LANDASAN TEORI
Prinsif utama sistem proteksi adalah perlindungan terhadap sistem ketenagalistrikan dan
peralatan lainnya. Suatu sistem proteksi yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan
antara lain : sistem tersebut harus andal dalam arti sistem proteksi tersebut
tersebut harus bekerja jika
terjadi gangguan , selektif dimana sistem proteksi harus mampu mengisolir gangguan
sehingga bagian yang tidak terganggu masih bisa beroperasi dengan normal, sistem proteksi
harus bekerja dengan cepat sehingga tidak merusak peralatan yang terganggu atau yang
bukan gangguan.
7
Gambar 2.1.1 Wiring Sistem Proteksi
8
Gambar 2.1.2 Wiring Sistem Proteksi Pada Cubicle di Gardu Konsumen
9
Gambar 2.1.3 Wiring Sistem Proteksi Pada CT dan VT di Cubicle Gardu Konsumen
10
Gambar 2.1.4 Wiring Sistem Proteksi Pada CT dan VT di Cubicle Gardu Konsumen
Secara umum suatu system proteksi terdiri dari bagian – bagian yaitu :
Current Transformer ( CT )
Voltage Transformer ( VT )
11
2.1.1. Current Transformer ( CT )
menurunkan arus yang mengalir pada sistem atau jaringan menjadi arus kerja yang sesuai
dengan relay, peralatan metering dan lainnya. Pada umumnya CT mempunyai kumparan
single dan ganda ( double core )pada sekundernya. Yang mana kumparan pertama digunakan
untuk pengukuran yang memeiliki tingkat ketelitian tinggi sehingga kesalahan pengukuran
sekecil mungkin . Sedangkan untuk kumpararan kedua digunakan untuk proteksi yang
kelasnya 5P10 atau 5P20, sehingga jika terjadi gangguan masih bisa mentransformasikan
arus yang mengalir. Sekunder CT ada yang 1 Amper dan ada yang 5 A tergantung dengan
peralatan proteksi dan pengukuran yang akan digunakan . kumparan primer CT dipasang seri
Current Transformer ( CT )
Merek Trafindo
Type RCM 6
Rasio 20 – 40 / 5-5 A
Current Transformer ( CT )
Type RCM 6
Rasio 25 – 50 / 5-5 A
12
2.1.2. Voltage Transformer ( VT )
100 volt phasa – phasa. Tegangan dari VT ini kemudian digunakan pada relay dan KWH
meter, peralat pengukuran atau juga untuk Triffing Coil. Yang harus diperhatikan pada VT
adalah burden yang diizinkan, biasanya terdapat pada name platenya. Pembebanan yang
melebihi burden akan mengakibatkan jatuh tegangan sehingga terjadi kesalahan pada
pengukuran ( metering ).
A B C
13
2.1.3. Relay Proteksi
Fungsi utama relay proteksi adalah mendeteksi arus yang mengalir dan merasakan
adanya arus gangguan kemudian mengirimkan sinyal dan merasakan adanya arus gangguan
kemudian mengirimkan sinyal trif jika arus yang mengalir melebihi nilai setting yang di
terhadap : Over Current diberi notasi ( I > ), Ground Fault notasinya ( IO > ), Moment
(A)
(B)
(C)
14
2.1.4. Tripping Coil / Shunt Triff dan Relay Auxiliary / relay bantu
Triffing Coil bekerja berdasarkan prinsif elektromagnetik, jika diberi tagangan maka
akan mentripkan kan CB / PMT . Triffing coil menggunakan tegangan AC / DC , itu terlihat
diname plate CB / PMT cubicle . Sedangkan Relay bantu / Auxiliary kontak digunakan
sebagai interlock , jika CB / PMT kondisi terbuka ( open ) maka tegangan ke triffing coil
terputus.
Tripping Coil
DC 12 – 48 Volt
Tripping Coil
AC 100 Volt
15
2.1.5. Circuit Breaker ( PMT )
Circuit Breaker atau lebih dikenal dengan PMT merupakan pemutus beban yang
boleh dioperasikan dalam keadaan berbebab. Karena dilengkapi dengan peredam busur api,
sehingga tidak tidak ada percikan api jika pemutus ini dioperasikan. Sebagai peredam busur
api nya digunakan media vacuum atau gas Sulfur HexaFluoride ( SF6 ).
(A)
Merek MG Schneider
Type SF6
(B)
Merek Areva
Type SF6
16
2.2 Jenis – jenis gangguan Distribusi Tenaga Listrik
internal sistem tersebut atau diluar sistem (eksternal). Gangguan yang terjadi antara lain :
Tegangan Lebih , Arus Lebih dan Hubung Singkat. Tegangan lebih berupa petir dan proses
switching pada saat opening atau closing DS / LBS. Sedangkan gangguan arus lebih bisa juga
dari internal dan internal sistem. Gangguan diluar sistem sering terjadi di SUTM. Macam –
macam gangguan yang terjadi pada SUTM dapat dibagi menjadi dua kelompok, Yaitu :
Gangguan yang bersifat Temporer, yang dapat hilang dengan sendirinya atau dengan
memutuskan sesaat bagian yang terganggu dari bagian yang terganggu dari sumber
Arus yang terjadi akibat gangguan hubung singkat 3 Fasa mempunyai nilai yang
sangat tinggi dibandingkan dengan gangguan lainnya. Biasanya dikonsumen gangguan ini
terjadi karena grounding dipanel Cubicle belum di lepas kemudian di masukkan tegangan 20
kV . Besar arus gangguan 3 Fasa ini menurut Kadarisman ( 2006 : 15 ) , Tentang Relay
E fasa
Iଷ = … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . ( 2.1 )
Z1
17
Z1 = Impedansi Urutan Positif ( Ohm )
۳ ܉ܛ܉
۷ ୀ … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . ( . )
܈+܈
Nilai Arus ini paling kecil di bandingkan gangguan lainnya, tetapi gangguan ini sering
terjadi di system atau di konsumen. Besarnya arus gangguan hubung singkat satu fasa ke
tanah adalah :
ܠ۳ ܔ܉ܚܜ܍ܖି܉ܛ܉
ࡵࢌ = … … … … … … … … … … … … … … … ( 2.3 )
܈ା ܈ା ܈
18
Z1 = Impedansi Urutan Positif ( Ohm )
Untuk menghitung besarnya arus hubung singkat pada system pertama – tama harus dihitung
besaran – besaran :
Impedansi Sumber ( Reaktansi ) yang di ambil dari data hubung singkat dibus TM
Impedansi Penyulang
Pembatas daya yang ditetapkan dalam TDL ditahun 1980 –an adalah memungut secara
utuh karakteristik pembatas ditegangan rendah ( MCB ), dimana pada penerapannya pada
Pada awal tahun 1990 –an mulai dipikirkan untuk memanfaatkan Over Load Relay,
tetapi karakteristiknya tidak bisa sama dengan karakteristik MCB tegangan rendah itu. Oleh
sebab itu karakteristik pembatas dalam TDL selanjutnya dibuat mendekati karakteristik MCB
dan dekat pula dengan karakteristik yang bisa dibuat di Over load Relay.
Pada pelaksanaannya, diketahui bahwa sebagian unit PLN menerapkan pembatas ini
pembebanan, sehingga dapat menggunakan daya lebih besar dari daya kontrak dan bisa
menimbulkan kerugian bagi PLN. Untuk konsumen tegangan rendah ( yang menggunakan
CT ), konsumen tegangan menengah dan konsumen tegangan tinggi digunakan over load
19
relay dan cara settingnya, maka setting yang dilakukan untuk sistem proteksi dan pembatas
daya pada perusahaan PT. Nidia Prima ini, harus dibuat sama mendekati karakteristik MCB
dan Fuse SF6 dan memperhatikan ketentuan bahwa konsumen diperbolehkan menarik beban
Sesuai dengan TDL 2003, pembatasan daya listrik pada pelanggan Tegangan
Menengah (TM) mempunyai bentuk dan karakteristik sebagai berikut: Pemutus tenaga
(circuit-breaker) tegangan menengah yang dilengkapi dengan rele beban Lebih 3 (tiga) fasa
yang mempunyai karakteristik waktu yang mengacu kepada rumus cold start dari
karakteristik thermis rele beban lebih (over load relay) yang disesuaikan pada arus nominal
Dimana,
sebagai berikut :
20
1,50 X In Trip Sebelum 10 menit
Karena pembatas arus beban Pelanggan dengan Rele Beban Lebih (Over Load Relay F49)
tidak dapat mengamankan peralatan Instalasi tenaga dari kerusakan (mekanis, termis) akibat
arus gangguan hubung singkat yang besar, maka Instalasi tenaga harus dipasangi pengaman
hubung singkat menggunakan rele Pengaman Hubung Singkat (Rele Arus Lebih, Over
Setelan arus dan setelan waktu dari rele arus lebih tidak boleh menggagalkan karakteristik
yang dibentuk oleh rele pembatas daya, namun harus tetap dapat mengamankan peralatan
instalasi tenaga (kabel, konduktor, trafo dll) dari arus gangguan hubung singkat.
Dalam hal kapasitas (rating) peralatan instalasi tenaga (kabel, konduktor, trafo) tidak
memungkinkan untuk koordinasi rele pembatas dan rele pengaman hubung singkat secara
selektif, maka prioritas setelan ( padanan kata ‘setting’) diutamakan untuk untuk pengaman
hubung singkat. Khusus pelanggan dengan tarif I-3 tanur busur listrik (arc furnace),
pembatasan daya dilakukan dengan penyetelan rele pada 115 % dari daya kontrak/daya
tersambung.
Dari tabel di atas dapat dijabarkan bahwa PLN membeli kelonggaran pada pelanggan
21
Pada kondisi 400% (4 In) bukan Arus beban tapi sudah dikategorikan sebagai arus gangguan
yang berpotensi untuk merusak peralatan, maka element yang bekerja Elemen Proteksi Arus
Lebih (OCR). Saat ini hampir semua Relay Overload juga tersedia elemen OC & GF
Kurva Operasi Relay Over Load & Over Current sebagai backup
Element Thermal Over Load bekerja mulai kisaran Arus 1.05 In, maka
22
Pada Arus sebesar 4 x In dengan waktu trip 54 detik, akan sangat berpotensi merusak
peralatan (terbakar) sehingga diperlukan Pengaman ke-2 yaitu Over Current Relay (OCR)
Sehingga pada besar arus 4 In, waktu trip tidak lagi di 54 detik namun dapat di atur secepat
mungkin mendekati instant (0.15 det) sesuai dengan setting yang dimasukkan.
• 1.05 - 1.8 In (Arus Beban lebih) >> Relay Over Load (F49)
Dari Tabel di atas, trip-2 lebih cepat dari trip-1 dst. Bila pelanggan tetap menarik
kuantitas arus yang sama setelah trip-1, maka trip-2 akan berlangsung lebih cepat karena
Thermal Element masih menyimpan Persentase Thermal Image dari trip sebelumnya. Fungsi
ini berfungsi untuk memberikan kesempatan pada peralatan seperti Trafo, konduktor, kabel,
23
2.5.2 CB BLOCKING/LATCHING
Setelah trip-1, Overload relay akan memblokir CB dengan menahan kontak tripping
coil CB (latching) sehingga pelanggan tidak bisa memasukan CB sampai dengan waktu yang
dapat diprogram. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peralatan : trafo,
beban tidak murni dilakukan oleh Element Thermal Over load (F49), namun menggunakan
Kurva Operasi pembatasan beban dengan kombinasi Over Load (F49) & Over Current
(F50/51).
24
Kurva pembatasan beban dengan kombinasi fungsi F49 dan F5051
1. 4.0 x In, Waktu trip akan sangat lama ± 0.8 menit (48 detik).
2. Dengan kuantitas arus sedemikian besar dan waktu trip yang cukup lama, akan sangat
3. Fungsi HOT START THERMAL tidak berfungsi karena pada kisaran arus 1.2, 1.5
dan 4.0 yang berfungsi adalah element Overcurrent bukan Thermal Overload
Bila pelanggan tetap memakai beban melebihi arus kontrak setelah trip-1, maka trip-2 dst
akan berlangsung pada waktu yang sama. Sehingga tidak ada perlindungan terhadap peralatan
25
Karakteristik waktu Trip diatas dapat dipenuhi dengan settingan over load relay dengan benar
Toleransi yang diperbolehkan bagi konsumen untuk menarik beban lebih selama selang
waktu tertentu ini, bertujuan agar sistem proteksi dan pembatas daya bekerja selektif dan
tidak bekerja sangat peka terhadap adanya gangguan diluar sistem instalasi diperusahaan PT.
Nidia Prima, karena jika disetting sangat peka, justru akan menggangu kontinyuitas aliaran
listrik yang masuk ke instalasi perusahaan PT. Nidia Prima, dan merusak peralatan yang
( ࡵ )
࢚ = ࣌ ࢞ ࡵ ( ( ) ………………………… ( 2.4 )
ࡵ ) ି( ࢞ ࡵș )
σ = Konstanta Thermis
I = Arus beban
k = konstanta 1,05
26