Anda di halaman 1dari 12

PKPA BIDANG

RUMAH
SAKIT
Secara Daring

APOTEKER 39
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI
NASIONAL
PKPA RUMAH SAKIT SECARA DARING
DISUSUN OLEH :

1. ACHMAD FATONI 19340188


2. PUTRI SANDY KARTIKA LUTHFI 19340189
3. YURISTIA PUTRI WIYATA 19340198
Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
RUMAH SAKIT perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
(PMK No. 72 Tahun 2016) rawat jalan, dan gawat darurat.

Rumah Sakit umum memberikan pelayanan kesehatan


pada semua bidang dan jenis penyakit

KLASIFIKASI RUMAH SAKIT Klasifikasi Rumah Sakit umum terdiri atas:


UMUM a. Rumah Sakit umum kelas A
(PMK No. 3 Tahun 2020)
(Memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 250)
b. Rumah Sakit umum kelas B
(Memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 200)
c. Rumah Sakit umum kelas C
(Memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 100)
d. Rumah Sakit umum kelas D
(Memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 50)

Rumah Sakit khusus memberikan pelayanan utama pada


satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu
KHUSUS
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis
penyakit, atau kekhususan lainnya
Merupakan unit kerja yang memberikan rekomendasi kepada
pimpinan Rumah Sakit mengenai kebijakan penggunaan obat di
PANITIA FARMASI TERAPI
Rumah Sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili
(PMK No. 58 Tahun 2014)
semua spesialisasi yang ada di Rumah Sakit, Apoteker Instalasi
Farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya apabila diperlukan.

Tugas dari Panitia Farmasi Terapi yang ada di RS sebagai berkut :


a. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan obat di RS
b. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam formularium RS
c. Mengembangkan standar terapi
d. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat
e. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan obat yang rasional
f. Mengkoordinir penatalaksanaan reaksi obat yang tidak dikehendaki
g. Mengkoordinir penatalaksanaan medication error
h. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di RS
PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI, ALAT
KESEHATAN DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
PMK No. 72 Tahun 2016

2. PERENCANAAN
1. PEMILIHAN 3. PENGADAAN
KEBUTUHAN

Kegiatan untuk menentukan Pengadaan yang efektif harus


jumlah dan periode pengadaan menjamin ketersediaan, jumlah
Pemilihan Sediaan Farmasi,
sediaan farmasi, alat kesehatan dan waktu yang tepat dengan
Alat Kesehatan, dan Bahan
dan bahan medis habis pakai. harga yang terjangkau dan
Medis Pakai ini berdasarkan
Dasar – dasar perencanaan yang sesuai standar mutu. Pengadaan
Formularium dan standar
telah ditentukan antara lain dapat dilakukan melalui
pengobatan.
konsumsi, epidemiologi, pembelian,produk sediaan
kombinasi. farmasi, sumbangan (hibah).
4. PENERIMAAN 5. PENYIMPANAN 6. PENGADAAN

Rumah sakit harus menentukan


sistem distribusi yang dapat
Kegiatan untuk menjamin menjamin terlaksananya
Persyaratannya penyimpanan
kesesuaian jenis, spesifikasi, pengawasan dan pengendalian
meliputi stabilitas dan
jumlah, mutu, waktu sediaan farmasi, alat kesehatan
keamanan, sanitasi, cahaya,
penyerahan dan harga yang dan bahan medis habis pakai di
kelembaban, ventilasi, dan
tertera dalam kontrak / surat unit pelayanan. Sistem distribusi
penggolongan jenis sediaan
pesanan dalam kondisi yang obat meliputi Sistem persediaan
farmasi, alat kesehatan, dan
diterima. Semua dokumen lengkap diruangan (Floorstok),
bahan medis pakai.
terkait penerimaan barang Sistem perorangan, Sistem Unit
harus tersimpan dengan baik. Dosis, Sistem Kombinasi
7. PEMUSNAHAN DAN PENARIKAN SEDIAAN FARMASI,
ALAT KESEHATAN DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI

Rumah sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya
pengawasan dan pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai di unit pelayanan. Sistem distribusi obat meliputi Sistem persediaan lengkap
diruangan (Floorstok), Sistem perorangan, Sistem Unit Dosis, Sistem Kombinasi

8. PENGENDALIAN 9. ADMINISTRASI

Pengendalian dilakukan
Dilakukan secara tertib dan
terhadap jenis dan jumlah
berkesinambungan untuk
persediaan dan penggunaan
memudahkan penelusuran
sediaan farmasi, alat
kegiatan yang sudah berlalu.
kesehatan dan bahan medis
habis pakai.
PELAYANAN FARMASI KLINIK
PMK No. 72 Tahun 2016

1. PENGKAJIAN DAN 2. PENELUSURAN RIWAYAT


PELAYANAN RESEP 3. REKONSILIASI OBAT
PENGGUNAAN OBAT

Proses membandingkan
Apoteker melakukan pengkajian
instruksi pengobatan dengan
resep sesuai :
Proses untuk mendapatkan obat yang telah didapat pasien
1. Persyaratan administrasi :
informasi mengenai seluruh bertujuan untuk mencengah
nama, umur, jenis kelamin, bb,
obat/ sediaa farmasi lain yang terjadinya kesalahan obat
tinggi badan, paraf dr, tgl r/
pernah dan sedang digunakan, seperti obat tidak diberikan,
2. Persyaratan farmasetik :
riwayat pengobatan dapat duplikasi, kesalahan dosis atau
bentuk obat, kekuatan
diperoleh dari wawancara/ data interaksi obat dengan tahapan
sediaan,dosis, cara penggunaan
RM/ pencatatan penggunaan rekonsiliasi yaitu : pengumpulan
3. Persyaratan klinik : reaksi
obat pasien. data pasien, komparasi,
obat yg tidak dikehendaki
melakukan konfirmasi kepada
(ROTD), interaksi obat, efek
dokter jika menemukan
samping obat.
ketidaksesuaian dokumentasi,
dan komunikasi
4. PELAYANAN INFORMASI 5. KONSELING OBAT
OBAT (PIO)

Kegiatan pemberian informasi Pemberian nasehat/saran terkait terapi obat dari apoteker kepada
obat yang dilakukan oleh pasien atau keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan
apoteker kepada dokter, maupun rawat inap disemua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas
perawat, pasien dan profesi inisiatif apoteker rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya.
kesehatan lainya. Tujuan konseling untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan
risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD).

6. VISITE

Kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap ke pasien rawat inap yg dilakukan apoteker secara mandiri atau
bersama tim untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat,
memantau terapi obat, dan ROTD.
7. PEMANTAUAN TERAPI
OBAT (PTO)

Kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.
Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan resiko reaksi obat yang tidak di
kehendaki atau ROTD.

8. MONITORING EFEK 9. EVALUASI PENGGUNAAN


SAMPING OBAT (MESO) OBAT (EPO)

Kegiatan pemantauan setiap respon terhadap


Program evaluasi penggunaan obat yang
obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada
terstruktur dan berkesinambungan secara
dosis lazim yg digunakan pada manusia untuk
kualitatif dan kuantitatif
tujuan profilaksis, diagnose dan terapi.
PELAYANAN FARMASI KLINIK
PMK No. 72 Tahun 2016

10. DISPENSING SEDIAAN 11. PEMANTAUAN KADAR OBAT


STERIL DALAM DARAH (PKOD)

Dilakukan di instalasi farmasi dengan teknik


Interpretasi hasil pemeriksaan kadar obat
aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas
tertentu atas permintaan dari dokter yang
produk dan melindungi petugas dari paparan
merawat karena indeks terapi sempit
zat berbahaya serta menghindari terjadinya
kesalahan pemberian obat
TERIMA KASIH
APOTEKER 39
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI
NASIONAL

Anda mungkin juga menyukai