Anda di halaman 1dari 48

KULIAH STRUKTUR

TAHAN GEMPA topic II


Eksentrisitas tambahan
Perhitungan eksentrisitas yang dibutuhkan adalah
• Yang pertama adalah momen puntir tingkat yang diakibatkan oleh adanya eksentrisitas,
yang terdapat antara pusat massa dan pusat kekakuan dalam arah tegak lurus pada arah
gempa.
• Dan yang kedua adalah momen puntir tingkat tak terduga, yang diperhitungkan dengan
menganggap adanya eksentrisitas tambahan antara pusat massa dan pusat kekakuan
sebesar 5% dari lebar bangunan dalam arah tegak lurus gempa. Eksentrisitas tambahan
ini untuk memperhitungkan bermacam hal yang terduga, seperti penyimpangan dalam
masa pelaksanaan, ketidak-telitian dalam perhitungan pusat kekakuan, dan pengaruh
gerakan tanah yang memuntir.
• Pengaruh pembesaran akibat interaksi antara ragam-ragam puntir dan translasi dapat
diperhitungkan dengan mengalikan nilai eksentrisitas teoritis dengan faktor sebesar 1,5
(lihat SNI 03-1726- 2002).
Menghitung Eksentrisitas menurut SNI-1726-
2012
SNI 1726-2019 Torsi bawaan Untuk
diafragma yang tidak fleksibel
• Untuk diafragma yang tidak fleksibel, distribusi gaya lateral di
masing-masing tingkat harus memperhitungkan pengaruh momen
torsi bawaan, Mt, akibat eksentrisitas antara lokasi pusat massa dan
pusat kekakuan.
• Untuk diafragma fleksibel, distribusi gaya ke elemen vertikal harus
memperhitungkan posisi dan distribusi massa yang didukungnya.
Bangunan Simetris Dan Sederhana
Bangunan dengan puntir resiko yang kecil
Mengapa perlu bentuk yang sederhana
kompak dan simetris?
• Pengalaman dari banyak gempa di waktu yang lalu menunjukkan
bahwa struktur–struktur bangunan dengan bentuk yang sederhana
dan simetris seperti bujur sangkar, persegi panjang, atau lingkaran,
mempunyai ketahanan yang paling baik terhadap pengaruh gempa.
• Sebab bangunan berbentuk simetris, perilaku dan respon dinamik
struktur akibat pengaruh gempa dapat diperkirakan dengan lebih
baik, sehingga lebih rendahnya tingkat daktilitas struktur yang
diperlukan dibandingkan dengan struktur yang berbentuk tidak
simetris, yang pada umumnya menerima pengaruh momen puntir
yang cukup besar pada saat terjadi gempa
Eksentrisitas bangunan
• Struktur dengan bentuk denah yang simetris, di mana pusat kekakuan
(center of stiffness) berimpit dengan pusat massa (center of mass)
dari struktur, dapat menghilangkan kemungkinan terjadinya
deformasi torsi yang terjadi akibat beban gempa.
• Pada struktur dengan denah bangunan yang tidak simetris, di mana
terdapat eksentrisitas di antara pusat kekakuan dan pusat massa,
keruntuhan dari struktur dapat disebabkan oleh terjadinya deformasi
torsi yang berlebihan. Deformasi akibat torsi dan pembesaran gerakan
gempa akan terjadi lebih besar pada struktur dengan kekakuan torsi
(torsinal rigidity) yang kecil.
Bangunan Tinggi dengan rasio antara tinggi (H) dan lebar
(B) yang besar (H/B>4)
• Suatu struktur bangunan gedung yang mempunyai rasio antara tinggi (H) dan lebar (B) yang
besar (H/B>4), akan mengalami simpangan horizontal yang besar akibat pengaruh beban gempa,
karena struktur bangunan tidak mempunyai kekakuan lateral yang cukup besar untuk menahan
gaya horizontal akibat gempa. Meskipun simpangan horizontal yang terjadi pada struktur
bangunan dapat dikurangi dengan memasang beberapa dinding geser (shear wall), tetapi
momen guling yang terjadi pada struktur akibat beban gempa, tetap akan berpengaruh pada
stabilitas struktur. Beban gempa dapat mengakibatkan momen guling yang besar pada struktur
bangunan. Akibat momen guling ini, maka pada kolom-kolom luar dan pondasi-pondasi dari
struktur bangunan akan bekerja gaya aksial tekan dan gaya aksial tarik yang cukup besar
• Gaya tarik yang besar ini dapat mengakibatkan tertariknya pondasi bangunan. Ke arah tinggi dari
bangunan, sebaiknya kelangsingan dari bangunan gedung dibatasi dengan perbandingan antara
tinggi dan lebar bangunan lebih kecil dari 4. Semakin langsing konfigurasi dari struktur bangunan,
maka akan semakin besar tegangan- tegangan yang terjadi pada kolom-kolom luar struktur, serta
akan semakin besar gaya-gaya aksial dan momen lentur yang harus didukung oleh pondasi.
Konfigurasi Struktur Bangunan
Sederhana dan Simetris: Denah dari struktur bangunan gedung harus diusahakan
mempunyai bentuk yang sederhana, kompak, dan simetris, agar mempunyai
perilaku dan kinerja yang baik pada saat terjadi gempa, serta mempunyai
kekakuan yang besar terhadap pengaruh effek puntir akibat gempa.
Denah massa bangunan terlalu panjang
• Kasus massa bangunan yeng terlalu panjang, dapat terjadi patahan
dan penurunan pada tanah dan pondasi atau “differential
settlement.”
Kasus massa bangunan dengan bentuk patahan-patahan atau sudut berat
ke dalam (re-entrant corner). Perlu dipecahkan dengan delatasi pada
bagian-bagian sudut siku pertemuan dua massa bangunan yang berbeda
arah kekakuannya.
Konstruksi Balok Korbel untuk dilatasi
struktur
KONTINUITAS

• Dalam sistem struktur harus diberikan kesinambungan (kontinuitas)


kekakuan dan kekuatan yang merata pada massa bangunan. Hindari
tonjolan-tonjolan, lekukan-lekukan, atau set-back pada massa
bangunan yang dirancang. Pada pasal ini butir pokok yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut :
• Unsur pemikul beban kolom dan dinding harus tersebar merata,
modulair dan beraturan dan seragam.
• Semua kolom dan dinding harus menerus (kontinu) dan sentris dari
atap hingga ke pondasi serta hindari eksentrisitas dalam
pembebanan.
Design Kolom
• Kolom harus menggunakan kolom menerus (ukuran yang
mengerucut/ semakin mengecil dari lantai ke lantai). Dan untuk
meningkatkan kemampuan bangunan terhadap gaya lateral akibat
gempa, pada bangunan tinggi (high rise building) acapkali unsur
vertikal struktur menggunakan gabungan antara kolom dengan
dinding geser (shear wall).
Soft Story
Soft Story , Terjadi pada suatu struktur gedung bertingkat
dengan salah satu lantai memiliki kekakuan penahan geser
yang lebih lemah
Kasus Konstruksi Bangunan karena Soft Story. Bayangkan... Ini terjadi di Kantor DPU Padang
looh... (Kantornya orang- orang ahli bangunan)
Apa Yang Sebaiknya Dilakukan Oleh Perencana?

• Lantai yang dianggap "lunak" sebaiknya kekakuan kolomnya agak


dilebihkan. Berbicara kekakuan artinya kita berbicara tentang variabel
E, I, dan L. Menaikkan E berarti meninggikan mutu beton, hal ini
relatif jarang dilakukan jika hanya mau meningkatkan kekakuan satu
lantai saja. Mengurangi nilai L (tinggi antar lantai) juga sulit dilakukan
karena tinggi lantai yang sudah ditentukan oleh arsitek biasanya tidak
bisa diubah lagi. Yang paling mungkin adalah menambah momen
inersia, I, yaitu dengan memperbesar ukuran kolom. Hal ini memang
membutuhkan koordinasi dengan pihak arsitek.
Mengapa soft story terjadi?
Kekakuan Dinding Bata Diabaikan.
Gedung-gedung tinggi yang bertipe gedung perkantoran, hotel, atau
apartemen, khususnya di kota-kota besar, pada umumnya mempunyai
lobi yang berada di lantai dasar atau lantai ground. Ciri-ciri lantai lobi
adalah :
• Tinggi antar lantainya biasanya lebih besar daripada lantai tipikal di
atasnya. Arsitek biasanya menginginkan hal ini agar ruangan lobi
terlihat lebih besar, luas, dan megah.
• Karena ingin luas, maka di lantai lobi, penggunaan dinding bata relatif
lebih sedikit daripada di lantai-lantai atas yang memang
membutuhkan dinding-dinding sekat antar ruangan.
Akibatnya, seperti yang terlihat pada gambar di bawah, lantai paling bawah menjadi lantai yang paling lunak (kurang kaku) dibandingkan
lantai di atasnya. Salah satu solusinya adalah menambah ukuran kolom sebesar mungkin sehingga bisa mengimbangi kekakuan- kekakuan
lantai di atasnya .
Effect Short Column
Pondasi
• Membangun pondasi memang sederhana, tapi pondasi yang kuat
memerlukan pengetahuan yang cukup. Sehingga fondasi bangunan
yang baik haruslah kokoh dalam menyokong beban dan tahan
terhadap perubahan termasuk getaran. Penempatan pondasi juga
perlu diperhatikan kondisi batuan dasarnya. Pada dasarnya, pondasi
yang baik adalah seimbang atau simetris. Dan untuk pondasi yang
berdekatan harus dipisah, untuk mencegah terjadinya keruntuhan
lokal (Local Shear).
Design Pondasi
• Intensive soil investigation and analysis
• Concentrated building weight affecting strength and settlement
studies (konsentrasi berat bangunan mempengaruhi kekuatan dan
settlement )
• Construction sequences
• Model deep basement “anchor” againstoverturning vs. baseline at
top of mat
• Pile depths – verticality
• Dewatering for deep basements
Contoh design Pondasi untuk KTG,
perhatikan gambar bidang yang overlap di
pondasi kiri
A = luas pondasi =
BxL
Tegangan yg
terjadi = P/A
Kenapa sih tumpuan itu bisa sendi? Ada beberapa penyebabnya, antara lain:

• Tidak ada yang mentransfer momen dari kolom ke pondasi.


Ketika menentukan sebuah tumpuan itu adalah jepit, maka perlu diperhatikan
bahwa akan ada momen lentur di kaki kolom (tumpuan), dan.. harus ada yang
bisa mentransfer momen tersebut ke pondasi dan terus ke tanah. Jika
pondasinya tipe tiang (pile) baik itu pancang atau bor, setidaknya harus ada
pilecap yang cukup kuat untuk menahan momen dari kolom tersebut. Jika
pondasinya pondasi tapak, sebaiknya kolom tidak didesain sebagai jepit.
Pondasi tapak tidak efektif dalam menahan momen lentur akibat reaksi
tumpuan jepit.
Pondasi tidak didesain untuk menahan
momen.
• Kadang pondasi tapak sudah didesain untuk menahan momen, tetapi
pada kenyataannya, jika ada momen yang terjadi pada pondasi, akan
ada perbedaan tekanan pada tanah di daerah ujung-ujung pondasi.
Akibatnya bisa terjadi perbedaan settlement. Jika ada perbedaan
settlement di ujung-ujung pondasi tapak, maka akan timbul rotasi.
Adanya rotasi menyebabkan perilaku jepit menjadi tidak sempurna
lagi.
• Rotasi pada pondasi tapak mengurangi kekuatan penjepitan
• Kurang lebih 2 hal itulah yang paling banyak menyebabkan kegagalan
soft-story. Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan oleh perencana?
Apa Yang Sebaiknya Dilakukan Oleh Perencana?

• Lantai yang dianggap "lunak" sebaiknya kekakuan kolomnya agak


dilebihkan. Berbicara kekakuan artinya kita berbicara tentang variabel
E, I, dan L. Menaikkan E berarti meninggikan mutu beton, hal ini
relatif jarang dilakukan jika hanya mau meningkatkan kekakuan satu
lantai saja. Mengurangi nilai L (tinggi antar lantai) juga sulit dilakukan
karena tinggi lantai yang sudah ditentukan oleh arsitek biasanya tidak
bisa diubah lagi. Yang paling mungkin adalah menambah momen
inersia, I, yaitu dengan memperbesar ukuran kolom. Hal ini memang
membutuhkan koordinasi dengan pihak arsitek.
Kekeliruan Antara Desain dan
Pelaksanaan
• Pada Desain Tumpuan dianggap sebagai jepit
Pada kenyataannya tumpuan berprilaku
sebagai sendi

Anda mungkin juga menyukai