar wilayah maupun antar wilayah
maupun antar wilayah
Rentang Nilai Kesenjangan Iklim urban dan rural. urban dan rural.
urban dan rural.
Inklusivitas

(2,26-3,00) (1,85-2,25) (1,00-1,84)


1,0 3,0
Indikator Level 2
Tidak Ada Kesenjangan
Kesenjangan Sangat Tinggi
D.14.1 Kesenjangan fasilitas Kesenjangan kepemilikan buku dan akses
literasi antar status sosial ekonomi lain yang berkaitan dengan literasi murid
(baca, hitung, dll) berdasarkan kelompok
ekonomi.
D.14.2 Kesenjangan fasilitas Tingkat kesenjangan kepemilikan buku dan
literasi satuan pendidikan akses lain yang berkaitan dengan literasi
berdasarkan murid (baca, hitung, dll) berdasarkan
kelompok wilayah.
E.1 Partisipasi warga
Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Tingkat partisipasi orang tua dan Inklusif Selektif Restriktif


peserta didik dalam pengelolaan
sekolah. Satuan pendidikan telah Satuan pendidikan Satuan pendidikan sangat
melibatkan orang tua dan melibatkan orang tua dan terbatas melibatkan orang
murid baik dalam kegiatan murid dalam beberapa tua dan murid dalam
akademik maupun kegiatan di satuan berbagai kegiatan di
nonakademik secara pendidikan khususnya satuan pendidikan.
keseluruhan di satuan berupa kegiatan
Rentang Nilai Partisipasi Warga Sekolah pendidikan. akademik dan atau non-
akademik.

(2,26-3,00) (1,85-2,25) (1,00-1,84)


1,0 3,0

Indikator Level 2
Inklusif Restriktif

E.1.1 Partisipasi orang tua Tingkat keterlibatan orang tua dalam


proses perencanaan, pengembangan, dan
pelaksanaan aktivitas di sekolah.

E.1.2 Partisipasi murid Tingkat keterlibatan murid dalam


proses perencanaan, pengembangan,
dan pelaksanaan aktivitas di sekolah.
E.2 Pemanfaatan sumber daya
Atribut/Label di tingkat Daerah

Proporsi pemanfaatan sumber daya Tinggi Cukup Rendah


sekolah untuk peningkatan mutu
Satuan pendidikan Satuan pendidikan Satuan pendidikan sangat
memiliki proporsi memiliki proporsi terbatas melibatkan orang
pemanfaatan sumber pemanfaatan sumber tua dan murid dalam
daya sekolah untuk daya sekolah untuk berbagai kegiatan di
peningkatan mutu yang peningkatan mutu yang satuan pendidikan.
tinggi cukup
Rentang Nilai Pemanfaatan SDS
Nilai ambang Nilai ambang
(>59,4%) (29,7-59,4%)
(<29.7%)
0% 100%
Indikator Level 2
Rendah Tinggi
E.2.1 Proporsi pembelanjaan peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan

E.2.2 Proporsi pembelanjaan non personil mutu pembelajaran


E.3. Pemanfaatan TIK untuk pengelolaan
Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

tingkat pemanfatan teknologi Tinggi Cukup Rendah


informasi dalam pengelolaan
Satuan pendidikan Satuan pendidikan Satuan pendidikan
pendanaan sekolah memiliki proporsi memiliki proporsi memiliki proporsi
pembelanjaan dana BOS pembelanjaan dana BOS pembelanjaan dana BOS
secara daring yang tinggi secara daring yang secara daring yang
cukup rendah

Rentang Nilai Pemanfaatan TIK


>= 16,8%) (8,4-16,8%) (<8,4%)

0% 100%
Indikator Level 2
Rendah Tinggi
E.3.1. Proporsi pembelanjaan dana BOS secara daring

E.3.3. Indeks penggunaan platform SDS sumberdaya


sekolah (ketepatan waktu dan kelengkapan pelaporan)
Permasalahan yang terjadi di suatu indikator dapat dicari akar masalahnya
dari indikator yang lain
● Peserta didik merasa aman dan ● Mendukung siswa membangun
pemahaman baru
nyaman (secara fisik dan
psikologis)
● Satuan pendidikan
menerima
● Memiliki kompetensi literasi,
perbedaan dan keberagaman
numerasi, dan karakter melebihi
level yang diharapkan
● Hasil belajar merata untuk semua Lingkungan
kelompok gender, sosial ekonomi Belajar
(dimensi D)

Hasil belajar murid


(dimensi A dan B)
Kualitas Proses
Pembelajaran
(dimensi D)
● Berpusat pada peserta didik
● Suasana kelas kondusif
untuk pembelajaran
● Penerapan disiplin
positif
● Peserta didik merasa kompeten dan
dihargai sebagai bagian dari kelas
● Seluruh GTK bersertifikat Kompetensi pembelajaran (dimensi
pendidik guru dan E)
● Guru mengikuti kepala sekolah
pelatihan sesuai (dimensi C) ● Menyusun perencanaan,
kebutuhan anggaran, dan kebijakan berbasis
● Melakukan data
pengimbasan ● Pelibatan masyarakat dalam
Tata kelola dan
perbaikan pengelolaan satuan
perbaikan
pendidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 57
TERIMA KASIH

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Anda mungkin juga menyukai