Anda di halaman 1dari 63

1 Transformator Tenaga

Trafo tenaga adalah suatu peralatan tenaga listrik


yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga/daya listrik
dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau
sebaliknya ( SE. 032 PT. PLN,1984 ).
2.1 Sistem Pengaman Transformator
Sistem pengaman transformator tenaga adalah suatu
sistem pengaman yang dilakukan pada transformator
tenaga terhadap gangguan yang terjadi pada daerah
pengaman transformator tenaga. Tujuan sistem pengaman
pada transformator tenaga (PT. PLN, 1995):
Mencegah kerusakan transformator tenaga karena
gangguan yang terjadi dalam petak transformator tenaga.
Untuk dapat menciptakan sistem pengaman yang selektif,
hanya melokalisasi gangguan yang terjadi didaerah
pengaman transformator saja.
Memberikan pengaman cadangan ( back up protection )
untuk seksi berikutnya.
Gambar Sistem pengaman transformator Unit – I dan penyulang
20 kV gardu induk Kapal
BUS B 150 KV
 Keterangan gambar :
DS A DS B  DS = Disconecting Switch
 CB = Circuit Breaker
CB
TRIP  CT = Current Transformer
 LA = Lightning Arrester
51 51G
CT  NGR = Netral Ground Resistor ( 40
Ohm )
LA

26 96 63
 26= Rele termis minyak dan
87 86 kumparan
NGR 51G
 96= Rele bucholz dan jansen
 87= Rele sudden pressure
 50= Rele arus lebih instantaneous
CT
51 51G  51 = Rele arus lebih gangguan
phase - phase
CB TRIP
 51G = Rele arus lebih gangguan
phase - tanah
 79= Rele penutup balik ( Auto
79 CB CB
reclosing relay )
 86 = Rele bantu sebagai master
CT CT
triping
51 51G

P. Cargo P. P Sari
Sistem pengaman pada transformator tenaga
dapat diklasifikasikan menjadi pengaman
terhadap gangguan mekanikal seperti rele termis
minyak dan kumparan, rele bucholz dan jansen,
rele sudden pressure, dan pengaman terhadap
gangguan elektrikal. Pengaman terhadap
gangguan elektrikal dapat dibagi atas pengaman
utama yaitu rele differensial dan pengaman
cadangan berupa rele arus lebih.
Gangguan Transformator Tenaga
Dalam sistem tenaga listrik, gangguan merupakan
suatu keadaan operasi sistem yang menyimpang dari
keadaan normal. Keadaan tidak normal tersebut
dapat berupa hubung singkat, beban lebih maupun
hubungan sistem terbuka. Ditinjau dari asalnya,
gangguan pada transformator daya tegangan tinggi
dibedakan menjadi dua (Soekarto,1995).
2.2.1 Gangguan dari Dalam Transformator ( Internal Fault )
Pengaman transformator daya ditujukan sebagai
pengaman didalam daerah pengamanannya.
Gangguan didalam sangat serius dan selalu ada resiko
terjadinya kebakaran. Bila gangguan terjadi di dalam
daerah pengamanan maka aliran arah arus seperti
ditunjukkan gambar di bawah
Gambar Sistem proteksi differensial kondisi gangguan didalam daerah

pengamanan I2
I1

i2

i1

id

 I1 > I2 i1 > i2
 I2 = 0 i2 = 0
 id = i1 - 0 = i1 …… rele akan kerja membuka kedua CB
Gangguan Dari Luar Transformator ( External Fault )

Gangguan di daerah pengamanan transformator


daya ini sering terjadi dan dapat merupakan
beban lebih, hubung singkat satu phase ketanah,
gangguan antar phase dan gangguan tiga phase
simetris. Bila sistem transformator tenaga dalam
kondisi normal atau gangguan yang terjadi di luar
daerah pengamanan maka aliran arah arus seperti
ditunjukan gambar berikut,
Gambar Sistem Pengaman Differensial Kondisi Normal / Gangguan Diluar Daerah
pengamanan.
I1 I2

i2
i1

id

I1 = I2 i1 = i2
id = i1 - i2 = 0 ……rele tidak kerja
2.3 Gangguan Sistem Jaringan Distribusi Primer
Kondisi gangguan pada sistem jaringan distribusi
primer tegangan menengah 20 kV dapat dibedakan
berdasarkan penyebabnya, yaitu :
Penyebab eksternal
Penyebab internal
2.3.1 Penyebab Eksternal
 Penyebab gangguan dari faktor luar (eksternal) dapat menyebabkan
dua jenis gangguan, yaitu (Roekman & Alrasjid, 2001) :
 Gangguan permanen, yaitu untuk membebaskan dari gangguan
diperlukan tindakan perbaikan dan / atau menyingkirkan penyebab
gangguan tersebut.
 Gangguan sementara yaitu gangguan yang bersifat temporer, yang
dapat hilang dengan sendirinya atau dengan memutuskan sesaat
bagian yang terganggu dari sumber tegangannya.
 Faktor-faktor luar (eksternal) yang dapat menyebabkan terjadinya
gangguan, yaitu :
1) Cuaca misalnya hujan, angin, petir.
2) Mahluk hidup misalnya manusia, binatang dan tumbuhan.
3) Benda-benda lain.
 Gangguan temporer jika tidak dapat segera dihilangkan , baik hilang
dengan sendirinya atau karena bekerjanya alat pengaman (Rekloser /
PBO ), akan dapat berubah menjadi gangguan bersifat permanen dan
menyebabkan pemutusan tetap.
150 kV 20 kV

PMT Recloser SSO SSO

GI OCR
FCO
R DGFR

N GARDU
T S DISTRIBUSI
500 ohm
2.3.2 Penyebab Internal
 Pada umumnya gangguan yang disebabkan oleh faktor
dalam (internal) bersifat permanen misalnya spesifikasi
alat tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan,
pemasangan alat yang tidak sesuai atau salah dan penuaan
alat. Gangguan yang disebabkan oleh faktor dalam
(internal) dapat dibagi menjadi dua macam yaitu
(Roekman & Alrasjid, 2001) :
 Gangguan Sistem
 Gangguan Jaringan
150 kV 20 kV

PMT Recloser Recloser SSO

GI OCR

SSO
R GFR

N
T S FCO

GARDU
DISTRIBUSI
150 kV 20 kV

DISTRIBUSI
GARDU
PMT Recloser SSO

GI OCR

SSO
R GFR
FCO

N
T S GARDU
GARDU
DISTRIBUSI DISTRIBUSI
40 ohm
2.3.2.1 Gangguan sistem
Adalah gangguan sistem jaringan distribusi primer
tegangan menengah 20 kV yang diakibatkan oleh
gangguan pada sistem pembangkit tenaga listrik atau
sistem jaringan transmisi tegangan tinggi. Pada
umumnya gangguan ini akan menyebabkan
pemadaman yang mencakup daerah yang cukup luas.
2.3.2.2 Gangguan jaringan
Adalah gangguan sistem jaringan distribusi
primer tegangan menengah 20 kV yang
mengakibatkan terputusnya pasokan daya listrik
dari pusat-pusat pembangkit tenaga listrik ke
daerah-daerah tertentu. Pada umumnya penyebab
gangguan jaringan adalah :
Gangguan peralatan
Gangguan akibat penyulang lain
Gangguan mahluk hidup
Gangguan saluran bawah tanah:
Gangguan internal
Tegangan dan arus abnormal
Pemasangan yang kurang baik (cacat )
Penuan
Beban lebih
Gangguan eksternal
Gangguan-gangguan mekanis akibat pekerjaan galian
saluran lain
Kendaraan yang lewat diatasnya
Impuls petir lewat saluran udara
Deformasi tanah
Gangguan saluran udara:

 Gangguan pada saluran udara sebagian besar karena pengaruh luar


 Angin dan pohon
 Petir
 Kegagalan / kerusakan peralatan dan saluran
 Manusia
 Hujan dan cuaca buruk
 Binatang dan benda benda asing
 Lain-lain
 Gangguan eksternal
 Gangguan-gangguan mekanis akibat pekerjaan galian saluran lain
 Kendaraan yang lewat diatasnya
 Impuls petir lewat saluran udara
 Deformasi tanah
Sistem Pengaman Distribusi 20 KV, 3 fasa, 3 kawat dengan pentanahan netral melalui
tahanan rendah
 Sistem Pengamanan bertujuan untuk mencegah atau membatasi kerusakan
pada jaringan beserta peralatannya, dan keselamatan umum yang
disebabkan karena gangguan baik gangguan yang bersifat sementara
maupun permanen sehingga kualitas dan keandalan penyaluran daya listrik
yang diharapkan oleh konsumen dapat terjamin dengan baik.
 Cara, macam , dan tingkat pengamanan yang diterapkan pada suatu sistem
tergantung dari faktor a.l: sistem yang ada termasuk sistem pentanahannya,
peralatan, kondisi dan peratruran stempat, dan macam beban, dan
merupakan kompromi yang memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan
dan yang sebanding dengan biayanya.
 Dalam perancanaan sistem pengamanan, macam dan karakteristik beban
sangat berpengaruh. Untuk daerah perkotaan yang padat beban maka
jaringan yang dibutuhkan adalah kabel tanah dengan sistem spindel,
dengan demikian layak untuk dipergunakan sistem pengamanan yang lebih
tinggi tingkatannya dan lebih mahal, sebaliknya untuk daerah luar kota
pada umumnya dengan kepadatan beban yang lebig rendah, jaringan yang
diperlukan cukup saluran udara konfigurasi radial, dengan pengamanan
yang lebih sederhana dan murah, sesuai tingkat keandalan yang masih bisa
diterima pemakainya.
Jenis dan tingkatan sistem pengaman yang diterapkan terhadap
suatu jaringan atau peralatan tergantung pada banyaknya faktor
yang berpengaruh yaitu diantaranya adalah sistem pentanahan,
kondisi peralatan, dan karakteristik beban. Hal ini
mempengaruhi perencanaan sistem pengaman yang diterapkan
pada suatu sistem jaringan distribusi
Jadi tugas pengamanan adalah sbb:
 Melakukan koordinasi dengan sisi tegangan tinggi (GI,
Transmisi, dan Pembangkit)
 Mengamankan perlatan dari kerusakan karena arus lebih
 Membatasi kemungkinan terjadinya kecelakaan,
 Secepatnya membebaskan pemadaman karena gangguan
 Membatasi daerah yang mengalami gangguan
 Mengurangi frekuensi pemutusan tetap karena gangguan
Pola pengamanan Sistem Distribusi 20 KV tergantung dari pola
pentanahan sistem distribusi tersebut. Ada tiga pola
pentanahan sistem distribusi yang berkembang di indonesia
yaitu ( SPLN 52-3 : 1983: )
Pentanahan sistem dengan tahanan tinggi,
dimaksudkan untuk memperoleh hasil optimum
dengan mengutamakan keselamatan umum,
sehingga lebih layak untuk daerah perkotaan
dengan saluran udara.
Pentanahan sistem secara langsung, dimaksudkan
untuk memperoleh hasil optimum dengan
mengutamakan faktor ekonomi, sehingga dengan
saluran udara elektrifikasi dapat dilakukan libih
banyak.
Pentanahan sistem dengan tahanan rendah,
dimaksudkan untuk memperoleh hasil optimum
dari kombinasi antara faktor ekonomi dan
keselamatan umum, dan yang layak untuk
menggunakan saluran udara bagi daerah luar kota
dan kabel untuk daerah padat dalam kota.
 Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan pada
sistem pengaman yaitu :
Kecepatan bertindak (quickness of action)
Pemilihan tindakan (selectivity or discrimination
action)
Peka (sensitivity)
Keandalan (reliability)
Macam – macam alat Pengamanan
 Pelebur (PL)
 Pemutus beban dengan relai arus lebih
 Pemutus beban dengan relai arus-tanah
 Pemutus beban dengan relai arus lebih terarah
 Pemutus beban dengan relai penutup balik otomatis
(PBO)
 Pemisah manual
 Saklar seksi otomatis (SSO)
 Relai gangguan tanah
 Indikator gangguan
2.4.1 Pemutus Tenaga (PMT) / Circuit Breaker (CB)
Pemutus Tenaga (PMT) / Circuit Breaker (CB) adalah
suatu saklar yang bekerja secara otomatis memutuskan
hubungan listrik pada jaringan baik dalam keadaan
berbeban maupun pada saat mengalami gangguan. Alat ini
dapat dibedakan berdasarkan jenis media yang digunakan
untuk memadamkan busur api pada saat melepas saklar-
saklarnya. Jenis-jenis CB antara lain :
OCB (Oil Circuit Breaker)
SF6-CB
Air Blast CB atau Air Break CB
Vacum CB
Dalam sistem pengoperasiannya, alat ini dilengkapi
dengan rele arus lebih / Over Current Relay (OCR) yang
berfungsi sebagai pengaman jaringan dari arus lebih.
 Keterangan:
 51 = Rele arus lebih gangguan phase - phase
 51G = Rele arus lebih gangguan phase - tanah
 79 = Rele penutup balik ( Auto reclosing relay )
2.4.2 Pemisah (PMS) / Disconecting Switch (DS)
Pemisah (PMS) / Disconecting Switch (DS) adalah
suatu saklar yang berfungsi untuk memisahkan atau
menghubungkan suatu jaringan pada saat tidak
berbeban (tidak bertegangan) maupun pada saat
mengalami gangguan. Pada umumnya alat ini akan
difungsikan pada saat diadakan pemeliharaan rutin.
2.4.3 Saklar Seksi Otomatis (SSO) / Sectionalizer
SSO / Sectionalizer adalah saklar yang bekerja secara otomatis
berdasarkan sensor tegangandan arus pada jaringan.
Alat ini berfungsi sebagai pemisah (pembagi) jaringan distribusi.
Dalam sistem pengoperasiannya alat ini dilengkapi dengan
pendeteksi arus gangguan ( Recloser ) dan AVS dengan deteksi
Tegangan.
Jika jumlah hitungan arus gangguan yang mengalir telah sesuai
dengan yang telah ditentukan, maka alat ini akan membuka
secara otomatis. Alat ini dapat dioperasikan baik pada saat
jaringan dalam keadaan berbeban maupun pada saat mengalami
gangguan. Secara umum alat ini difungsikan pada saat :
Pergantian fuse pada saluran cabang karena kondisi kenaikan
beban (peningkatan rating dari fuse).
Penambahan titik-titik pemisahan pada cabang-cabang yang
sudah ada dalam rangka memperbaiki kontinyuitas pelayanan.
2.4.4 Saklar Beban (SB) / Load Break Switch (LBS)
Saklar Beban (SB) / Load Break Switch (LBS) adalah
saklar yang diletakkan di atas tiang jaringan dan
berfungsi sebagai pembatas lokasi gangguan pada
beban.
Pada umumnya alat ini dipasang dekat dengan
pusat-pusat beban.
 Alat ini juga berfungsi sebagai saklar hubung antara
satu penyulang dengan penyulang lainnya dalam
keadaan darurat pada sistem operasi jaringan
distribusi primer tipe (open loop / ring).
2.4.5 Penangkal Petir (Arrester)
 Penangkal petir (Arrester) adalah suatu alat pengaman
bagi peralatan listrik terhadap gangguan tegangan lebih
yang disebabkan oleh petir. Alat ini berfungsi untuk
meneruskan arus petir ke sistem pengetanahan sehingga
tidak menimbulkan tegangan lebih yang merusak aliran
daya sistem frekuensi 50 Hz. Pada umumnya arrester
dipasang pada jaringan, transformator distribusi, cubicle
dan gardu induk. Beberapa jenis arrester, yaitu :
 Arrester jenis katup
 Arrester jenis metal-oxide
 Arrester jenis magnetblast
 Arrester jenis letupan (expulsion)
2.4.6 Transformator pengukuran
Transformator pengukuran pada sistem tenaga listrik
berfungsi untuk memberikan besaran ukur yang
diperlukan dalam pengukuran, pengontrolan maupun
sistem pengamanan.
Transformator pengukuran tersebut antara lain :
1. Transformator arus / Current Transformer (CT) dan
2. Transformator tegangan / Voltage Transformer (VT)
2.4.7 Pelebur ( fuse cut out )
 Arus lebih (hubung singkat) dapat menimbulkan panas berlebihan
yang akan mengakibatkan penghantar menjadi lunak dan meleleh.
Oleh karenanya pelebur yang mengamankannya harus memutusnya
sebelum mencapai batas ketahanan penghantar. Pelebur (fuse cut out)
dilengkapi dengan fuse link yang terdiri dari elemen lebur. Bagian
inilah yang akan langsung melebur jika dialiri arus lebih pada
jaringan. Besarnya fuse link yang digunakan tergantung dari
perhitungan jumlah beban (arus) maksimum yang dapat mengalir
pada jaringan yang diamankan. Pemilihan dan penggunaan pelebur
(fuse cut out) pada sistem jaringan distribusi primer tegangan
menengah 20 kV dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
 Pelebur (fuse cut out) jenis pembatasan arus (current limiting fuse)
 Pelebur (fuse cut out) yang selama dan cara kerjanya dipengaruhi dan
dibatasi oleh selang waktu dan arus tertentu. Pelebur (fuse cut out) ini
digunakan untuk pasangan dalam pada sisi primer transformator
distribusi pada gardu bangunan.
 Pelebur (fuse cut out) jenis letupan (expulsion fuse)
 Pelebur (fuse cut out) ini dilengkapi dengan alat penyemprot gas
untuk memadamkan busur api yang timbul akibat adanya pemutusan.
Pelebur (fuse cut out) ini digunakan untuk pasangan luar pada sisi
primer transformator distribusi pada gardu tiang.
Dalam pemilihan pelebur (fuse cut out) sebagai pengaman
saluran cabang saluran distribusi tegangan menengah
harus didasarkan atas faktor-faktor sebagai berikut :
Kemampuan pelebur terhadap arus beban maksimum
yang terus-menerus, yang mencangkup : arus beban
normal, arus beban lebih, arus harmonis dan daya
cadangan untuk pertumbuhan beban yang akan datang.
Koordinasi yang baik dengan peralatan-peralatan
pengaman yang lain (PMT, PBO) baik yang ada di sisi
hulu (sumber) maupun yang ada di sisi hilir (beban).
Batas kemampuan dari pelebur (fuse cut out) yang
dipasang, khususnya pelebur (fuse cut out) jenis
letupan yang dipasang dekat dengan gardu induk.
Batas kemampuan hantar arus penghantar terhadap
arus hubung singkat.
Untuk menentukan / mengkoordinasi waktu pemutusan
fuse cut out pada saluran percabangan penyulang dengan
peralatan pengaman yang lain ditentukan oleh besarnya
arus hubung singkat maksimum ( Isc ) yang terjadi.
Bentuk fisik pelebur (FCO) dapat dilihat (SPLN 64, 1985).
2.5 Rele Pengaman
Fungsi dari rele pengaman adalah untuk menentukan
dengan segera pemutusan atau penutupan pelayanan
penyaluran setiap elemen sistem tenaga listrik bila
terjadi gangguan atau kondisi kerja tidakn normal
yang dapat mengakibatkan kerusakan peralatan atau
mempengaruhi sistem yang masih beroperasi normal.
2.5.1 Prinsip Dasar Rele
 Rele pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga elemen
fundamental seperti yang ditunjukan pada gambar 2.6 yaitu
( Dukelsky, Titarenko, 1997 ) :
 Elemen perasa, mengukur adanya perubahan besaran listrik, misalnya
perubahan arus atau tegangan pada sistem.
 Elemen pembanding, bertugas membandingkan besaran yang terukur
dengan besaran yang telah diset sebelumnya.
 Elemen pengontrol, merupakan sinyal atau mengontrol rangkaian
lain, misalnya membuat sakelar suatu rangkaian tertutup.
 Berikut ini akan ditinjau bentuk yang paling sederhana dari suatu rele
arus elektromagnetik yang disiapkan untuk merespon magnitudo arus
yang mengalir dalam rangkaian yang dikontrol.
To trip or
Signal circuit

Sensing Compariso N Control


Element Element Element

Dalam rangkaian listrik terdiri dari tiga elemen, arus I


adalah arus yang diserap rele dan sumber DC adalah
sumber untuk rangkaian pen - trip. Besar arus ini dibatasi
sampai harga tertentu, dan apabila melewati harga yang
ditentukan maka jaringan akan diputus oleh circuit
breaker ( CB ) atau dikirim sinyal impuls kepada alarm,
atau menunjukan telah mengalir arus yang besar dalam
rangkaian. Agar operasi rangkaian diatas berlangsung
demikian, suatu peralatan khusus yang disebut rele harus
dilibatkan dalam rangkaian.
2.5.2 Rele Arus Lebih
Rele arus lebih adalah suatu rele yang bekerja hanya
berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi suatu
nilai tertentu yang melewatinya. Selain mengamankan
peralatan terhadap naiknya arus, rele pengaman ini harus
juga dapat bekerja pada jangka waktu yang telah
ditentukan sehingga pengaturan waktu dapat dikaitkan
dengan masalah koordinasi pengaman.
Berdasarkan karakteristiknya, rele arus lebih ( over current
relay ) ini dapat dibagi menjadi ( PT. PLN, 1995 ):
Rele arus lebih seketika ( Instantaneous )
Rele arus lebih waktu tertentu ( Definite Time )
Rele arus lebih waktu terbalik ( Inverse Time )
2.5.2.1 Rele Arus Lebih Seketika
Rele arus lebih yang mempunyai karakteristik waktu
kerja seketika ialah jenis rele arus lebih dimana
jangka waktu rele mulai saat rele arusnya pick up
sampai selesainya kerja rele sangat singkat berkisar
antara 20 sampai 100 milli second yaitu tanpa
penundaan waktu.
2.5.2.2 Rele Arus Lebih Waktu Tertentu
Rele arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu
ialah jenis rele arus lebih dimana jangka waktu mulai
rele arus pick up sampai selesainya kerja rele
diperpanjang dengan nilai tertentu dan tidak hanya
tergantung dari besarnya arus yang menggerakan.
t
CT
CB

R T
I
Ir I op

CT
-

beban
2.5.2.3 Rele Arus Lebih Waktu Terbalik

Rele dengan karakteristik waktu terbalik ialah jenis rele


arus lebih dimana jangka waktu mulai rele arus pick up
sampai selesainya kerja rele mempunyai sifat waktu
terbalik untuk nilai arus yang kecil setelah rele pick up dan
kemudian mempunyai sifat waktu tertentu untuk nilai
arus yang lebih besar. Bentuk perbandingan terbalik dari
waktu arus ini sangat bermacam – macam, akan tetapi
dapat digolongkan sebagai berikut :
 Berbanding terbalik ( inverse = i )
 Sangat berbanding terbalik ( very inverse = vi )
 Sangat berbanding terbalik sekali ( extremely inverse = ei )
t
CT
CB

+ i

R vi
T ei
Ir

CT

I
beban
2.5.2.4 Rele Arus Lebih Untuk Gangguan Satu Phase ke Tanah
 Gangguan satu phase ke tanah sangat tergantung dari jenis
pentanahan dan sistemnya. Gangguan satu fasa umumnya bukan
merupakan hubung singkat secara metalik tetapi melalui tahanan
gangguan, sehingga arus gangguannya yang sudah dibatasi, dengan
adanya tahanan gangguan menjadi semakin kecil. Dengan demikian
rele gangguan antar phase tersebut tidak dapat berfungsi.
 Pada sistem yang ditanahkan melalui tahanan rendah 40 ohm, maka
arus gangguan satu phase ke tanah maksimum 300 ampere, bila
gangguan terjadi di dekat trafo daya supply dengan gangguan metalik.
Bila gangguan letaknya jauh dari trafo daya supply dan terdapat
tahanan gangguan, maka arus gangguan satu phase ke tanah akan
lebih kecil lagi. Penyetelan arus lebih untuk gangguan satu phase ke
tanah sekecil mungkin, hal ini dimaksudkan supaya adanya tahanan
gangguan yang cukup besar masih dapat dideteksi. Sehingga
penyetelan arusnya adalah (Komari, Soekarto, Wirawan, 1995):
Gambar Karakteristik Rele Arus Lebih Merk ABB type SPAJ 140 C
2.5.3 Daerah Pengaman ( Protective Zone )
 Suatu bagian dari sistem daya ( generator, transformator, jaringan
transmisi, busbar, dst ) dilindungi oleh suatu skema proteksi tertentu
yang disebut zone pengaman. Keseluruhan sistem daya dicakup oleh
beberapa zone pengaman dan tidak ada bagian sistem yang tidak
diamankan.
 Setiap zone mencakup satu atau dua komponen sistem daya. Zone
yang berdekatan saling overlap, sehingga tidak ada daerah yang
dibiarkan tidak terlindungi (dead spot).
 Batas zone pengaman ditentukan oleh lokasi trafo arus ( Hubert
Nainggolan, 1995 ).
 Zone pengaman dapat dibagi atas 2 sistem :
 Sistem unit adalah suatu sistem dimana zone dapat ditentukan secara
pasti. Pengaman hanya bereaksi terhadap gangguan di dalam zone
yang dilindunginya, dan tidak bereaksi terhadap gangguan lewat
( gangguan diluar zone pengamannya )
 Non sistem unit seperti pengaman gangguan hubung singkat tidak
mempunyai batas yang pasti. Setiap zone mempunyai skema
pengaman tertentu dan setiap skema pengaman mempunyai sistem
pengaman.
3 3
1 2
4 4
2.5.4 Dasar Perhitungan Setting Rele Arus Lebih

 Dasar pertimbangan menghitung setting arus OCR adalah


memperhatikan dua faktor yaitu arus kerja ( pick up ) dan arus kembali
( drop off ). Dimana Arus kerja ( Ip ) adalah nilai arus dimana OCR
akan bekerja dan menutup kontak. Sedangkan arus kembali ( Id )
adalah nilai arus dimana OCR berhenti bekerja. Perbandingan antara
arus drop off dan arus pick up dinyatakan dengan notasi Kd , sehingga

Id
Kd 
Ip
dimana :
 Kd = Faktor arus kembali
 Id = Arus kembali ( arus drop off ).
 Ip = Arus kerja ( arus pick up ).
 Nilai Kd untuk rele arus lebih dengan karakteristik waktu arus tertentu
mempunyai nilai 0,7 – 0,9, sedangkan karakteristik waktu terbalik
mempunyai nilai 1,0. Maka dengan memperhatikan dua faktor tersebut
diatas, kaidah penyetelan rele arus lebih adalah sebagai berikut (PT.
PLN,1995 ):
Rele arus lebih tidak boleh bekerja pada beban
maksimum. Dalam beberapa hal, arus nominal pada trafo
arus merupakan arus maksimumnya, sehingga penyetelan
arusnya adalah :

K fk
I set   I nom
Kd
Pada zone pengaman rele arus dapat mencapai paling
sedikit adalah ujung dari seksi berikutnya pada arus
gangguan yang minimum ( jumlah pembangkit yang
beroperasi minimum ) atau arus gangguan minimum
dapat diambil arus gangguan dua phase.
2.5.5 Prinsip Dasar Perhitungan Penyetelan Waktu
 Penyetelan arus (Is) OCR didasarkan pada penyetelan batas minimumnya,
maka OCR bekerja bila gangguan hubung singkat dibeberapa seksi berikut,
Untuk mendapatkan pengamanan yang selektif, maka penyetelan waktunya
dibuat secara bertingkat.
 Syarat untuk mensetting waktu tunda ( td ) dari rele arus lebih terbalik, harus
diketahui data sebagai berikut :
 Besarnya arus hubung singkat pada setiap seksi ( I ).
 Penyetelan / setting arusnya ( Is ).
 Kurva karakteristik rele yang dipakai.
 Ketentuan berlaku pada rele waktu, maka waktu kerja rele untuk dua seksi
yang berurutan pada lokasi gangguan sama harus mempunyai beda waktu Dt
= 0,4 - 0,5 detik. Umumnya diset minimum 0,5 atau 1 detik untuk rele di
seksi hilir dan seksi hulunya diset pada nilai Dt = 0,4 - 0,5 detik terhadap rele
dihilirnya pada keadaan arus HS maksimum ( jumlah pembangkit yang
beroperasi maksimum dan HS 3 phase ), sehingga pengamanan selektif.
Hal - hal yang mempengaruhi Dt :
 Kesalahan rele waktu 0,2 detik
 Waktu pembukaan PMT sampai hilangnya bunga api 0,06 - 0,14 detik
 Kelambatan rele arus, rele bantu 0,05 detik
 Faktor keamanan 0,05 – 0,15 detik
 Jadi umumnya diambil Dt = 0,4 - 0,5 detik.
Untuk penyetelan waktu rele di sisi penyulang, sekunder
dan primer trafo, mengacu pada ketahanan transformator
menahan arus gangguan hubung singkat sesuai SPLN 8-5 :
1991 adalah selama 2 detik. Jadi waktu kerja dari rele arus
lebih penyulang harus lebih kecil dari waktu ketahanan
transformator menahan arus gangguan hubung singkat,
sehingga waktu tunda ( td ) dapat dicari dengan
persamaan :
Dimana :
If adalah arus gangguan hubung singkat dua phase.
t adalah waktu kerja rele yang dikehendaki.
0,02
 If  1
 I 
td   set 
 t
0,14
2.5.6 Koordinasi Pengaman Jaringan
 Koordinasi pengaman adalah suatu usaha untuk mengatur tindakan-
tindakan pengamanan dengan penggunaan peralatan pengaman yang
tepat dan sesuai sehingga tindakan-tindakan yang dilakukan tidak
saling bertentangan. Prinsip koordinasi pengaman adalah sebagai
berikut :
1. Suatu peralatan pengaman harus dapat membedakan gangguan
temporer atau permanen pada daerah kerjanya sebelum peralatan
pengaman lain memutuskan rangkaian atau beroperasi mengunci
( lock – out ).
2. Daerah pemutusan yang disebabkan oleh gangguan permanen harus
dibatasi sekecil mungkin dalam waktu yang singkat.

Ada beberapa macam koordinasi pengaman yang ada, antara lain :


a. Koordinasi pelebur (fuse cut out) dengan pelebur (fuse cut out)
Prinsip koordinasi dua fuse cut out atau lebih adalah memberikan
kesempatan pelebur sisi hilir yang berada di depan titik gangguan
bekerja terlebih dahulu sebelum fuse cut out sisi hulu yang bertindak
sebagai cadangan untuk bekerja, seperti terlihat pada gambar
Gambar Koordinasi Dua Pengaman lebur (fuse cut out)

Pelebur cadangan yang diproteksi


Gardu Induk
pada sisi hulu/sumber

Pelebur pemroteksi pada sisi


hilir/beban
b.Koordinasi fuse cut out dengan Penutup Balik Otomatis (PBO)
Tujuan dari koordinasi ini adalah agar gangguan yang bersifat
temporer atau sementara dapat diatasi terlebih dahulu oleh
PBO sebelum fuse cut out sebagai pelindung utama bekerja.
Sebaliknya apabila terjadi gangguan yang bersifat permanen di
sisi hilir / beban dapat diatasi oleh fuse cut out yang
bersangkutan sebelum PBO bekerja sehingga daerah padam
dapat diperkecil.

c. Koordinasi fuse cut out dengan Circuit Breaker (CB)


Pada prinsipnya koordinasi ini merupakan koordinasi antara
fuse cut out dengan rele arus lebih (OCR). Agar fuse cut out
dengan OCR dapat berkoordinasi dengan baik, maka kurva
pemutusan maksimum (maximum clearing time) dari fuse cut
out harus berada di bawah kurva karakteristik dari OCR.
Dengan demikian fuse cut out akan putus lebih dahulu
sebelum OCR bekerja untuk memutuskan CB sehingga daerah
yang padam dapat diperkecil.
2.6 Manuver Sistem Jaringan Saat Gangguan

Manuver jaringan merupakan kegiatan modifikasi


terhadap kondisi operasi normal jaringan akibat
adanya pemeliharaan ataupun gangguan
permanen sehingga tetap tercapai kondisi
penyaluran daya listrik yang optimal.
Manuver jaringan pada kondisi operasi
normalnya menggunakan jaringan tipe radial yang
dikembangkan menjadi jaringan tipe lingkar
terbuka (open loop/ring) yang melewati gardu
hubung atau saklar-saklar beban.
 Dengan adanya manuver jaringan, maka waktu pemadaman dapat
dipersingkat dan daerah pemadaman dapat dipersempit sehingga
losses kWh yang terjadi dapat ditekan seminimum mungkin.

 Manuver jaringan membutuhkan keandalan sistem yang mampu


menanggung beban baik dari sisi pengaman, penghantar maupun
daya listrik yang akan disalurkan sehingga susut tegangan dan losses
daya listrik yang terjadi pada ujung jaringan masih berada dalam
batas (toleransi) yang telah ditentukan

 Manuver jaringan pada sistem jaringan distribusi primer tegangan


menengah 20 kV dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara
yaitu :
1. Remote Control
2. Manual
3. Pelaksanaan manuver jaringan langsung ditangani oleh Area
Pengatur Distribusi dibantu oleh Unit Pelayanan Jaringan (UPJ).
2.7 Manuver Karena Pekerjaan

Beberapa hal yang diperhatikan pada manuver jaringan adalah :

Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah menurut


keadaan operasi normalnya, baik dalam keadaan bertegangan
maupun tidak bertegangan.
Memisahkan jaringan menjadi bagian jaringan yang terhubung
sesuai keadaan operasi normalnya, baik pekerjaan
memasukkan atau melepas PMT,DS,SSO dapat dilakukan
dengan menggunakan fasilitas remote control maupun secara
manual.
Waktu pelaksanaan manuver jaringan yaitu berkisar antara
pukul 06.00 sampai 07.00 waktu setempat untuk melakukan
pelepasan dan untuk penormalan kembali dilakukan pada
pukul 17.00 waktu setempat.
Manuver jaringan dapat dilakukan pada jam-jam sebelum
adanya kesibukan yang dilakukan oleh masyarakat atau
perkantoran.

Anda mungkin juga menyukai