Anda di halaman 1dari 22

PENGELOLAAN RHINITIS ALERGI DAN

NON-ALERGI: SEBUAH RINGKASAN


PERAWATAN PRIMER DARI PEDOMAN
BSACI

Oleh :
Ratih Suci Wijaya, S.Ked
Mayang Notika Ratu, S.Ked

Pembimbing :
Dr. Yunaldi, Sp.THT-KL
Abstrak

 Rhinitis masalah yang sering pada perawatan


primer yang sering dikelola dibawah optimal.

 Hal Ini menyebabkan meningkatnya angka


kesakitan dan telah menunjukkan efek merugikan
pada kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi
di sekolah dan di tempat kerja,
 rhinitis dan asma sering terjadi bersamaan, dan
gejala rhinitis dapat dihubungkan dengan kontrol
terhadap penyakit asma yang kurang dan
peningkatan resiko eksaserbasi
PENDAHULUAN

 BSACI (The British Society for Allergy and


Clinical Immunology) mempublikasikan
pedoman standar pengelolaan rhinitis allergic
dan non-alergic. Berdasarkan atas sebuah
ulasan dari literature, dan ditujukan pada
spesialis yang bekerja pada pelayanan
kesehatan sekunder dan tersier,
Tulisan ini adalah hasil. Yang ditulis oleh
kelompok professional dari klinisi yang tertarik
dengan masalah alergi, dan berisi rekomendasi
yang bermanfaat pada pelayanan kesehatan
primer.

Tulisan ini meliputi definisi dan klasifikasi dari


rhinitis, menawarkan tips dari diagnosis dan
diagnosis banding, dan meliputi
penatalaksanaan dan pengelolaan pada
kondisi yang khusus.
LATAR BELAKANG
 Rhinitis adalah masalah yang sering terjadi
pada pelayanan kesehatan primer dan
berhubungan dengan angka morbiditas
 Penyakit ini berdampak pada kualitas hidup
 memiliki dampak yang signifikan terhadap biaya
pelayanan kesehatan
 bukti kegawatdaruratan yang menunjukkan
angka komorbid rhinitis hingga 75% dengan
asma
DEFINISI DAN KLASIFIKASI
 Rhinitis menggambarkan inflamasi dari mukosa
nasal namun secara klinis ditandai dengan
beberapa gejala
 Rhinorea
 Gatal
 Bersin
 sumbatan hidung/kongesti,
3 tipe rhinitis :
1. Alergi
2. Non-alergi
3. Infeksi
1. RHINITIS ALERGI
Penyebab yang sering:
 Tungau debu rumah
 Serbuk sari (pohon atau rumput) penyebab
utama dari rhinitis alergi musiman
 Binatang seperti kucing anjing, kuda, tikus

Penyebab yang jarang:


 Alternaria cladosporium, aspergillus, bisa
sebagai penyebab musiman atau tahunan
 Pekerjaan (contohnya tepung, binatang
laboratorium, debu kayu, enzim)
2. RHINITIS INFEKSI
 berbagai virus (rhinovirus, coranovirus, RSV etc)
sering menjadi penyebab rhinitis,
 Hanya sedikit virus yang dapat menjadi infeksi
bacterial yang luar biasa (0,5-2%)
 anak normal dapat mengalami rata-rata pilek 6 –
8 kali per tahun.
 Infeksi bakteri (dengan streptococcus,
haemophillus, Moraxella) jarang terjadi namun
dapat berkembang menjadi rhinosinusitis sering
dengan obstruksi nasal, nyeri wajah, crusta,
dan rhinorea mukopurulen.
3. RHINITIS NON ALERGI
 Rhinitis non alergi termasuk didalamnya beberapa
kondisi yang relative sering di pelayanan
kesehatan primer dan beberapa yang merupakan
penyakit yang penting untuk didiagnosa lebih awal
 Penyebab tersering adalah:
 Otonom
 Obat atau medikasi
 Alcohol
 Hormonal
 Sumbatan nasal
 Iritan
Penyebab Jarang adalah:

 Eosinophilik atau rhinitis non alergi dengan


sindrom eosinophilia (NARES),
 Hipothiroiditis
 Defek akibat mucus primer (cystic fibrosis)
GEJALA RHINITIS NON ALERGI
1. Bersin, Gatal hidung dan palatum
2. Rhinorea ( Hidung berair )
3. Hidung tersumbat
4. Crusta Pada Hidung

5. Gejala mata
 Gatal pada kedua sisi, mata bengkak sering
berhubungan dengan rhinitis alergi

6. Batuk, bersin, nafas pendek


Pertanyaan lain untuk memastikan diagnosis:

Riwayat keluarga
Bila riwayat orang atau keluarga memiliki
atopi (riwayat hayfever, asma atau eczema
saat bayi, dan alergi lainnya) berarti lebih
mungkin rhinitis alergi atau asma.

Riwayat sosial
Jika berhubungan tanyakan tentang tempat
tinggal, hewan peliharaan, pekerjaan
Pada pelayanan kesehatan primer tanda yang
dapat diobservasi :

 Pengurangan aliran udara nasal / pernafasan


mulut
 Nasal crease horizontal yang melewati dorsum
hidung dalam rhinitis yang berat
 Depresi batang hidung, penggunaan kokain, pos
operasi, wagener,
 Pelebaran batang hidung, polip dan hipertropi
adenoid
 Polip, krusta, perforasi septum, kongesti
mukosa, discharge nasal (menggunakan
speculum nasal, atau auroscop)
PEMERIKSAAN RUTIN

 Darah Lengkap
 viskositas plasma (inflamasi, atau
proses infeksi)
 tes fungsi hepar (rhinorea
berhubungan dengan alcohol)
 Tes Tiroid
Diagnosis dengan riwayat +/- SPT/allergen spesifik igE/
penghindaran iritan +/- semprot nasal

Oral / topical antihistamin nonsedatif


sedang Penggunaan teratur lebih baik dibanding seperlunya
gejala Generasi pertama contoh chlorpheniramin 
menyebabkan ngantuk, yang akan menurunkan prestasi
akademik, pekerjaan dan harus dihindari dengan non
Sedang/berat
sedative histamine dari usia 1th di izinkan di UK

Tambahan intranasal kortikosteroid (INS)


Efek sampingg sedikit dengan teknik yang baik lihat kotak
gagal
Onset dari aksi obat 6-8 jam setelah dosis pertama tapi efek
maksimal tidak muncul hingga 2 minggu
Efikasi sama untuk semua INS, penyerapan sistemik dapat
diabaikan dengan mometasone dan fluticasone, biasanya
lebih tinggi untuk betametason dan dexametason
Meningkatkan tekanan intraoukular telah dibuktikan dan gagal
Pasien dengan glaucoma harus dimonitor lebih ketat
th
Fluticasone memiliki izin untuk anak >4 untuk penggunaan
jangka pendek di UK

pertimbangkan pemakaian, peningkatan dosis saat diperlukan


Diperlukan penggunaan kortikosteroid oral untuk mendapat control dari sumbatan nasal berat atau
event yang penting contohnya pemeriksaan, selalu menggunakan kombinasi dengan INS: usulkan
sediaan untuk dewasa 0,5mg/kg diberikan oral pada pagi dengan makanan untuk 5-10 hari

Rhinore – Gatal/bersin – Cataral – tambahkan sumbatan


tambahkan tambahkan antihistamin LTRA jika asmatik
ipatpropium topical non sedatf

infeksi gagal Berikan (ringkas)


- Dekongestan
- / oral kortikosteroid
Pertimbangkan imunoterapi jika - / jangka panjang – long ating
Rujukan operasi Sx predominan dalam satu antihistamin non sedative
alergen topical azelastin/LTRA
SITUASI KHUSUS
RHINITIS DALAM KEHAMILAN
o Kehamilan yang memicu rhinitis dapat
terjadi pada 20% wanita dan sering nya
sembuh sendiri.

 Hindari dekongestan
 Semprot nasal teratur
 Beclomethason, fluticasone, dan budesonide
semprot nasal
 Chromones
RHINITIS ALERGI PADA ANAK

Steroid nasal

 Berguna untuk kongesti dan obstruksi


 Gunakan sediaan dengan bioavaibilitas
sitemik yang rendah dan dosis rendah yang
paling memungkinkan
 Penggunaan secara intermiten dapat
bermanfaat
PENGOBATAN LINI KEDUA
 Untuk kongesti nasal kombinasi
kortikosteroid tetes hidung dan topical
dekongestan dapat bermanfaat untuk jangka
pendek saja kurang dari 14 hari.
 Pada rhinitis alergi musiman parah, sebelum
pemeriksaan atau tindakan lainnya, berikan
oral steroid 25mg/hari untuk 5-7 hari ini
sangat efektif pada anak dapat diberikan 2
mg/kg/hari hingga 25 mg
 Sediaan steroid injeksi tidak dianjurkan
kecuali pada keadaan pengecualian
 Untuk rinorea refaktur : ipatpropium
bromide 0,03%
 Pada rhinitis alergi musiman, irigasi salin
(semprot nasal) pada musim semi dapat
memperbaiki gejala
 Antagonis reseptor leukotriene dapat
bermanfaat pada rhinitis dan asma yang
bersamaan
 Immunoterpai efektif dan imunoterapi
sublingual sekarang tersedia untuk anak dan
juga dewasa
Kesimpulan
 Gejala mayor rhinitis dapat diobati dalam
praktek umum.
 Penggunaan nasal kortikosteroid topical dan
anti histamine non sedative digunakan
bersamaan dengan tetes mata anti inflamasi
akan mengontrol gejala. Pada banyak Pasien.
Klinisi harus waspada pada gambaran langka
dan parah dan harus merujuk Pasien ke
spesialis dengan sesuai.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai