Anda di halaman 1dari 20

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Sistem Proteksi

Prinsif utama sistem proteksi adalah perlindungan terhadap sistem ketenagalistrikan dan

peralatan lainnya. Suatu sistem proteksi yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan

antara lain : sistem tersebut harus andal dalam arti sistem proteksi tersebut
tersebut harus bekerja jika

terjadi gangguan , selektif dimana sistem proteksi harus mampu mengisolir gangguan

sehingga bagian yang tidak terganggu masih bisa beroperasi dengan normal, sistem proteksi

harus bekerja dengan cepat sehingga tidak merusak peralatan yang terganggu atau yang

bukan gangguan.

Secara sederhana single line diagram untuk konsumen tegangan menengah ( TM ) 20 kV

dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Single line diagaram konsumen TM

7
Gambar 2.1.1 Wiring Sistem Proteksi

8
Gambar 2.1.2 Wiring Sistem Proteksi Pada Cubicle di Gardu Konsumen

9
Gambar 2.1.3 Wiring Sistem Proteksi Pada CT dan VT di Cubicle Gardu Konsumen

10
Gambar 2.1.4 Wiring Sistem Proteksi Pada CT dan VT di Cubicle Gardu Konsumen

Secara umum suatu system proteksi terdiri dari bagian – bagian yaitu :

 Current Transformer ( CT )

 Voltage Transformer ( VT )

 Relay Proteksi ( Sepam 1000, OPM , ABB dll )

 Shunt Trif / Triffing Coil dan Relay Auxiliary / Relay bantu

 Circuit Breaker ( PMT )

11
2.1.1. Current Transformer ( CT )

Current Transformer ( CT ) berfungsi untuk pengukuran tidak langsung, artinya

menurunkan arus yang mengalir pada sistem atau jaringan menjadi arus kerja yang sesuai

dengan relay, peralatan metering dan lainnya. Pada umumnya CT mempunyai kumparan

single dan ganda ( double core )pada sekundernya. Yang mana kumparan pertama digunakan

untuk pengukuran yang memeiliki tingkat ketelitian tinggi sehingga kesalahan pengukuran

sekecil mungkin . Sedangkan untuk kumpararan kedua digunakan untuk proteksi yang

kelasnya 5P10 atau 5P20, sehingga jika terjadi gangguan masih bisa mentransformasikan

arus yang mengalir. Sekunder CT ada yang 1 Amper dan ada yang 5 A tergantung dengan

peralatan proteksi dan pengukuran yang akan digunakan . kumparan primer CT dipasang seri

dengan beban. Berikit contoh Current Transformer ( CT ) yang di pergunakan : Merek

Trafindo dan Merlin Gerin ( MG ). Gambar 2.2. Current transformer ( CT )

Current Transformer ( CT )

Merek Trafindo

Type RCM 6

Rasio 20 – 40 / 5-5 A

Current Transformer ( CT )

Merek Merlin Gerin

Type RCM 6

Rasio 25 – 50 / 5-5 A

12
2.1.2. Voltage Transformer ( VT )

Tidak mungkin peralatan proteksi dan pengukuran (metering) dihubungkan langsung

dengan sistem 20 kV, sehingga VT digunakan untuk menurunkan tegangan 20 kV menjadi

100 volt phasa – phasa. Tegangan dari VT ini kemudian digunakan pada relay dan KWH

meter, peralat pengukuran atau juga untuk Triffing Coil. Yang harus diperhatikan pada VT

adalah burden yang diizinkan, biasanya terdapat pada name platenya. Pembebanan yang

melebihi burden akan mengakibatkan jatuh tegangan sehingga terjadi kesalahan pada

pengukuran ( metering ).

Berikut ini contoh : Voltage Transformer ( VT ) yang di gunakan :

A B C

Gambar 2.3. Voltage Transformer ( VT ) yang di gunakan pada sistem 20 Kv

A = Trafo Tegangan 2 Fasa

B = Trafo Tegangan 1 fasa

C = Trafo Tegangan 2 fasa

13
2.1.3. Relay Proteksi

Fungsi utama relay proteksi adalah mendeteksi arus yang mengalir dan merasakan

adanya arus gangguan kemudian mengirimkan sinyal dan merasakan adanya arus gangguan

kemudian mengirimkan sinyal trif jika arus yang mengalir melebihi nilai setting yang di

masukkan . Relay yang digunakan untuk konsumen TM harusnya mencakup proteksi

terhadap : Over Current diberi notasi ( I > ), Ground Fault notasinya ( IO > ), Moment

notasinya ( I >> ) dan Thermal notasinya ( Φ ) sebagai pembatas daya.

Gambar 2.4. Contoh Relay Proteksi yang di gunakan pada sistem 20 kV

(A)

Relay Merlin Gerin

SEPAM type T20

(B)

Relay Merek ABB

(C)

Relay Merek MICOM

14
2.1.4. Tripping Coil / Shunt Triff dan Relay Auxiliary / relay bantu

Triffing Coil bekerja berdasarkan prinsif elektromagnetik, jika diberi tagangan maka

akan mentripkan kan CB / PMT . Triffing coil menggunakan tegangan AC / DC , itu terlihat

diname plate CB / PMT cubicle . Sedangkan Relay bantu / Auxiliary kontak digunakan

sebagai interlock , jika CB / PMT kondisi terbuka ( open ) maka tegangan ke triffing coil

terputus.

Tripping Coil

DC 12 – 48 Volt

Tripping Coil

AC 100 Volt

Gambar 2.5. Shunt Trip / Tripping Coil pada CB / PMT

15
2.1.5. Circuit Breaker ( PMT )

Circuit Breaker atau lebih dikenal dengan PMT merupakan pemutus beban yang

boleh dioperasikan dalam keadaan berbebab. Karena dilengkapi dengan peredam busur api,

sehingga tidak tidak ada percikan api jika pemutus ini dioperasikan. Sebagai peredam busur

api nya digunakan media vacuum atau gas Sulfur HexaFluoride ( SF6 ).

(A)

Circuit Breaker ( PMT )

Merek MG Schneider

Type SF6

24 kV, 630 A, 12,5 kA

(B)

Circuit Breaker ( PMT )

Merek Areva

Type SF6

24 kV, 630 A, 14,5 kA

Gambar 2.6. Circuit Breaker / PMT 20 kV

16
2.2 Jenis – jenis gangguan Distribusi Tenaga Listrik

Pada Umumnya suatu sistem ketenagalistrikan sering mengalami gangguan , dari

internal sistem tersebut atau diluar sistem (eksternal). Gangguan yang terjadi antara lain :

Tegangan Lebih , Arus Lebih dan Hubung Singkat. Tegangan lebih berupa petir dan proses

switching pada saat opening atau closing DS / LBS. Sedangkan gangguan arus lebih bisa juga

dari internal dan internal sistem. Gangguan diluar sistem sering terjadi di SUTM. Macam –

macam gangguan yang terjadi pada SUTM dapat dibagi menjadi dua kelompok, Yaitu :

 Gangguan yang bersifat Temporer, yang dapat hilang dengan sendirinya atau dengan

memutuskan sesaat bagian yang terganggu dari bagian yang terganggu dari sumber

tegangan nya dengan Recloser atau sistem proteksi lainnya.

 Gangguan yang bersifat permanen, dimana untuk membebaskannya diperlukan

tindakan perbaikan atau menyingkirkan gangguan tersebut , sehingga gangguan ini

menyebabkan pemutusan tetap.

2.2.1. Gangguan hubung Singkat 3 Fasa

Arus yang terjadi akibat gangguan hubung singkat 3 Fasa mempunyai nilai yang

sangat tinggi dibandingkan dengan gangguan lainnya. Biasanya dikonsumen gangguan ini

terjadi karena grounding dipanel Cubicle belum di lepas kemudian di masukkan tegangan 20

kV . Besar arus gangguan 3 Fasa ini menurut Kadarisman ( 2006 : 15 ) , Tentang Relay

pembatas, bisa di analisa melalui Hukum Ohm yaitu :

E fasa
I୤ଷ = … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . ( 2.1 )
Z1

Dimana : ‫ܫ‬௙ଷ = Besar arus Hubung Singkat 3 fasa

E fasa = Tegangan fasa ( Volt )

17
Z1 = Impedansi Urutan Positif ( Ohm )

2.2.2. Gangguan Hubung singkat 2 fasa

Arus gangguan Hubung singkat 2 fasa biasanya jarang terjadi di konsumen.

Besarnya arus hubung Singkat 2 fasa yaitu :

۳ ܎‫܉ܛ܉‬
۷܎૛ ୀ … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . ( ૛. ૛ )
‫܈‬૚+‫܈‬૛

Dimana : ‫ܫ‬௙ଶ = Besar Arus Hubung Singkat 2 fasa ( Ampere )

E fasa = Tegangan fasa ( volt )

Z1 = Impedansi Urutan Positif (Ohm )

Z2 = Impedansi Urutan Negatif ( Ohm )

2.2.3. Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa Ke Tanah.

Nilai Arus ini paling kecil di bandingkan gangguan lainnya, tetapi gangguan ini sering

terjadi di system atau di konsumen. Besarnya arus gangguan hubung singkat satu fasa ke

tanah adalah :

૜ ‫ ܠ‬۳ ܎‫ܔ܉ܚܜ܍ܖି܉ܛ܉‬
ࡵࢌ૚ = … … … … … … … … … … … … … … … ( 2.3 )
‫ ܈‬૚ା‫ ܈‬૛ା‫ ܈‬૙

Dimana : ‫ܫ‬௙ଵ = Besar Arus Hubung Singkat 1 fasa ke tanah ( Ampere )

E fasa – netral = Tegangan fasa ke tanah ( Volt )

18
Z1 = Impedansi Urutan Positif ( Ohm )

Z2 = Impedansi Urutan Negatif ( Ohm )

Z0 = Impedansi Urutan Nol ( Ohm )

Untuk menghitung besarnya arus hubung singkat pada system pertama – tama harus dihitung

besaran – besaran :

 Impedansi Sumber ( Reaktansi ) yang di ambil dari data hubung singkat dibus TM

 Reaktansi Trafo Tenaga

 Impedansi Penyulang

2.3. Relay Sebagai Pembatas Daya

Pembatas daya yang ditetapkan dalam TDL ditahun 1980 –an adalah memungut secara

utuh karakteristik pembatas ditegangan rendah ( MCB ), dimana pada penerapannya pada

konsumen tegangan menengah dan tinggi mengalami kesulitan untuk mendaopatkan

peralatan relay pembatas yang menpunyai karakteristik demikian di pasaran.

Pada awal tahun 1990 –an mulai dipikirkan untuk memanfaatkan Over Load Relay,

tetapi karakteristiknya tidak bisa sama dengan karakteristik MCB tegangan rendah itu. Oleh

sebab itu karakteristik pembatas dalam TDL selanjutnya dibuat mendekati karakteristik MCB

dan dekat pula dengan karakteristik yang bisa dibuat di Over load Relay.

Pada pelaksanaannya, diketahui bahwa sebagian unit PLN menerapkan pembatas ini

dengan menggunakan Over Current Relay, yang memungkinkan konsumen memanipulasi

pembebanan, sehingga dapat menggunakan daya lebih besar dari daya kontrak dan bisa

menimbulkan kerugian bagi PLN. Untuk konsumen tegangan rendah ( yang menggunakan

CT ), konsumen tegangan menengah dan konsumen tegangan tinggi digunakan over load

19
relay dan cara settingnya, maka setting yang dilakukan untuk sistem proteksi dan pembatas

daya pada perusahaan PT. Nidia Prima ini, harus dibuat sama mendekati karakteristik MCB

dan Fuse SF6 dan memperhatikan ketentuan bahwa konsumen diperbolehkan menarik beban

lebih untuk selang waktu tertentu.

2.4. PEMBATASAN DAYA LISTRIK PELANGGAN TM

Sesuai dengan TDL 2003, pembatasan daya listrik pada pelanggan Tegangan

Menengah (TM) mempunyai bentuk dan karakteristik sebagai berikut: Pemutus tenaga

(circuit-breaker) tegangan menengah yang dilengkapi dengan rele beban Lebih 3 (tiga) fasa

yang mempunyai karakteristik waktu yang mengacu kepada rumus cold start dari

karakteristik thermis rele beban lebih (over load relay) yang disesuaikan pada arus nominal

untuk daya tersambung (In),

Dimana,

t = waktu dalam menit. I = Arus beban

T = konstanta thermis k = konstanta 1,05

°n = logaritma bilangan natural I s = Setelan arus rele

Nilai T dan Is dipilih sehingga mendapatkan karakteristik tripping karena pembebanan

sebagai berikut :

Pada Arus Waktu Trip

1,05 X In Tidak trip belum 60 menit

1,20 X In Trip Sebelum 20 ‘menit

20
1,50 X In Trip Sebelum 10 menit

4,00 X In dikoordinasikan dengan pengaman hubung singkat (OCR)

Karena pembatas arus beban Pelanggan dengan Rele Beban Lebih (Over Load Relay F49)

tidak dapat mengamankan peralatan Instalasi tenaga dari kerusakan (mekanis, termis) akibat

arus gangguan hubung singkat yang besar, maka Instalasi tenaga harus dipasangi pengaman

hubung singkat menggunakan rele Pengaman Hubung Singkat (Rele Arus Lebih, Over

Current Relay F50/51).

Setelan arus dan setelan waktu dari rele arus lebih tidak boleh menggagalkan karakteristik

yang dibentuk oleh rele pembatas daya, namun harus tetap dapat mengamankan peralatan

instalasi tenaga (kabel, konduktor, trafo dll) dari arus gangguan hubung singkat.

Dalam hal kapasitas (rating) peralatan instalasi tenaga (kabel, konduktor, trafo) tidak

memungkinkan untuk koordinasi rele pembatas dan rele pengaman hubung singkat secara

selektif, maka prioritas setelan ( padanan kata ‘setting’) diutamakan untuk untuk pengaman

hubung singkat. Khusus pelanggan dengan tarif I-3 tanur busur listrik (arc furnace),

pembatasan daya dilakukan dengan penyetelan rele pada 115 % dari daya kontrak/daya

tersambung.

2.5. PENGAMAN BEBAN LEBIH & ARUS LEBIH (OC)

Dari tabel di atas dapat dijabarkan bahwa PLN membeli kelonggaran pada pelanggan

untuk memakai daya listrik dari beberapa % daya kontrak, yaitu:

5% (1.05 In) > 1 jam lebih sedikit

20 % (1.20 In) < 20 menit

50% (1.50 In) < 10 menit

21
Pada kondisi 400% (4 In) bukan Arus beban tapi sudah dikategorikan sebagai arus gangguan

yang berpotensi untuk merusak peralatan, maka element yang bekerja Elemen Proteksi Arus

Lebih (OCR). Saat ini hampir semua Relay Overload juga tersedia elemen OC & GF

sehingga tidak perlu memasang 2 unit relay

2.1.6. Gambar Kurva OLR dan OCR

Kurva Operasi Relay Over Load & Over Current sebagai backup

Dari kurva di atas…

Element Thermal Over Load bekerja mulai kisaran Arus 1.05 In, maka

1.05 x In Trip pada 61.9 menit

1.20 x In Trip pada 18.2 menit

1.50 x In Trip pada 9.3 menit

4.0 x In Trip pada 0.9 menit

22
Pada Arus sebesar 4 x In dengan waktu trip 54 detik, akan sangat berpotensi merusak

peralatan (terbakar) sehingga diperlukan Pengaman ke-2 yaitu Over Current Relay (OCR)

yang direkomendasikan mulai “menjaga” dari 1.8 In.

Sehingga pada besar arus 4 In, waktu trip tidak lagi di 54 detik namun dapat di atur secepat

mungkin mendekati instant (0.15 det) sesuai dengan setting yang dimasukkan.

• 1.05 - 1.8 In (Arus Beban lebih) >> Relay Over Load (F49)

• 1.8 In - dst.. (Arus Gangguan) >> OCR(F50/51)

2.5.1 HOT START THERMAL OVERLOAD

2.5. Gambar table Fungsi Thermal

Dari Tabel di atas, trip-2 lebih cepat dari trip-1 dst. Bila pelanggan tetap menarik

kuantitas arus yang sama setelah trip-1, maka trip-2 akan berlangsung lebih cepat karena

Thermal Element masih menyimpan Persentase Thermal Image dari trip sebelumnya. Fungsi

ini berfungsi untuk memberikan kesempatan pada peralatan seperti Trafo, konduktor, kabel,

Connector untuk “Cooling Down”.

23
2.5.2 CB BLOCKING/LATCHING

Setelah trip-1, Overload relay akan memblokir CB dengan menahan kontak tripping

coil CB (latching) sehingga pelanggan tidak bisa memasukan CB sampai dengan waktu yang

dapat diprogram. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peralatan : trafo,

kabel & connector untuk cooling down.

2.5.3 KESALAHAN YANG SERING TERJADI

Dikarenakan ketidaktepatan setelan beberapa vendor relay melakukan pembatasan

beban tidak murni dilakukan oleh Element Thermal Over load (F49), namun menggunakan

kombinasi Element Overload dan Overcurrent, yaitu :

• Kisaran Arus 1.05 In menggunakan Thermal Overload

• Kisaran Arus 1.2, 1.5 dan 4 In menggunakan Overcurrent

Kinerja relay dapat dilihat pada kurva dibawah ini :

Kurva Operasi pembatasan beban dengan kombinasi Over Load (F49) & Over Current

(F50/51).

24
Kurva pembatasan beban dengan kombinasi fungsi F49 dan F5051

1. 4.0 x In, Waktu trip akan sangat lama ± 0.8 menit (48 detik).

2. Dengan kuantitas arus sedemikian besar dan waktu trip yang cukup lama, akan sangat

berpotensi untuk merusak peralatan.

3. Fungsi HOT START THERMAL tidak berfungsi karena pada kisaran arus 1.2, 1.5

dan 4.0 yang berfungsi adalah element Overcurrent bukan Thermal Overload

Waktu trip-1, trip-2 dst sama tanpa ada hot start

Bila pelanggan tetap memakai beban melebihi arus kontrak setelah trip-1, maka trip-2 dst

akan berlangsung pada waktu yang sama. Sehingga tidak ada perlindungan terhadap peralatan

untuk Cooling down setelah mengalami “Stress” karena beban lebih.

Tabel . 2.1. Setting Pemakaian Daya dan Waktu Trip

Pemakaian Daya Waktu Trip

1,05 x Daya Kontrak > 60 detik

1,2 x Daya Kontrak < 20 detik

1,5 x Daya Kontrak < 10 detik

4 x Daya Kontrak Di Koordinasikan dengan OCR

25
Karakteristik waktu Trip diatas dapat dipenuhi dengan settingan over load relay dengan benar

sehingga dapat berfungsi sebagai pembatas daya.

Toleransi yang diperbolehkan bagi konsumen untuk menarik beban lebih selama selang

waktu tertentu ini, bertujuan agar sistem proteksi dan pembatas daya bekerja selektif dan

tidak bekerja sangat peka terhadap adanya gangguan diluar sistem instalasi diperusahaan PT.

Nidia Prima, karena jika disetting sangat peka, justru akan menggangu kontinyuitas aliaran

listrik yang masuk ke instalasi perusahaan PT. Nidia Prima, dan merusak peralatan yang

sensitive diperalatan tersebut.

( ࡵ )૛
࢚ = ࣌ ࢞ ࡵ࢔ ( ( ) ………………………… ( 2.4 )
ࡵ )૛ ି( ࢑ ࢞ ࡵș )૛

Dimana t = Waktu trip relay ( menit )

σ = Konstanta Thermis

In = Logaritma bilangan natural

I = Arus beban

k = konstanta 1,05

Is = Setelan arus relay

26

Anda mungkin juga menyukai