Anda di halaman 1dari 12

Anggota Kelompok

Rizki Joko Septiono 63030190148


Cipa Berta Ardiani Putri 63030200120
Nurul Hidayah 63030200121
Sherly Gita Ananda 6030200122
Mahmud Nafiah 63030210121
Definisi Perilaku Kosumen Dalam Islam
Perilaku merupakan tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan atau sikap tidak saja
badan atau ucapan. Konsumsi merupakan suatu kegiatan memanfaatkan, menghabiskan, keguanaan
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dalam upaya menjaga kelangsungan hidup.

Perilaku konsumen merupakan teori yang mempelajari bagaimana manusia memilih di antara berbagai
pilihan yang dihadapinya dengan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Konsumen dalam Islam
ini lebih mengedepankan “kehendak” dimana ini lebih mengacu pada apa saja yang dibutuhkan dan
bukan berdasarkan pada “keinginan” dimana dalam hal ini seseorang berfokus pada hawa nafsu saja
tanpa mempertimbangkan kebutuhan.

Dalam Islam kepuasan dalam konsumsi disebut sebagai maslahah dimana dalam pemenuhannya lebih
mengutamakan kebutuhan dari pada keinginan semata. Dalam konsep maslahah syariat Islam
menginginkan manusia mencapai dan memeliahara kesejahteraannya. Tujuan dari ekonomi Islam sendiri
adalah mencukupi kebutuhan bukan memenuhi kepuasan atau keinginan. Konsep maslahah itu
mendasari aktivitas ekonomi Islam seperti produksi, konsumsi, dan juga distribusi.
Konsumen dan Representasi

Hablum minallah menurut bahasa berarti hubungan dengan Allah. Namun dalam pengertian syariah makna
hablum minallah sebagaimana yang dijelaskan di dalam tafsir At-Thabari, Al-Baghawi, dan tafsir Ibnu Katsir
adalah “Perjanjian dari Allah, maksudnya adalah masuk Islam atau beriman dengan Islam sebagai jaminan
keselamatan bagi mereka di dunia dan di akhirat”. Hablum minallah perwujudannya adalah sosok mu’minin
yang taat melaksanakan perintah-perintah Allah, hidupnya merasa bergantung kepada Allah serta selalu berdoa
dan berdzikir karena mengandalkan pertolongan Allah – wasta’iinuu bishshobri washsholaah. Inilah sosok
mu’minin yang benar-benar menerapkan Hablum minallah.

Adapun banyak contoh ibadah hablum minannas, antara lain adalah: Sedekah, menyapa dengan salam, saling
menasehati dalam kebaikan dan kesabaran, menyapa dengan senyuman, silaturahim dan silaturahmi. Maka dari
itu dalam berbisnis dengan upaya investasi akhritar, maka bisnis dengan sendirinya akan sejalan dengan kaidah-
kaidah moral yang berlandaskan keimanan. Dalam Islam, konsumsi tidak dapat dipisahkan dari peranan
keimanan. Peranan keimanan menjadi tolak ukur penting karena keimanan memberikan cara pandang dunia yang
cenderung mempengaruhi kepribadian manusia.
Hak Dan Kewajiban Konsumen
(Konvensional Dan Islam)
Hak konsumen diatur dalam Pasal 4 Undang-undang Perlindungan Konsumen,
sebagai berikut :
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa;
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
baraang daan/atau jasa;
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
5. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
Lanjutan….

Hak konsumen diatur dalam Pasal 4 Undang-undang Perlindungan


Konsumen, sebagai berikut :
1. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan serta tidak
diskriminatif;
2. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
perjanjian atau tidak sebagaimana messtinya; dan
3. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
Lanjutan….

Sedangkan untuk Kewajiban konsumen sudah diatur dalam Pasal 5


Undang-undang Perlindungan Konsumen, yaitu :
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian
atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dalam
keselamatan;
2. Beriiktikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang
dan/ataau jasa;
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
4. Menngikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patut
Lanjutan….

Menurut hukum Islam ada enam hak konsumen yang membutuhkan


perhatian serius dari pelaku usaha, yaitu;
1. Hak untuk mendapatkan informasi yang benar, jujur, adil, dan terhindar
dari pemalsuan;
2. Hak untuk mendapatkan keamanan produk dan lingkungan sehat;
3. Hak untuk mendapatkan advokasi dan penyelesaian sengketa;
4. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari penyalahgunaan keadaan;
5. Hak untuk mendapatkan ganti rugi akibat negatif dari suatu produk;
6. Hak untuk memilih dan memperoleh nilai tukar yang wajar.
Lanjutan….

UUPK selain memberikan hak kepada konsumen, konsumen juga dibebani


dengan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi sebagaimana diatur pada
Pasal 5, yaitu:
1. Membaca dan mengikuti informasi dan prosedur pemakaian atau
pemeliharaan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan,
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau
jasa,
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati,
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut.
Perlindungan Terhadap Konsumen
Landasan Hukum
Perlindungan Konsumen dalam Hak Konsumen dalam Hukum
Hukum Islam Islam

Asas dan Tujuan Perlindungan Kewajiban Konsumen dalam


Konsumen Dalam Islam Hukum Islam

Perbuatan yang Dilarang Bagi


Pelaku Usaha Dalam Hukum
Penimbunan barang (ikhtikaar) Islam Guna Memberikan
dan Monopoli Perlindungan Kepada
Konsumen
Hukum Perlindungan Konsumen Perspektif Islam

 Pada penjelasan UUPK pasal 1 angka 3 disebutkan bahwa pelaku usaha yang
termasuk dalam pengertian ini adalah perusahaan, korporasi, BUMN, koperasi,
importer, pedagang, dan distributor. Cakupan luasnya pengertian pelaku usaha dalam
UUPK tersebut, tentu saja akan mempermudah pihak konsumen dalam menuntut ganti
rugi. Konsumen pengguna produk tidak akan kesulitan menemukan kepada siapa
tuntutan akan diajukan, karena banyaknya pihak yang digugat. Selain itu istilah
konsumen tertuang dalam UU No. 8 Tahun 1999 (dikenal dengan UUPK pasal 1
angka 2.
 Para ahli hukum Islam terdahulu tidak pernah mendefinisikan konsumen dan
menjadikan sebagai objek kajian khusus. Namun, jika dikembalikan dalam prinsip-
prinsip bisnis Islam, konsumen diartikan sebgaai setiap orang, kelompok atau badan
hukum pemakai suatu harta benda atau jasa karena adanya hak yang sah baik dipakai
untuk pemakaian akhir atau untuk proses produksi selanjutnya.
Tahapan Perlindungan Konsumen
Sebelum Terjadinya Setelah Terjadinya
Transaksi Transaksi

Menurut Johanes Gunawan,


perlindungan hukum terhadap Legislation
konsumen dapat dilakukan pada saat : Jalur Pengadilan
 Sebelum terjadinya transaksi (no Negeri
conflict/pre purchase)
 Setelah terjadinya transaksi Voluntary Self
(conflict/post purchase) Regulation
Jalur Badan
Penyelesaian
Sengketa Konsumen

Anda mungkin juga menyukai