Anda di halaman 1dari 34

Case report

“Hernia Inguinalis”

Oleh:
Herni Maulidyah

Pembimbing:
dr. Desti Nurul Qomariyah

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT HERMINA CIRUAS
SERANG
2022
ILUSTRASI
KASUS
IDENTITAS PASIEN

NAMA Tn. T

RM 121024****

JENIS KELAMIN Laki-laki

TANGGAL LAHIR 21 April 1957

USIA 65 tahun

AGAMA Islam

ALAMAT Ciruas, Serang


anamnesis
Dilakukan autoanamnesis dengan pasien

Keluhan utama
Riwayat Penyakit
Pasien mengatakan adanya benjolan di dekat scrotum kiri sejak 2 bulan SMRS.

Sekarang
Awalnya benjolan masih bisa masuk jika didorong dengan jari. Biasanya benjolan keluar terutama ketika pasien
mengedan. Namun 2 hari terakhir ini, benjolan sudah tidak bisa masuk lagi ketika didorong dengan jari. Keluhan disertai
seperti rasa melilit pada bagian lipat paha kiri. Dan rasa nyeri muncul tidak menentu, baik saat istirahat maupun saat
aktivitas. Pasien mengatakan sebenarnya nyeri dirasakan sudah lama, sekitar 1 tahun, namun baru menyadari adanya
benjolan yang hilang timbul sejak 2 bulan terakhir.
Biasanya benjolan menghilang ketika pasien berbaring. Keluhan disertai mual, perut kembung, demam disangkal.
BAK dan BAB dalam batas normal. Pasien baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini.
Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit
Dahulu Keluarga
 Riw. HT : disangkal
 Riw. Asma : disangkal
 Riw. Asma : disangkal
 Riw. Batuk lama : disangkal
 Riw. DM : disangkal
 Riw. Alergi obat & makanan : disangkal
 Riw. Jantung : disangkal
 Riw. Tekanan darah tinggi : disangkal
 Riw. Batuk lama : disangkal
 Riw. Kencing manis : disangkal
 Riw. Alergi obat & makanan : disangkal
 Riw. Gagal ginjal : disangkal
 Riw. Trauma : disangkal

Riwayat Kebiasaan
Pasien jarang berolah raga, sebelummnya pasien bekerja sebagai buruh yang mengangkat barang berat. Namun sudah
lama berhenti kerja.
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Umum
 GCS : E4M6V5
 Kesadaran : Compos mentis
 KU : Tampak sakit sedang
 BB : 65 kg
 TD : 140/80 mmHg
 HR : 80x/mnt
 RR : 20x/mnt
 T : 36,7
 SpO2 : 99% room air
Pemeriksaan Fisik
Kep
ala  Bentuk : Normochepali
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+)
 Telinga : Tidak tuli, Sekret (-/-), Lubang Normal
 Hidung : Pernafasan Cuping Hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)
 Mulut : Mukosa bibir lembab, sianosis (-)
Leh
er  Kelenjar limfe : Tidak tampak membesar
 Kelenjar Tiroid : Tidak tampak membesar
Pemeriksaan
Tho
Fisik

rax
Paru:
Inspeksi : retraksi dada (-), massa (-), perubahan warna kulit (-)
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Aukultasi : Vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung:
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan
Abdom Fisik Ekstrem
en itas
 Inspeksi : tampak datar Akral hangat (+),capillary refil time <2
 Auskultasi : BU (+) detik, sianosis (-), edema (-)
 Palpasi : nyeri tekan (-)
 Perkusi : timpani

Kulit
Turgor kulit baik (kembali cepat), petekie (-),
jaundice (-)
Pemeriksaan lokalis

 Inspeksi : terdapat benjolan pada lipat paha kiri berukuran sekitar 4x5 cm,
berwarna seperti kulit sekitar.
 Palpasi : teraba benjolan dengan konsistensi kenyal, batas atas tidak jelas,
nyeri tekan (+), benjolan tidak dapat dimasukkan
 Pemeriksaan finger test : impuls terdapat diujung jari
 Pemeriksaan ziemann test : teraba pada jari kedua
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin 15,2 13,2-17,3 g/dl
Hematokrit 43,5 40,0-52,0 %
Leukosit 11.480 3.800-10.600 /mm3
Trombosit 295.000 150.000 - 350.000 /mm3
KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu 104 70-100 mg/dl
SEROLOGI
COVID antigen rapid test Negatif Negatif  
Resu
me
 Pasien datang ke IGD dengan keluhan benjolan dilipat paha kiri dekat skrotum sejak 2 bulan, awalnya benjolan
hilang timbul dan masih bisa masuk jika didorong dengan jari. Saat ini benjolan sudah tidak bisa masuk jika
didorong dengan jari sejak 2 hari terakhir. Keluhan disertai nyeri dan rasa seperti melilit pada lipat paha kiri.
Nyeri dirasakan hilang timbul sekitar dari 1 tahun.
 Pemeriksaan fisik didapatkan: kesadaran CM, KU tampak sakit sedang, TD 140/80 mmHg
 Pemeriksaan lokalis:
 Inspeksi : terdapat benjolan pada lipat paha kiri berukuran sekitar 4x5 cm, berwarna seperti kulit sekitar.
 Palpasi : teraba benjolan dengan konsistensi kenyal, batas atas tidak jelas, nyeri tekan (+), benjolan tidak
dapat dimasukkan
 Pemeriksaan finger test : impuls terdapat diujung jari
 Pemeriksaan ziemann test : teraba pada jari kedua
 Pemeriksaan penunjang : leukositosis
Working diagnosis
Hernia inguinalis lateralis sin

Terapi
-
IGD
IVFD RL 20 tpm
- Inj ranitidine 1 amp

Konsul
- Inj ketorolacdr.
1 ampAndrianto, Sp.B

advice:
- Pasang kateter
- kasih ceftriaxone 1x2
- ranitidin 2x1
- ketorolac 2x1
- Besok tolong siapkan operasi jam 08.00
Tinjauan
pustaka
Definis
i
Hernia merupakan penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh

Epidemiol
dinding. Hernia yaitu prostusio dari intraabdomen ke ekstraabdomen

ogi
• Hernia inguinalis : paling banyak terjadi di departemen bedah dengan angka kejadian 80%
• Faktor resiko pada laki-laki 27% dan perempuan 3%
• Pada usia yang lebih tua banyak yang menderita hernia inguinal
Syarat Hernia
Hernia Indirect

• Muncul dari angulus inguinalis internus ke


angulus inguinalis eksternus
• Posisinya lateral terhadap pembuluh epigastric
inferior
• Hernia muncul dari hasselbach triangle
• Paling banyak terjadi pada anak-anak
Hernia Direct
• Hernia masuk dari angulus inguinalis eksternus
dan tidak melewati angulus inguinalis internus
• Posisinya medial terhadap pembuluh epigastrik
inferior
• Hernia muncul melewati triangle hasselbach
• Sering dikenal dengan hernia skrotalis
Hernia Femoral

• Hernia muncul dibawah ligament ingunal dan


masuk ke canalis inguinalis
• Sering terjadi pada perempuan
Etiolo
gi

• Faktor kongenital

• Peningkatan tekanan intraabdominal


• Batuk kronik
• Aktivitas fisik yang berat
• Sulit BAB atau BAK

• Obesitas dan usia lanjut  faktor risiko


Patofisiol
ogi
Pada Anak-anak Pada orang dewasa
Faktor kongenital Faktor resiko yang
(kegagalan pentupan mempengaruhi
proc. vaginalis)

Rongga peritoneum tidak Masuknya rongga abdomen ke


Peningkatan tekanan
menutup sempurna canalis inguinalis
intraabdomen

isi abdomen terus tertekan hingga keluar


melalui annulus inguinalis dan menyebabkan
penonjolan

Hernia inguinalis

Direct Indirect
klasifikasi

Berdasarkan waktu terjadinya


• Hernia kongenital
• Hernia akuisita/didapat

Berdasarkan lokasi/letaknya
• Hernia inguinalis
• Hernia femoralis
• Hernia umbilikalis
Berdasarkan sifatnya

• Hernia reducible
• Hernia irreducible :Hernia inskarserata Hernia
strangulata
diagnosi
s
Anamnesis
 Adanya rasa penekanan atau beban di area  Tanyakan durasi gejala dan onset awal
groin gejala
 Keluhan sering timbul sepanjang hari atau  Tanyakan apakah benjolan tersebut semakin
setelah aktivitas berat membesar atau tidak
 Nyeri di pangkal paha yang terlokalisasi  Tanyakan apakah pasien sering mendorong
kembali benjolan tersebut
 Adanya gangguan defekasi atau berkemih
 Adanya benjolan yang timbul di area groin
Pemeriksaan Fisik

 Pasien dilakukan dalam posisi beridiri dengan groin dan


skrotum terbuka penuh
 Inspeksi: mengidentifikasi tonjolan yang abnormal sepanjang
pangkal paha atau di dalam skrotum
 Palpasi: memajukan jari telunjuk melalui skrotum menuju
cincin inguinal eksternal
 Minta pasien melakukan maneuver valsava atau batuk
 Bila tonjolan terasa di sisi jari : hernia inguinalis medial, bila
terasa diujung jari: hernia inguinalis lateral
Pemeriksaan Finger Test
1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2. Dimasukkan lewat skrotum melalui anulus eksternus ke
kanal inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:
4. Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis
Lateralis.
5. Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.
Pemeriksaan Ziemann Test
1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu
(biasanya oleh penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada:
• jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
• jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
• jari ke 4 : Hernia Femoralis.
Pemeriksaan Thumb Test
1. Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh
mengejan
2. Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
3. Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium
• Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi: Leukocytosis,
Elektrolit, BUN, kadar kreatinine, urinalisis

• USG
sensitivitas dan spesifisitas terbaik untuk membedakan diagnosis hernia direct, indirect, dan
femoral
• CT-Scan dan MRI
abdomen dan pelvis (digunakan untuk mendeteksi hernia yang belum terkonformasi oleh
USG atau atypical masses di area groin
Manajemen
Non-operative approach
 Memberikan analgetik dan sedative untuk mencegah nyeri.
 Menurunkan tegangan otot abdomen.
 Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.
 Pasien pada posisi trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20° terhadap hernia inguinalis.
 Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan menimbulkan proses analgesia.
 Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi unilateral (seperti kaki kodok)
 Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang berlanjut selama proses reduksi penonjolan
 Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untu mengembalikan posisi hernia ke atas. Jika dilakukan
penekanan ke arah apeks akan menyebabkan posisi hernia keluar dari pintu hernia.
 Cara diatas dilakukan 20-30 menit
 Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali percobaan
Indikasi Operasi
 Pada anak: harus operatif tanpa penundaan, karena resiko komplikasi inkarserata, strangulasi, dan tanda
infeksi lainnya
 Terjadi inkarserasi
 Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum pasien yang memburuk
 Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi kesehatan saat dilakukan operasi
dalam keadaan optimal dan anestesi dapat dilakukan. Operasi yang cito mempunyai resiko yang besar pada
pasien geriatri.
 Jika pasien menderita hyperplasia prostate akan lebih bijaksana apabila dilakukan penanganan terlebih
dahulu terhadap hiperplasianya. Mengingat tingginya resiko infeksi traktus urinarius dan retensi urin pada
saat operasi hernia.
Teknik Pembedahan
Tujuan operasi : menghilangkan hernia dengan cara membuang kantung dan
memperbaiki dinding abdomen, dengan teknik diantaranya:

Herniorraphy Hernioplasty

1. Tissue repair : bassini repair atau mc-vay repair


2. Anterior mesh repair: Lichtenstein tension free repair, plug and patch
technique
3. Laparoscopic approach dengan metode TAPP dan TEP
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai