AKHLAK
Seli Nurpianti 1506036
Makna
Persoalan Baik dan Buruk AKHLAK Akhlak
(Q.S. Al Baqarah 2 : 216)
Imam Ghazali,
menjelaskan 7 macam
RIYADHOH UNTUK
nafsu sebagai proses
MENCAPAI
Pendidikan Akhlak taroqi :
MARTABAT INSAN
untuk Mencapai bahasa
KAMIL
1. Nafsu amarah
Martabat Insan Kamil 1. Taubat
Miskawaih 2. Nafsu lawwamah
2. Zuhud
(1994 : 3) 3. Nafsu mulhimah
3. Qona’ah
4. Nafsu
4. Tawakkal ‘alallah
muthmainnah
Murtadha 5. Uzlah.
5. Nafsu rodhiyah
Raga Roh Hati Rasa 6. Mulazimatu Dzikr.
Muthahhari ( 1995) 7. Sabar.
6. Nafsu mardhiyah
7. Nafsu kamilah
AKHLAK
MEMBANGUN PRIBADI YANG
ISLAMI
Makna Akhlak
k Bu
Bai ru k
1.Nafsu Amarah
ciri-ciri: sombong, iri-dengki, dendam
2. Nafsu Lawwamah
ciri-ciri: Enggan, cuek, senang memuji diri
3. Nafsu Mulhimah
ciri-ciri: suka memberi, sederhana, taubat
4. Nafsu Muthmainnah
ciri-ciri: senang beribadah, tawakkal
5. Nafsu Rodhiyah
ciri-ciri: zuhud, ihklas, wira’i
6. Nafsu Mardhiyah
ciri-ciri: bagusnya budi pekerti
7. Nafsu Kamilah
ciri-ciri: ilmul-yaqin, ‘ainul-yakin, haqqul-
yaqin
7 karakter ‘inti’ (sebagai dasar beragama) yang perlu
dipersonilisasikan melalui Riyadhoh, yakni :
1. Taubat, orang yang berada pada tahap ini selalu menuduh kepada
dirinya sendiri bahwa dirinya orang yang paling banyak sendiri dosa-
dosanya, paling banyak sendiri salah dan kurangnya, paling apes,
hina, nista, tidak bisa apa-apa dan tidak punya apa-apa, merasa
jelek sendiri bahkan dibanding dengan kere di kolongan jembatan
sekali pun.
2. Zuhud, orang yang berada pada tahap ini mempunyai kepedulian
RIYADHOH untuk yang tinggi memajukan lingkungan (masyarakat dan bangsanya,
Mencapai Martabat sesuaidengan kemampuan masing-masing) tanpa pamrih.
Insan Kamil 3. Qona’ah, seorang yang karena kuatnya tekad dalam
membuktikan niatnya mendekatkan diri kepada Allah sehingga
sampai dengan selamat bertemu dengan-Nya, maka ia akan dengan
sungguh-sungguh berusaha mengurangi, syukur-syukur dapat
mengilangkan dari dalam dirinya watak dan kehendak bangsa hewan
4. Tawakal ‘alallah, orang yang tawakal akan menyerahkan segala
urusannya kepada Allah, sehingga pikirannya tidak difungsikan lagi.
5. ‘uzlah, yakni menyendiri di tengah-tengah kalangan.
6. Mulazimatu Dzikir, mengeluarkan dari dalam hati ingatan
kepada apa saja selain Dirinya Illahi Yang Al-Ghaib
7. sabar, yakni selalu dengar sadar dan rela memaksa jiwa-raganya
sendiri hingga selalu mau melaksanakan perintah Allah dan
RosulNya.
Secara operasional, ke-7 karakter ’inti’ itu harus
ditanamkan secara bertahap dan berurutan sebagai berikut:
1. Menanamkan taubat,hingga benar-benar merasakan
bahwa dirinya paling banyak melakukan dosa-dosa dan
kesalahan, lalu dirinya bangkit untuk selalu ber-istighfar.
2. Dengan tetap dalam kondisi taubat, lalu berusaha Zuhud
3. Dengan tetap dalam kondisi taubat dan setelah karakter
zuhud, melalui bertanam.
4. Dengan tetap dalam kondisi taubat dan zuhud, dan
qona’ah sudah mulai tertanam, lalu berusaha
menanamkan karakter tawakkal ‘alallah’, yakni
mewakilkan segala urusan kepada Allah.
5. Dengan tetap dalam kondisi taubat, zuhud, qona’ah dan
karakter tawakkal ‘alallah sudah mulai tertanam, lalu
berusaha menanamkan karakter ‘uzlah.
6. Dengan tetap dalam kondisi taubat, zuhud, qona’ah dan
tawakkal ‘alallah, dan karakter ‘uzlah sudah mulai
tertanam, lalu berusaha menanamkan karakter
mulazimatu dzikir
7. Dengan tetap dalam kondisi taubat, zuhud, qona’ah dan
tawakkal ‘alallah, dan karakter ‘uzlah dan karakter
mulazimatu dzikir sudah mulai tertanam, lalu berusaha
menanamkan karakter sabar
E VA LUA S I
1. Ke m u ka ka n d efi n i s i a k h l a k s e c a ra b a h a s a d a n
i sti l a h ?
2. A p a m a k n a ya n g te r ka n d u n g d a l a m Q S . A l - B a q o ro h
ayat 2 1 6 ?
3. A p a ya n g d i m a ks u d d e n ga n t u j u a n p e n d i d i ka n
a k h l a k u nt u k m e n c a p a i m a r ta b at i n s a n Ka m i l ?
B e r i ka n p e n j e l a s a n s i n g kat !
4. Ke m u ka ka n d a n b e r i ka n p e n j e l a s a n s i n g kat te nta n g
ta h a p - ta h a p r i y a d h o h u nt u k m e n c a p a i m a r ta b at
i n s a n ka m i l !
Jawaban:
1. Akhlak secara bahasa berasal dari kata akhlaqu yang berarti tabi’at, tingkah laku, karakter, dan adat kebiasaan. Akhlak secara istilah
ialah suatu sifat yang tertanam dalam diri seseporang yang dapat mengeluarkan sesuatu perbuatan dengan senang dan mudah
tanpa pemikiran, penelitian dan paksaan (Ibn Maskawih 1994).
2. Makna dari QS. AL-Baqoroh:216 ialah hanya Alah-lah yang tahu apa-apa yang baik dan yang buruk. Karena boleh jadi kita membenci
sesuatu padahal itu baik bagi kita, dan boleh jadi kita menyukai sesuatu padahal itu amat buruk bagi kita. Allah maha mengetahui
sedangkan kita tidak mengetahui.
3. Maksud dari tujuan pendidikan pendidikan akhlak untuk mencapai martabat insan kamil adalah karena pendidikan akhlak tidak bisa
dipisah dari pendidikan manusia seutuhnya. Dan pendidikan akhlak diarahkan untuk mencapai manusia yang seutuhnya atau untuk
mencapai martabat insan kamil.
4. Tahapan riyadhoh untuk mencapai martabat insan kamil:
• Menanamkan taubat (hingga benar-benar merasakan dbahwa dirinya paling banyak melakukan dosa lalu bangkit dan selalu
beristigfar).
• Dengan tetap dalam kondisi taubat, lalu berusaha zuhud yang bersungguh-sungguh dalam beribadah dan peduli terhadap
lingkungannya
• Dengan tetap dalam kondisi taubat dan setelah karakter zuhud tertanam, lalu berusaha agar qonaah. Yakni dengan bersungguh-
sungguh untuk mengurangi dan menghilangkan watak dan kehendak bangsa hewan.
• Dengan tetap dalam kondisi taubat, zuhud, dan qonaah, kemudian berusaha menanamkan karakter tawakkal ‘alallah. Yakni
mewakilkan segala urusan kepada Allah.
• Dengan tetap dalam kondisi taubat, zuhud, qonaah dan tawakkal ‘alallah, lalu berusaha menanamkan karakter ‘uzlah yakni dalam
bekerja secara profesional dan disiplin tapi niatnya benar-benar karena Allah. Dan hatinya hanya ingat Allah.
• Dengan tetap dalam kondisi taubat, zuhud, qonaah, tawakkal ‘alallah, dan uzlah sudah tertanam, lalu berusaha menanamkan
mulazimatu dzikr (langgengnya dzikir, selalu ingat kepada sang pencipta.
• Dengan tetap dalam kondisi taubat, zuhud, qonaah, tawakkal ‘alallah, uzlah, dan karakter mulazimatu dzikr sudah tertanam, lalu
berusaha menanamkan karakter sabar. Yakni rela dan selalu dengan sadar memaksa jiwa dan raganya untuk mau melaksanakan
perintah Allah dan RasulNya.