Anda di halaman 1dari 15

PENYIDIKAN

Kelompok II
M.Akbar Arafah 09411733000022
M.Dika H.M 09411733000145
Irma Dwi P. 09411733000059
Dewi Ssrtika 09411733000127
Rizaldy Alpiansyah 09411733000078
Pengertian Penyidikan
Penyidikan menurut UU No.8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana adalah serangkaian tindakan
penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam undang-undang ini untuk mencari serta
mengumpulkan bukti itu membuat terang tentang
tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya.
Syarat Penyidik
- Sebagaimana telah disebutkan dalam pasal 1 butir (1) dan pasal 6
ayat (1) KUHAP bahwa yang dapat dikatakan sebagai penyidik yaitu
pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dan Pejabat Pegawai Negeri
Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang.
 - Seseorang yang ditunjuk sebagai penyidik haruslah memenuhi
persyaratan-persyaratan yang mendukung tugas tersebut, seperti
misalnya : mempunyai pengetahuan, keahlian di samping syarat
kepangkatan. Namun demikian KUHAP tidak mengatur masalah
tersebut secara khusus. Menurut pasal 6 ayat (2) KUHP, syarat
kepangkatan pejabat Polisi Negara Republik Indonesia yang
berwenang menyidik akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
Wewenang Penyidik
Menurut pasal 1 butir (1) KUHAP penyidik adalah pejabat polisi negara Republik
Indonesia atau pejabat Pegawai Negeri Sipil yang diberi wewenang khusus oleh Undang-
Undang untuk melakukan penyidikan. Dan karena kewajibannya mempunyai wewenang :
 menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana;
 melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian;
 menyuruh berhenti seorang tersangka serta memeriksa tanda pengenal diri tersangka;
 melakukan penangkapan,penahanan,penggeledahan dan penyitaan;
 melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
 mengambil sidik jari dan memotret seseorang yang diduga melakukan suatu tindak
pidana;
 memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
 mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara;
 mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara;
 mengadakan penghentian penyidikan;
Bagian-bagian Hukum Acara Pidana yang
Menyangkut Penyidikan
Ketentuan tentang alat-alat penyidik
Ketentuan tentang diketahui terjadinya delik.
Periksaa di tempat kejadian.
Pemanggilan tersangksa atau terdakwa.
Penahanan sementara.
Penggeledahan.
Pemeriksan atau interogasi.
Berita acara ( penggeledahan, interogasi, dan pemeriksaan di tempat)
Penyitaan.
Penyampingan perkara
Pelimpahan perkara kepada penuntut umum dan pengembaliannya
kepada penyidik untuk di sempurnakan.
Tahapan Proses Dalam Penyidikan
Laporan/Pengaduan
Di awali adanya laporan atau pengaduan,Laporan itu bisa
dilakukan oleh siapa saja,sedangkan pengaduan biasanya oleh
masyarakat dan Pengaduan itu harus orang yang dirugikan.
Laporan terbagi menjadi 2 :
-Laporan yang ditemukan sendiri oleh petugas.
-Laporan yang diadukan oleh masyarakat.

Isi Laporan itu tentang terjadinya Peristiwa Pidana atau Tentang terjadinya Delik.
Surat Berita Acara itu berisi pertanyaan
Dibuatnya Surat Berita Acara antara lain:
apakah yang diperiksa Sebagai - Pertanyaan Pembuka : berisi pertanyaan
Saksi atau Tersangka tentang identitas pelapor (saksi) ataupun
tersangka.
-Isi : Tentang tindak pidana apa yang telah
dilakukan (delik materil).
- Penutup : ditambah keterangan-
keterangan lain.

Dibuat surat perintah tugas penyidikan yang ditandatangani peniyidik


(kapolsek,jika di polsek)

Jika ada seseorang yang mau ditangkap,maka dibuatlah “surat perintah


penangkapan”.
Yang berisi : identitas orang yang mau ditangkap dan identitas petugas yang
melakukan penangkapan.

Lalu dibuatlah “Surat Berita Acara


Penangkapan”.
Setelah pelaku tertangkap maka dilakukanlah pemeriksaan terhadap tersangka.

Dibuat Surat Perintah Penahanan.


Berdasarkan pasal21 KUHAP perintah penahan bisa tidak
dilakukan,namun ada 2 syarat yang dipertimbangkan untuk melakukan
penahanan,yaitu:
1. Syarat Subyektif : Karena ditakutkan atau menimbulkan kekhawatiran
bahwa tersangka akan melarikan diri,merusak dan menghilangkan
barang bukti,maka dilakukan penahanan.
2. Syarat Objektif : Karena ancaman tindak pidananya lebih dari
5(tahun), kecuali tindak pidana tertentu. Contoh 284,285,303,dll

Lalu penyidik/polisi membuat SPDP (surat pemberitahuan dimulainya


penyidikan) kepada JPU (Jaksa Penuntut Umum), dan surat ini harus
diberikan sesegera mungkin.
Dalam pemeriksaan perkara jika ada barang yang akan disita,maka
dibuatlah surat perintah penyitaan dan setelah itu dibuatlah surat berita
acara penyitaan,setelah itu barang bukti jika ditemukan maka di
segel,diberi label dan disimpan di tempat pengumpulan barang bukti.

Lalu dibuat surat permohonan penyitaan ke Pengadilan Negeri.

Untuk melengkapi pemeriksaan berkas perkara maka dibuatlah beberapa hal lain
yang mendukung untuk pemeriksaan perkara,diantaranya:
1. Jika korban mengalami luka, setengah mati ataupun mati maka dimintakan surat
keterangan visum ke RSUD.
2. Jika barang bukti belum lengkap atau hilang, dibuatlah surat perintah pencarian
barang bukti.
3. Dan jika ada tersangka yang belum tertangkap maka dibuatlah surat DPO (daftar
pencarian orang).
Kemudian dibuat Resume ( Keterangan Singkat semua proses pemeriksaan
perkara dari tersangka maupun saksi),diantaranya berisi :
1. Keterangan singkat dari tindak pidana yang terjadi.
2. Keterangan polisi dari penangkapan,penggeledahan,penyitaan,dst.
3. Keterangan saksi bahwa benar telah terjadi tindak pidana.
4. Keterangan tersangka,bahwa identitasnya benar dan melakukan tindak
pidana.
5. Pembahasan (Analisa Kasus).
6. Analisa Yuridis,suatu analisa tindak pidana yang dihubungkan dengan pasal
yang dilanggar.
7. Dibuat kesimpulan bahwa pelaku bisa dipersangkakan.

Dan setelah semuanya selesai maka dibuat “berkas perkara”. Yang


isinya dari awal sampai resume.
Lalu tugas penyidik/polisi selanjutnya
meyerahkan berkas perkara diberikan kepada
Kejaksaan untuk diperiksa selama 14hari.
Jika berkas perkara diterima oleh kejaksaan (P.21)
maka tinggal tersangka dan barang bukti
diserahkan kepada Kejaksaan untuk diproses
dipengadilan.
Namun jika berkas perkara dirasa belum lengkap
dan tidak kompeten maka berkas perkara itu
dikembalikan (P.19) dan untuk dilengkapi oleh
penyidik agar bisa kembali diserahkan kepada
Kejaksaan untuk diproses di pengadilan.

Anda mungkin juga menyukai