Nama : Dr. HM. Yusuf Siddik, MA TTL : Sumsel, 28 Juli 1971 Pendidikan : S1 Fak. Syariah Univ. Islam Madinah, KSA S2 Jur.Fiqih dan Ushul. Inst. Darul Hadits Al Hassaniah, Rabat, Maroko S3 Jur. Fiqih dan Hadits, Univ. Mohammed V, Rabat, Maroko Pekerjaan : Dosen LIPIA, STIU/STID Dirosat Islamiyah Al Hikmah Mampang, Jakarta Dewan Syariah BPZIS Bank Mandiri Dewan Syariah Laznas Bank Syariah Mandiri (BSM) Dalam Fiqih Islam, ilmu tentang cara pembagian harta warisan disebut dengan Ilmu Faraidh. Secara bahasa Faraidh adalah jamak dari faridhah yang berasal dari kata fardh yang artinya taqdir atau ketentuan. Namun secara syar'ie, Faraidh adalah bagian yang telah ditentukan bagi ahli waris. Ilmu ini juga dinamakan Ilmu Waris ('ilmu mawarits). Hibah adalah harta yang diberikan oleh seseorang di masa hidupnya dan dilaksanakan saat ia hidup. Wasiat adalah harta yang dipesankan oleh orang yang hidup untuk diberikan kepada orang atau pihak tertentu jika yang berwasiat telah meninggal. Warisan adalah apapun yang ditinggalkan daripada harta oleh seorang yang ntelah meninggal yang belumm ia hibahkan atau belum diwasiatkan. Seorang berhak menghibahkan hartanya kepada siapapun, berapapun, tanpa harus meminta izin kepada pihak lain, kecuali itu harta bersama. Baik dihibahkan kepada keluarga dekat, atau keluarga jauh, atau kepada orang yang tidak memiliki kekerabatan sama sekali. Baik kepada perorangan atau kepada kelompok orang atau kepada yayasan atau lembaga tertentu. 1. Wasiat tidak boleh kepada Ahli Waris, karena ia telah mendapatkan jatahnya dari warisan. 2. Wasiat maksimal sepertiga, karena sisanya akan dibagikan sebagai warisan. Dalam Islam, semua yang ada di dunia, adalah milik Allah, manusia hanya mengemban amanah untuk menggunakannya semasa dia hidup. Jika ia meninggal, maka HARTA ORANG YANG MENINGGAL, SEMUANYA DIKEMBALIKAN KEPADA ALLAH Karena hartab itu kembali kepada Allah, maka Allah yang berhak membagikannya. Tidak boleh menyalahi hukum-hukumn warisan yang telah ditetapkan oleh Allah Bangsa Arab, sebelum datangnya Islam hanya memberikan warisan kepada kaum pria yang dewasa, sementara kaum perempuan dan anak-anak tidak mendapatkan bagian sama sekali dari harta warisan. Maka diturunkanlah ayat-ayat warisan, yaitu ayat 11-14 dan ayat terakhir dari surah An-Nisaa’. ِس ا ًء وص ي ُك ُم هَّللا ُ فِي َأ ْواَل ِد ُك ْم ل َِّلذ َك ِر ِم ْثل ُ َح ِّظ اُأْل ْن َث َي ْي ِن َفِإ ْن ُكنَّ ن َ ُي ِ ف ص ُ َف ْو َق ا ْث َن َت ْي ِن َفلَ ُهنَّ ُثل ُ َث ا َم ا َت َر َك َوِإ ْن َكا َن ْت َوا ِح َد ًة َفلَ َه ا ال ِّن ْ ان لَ ُه َولَ ٌد ُس ِم َّم ا َت َر َك ِإ ْن َك َ الس د ُ َوَأِل َب َو ْي ِه لِ ُكل ِّ َوا ِح ٍد ِم ْن ُه َم ا ُّ ان لَ ُه ث َفِإ ْن َك َ َفِإ ْن لَ ْم َي ُك ْن لَ ُه َولَ ٌد َو َو ِر َث ُه َأ َب َواهُ َفُأِل ِّم ِه ال ُّثل ُ ُ ُس مِنْ َب ْع ِد َوصِ َّي ٍة ُيوصِ ي ِب َها َأ ْو دَ ْي ٍن َآ َباُؤ ُك ْم سد ُ ِإ ْخ َوةٌ َفُأِل ِّم ِه ال ُّ َ هَّللا نَِّإ ِ هَّللا نَ ِ م ةً ض َ ي ر َ ف ا ع ً ْ ف َ ن م ْ ُ ك َ ل ب ُ رَ قْ َأ مْ ه ُ ي ُّ َأ ونَ ر ُ دْتَ اَل م ْ ُ ك اُؤنَ ب ْ َأ َو ِ َكانَ َعلِي ًما َحكِي ًما ان َل ُهنَّف َم ا َت َر َك َأ ْز َوا ُج ُك ْم ِإ ْن لَ ْم َي ُك ْن َل ُهنَّ َولَ ٌد َفِإ ْن َك َ ِص ُ َولَ ُك ْم ن ْ وص ينَ ِب َه ا َأ ْو دَ ْي ٍن ص َّي ٍة ُي ِ الر ُب ُع ِم َّم ا َت َر ْك َن م ِْن َب ْع ِد َو ِ َولَ ٌد َفلَ ُك ُم ُّ ان لَ ُك ْم َولَ ٌد الر ُب ُع ِم َّم ا َت َر ْك ُت ْم ِإ ْن لَ ْم َي ُك ْن لَ ُك ْم َو َل ٌد َفِإ ْن َك َ َولَ ُهنَّ ُّ وص ونَ ِب َه ا َأ ْو َد ْي ٍن ص َّي ٍة ُت ُ َفلَ ُهنَّ ال ُّث ُم ُن ِم َّم ا َت َر ْك ُت ْم م ِْن َب ْع ِد َو ِ ت َفلِ ُك ِّل خ َأ ْو ُأ ْخ ٌ ام َرَأةٌ َو َل ُه َأ ٌث َكاَل لَ ًة َأ ِو ْ ور ُ ان َر ُجل ٌ ُي َ َوِإ ْن َك َ اء فِي ش َر َك ُُس َفِإ ْن َكا ُنوا َأ ْك َث َر م ِْن َذل َِك َف ُه ْم ُ الس د َُوا ِح ٍد ِم ْن ُه َم ا ُّ ص َّي ًة ار َو ِ ض ٍّ وص ى ِب َه ا َأ ْو َد ْي ٍن َغ ْي َر ُم َ ص َّي ٍة ُي َ ث م ِْن َب ْع ِد َو ِ ال ُّثلُ ِ ِمنَ هَّللا ِ َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َحلِي ٌم ت َت ْج ِري م ِْن س ولَ ُه ُيدْ ِخ ْل ُه َج َّنا ٍ ِت ْل َك ُحدُو ُد هَّللا ِ َو َم ْن ُيطِ ِع هَّللا َ َو َر ُ يم (َ )13و َم ْن ُ ظِ عَ ْ ل ا ُ ز وْ َ ف ْ ل ا َ ِك ل َ ذ و َ ا ه َ ِي ف ِين َ د ِ ل ا َ خ ر ُ ا ه َ ْ ن َأْل َت ْح ِت َه ا ا ارا َخالِدًا فِي َه ا َولَ ُه س و َل ُه َو َي َت َعدَّ ُحدُودَ هُ ُيدْ ِخ ْل ُه َن ً ص هَّللا َ َو َر ُ َي ْع ِ اب ُم ِهينٌ ()14 َع َذ ٌ س لَ ُه َولَ ٌد ام ُرٌؤ َه َل َك لَ ْي َ َي ْس َت ْف ُتو َن َك قُ ِل هَّللا ُ ُي ْفتِي ُك ْم فِي ا ْل َكاَل َل ِة ِإ ِن ْ ف َم ا َت َر َك َوه َُو َي ِر ُث َه ا ِإ ْن لَ ْم َي ُك ْن َل َه ا َولَ ٌد ِص ُت َف َل َه ا ن ْ َولَ ُه ُأ ْخ ٌ ان ِم َّم ا َت َر َك َوِإ ْن َكا ُنوا ِإ ْخ َو ًة َفِإ ْن َكا َن َت ا ا ْث َن َت ْي ِن َفلَ ُه َم ا ال ُّثلُ َث ِ ِسا ًء َفلِل َّذ َك ِر ِم ْثل ُ َح ِّظ اُأْل ْن َث َي ْي ِن ُي َب ِّينُ هَّللا ُ لَ ُك ْم َأ ْن َتضِ لُّوا ِر َجااًل َون َ ش ْي ٍء َعلِي ٌم ()176 َوهَّللا ُ ِب ُكل ِّ َ س ْعد ابن الربيع قالت :يا عن جابر بن عبد هللا " أن امرأة َ رسول هللا ،إن سعداً هلك وترك بنتين وأخاه ،فعمد أخوه فقبض ما ترك سعد ،وإنما تنكح النساء على أموالهن؛ فلم يجبها في مجلسها ذلك .ثم جاءته فقالت :يا رسول هللا ، ابنتا سعد؟ فنزلت آية المواريث فقال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم « :ادع لي أخاه» فجاء فقال له « :ادفع إلى ابنت ْيه الثلثين وإلى امرأته الثمن ولك ما بقي» " قال صحِي ٌح. سنٌ َ الترمذي :هذا َحد ٌ ِيث َح َ ّ “Dari Jabir bin Abdullah, sesungguhnya isteri Sa’ad bin Rabi’ berkata : ya Rasulullah, sesungguhnya Sa’ad telah meninggal dan ia meninggalkan 2 orang anak perempuan dan saudara laki-laki, namun saudaranya laki-laki mengambil (semua) peninggalannya, sementara perempuan (kadang-kadang) dinikahi karena (ia memiliki) harta. Rasulullah tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut saat itu. Kemudian (isteri Sa’ad) datang lagi : ya Rasulullah, (bagaimana dengan) 2 anak perempuan Sa’ad? Maka turunlah ayat-ayat warisan, lalu Rasulullah bersabda : panggilkan untukku saudaranya, maka datanglah saudaranya, Rasulullahpun berkata kepadanya : berikan kepada 2 anak perempuannya 2/3 dan kepada isterinya 1/8, sementara sisanya untukmu”. Berkata Turmudzi : ini hadits hasan shahih. ُ هَّللا يَ ضِ رَ ِ هَّللا اب َر ْب َن َع ْب ِد س م َِع َج ِ َع ْن ُم َح َّم ِد ْب ِن ا ْل ُم ْن َكد ِِر َ س لَّ َمص لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َ س ول ُ هَّللا ِ َ ت َف َعا َدنِي َر ُ ض َُع ْن ُه َم ا َيقُول ُ َم ِر ْ سول ُ ضَأ َر ُ ِي َعلَ َّي َف َت َو َّ ان َفَأ َتانِي َو َقدْ ُأ ْغم َ ِ ي َ اشِ م َ ا م َ ه ُ و َ رٍ كْ ب َ و ب ُ َأ َو ت َي ا ت َفقُ ْل ُ وءهُ َفَأ َف ْق ُ ض َ ص َّب َع َل َّي َو ُ س لَّ َم َف َص َّلى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َ هَّللا ِ َ ف َأ ْقضِ ي ِف ي َمالِ ي َفلَ ْم ص َن ُع ِف ي َمالِ ي َك ْي َ ف َأ ْ س ول َ هَّللا ِ َك ْي ََر ُ ثاري ِ ِ وَ م َ ْ ل ا ُ ة ش ْي ٍء َح َّتى َن َزلَ ْت آ َي ُي ِج ْبنِي ِب َ “Dari Muhammad bin Al Munkadir, ia mendengar Jabir bin Abdillah berkata : aku sakit maka Rasulullah SAW dan Abubakar datang menjengukku dengan berjalan kaki, keduanya datang kepadaku tatkala aku pingsan, maka Rasulullah (kala itu) berwudhu’ dan memercikkan air wudhu’nya kepadaku, maka akupun sadar, (lalu) aku berkata : ya Rasulullah, apa yang harus aku perbuat pada hartaku? Bagaimana aku menentukan aturan pada hartaku?, beliau tidak menjawabku dengan apa-apa hingga turun ayat mawarits (warisan)”. Dari Ibnu Mas'ud, Rasululloh SAW bersabda: "Pelajarilah Al- Qur'an dan ajarkanlah kepada manusia. Pelajarilah Faraidh dan ajarkanlah kepada manusia. Karena aku adalah orang yang akan mati, sedang ilmupun akan diangkat. Hampir saja dua orang berselisih tentang pembagian warisan dan tidak menemukan seseorang yang memberitahukannya kepada keduanya"(HR Ahmad). Warisan (tarikah) adalah harta yang yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia (mayit) secara mutlak. Dalam Islam, semua yang didapatkan oleh seorang laki-laki ataupun perempuan dari profesinya adalah menjadi miliknya. Yang membedakan adalah, bahwa seorang laki-laki memiliki kewajiban memberikan nafkah untuk isteri dan anak-anaknya. Jika seorang suami meninggal, maka hartanya harus dibagi kepada seluruh ahli waris, termasuk kepada isterinya, sesuai ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT. Demikian juga, jika isteri meninggal, maka harta yang ia dapatkan dari profesinya, dibagikan kepada seluruh ahli waris, termasuk untuk suaminya. Islam memberikan peluang adanya kesepakatan apapun antara suami isteri, atau memberlakukan peraturan yang memberi peluang adanya harta bersama setelah pernikahan, selama tidak ada dalil yang bertentangan ataupun melarang. Berdasarkan hadits Rasulullah "Orang Islam berdasarkan syuruth (kesepakatan) antara mereka". Atas dasar ini, maka jika memang terjadi kesepakatan, maka apapun yang didapatkan kedua belah pihak, menjadi milik keduanya, atau apa yang didapatkan oleh suami (sesuai dengan kesepakatan yang terjadi) menjadi milik mereka berdua. Harta peninggalan orang yang wafat, sebelum dibagi kepada ahli waris, harus digunakan untuk 3 hal berikut : 1.Untuk prosesi pemakamannya. 2.Untuk membayar hutang-hutangnya. 3.Untuk melaksanakan wasiatnya. Rukun waris ada 3 : 1.Al-waarits atau Ahli Waris. 2.Al-muwarrits atau orang yang meninggal dan mewariskan harta. 3.Al-mauruuts atau harta yang diwariskan. Terdapat 3 sebab mendapatkan warisan : 1. Nasab Hakiki yaitu hubungan kekerabatan yang sebenarnya, atau melalui hubungan darah. 2. Nasab Hukmi yaitu hubungan kekerabatan disebabkan oleh selain dari hubungan darah, seperti hamba sahaya. Rasulullah SAW bersabda : "Wala itu adalah kerabat seperti kekerabatan karena nasab" (HR Ibnu Hibban dan Al-Hakim dan dia menshahihkan pula). 3. Perkawinan yang sah. 1. Kematian al-muwarrits (orang yang mewariskan), baik kematian secara nyata ataupun kematian secara hukum seperti orang yang telah lama menghilang. 2. Ahli Waris benar-benar masih hidup, meskipun hidupnya itu secara hukum, misalnya bayi yang masih dalam kandungan. 3. Tidak ada penghalang yang menghalangi pewarisan. 1. Perbudakan. 2. Pembunuhan dengan sengaja yang diharamkan. 3. Perbedaan Agama 1. Ayah 2. Ibu 3. Suami 4. Isteri 5. Anak Laki-laki 6. Anak Perempuan 1. Seperenam : jika yang wafat meninggalkan anak. 2. Sisa (‘ashobah) : jika yang wafat tidak memiliki anak laki-laki. 1. Seperenam : jika yang wafat meninggalkan anak, dan atau saudara 2 orang atau lebih. 2. Sepertiga : jika yang wafat tidak meninggalkan anak, dan atau saudara 2 orang atau lebih. 1. Seperempat : jika yang wafat meninggalkan anak. 2. Setengah : jika yang wafat tidak meninggalkan anak. 1. Seperdelapan : jika yang wafat meninggalkan anak. 2. Seperempat : jika yang wafat tidak meninggalkan anak. 1. Setengan : jika satu orang 2. Duapertiga : jika 2 orang atau lebih 3. Sisa : jika disertai anak laki-laki (dengan pembagian, untuk anak perempuan setengah dari warisan anak laki-laki). Sisa warisan selamanya Hajbu menurut bahasa berarti man'u: menghalangi, mencegah. Sementara secara istilah adalah terhalangnya seseorang tertentu dari semua atau .sebagian warisannya karena adanya orang lain Hirman ialah terhalangnya orang tertentu dari warisannya karena adanya salah satu dari 3 penghalang pewarisan, yaitu pembunuhan, beda .agama atau beda status social (budak) : Hajbu ada dua macam ,Hajbu Nuqshoon .1 Hajbu Hirman .2 Hajbu Nuqshon ialah berkurangnya warisan salah seorang ahli waris : karena adanya orang lain. Hajbu Nuqshon ini terjadi pada lima orang
.Suami terhalang dari 1/2 menjadi ¼ di saat ada anak
.Isteri terhalang dari 1/4 menjadi 1/8 di saat ada anak .Ibu terhalang dari 1/3 menjadi 1/6 di saat ada anak Cucu perempuan dari anak laki-laki terhalang dari ½ menjadi 1/6 disertai .anak perempuan, tanpa anak laki-laki Saudara perempuan seayah dari ½ menjadi 1/6 disaat ada saudara .perempuan sekandung, tanpa ada saudar laki-laki sekandung Adapun Hajbu Hirman adalah terhalangnya semua warisan bagi seseorang karena adanya orang lain, seperti terhalangnya warisan bagi saudara laki-laki di saat adanya anak laki-laki. Hajbu Hirman tidak akan mengenai enam orang pewaris utama, sekalipun mereka bisa terhalang oleh Hajbu nuqshon. Mereka itu adalah : ayah, ibu,anak laki- .laki, anak perempuan, suami dan isteri Bahwa setiap orang mempunyai hubungan dengan si mayit karena adanya orang lain, dia tidak mewarisi bila orang tersebut itu ada. Misalnya cucu laki-laki dari anak laki-laki tidak mewarisi selama adanya anak laki-laki tersebut. Kecuali anak laki-laki dari ibu, maka .mereka itu mewarisi walaupun disertai ibu Orang yang lebih dekat itu didahulukan atas orang yang lebih jauh, maka anak laki-laki menghalangi anak laki-laki dari saudara laki- .laki Apabila mereka sama tingkat kekerabatan, maka ditarjih (didahulukan) yang memiliki hubungan kekerabatan lebih kuat, seperti saudara laki-laki sekandung (seayah dan .seibu) menghalangi saudara laki-laki seayah Mahrum sama sekali tidak berhak untuk mewarisi, seperti orang yang membunuh muwarrits (orang yang mewariskan). Sedang mahjub itu berhak mendapatkan warisan, akan tetapi dia terhalang karena adanya orang lain yang lebih utama darinya untuk .mendapatkan warisan Orang yang mahrum dari warisan itu tidak mempengaruhi orang lain, maka dia tidak menghalanginya sama sekali, bahkan dia dianggap seperti tidak ada saja. Misalnya bila seseorang mati dan meninggalkan seorang anak laki-laki kafir dan seorang saudara laki- laki muslim; maka warisan itu semua adalah bagi saudara laki-laki, sedang anak laki-laki tidak mendapatkan apa-apa, karena dia mahrum disebabkan berbeda agana dengan .muwarrits (orang yang mewariskan Adapun orang yang mahjub (terhalang), maka terkadang dia mempengaruhi orang lain, dia menghalanginya baik dengan Hajbu hirman ataupun hajbu Nuqshon. Misalnya, dua tahu lebih saudara-saudara laki-laki bersama dengan adanya ayah dan ibu. Keduanya (saudara laki-laki) tidak mewarisi karena adanya ayah; dan keduanya (ayah dan saudara laki-laki) menghalangi ibu dari .menerima sepertiga menjadi seperenam