Anda di halaman 1dari 16

KEKURANGAN ENERGI PROTEIN

(K E P)
Defenisi

Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah suatu


penyakit yang ditandai dengan kelainan patologi
yang diakibatkan oleh karena defisiensi protein saja
atau defesiensi energi saja atau protein dan energi
baik secara kuantitatif atau kualitatif yang biasanya
sebagai akibat/berhubungan dengan penyakit
infeksi.
KLASIFIKASI

Berdasarkan proses terjadinya dapat dibedakan


menjadi  :
KEP Primer : bila terjadinya akibat tidak tersedianya
zat gizi/bahan makanan.
KEP Sekunder : bila terjadinya karena adanya
kelainan/menderita penyakit.
KLASIFIKASI….

Bentuk Kekurangan Energi Proein (KEP),


berdasarkan penyebab dan gambaran klinisnya
dibedakan menjadi :
Marasmus : akibat kekurangan energi
Kwasiorkor : akibat kekurangan protein
Marasmus Kwasiorkor : akibat kekurangan energi
dan protein, dimana gambaran klinisnya merupakan
gabungan dari kedua kelainan tersebut
PREVALENSI

Kekurangan Energi Protein (KEP) biasanya


menyerang anak-anak kurang dari 5 tahun, dimana
pada saat itu kebutuhan energi dan protein sangat
tinggi. Marasmus sering dijumpai pada anak < 1
tahun, di daerah urban, sedangkan kwasiorkor
sering dijumpai pada usia > 2 tahun di daerah yang
kumuh dan padat penduduk.
PREVALENSI

Di Negara terkebelakang, 0 – 5 % anak menderita


KEP yang berat, 50 % anak menderita KEP sedang.
Di Negara berkembang 2 % anak menderita KEP
berat, 19 % menderita KEP sedang. Di Kota Besar,
seperti di Amerika Selatan dan Asia lebih sering
dijumpai kasus marasmus sedangkan di Afrika
Selatan lebih sering kwasiorkor.
PATOFISIOLOGI

Interaksi antara faktor-faktor keberadaan zat gizi (faktor penyebab), cadangan zat
gizi dalam tubuh, penyakit infeksi, infestasi cacing, aktifitas (faktor penjamu),
pantangan, cara pengolahan (faktor lingkungan)  sangat penting dipertahankan
dalam keadaan seimbang  dan optimal. Bila keseimbangan ini tidak terjaga  maka
akan terjadi perubahan dalam tubuh, yakni terjadinya pemakaian cadangan zat
gizi yang tersimpan dalam tubuh.
Bila hal ini berlangsung lama maka berangsur-angsur cadangan tubuh akan
berkurang dan akhirnya akan habis. Maka untuk keperluan metabolisme dalam
mempertahankan metabolisme kehidupan sehari-hari, mulailah terjadi mobilisasi
zat-zat gizi yang berasal dari jaringan tubuh. Sebagai akibat hal tersebut, tubuh
akan mengalami penyusutan jaringan tubuh, kelainan metabolisme oleh karena
kekurangan zat-zat gizi, kelainan fungsional, dan akhirnya kerusakan organ tubuh
dengan segala keluhan, gejala-gejala dan tanda-tanda yang timbul sesuai dengan
jenis zat gizi yang menjadi pangkal penyebabnya, bila protein penyebabnya akan
terjadi kwasiorkor, bila energi penyebanya akan terjadi marasmus atau keduanya
sebagai penyebab akan terjadi marasmus kwasiorkor.
PATOFISIOLOGI…

Dimulai dengan perubahan yang paling ringan


sampai berat, dimulai hanya dengan kekurangan
cadangan zat gizi (belum ada perubahan biokemik
dan fisiologi), kelainan gizi potensial (sudah ada
perubahan biokemik dan fisiologi), kelainan gizi
laten (gejala, dan tanda klinis masih terbatas dan
belum khas) sampai terjadi kelainan gizi klinik
(gejala, dan tanda klinis khas dan jelas).
MEKANISME TERJADI KEP
GEJALA KLINIS

Marasmus :
Perubahan mental (iritabel, atau apatis) jarang dijumpai
Diare sering disebabkan oleh makanan
Tak tampak lemak dibawah kulit, kulit kering, tampak
dehidrasi
Berat badan/umur sangat rendah (< 60 SD)
Nafsu makan baik
Tidak tampak perubahan warna kulit  dan rambut
Tidak dijumpai pembesaran hati
Pemeriksaan lab : serum albumin normal atau kurang, Hb
jarang kurang
GEJALA KLINIS KWASHIORKOR

Perubahan mental (apatis, tampak lesu) sering dijumpai


Odema
Dermatosis pada kulit, warna rambut merah atau belang-
belang
Masih tampak jaringan lemak dibawah kulit
Berat badan/umur turun tidak terlalu rendah
Diare paling sering oleh karena infeksi
Sering dijumpai pembesaran hati
Pemeriksaan lab: serum albumin rendah disertai Hb yang
rendah
Nafsu makan sangat buruk
DIAGNOSIS

Diagnosis KEP ditegakkan berdasarkan perubahan atau


kelainan yang dijumpai pada penyediaan  makanan, pola
konsumsi, perubahan metabolik dan fisiologi, keadaan
fisik yang ditimbulkan, dan perubahan yang terjadi pada
komposisi cairan tubuh (laboratorium). Secara garis
besar penegakkan diagnosis KEP dilapangan maupun
dirumah sakit adalah berdasarkan :
Jumlah asupan zat gizi rendah atau kurang seperti
karbohidrat, lemak, dan protein.
Klinis sesuai dengan jenisnya
Laboratorium : serum albumin, Hb
GEJALA KLINIS MARASMUS KWASHIORKOR

Marasmus Kwasiorkor :
Berat badan/umur sangat rendah ( < 60 SD)
Odem
Berat badan/tinggi sangat rendah
Gejala lain campuran antara gejala marasmus dan
gejala kwasiorkor
PENCEGAHAN

Pengobatan terhadap KEP adalah ditujukan untuk menambah zat gizi


yang kurang, namun dalam prosesnya memerlukan waktu dan harus
secara bertahap, oleh karenanya harus di rawat inap di rumah sakit.
Secara garis besar penanganan KEP adalah sebagai berikut :
Pada tahap awal harus diberikan cairan intra vena, selanjutnya dengan
parenteral dengan bertahap, dan pada tahap akhir dengan diet tinggi
kalori dan tinggi protein.
Komplikasi penyakit penyerta seperti infeksi, anemia, dehidrasi dan
defiseiensi vitamin diberikan secara bersamaan.
Penanganan terhadap perkembangan mental anak melalui terapi
tumbuh kembang anak.
Penanganan kepada keluarga, melalui petunjuk terapi gizi kepada ibu
karena sangat penting pada saat akan keluar rumah sakit  akan
mempengaruhi keberhasilan penanganan KEP di rumah.
PENCEGAHAN

Mempertahankan status gizi anak yang sudah baik tetap baik dengan
menggiatkan kegiatan surveilance gizi di institusi kesehatan terdepan
(Puskesmas, Puskesmas Pembantu).
Mengurangi resiko untuk mendapat penyakit, mengkoreksi konsumsi
pangan bila ada yang kurang, penyuluhan pemberian makanan
pendamping ASI.
Memperbaiki/mengurangi efek penyakit infeksi yang sudah terjadi
supaya tidak menurunkan status gizi.
Merehabilitasi anak yang menderita KEP pada fase awal/BGM.
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam program keluarga
berencana.
Meningkatkan status ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan segala
sektor ekonomi masyarakat (pertanian, perdagangan, dan lain-lain). 
DAFTAR RUJUKAN
Davidson S, S. Pasmore, R, Brock, J.F., A.S (1979), Human Nutrition and
Dietetics, 7th Ed, Churchill Livingstone, Edinburgh London and New York.
Barbara Lukee (1984), Principles Of  Nutrition and Diet Therapy, Little
Brown and Company, Boston Toronto.
Gunung MPH, I Komang. Dr (1999), Perjalanan Alamiah Penyakit Gizi
Kurang, Lab. Gizi, Jurusan IKM, FK UNUD, Denpasar.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2000), Pedoman Tata
Laksana Kurang Energi Protein Pada Anak di Rumah Sakit
Kabupaten/Kodya, Depkes RI Jakarta.
Dirjen Binkesmas, Depkes (2002), Gizi Seimbang Menuju Hidup Sehat
bagi Balita, Pedoman untuk Petugas Puskesmas, Depkes RI Jakarta.
Sunita Almatsier (2005), Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai