26 96 63
26= Rele termis minyak dan
87 86 kumparan
NGR 51G
96= Rele bucholz dan jansen
87= Rele sudden pressure
50= Rele arus lebih instantaneous
CT
51 51G 51 = Rele arus lebih gangguan
phase - phase
CB TRIP
51G = Rele arus lebih gangguan
phase - tanah
79= Rele penutup balik ( Auto
79 CB CB
reclosing relay )
86 = Rele bantu sebagai master
CT CT
triping
51 51G
P. Cargo P. P Sari
Sistem pengaman pada transformator tenaga
dapat diklasifikasikan menjadi pengaman
terhadap gangguan mekanikal seperti rele termis
minyak dan kumparan, rele bucholz dan jansen,
rele sudden pressure, dan pengaman terhadap
gangguan elektrikal. Pengaman terhadap
gangguan elektrikal dapat dibagi atas pengaman
utama yaitu rele differensial dan pengaman
cadangan berupa rele arus lebih.
Gangguan Transformator Tenaga
Dalam sistem tenaga listrik, gangguan merupakan
suatu keadaan operasi sistem yang menyimpang dari
keadaan normal. Keadaan tidak normal tersebut
dapat berupa hubung singkat, beban lebih maupun
hubungan sistem terbuka. Ditinjau dari asalnya,
gangguan pada transformator daya tegangan tinggi
dibedakan menjadi dua (Soekarto,1995).
2.2.1 Gangguan dari Dalam Transformator ( Internal Fault )
Pengaman transformator daya ditujukan sebagai
pengaman didalam daerah pengamanannya.
Gangguan didalam sangat serius dan selalu ada resiko
terjadinya kebakaran. Bila gangguan terjadi di dalam
daerah pengamanan maka aliran arah arus seperti
ditunjukkan gambar di bawah
Gambar Sistem proteksi differensial kondisi gangguan didalam daerah
pengamanan I2
I1
i2
i1
id
I1 > I2 i1 > i2
I2 = 0 i2 = 0
id = i1 - 0 = i1 …… rele akan kerja membuka kedua CB
Gangguan Dari Luar Transformator ( External Fault )
i2
i1
id
I1 = I2 i1 = i2
id = i1 - i2 = 0 ……rele tidak kerja
2.3 Gangguan Sistem Jaringan Distribusi Primer
Kondisi gangguan pada sistem jaringan distribusi
primer tegangan menengah 20 kV dapat dibedakan
berdasarkan penyebabnya, yaitu :
Penyebab eksternal
Penyebab internal
2.3.1 Penyebab Eksternal
Penyebab gangguan dari faktor luar (eksternal) dapat menyebabkan
dua jenis gangguan, yaitu (Roekman & Alrasjid, 2001) :
Gangguan permanen, yaitu untuk membebaskan dari gangguan
diperlukan tindakan perbaikan dan / atau menyingkirkan penyebab
gangguan tersebut.
Gangguan sementara yaitu gangguan yang bersifat temporer, yang
dapat hilang dengan sendirinya atau dengan memutuskan sesaat
bagian yang terganggu dari sumber tegangannya.
Faktor-faktor luar (eksternal) yang dapat menyebabkan terjadinya
gangguan, yaitu :
1) Cuaca misalnya hujan, angin, petir.
2) Mahluk hidup misalnya manusia, binatang dan tumbuhan.
3) Benda-benda lain.
Gangguan temporer jika tidak dapat segera dihilangkan , baik hilang
dengan sendirinya atau karena bekerjanya alat pengaman (Rekloser /
PBO ), akan dapat berubah menjadi gangguan bersifat permanen dan
menyebabkan pemutusan tetap.
150 kV 20 kV
GI OCR
FCO
R DGFR
N GARDU
T S DISTRIBUSI
500 ohm
2.3.2 Penyebab Internal
Pada umumnya gangguan yang disebabkan oleh faktor
dalam (internal) bersifat permanen misalnya spesifikasi
alat tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan,
pemasangan alat yang tidak sesuai atau salah dan penuaan
alat. Gangguan yang disebabkan oleh faktor dalam
(internal) dapat dibagi menjadi dua macam yaitu
(Roekman & Alrasjid, 2001) :
Gangguan Sistem
Gangguan Jaringan
150 kV 20 kV
GI OCR
SSO
R GFR
N
T S FCO
GARDU
DISTRIBUSI
150 kV 20 kV
DISTRIBUSI
GARDU
PMT Recloser SSO
GI OCR
SSO
R GFR
FCO
N
T S GARDU
GARDU
DISTRIBUSI DISTRIBUSI
40 ohm
2.3.2.1 Gangguan sistem
Adalah gangguan sistem jaringan distribusi primer
tegangan menengah 20 kV yang diakibatkan oleh
gangguan pada sistem pembangkit tenaga listrik atau
sistem jaringan transmisi tegangan tinggi. Pada
umumnya gangguan ini akan menyebabkan
pemadaman yang mencakup daerah yang cukup luas.
2.3.2.2 Gangguan jaringan
Adalah gangguan sistem jaringan distribusi
primer tegangan menengah 20 kV yang
mengakibatkan terputusnya pasokan daya listrik
dari pusat-pusat pembangkit tenaga listrik ke
daerah-daerah tertentu. Pada umumnya penyebab
gangguan jaringan adalah :
Gangguan peralatan
Gangguan akibat penyulang lain
Gangguan mahluk hidup
Gangguan saluran bawah tanah:
Gangguan internal
Tegangan dan arus abnormal
Pemasangan yang kurang baik (cacat )
Penuan
Beban lebih
Gangguan eksternal
Gangguan-gangguan mekanis akibat pekerjaan galian
saluran lain
Kendaraan yang lewat diatasnya
Impuls petir lewat saluran udara
Deformasi tanah
Gangguan saluran udara:
R T
I
Ir I op
CT
-
beban
2.5.2.3 Rele Arus Lebih Waktu Terbalik
+ i
R vi
T ei
Ir
CT
I
beban
2.5.2.4 Rele Arus Lebih Untuk Gangguan Satu Phase ke Tanah
Gangguan satu phase ke tanah sangat tergantung dari jenis
pentanahan dan sistemnya. Gangguan satu fasa umumnya bukan
merupakan hubung singkat secara metalik tetapi melalui tahanan
gangguan, sehingga arus gangguannya yang sudah dibatasi, dengan
adanya tahanan gangguan menjadi semakin kecil. Dengan demikian
rele gangguan antar phase tersebut tidak dapat berfungsi.
Pada sistem yang ditanahkan melalui tahanan rendah 40 ohm, maka
arus gangguan satu phase ke tanah maksimum 300 ampere, bila
gangguan terjadi di dekat trafo daya supply dengan gangguan metalik.
Bila gangguan letaknya jauh dari trafo daya supply dan terdapat
tahanan gangguan, maka arus gangguan satu phase ke tanah akan
lebih kecil lagi. Penyetelan arus lebih untuk gangguan satu phase ke
tanah sekecil mungkin, hal ini dimaksudkan supaya adanya tahanan
gangguan yang cukup besar masih dapat dideteksi. Sehingga
penyetelan arusnya adalah (Komari, Soekarto, Wirawan, 1995):
Gambar Karakteristik Rele Arus Lebih Merk ABB type SPAJ 140 C
2.5.3 Daerah Pengaman ( Protective Zone )
Suatu bagian dari sistem daya ( generator, transformator, jaringan
transmisi, busbar, dst ) dilindungi oleh suatu skema proteksi tertentu
yang disebut zone pengaman. Keseluruhan sistem daya dicakup oleh
beberapa zone pengaman dan tidak ada bagian sistem yang tidak
diamankan.
Setiap zone mencakup satu atau dua komponen sistem daya. Zone
yang berdekatan saling overlap, sehingga tidak ada daerah yang
dibiarkan tidak terlindungi (dead spot).
Batas zone pengaman ditentukan oleh lokasi trafo arus ( Hubert
Nainggolan, 1995 ).
Zone pengaman dapat dibagi atas 2 sistem :
Sistem unit adalah suatu sistem dimana zone dapat ditentukan secara
pasti. Pengaman hanya bereaksi terhadap gangguan di dalam zone
yang dilindunginya, dan tidak bereaksi terhadap gangguan lewat
( gangguan diluar zone pengamannya )
Non sistem unit seperti pengaman gangguan hubung singkat tidak
mempunyai batas yang pasti. Setiap zone mempunyai skema
pengaman tertentu dan setiap skema pengaman mempunyai sistem
pengaman.
3 3
1 2
4 4
2.5.4 Dasar Perhitungan Setting Rele Arus Lebih
Id
Kd
Ip
dimana :
Kd = Faktor arus kembali
Id = Arus kembali ( arus drop off ).
Ip = Arus kerja ( arus pick up ).
Nilai Kd untuk rele arus lebih dengan karakteristik waktu arus tertentu
mempunyai nilai 0,7 – 0,9, sedangkan karakteristik waktu terbalik
mempunyai nilai 1,0. Maka dengan memperhatikan dua faktor tersebut
diatas, kaidah penyetelan rele arus lebih adalah sebagai berikut (PT.
PLN,1995 ):
Rele arus lebih tidak boleh bekerja pada beban
maksimum. Dalam beberapa hal, arus nominal pada trafo
arus merupakan arus maksimumnya, sehingga penyetelan
arusnya adalah :
K fk
I set I nom
Kd
Pada zone pengaman rele arus dapat mencapai paling
sedikit adalah ujung dari seksi berikutnya pada arus
gangguan yang minimum ( jumlah pembangkit yang
beroperasi minimum ) atau arus gangguan minimum
dapat diambil arus gangguan dua phase.
2.5.5 Prinsip Dasar Perhitungan Penyetelan Waktu
Penyetelan arus (Is) OCR didasarkan pada penyetelan batas minimumnya,
maka OCR bekerja bila gangguan hubung singkat dibeberapa seksi berikut,
Untuk mendapatkan pengamanan yang selektif, maka penyetelan waktunya
dibuat secara bertingkat.
Syarat untuk mensetting waktu tunda ( td ) dari rele arus lebih terbalik, harus
diketahui data sebagai berikut :
Besarnya arus hubung singkat pada setiap seksi ( I ).
Penyetelan / setting arusnya ( Is ).
Kurva karakteristik rele yang dipakai.
Ketentuan berlaku pada rele waktu, maka waktu kerja rele untuk dua seksi
yang berurutan pada lokasi gangguan sama harus mempunyai beda waktu Dt
= 0,4 - 0,5 detik. Umumnya diset minimum 0,5 atau 1 detik untuk rele di
seksi hilir dan seksi hulunya diset pada nilai Dt = 0,4 - 0,5 detik terhadap rele
dihilirnya pada keadaan arus HS maksimum ( jumlah pembangkit yang
beroperasi maksimum dan HS 3 phase ), sehingga pengamanan selektif.
Hal - hal yang mempengaruhi Dt :
Kesalahan rele waktu 0,2 detik
Waktu pembukaan PMT sampai hilangnya bunga api 0,06 - 0,14 detik
Kelambatan rele arus, rele bantu 0,05 detik
Faktor keamanan 0,05 – 0,15 detik
Jadi umumnya diambil Dt = 0,4 - 0,5 detik.
Untuk penyetelan waktu rele di sisi penyulang, sekunder
dan primer trafo, mengacu pada ketahanan transformator
menahan arus gangguan hubung singkat sesuai SPLN 8-5 :
1991 adalah selama 2 detik. Jadi waktu kerja dari rele arus
lebih penyulang harus lebih kecil dari waktu ketahanan
transformator menahan arus gangguan hubung singkat,
sehingga waktu tunda ( td ) dapat dicari dengan
persamaan :
Dimana :
If adalah arus gangguan hubung singkat dua phase.
t adalah waktu kerja rele yang dikehendaki.
0,02
If 1
I
td set
t
0,14
2.5.6 Koordinasi Pengaman Jaringan
Koordinasi pengaman adalah suatu usaha untuk mengatur tindakan-
tindakan pengamanan dengan penggunaan peralatan pengaman yang
tepat dan sesuai sehingga tindakan-tindakan yang dilakukan tidak
saling bertentangan. Prinsip koordinasi pengaman adalah sebagai
berikut :
1. Suatu peralatan pengaman harus dapat membedakan gangguan
temporer atau permanen pada daerah kerjanya sebelum peralatan
pengaman lain memutuskan rangkaian atau beroperasi mengunci
( lock – out ).
2. Daerah pemutusan yang disebabkan oleh gangguan permanen harus
dibatasi sekecil mungkin dalam waktu yang singkat.