Anda di halaman 1dari 44

BEBAN GEMPA

• Beban gempa tidak sama dengn beban angin.


Kerusakan struktur karena getaran tanah saat
dilanda gempa disebabkan oleh gaya dalam
pada struktur yang bersangkutan.
• Hanya dalam perhitungan seolah-olah gaya
gempa mirip dengan beban angin, bekerja pada
tempat-tempat yang dianggap dapat mewakili
terhadap pengaruh yang ditimbulkannya, dan
biasanya berimpit dengan titik berat masa
struktur.
• Massa struktur, ukuran maupun
bentuknya mempengaruhi sifat beban
gempa dan sifat ketahanan strukturnya.
• Percepatan permukaan tanah yang
diakibatkan getaran gempa merupakan
hal yang sangat mentukan terhadap
besarnya gaya gempa yang seolah-olah
harus didistribusikan pada suatu struktur.
• Sesuai hukum Newton ; F = m.a , gaya yang
timbul sebanding dengan massa dan
percepatan, maka bila terjadi getaran akibat
gempa yang mengakibatkan percepatan
permukaan tanah, gaya gempa dihitung dari
perkalian antara massa struktur dan percepatan
permukaan tanah dimana struktur tersebut
berada.
• Massa struktur dapat dihitung dari Volume
struktur dikalikan dengan massa jenis struktur.
Sedang percepatan permukaan tanah dapat
dihitung berdasarkan waktu getar alami struktur
yang bersangkutan.
m.a

gerakan lapisan permukaan


tanah
• Gempa mengguncang gedung pada
pada tiga arah dimensi, yaitu dua arah
horisontal dan satu arah vertikal. Besar
gaya vertikal dapat sampai dua per tiga
gaya horisontalnya
Dalam perencanaan gaya vertikal dianggap terlalu
kecil untuk diperhitungkan dengan alasan :
• Pembesaran gaya batang akibat beban gempa
arah vertikal tidak begitu berpengaruh karena
pemberian angka keamanan pada beban mati
dan beban hidup yang cukup besar yaitu :
U1 = 1,2 UD + 1,6 UL
sedangkan jika diberi beban gempa, maka :
U2 = 1,05 ( UD + UL + UE )
• Bentuk struktur umumnya sudah kuat terhadap
beban vertikal, namun kurang kuat terhadap
beban horisontal.
Tinjauan beban vertikal tidak dapat
diabaikan pada elemen struktur yang
bersifat khusus, misalnya :
• kantilever
• balok panjang dengan beban kolom di
atasnya
WAKTU GETAR ALAMI
Untuk perencanaan pendahuluan dalam SNI 1726-1989 pasal
2.4.5 memberikan rumus penekatan sebagai berikut:
• Untuk struktur-struktur gedung berupa portal-portal tanpa
unsur pengaku yang dapat membatasi simpangan :
T = 0,085. H 0,75 untuk portal baja.
T = 0,060. H0,75 untuk portal beton.
• Untuk struktur gedung yang lain :
T= 0,090 . H. B( - 0,5 )
dimana :
T : waktu getar gedung pada arah yang ditinjau,
dt
B : panjang gedung pada arah gempa yang
ditinjau, m
H : tinggi puncak bagian utama struktur, m
H

B
• Setelah gaya akibat gempa disebar di masing-masing lantai
dan simpangan yang terjadi dihitung, maka waktu getar
alami gedung dihitung kembali dengan rumus :

( Wi di2 )
T = 6,3  
(g  Fi di )
dimana :
Wi : beban vertikal ( mati dan hidup ) pada tingkat i, kg
Fi : beban gempa horisontal pada tingkat i, kg
di : simpangan pada tingkat i akibat beban horisontal,
mm
g : percepatan grafitasi, mm/ dt
Jika waktu getar T yang dihitung dengan
rumus terakhir kurang dari 80 % nilai T
dari hitungan pendahuluan maka beban
gempa harus dihitung ulang
RESPON SPEKTRUM
Getaran permukaan tanah saat terlanda
gempa berbeda-beda dari satu tempat
dengan tempat yang lain disebabkan
dipengarui oleh : besar gempa, jarak dari
sumber gempa, jenis tanah, keadaan
topografi dan lain-lain.
Perbedaan getaran permukaan tanah
mengakibatkan response spectrumnya
berbeda-beda.
• Ada tiga macam respon dari gempa yang
terjadi pada suatu daerah yaitu
percepatan tanah, kecepatan tanah, dan
simpangan tanah
DAKTILITAS
• Sebagaimana pada bahan, struktur dapat
bersifat getas dan daktail (liat).
• Getas ialah sifat yang apabila diberi beban luar
sampai melebihi kuat elastisnya maka bahan
atau struktur segera patah/pecah/rusak.
• Daktail ialah sifat yang apabila diberi beban
luar sampai melebihi kuat elastisnya tidak
langsung patah/pecah/rusak, melainkan
berubah bentuk secara plastis sampai batas
tertentu dan baru mengalami kerusakan bila
kemampuan plastisnya terlampui.
P

Diagram beban – lendutan bahan getas


P

Diagram beban – lendutan bahan daktail


Struktur yang mempunyai sifat getas,
maka struktur tersebut harus kuat
menahan beban gempa.
Sedang struktur yang mempunyai
sifat daktail (ulet) kekuatanya tidak
perlu lebih besar dari pada beban
gempa, karena struktur tidak akan
segera runtuh bila beban gempa
melebihi kekuatan elastisnya
melainkan akan terjadi kondisi plastis
• Daktilitas adalah rasio antara simpangan
rancang maksimum sebelum runtuh dengan
simpangan leleh awal dari struktur yang ditinjau.
• Daktilitas adalah rasio antara simpangan
rancang maksimum sebelum runtuh dengan
simpangan leleh awal dari struktur yang ditinjau.
 = ult /y
dimana :
 : daktilitas
ult :simpangan maksimum
y :simpangan leleh
KEUTAMAAN GEDUNG

Faktor keutamaan gedung adalah suatu


koefisien yang diadakan untuk
memperpanjang waktu ulang dari
kerusakan struktur gedung yang relatif
lebih utama antra lain :
• gedung monumental, untuk mengamankan
penanaman modal pada gedung tersebut.
• gedung yang dipakai untuk penyediaan
fasilitas yang harus tetap berfungsi setelah
gempa bumi terjadi, misalnya rumah sakit,
pemancar radio, pusat penyelamatan keadaan
darurat (gedung sekolah), gudang bahan
makanan, bangunan air minum.
• gedung penyimpan bahan berbahaya,
misalnya bahan beracun,pusat tenaga
atom/nuklir.
PEMBAGIAN BEBAN GEMPA SEPANJANG TINGGI GEDUNG

• Untuk gedung kurang dari 40 meter, maka


pembagian beban gempa sepanjang tinggi gedung
dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

(Wi.hi)
• F1 =  xV
( Wi .hi)
• dimana :
• Fi : beban gempa pada lantai tingkat i, ton
• hi : ketinggian lantai tingkat i, meter
• Wi : berat lantai tingkat i, ton
• V : beban gempa dasar, ton
h5

h4

h3

h2
h1

Gaya horisontal akibat gempa


SIMPANGAN DAN PUNTIRAN
SIMPANGAN AKIBAT GEMPA

• Momen inersia yang diperhitungkan dalam


menghitung simpangan struktur gedung
sebesar : I = 0,75 I bruto
• Dalam pasal 2.6.3. Pedoman Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Rumah dan
Gedung (SNI-1726-1989-F) ditetapkan
bahwa goyangan antar lantai tidak boleh
melebihi salah satu dari dua besaran berikur :
a. 0,005 kali tinggi tingkat (antar lantai)
b. 2 cm
JARAK PEMISAHAN GEDUNG

• Setiap gedung harus mempunyai jarak pemisahan


terhadap perbatasan lahan, dengan jarak tidak boleh
kurang dari :
a. 4 kali goyangan maksimum akibat gempa
b. 0,02 kali tinggi gedung
c. 3,75 cm
• Gedung satu harus dipisahkan terhadap gedung yang
lain, dengan jarak pemisahan tidak kurang dari :
a. 4 kali jumlah goyangan masing-masing gedung
b. 0,004 kali tinggi gedung
c. 7,5 cm
PEMISAHAN UNSUR NON- STRUKTUR
• Yang disebut unsur non-struktur adalah : tangga, dinding,
jendela, pintu, partisi, dan lain-lain.
• Akibat adanya unsur-unsur non-struktur tersebut maka
goyangan struktur saat dilanda gempa terhalang. Ada dua
kemungkinan yang akan terjadi :

Jika unsur non-struktur lemah, maka unsur tersebut akan


rusak karena tidak kuat menahan beban dari struktur yang
bergoyang. Unsur yang rusak tersebut berbahaya karena
segera runtuh misalnya : langit-langit, tembok, dan
sebagainya.

Jika unsur non-struktur kuat, maka unsur tersebut akan


menahan goyangan struktur dan struktur menjadi lebih
kaku. Penambahan kekakuan struktur dapat sangat
membahayakan karena dapat menambah beban
gempa,dan menyebabakan puntiran yang tidak direncakan.
• Pemisahan unsur non-struktur diatur
dalam Pedoman Perencanan Ketahanan
Gempa untuk Rumah dan gedung (SNI-
1726-1989-F) sebagai berikut:
• Pemisahan unsur-unsur non struktur
terhadap unsur struktur tidak perlu
diadakan, dengan syarat goyangan antar
tingkat tidak melampui 0,0003 tinggi
tingkat, atau dengan rumus :
di – di-1  0,0003 hi
dimana :
di : simpangan lantai ke i
di-1 : simpangan lantai ke i-1
hi : tinggi tingkat
• Pemisahan unsur-unsur non-struktur
harus benar-benar terpisah dari
unsur, dengan jarak pemisah tidak
boleh kurang dari :

4 kali simpangan antar lantai yang


diperoleh dari hitungan

1 cm
PUNTIRAN GEDUNG
• Gedung yang dibuat sebaiknya mempunyai
bentuk yang semitris, karena tuntutan arsitektur
kondisi simitris ini sulit dicapai. Hal ini akan
mengakibatkan puntiran pada saat terlanda
gempa dan gedung mengalami keruntuhan.
• Bentuk semitris diartikan sebagai unsur-unsur
penahan gempa diletakan semitris terhadap
pusat masa dari gedung yang bersangkutan
atau pusat kekakuan harus berimpit dengan
pusat masa.
• Pusat kekakuan adalah titik tangkap
resultan gaya geser gempa yang bekerja
di dalam semua penampang unsur vertikal
(kolom dan dinding geser) yang terdapat
pada lantai tingkat yang bersangkutan.
• Pusat masa adalah titik tangkap dari
beban geser tigkat dan harus dihitung
sebagai titik pusat dari beban gravitasi
yang bekerja di atas lantai yang
bersangkutan.
Kekakuan kolom dihitung dengan cara :
• Bila balok dan plat lantai dianggap kaku sempurna,
maka kekakuan kolom dapat dihitung dengan rumus :
k = (12EI) / (L3)
dimana :
k : kekakuan kolom
E : modulus elastis bahan kolom
I : momen inersia penampang kolom
L : panjang kolom
• Bila balok dan plat lantai tidak kaku sempurna terhadap
kolom, maka kekakuan kolom dihitung :
k = V/d
dimana :
V : gaya geser kolom yang bersangkutan
d : simpangan kolom yang bersangkutan
PUSAT KEKAKUAN
• Momen puntir puntir dihitung dari beban
dikalikan eksentrisitas beban. Eksentrisitas
beban adalah jarak antara pusat beban dan
pusat kekakuan. Pusat kekakuan dihitung titik
tangkap kekakuan masing-masing kolom
tehadap garis acuan tertentu.

ey = { ei,y . ki,x}/{ ki ,x}


dimana :
ey : jarak pusat kekakuan gedung dari sumbu X
ei,y : jarak kolom i dari sumbu X
ki,x : kekakuan kolom i pada arah sumbu X
EKSENTRISITAS RENCANA

• Dalam buku Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk


Rumah dan Gedung (SNI-1726-1989-F) diberikan toleransi
sebagai berikut.
• Eksentrisitas teoris ec ialah eksentrisitas berdasarkan hasil
hitungan. Sedang eksentrisitas rencana ed ialah eksentrisitas
yang dipakai dalam hitungan perencanaan. Ketentuannya
sebagai berikut :
a.Apabila ec kurang dari 0,1 b dan jumlah tingkat sama dengan 4
atau kurang , maka ed dianggap sama dengan nol (b = lebar
gedung pada arah tegak lurus arah gempa).
b.Apabila ec lebih dari 0,1 b namun kurang dari 0,3 b dan jumlah
tingkat sama dengan 4 atau kurang atau ec kurang dari 0,3 b
dan jumlah tingkat lebih dari 4, maka beban geser rencana harus
dihitung mempunyai jarak terhadap pusat kekakuan atau
eksentrisitas rencana ed sebesar :
ed = 1,5 ec + 0,05b atau
ed = ec - 0,05 b
c.Apabila ec lebih dari 0,3b (untuk semua gedung) maka harus
ditinjau dengan analisis dinamis tiga demensi.
KEKAKUAN TINGKAT
KEKAKUAN TINGKAT
Kekakuan tingkat adalah jumlah dari kekakuan
semua kolom yang ada di tingkat tersebut.
Kekakuan tingkat mungkin saja berbeda dari
tingkat satu dengan tingkat yang lain.
Keruntuhan gedung dapat disebabkan karena
ada salah satu tingkat dari suatu gedung yang
mempunyai kekakuan sangat rendah, relatif
terhadap kekakuan tingkat yang lain. Untuk
mengatasi masalah seperti ini disarankan agar
gedung dibuat mempunyai kekakuan tingkat
yang seragam.
• Dalam buku Pedoman Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Rumah Gedung (SNI-1726-1989-F)
disebut bahwa :
– Perbandingan antara berat lantai dan kekakuan dari
suatu tingkat tertentu dari suatu gedung tidak boleh
berselisih lebih dari 50 % terhadap nilai rata-rata
perbandingan antara berat lantai dan kekakuan dari
seluruh gedung, kecuali untuk struktur gedung yang
memakai dinding geser.
0,5 ( m / k ) rata-rata  mi / ki  1,5 ( m / k )
rata-rata
dimana :
m : masaa tiap lantai
k : kekakuan tingkat tiap lantai
mi : massa lantai ke i
ki : kekakuan tingkat lantai ke i
– Suatu analisis dinamis harus dilakukan untuk
menentukan pembagian gaya – gaya geser tingkat
sepanjang tinggi gedung untuk semua struktur
gedung dimana perbandingan antara berat lantai
dan kekakuan suatu tingkat tertentu berselisih lebih
dari 25% terhadap nilai rata-rata perbandingan
tersebut untuk struktur gedung.
( mi / ki )  0,75 ( m / k ) rata-rata
atau
( mi / ki )  1,25 ( m / k ) rata-rata
dimana :
m : masaa tiap lantai
k : kekakuan tingkat tiap lantai
mi : massa lantai ke i
ki : kekakuan tingkat lantai ke i
Kekakuan Tingkat di hitung dengan cara :
• Bila balok dianggap kaku sempurna maka
kekakuan tingkat merupakan penjumlahan dari
masing-masing kekakuan kolom.

k ( tingkat ) =  k ( kolom ) =  12 EI / L3

dimana :
E : modulus elastisitas bahan
I : momen inersia neto
L : panjang kolom
• Bila balok dianggap tidak kaku sempurna
maka kekakuan tingkat dihitung dengan
cara:

ki = ( Fi / di )

dimana :
ki : kekakuan tingkat i
Fi : gaya geser tingkat i
di : simpangan tingkat i

Anda mungkin juga menyukai