Di dalam memperhitungkan wind set up di daerah pantai dianggap bahwa laut dibatasi
oleh sisi (pantai) yang impermeable (tidak dapat ditembus) dan hitungan dilakukan untuk
kondisi dalam arah tegak lurus pantai. Apabila arah angin dan fetch membentuk sudut
terhadap garis pantai, maka yang diperhitungkan adalah komponen tegak lurus pantai
Sedimen Pantai
Sedimen adalah material atau pecahan dari batuan, mineral dan material
organik yang melayang-layang didalam air, udara, maupun yang dikumpulkan
didasar laut oleh pembawa atau perantara alami lainnya. Sedimen pantai dapat
berasal dari erosi pantai, dari daratan yang terbawa oleh sungai, dan dari laut
dalam yang terbawa oleh arus ke daerah pantai. Dalam ilmu teknik pantai
dikenal istilah pergerakan sedimen pantai atau angkutan sedimen pantai.
TRANSPORT SEDIMEN TEGAK LURUS PANTAI
Proses transpor sedimen tegak lurus biasanya terjadi pada daerah teluk dan
pantai – pantai yang memiliki gelombang yang relatif tenang. Pada saat musim
ombak, energi yang terdapat pada gelombang akan menggerus bibir pantai dan
menimbulkan erosi yang ditandai dengan adanya dinding pantai, seperti
gambar di bawah ini :
● Penggerusan tersebut akan menimbulkan lembah (trough) namun hal itu
juga akan dibare ngi dengan terbentuknya punggungan (bar) di samping
lembah tersebut akibat adanya hukum kekekalan massa. Adanya
punggungan tersebut akan mengakibatkan perubahan posisi gelombang
pecah karena pada umumnya gelombang akan pecah sebelum mencapai
punggungan.
Efek lain yang terjadi pada daerah pantai akibat adanya transpor sedimen sejajar pantai adalah
terbentuknya daratan antara suatu pulau dengan daratan utama. Efek ini biasa di kenal dengan
nama tombolo
Jenis Sedimen
1) Lithogenous ; Jenis sedimen ini berasal dari pelapukan (weathering) batuan dari
daratan, lempeng kontinen termasuk yang berasal dari kegiatan vulkanik. Hal ini dapat
terjadi karena adanya suatu kondisi fisik yang ekstrim (pemanasan dan pendinginan)
terhadap batuan yang terjadi secara berulang-ulang di padang pasir, oleh karena adanya
7 embun-embun es dimusim dingin, atau oleh karena adanya aksi kimia dari larutan
bahan-bahan yang terdapat di dalam air hujan atau air tanah terhadap permukaan batu.
Sedimen ini memasuki kawasan laut melalui drainase air sungai.
2) Biogenous; Sedimen ini berasal dari organisme laut yang telah mati dan terdiri dari
remah-remah tulang, gigi-geligi, dan cangkang-cangkang tanaman maupun hewan
mikro. Komponen kimia yang sering ditemukan dalam sediment ini adalah CaCO3 dan
SiO2.
3) Hydrogenous : Sedimen ini berasal dari komponen kimia
yang larut dalam air laut dengan konsentrasi yang kelewat
jenuh sehingga terjadi pengendapan (deposisi) di dasar laut.
Seperti yang sudah dijelaskan sedikit sebelumnya, dampak positif dilakukannya reklamasi pada
sebuah kawasan adalah untuk membuka dan menciptakan lahan baru yang bisa dimanfaatkan
menjadi kawasan hunian, tata wilayah, pengembangan pariwisata, dan lainnya.
Reklamasi juga bisa membantu meningkatkan ekonomi masyarakat setempat dengan cara
membuka kawasan khusus untuk melakukan jual beli seperti ruko, pusat perbelanjaan hingga
restoran. Dalam aspek lingkungan, reklamasi bisa mencegah terjadinya erosi berkepanjangan
yang akan merubah garis pantai dan merusak kawasan lain yang berada di pesisirnya.
Dampak Negatif
Reklamasi adalah proses campur tangan manusia dan tidak langsung terbentuk secara alami oleh
alam, tentu akan memiliki dampak negatif pada lingkungan seperti berikut ini.
• Kemungkinan terjadinya peningkatan polusi pada air.
• Terbukanya kawasan hunian baru secara otomatis bisa berpotensi untuk menambah
pencemaran udara.
• Reklamasi yang dilakukan secara sembarangan bisa merusak ekosistem dan habitat laut.
• Apabila sistem pengaliran air laut tidak dilakukan secara sempurna maka bisa meningkatkan
potensi banjir dan terjadinya genangan air berlebih di wilayah pesisir pantai.
Proses Reklamasi
1. Sistem Timbunan
Reklamasi dengan proses sistem timbunan merupakan salah satu proses yang paling mudah dan
paling umum untuk dilakukan. Proses ini dilakukan dengan cara menimbun area yang sudah
disiapkan pada kawasan perairan dengan menggunakan tanah dan pasir hingga tercipta sebuah
lahan baru di atas permukaan air.
Proses ini membutuhkan pembuatan tanggul terlebih dahulu sebelum melakukan pengurukan
tanah. Tanggul tersebut akan membatasi air laut supaya tidak mengganggu proses pengerjaan
reklamasi yang sedang berlangsung.
2. Sistem Polder
Sistem reklamasi yang selanjutnya adalah dengan menggunakan sistem polder. Sistem ini
dilakukan dengan cara membuang air pada daerah yang sudah ditentukan dengan menggunakan
pompa air berkekuatan tinggi. Proses pompa tersebut dilakukan bersamaan dengan pembuatan
tanggul kedap air supaya air laut tidak masuk kembali ke tanah yang sudah mengering
3. Sistem Kombinasi Polder dan Timbunan
Sistem kombinasi polder dan timbunan merupakan sistem reklamasi yang paling cepat dan
efisien untuk dilakukan. Sistem ini dilangsungkan dengan cara menggabungkan dua sistem
berbeda untuk menghasilkan proses reklamasi yang jauh lebih cepat. Kekurangan dari sistem ini
adalah membutuhkan sumber daya manusia dan peralatan yang lebih banyak.
4. Sistem Drainase
Sistem reklamasi yang paling terakhir dan cukup jarang dilakukan adalah sistem drainase. Sistem
ini dilakukan pada kawasan pesisir pantai yang memiliki ketinggian rendah dibandingkan dengan
kawasan sekitarnya. Kawasan yang rendah tersebut akan ditinggikan dengan menggunakan tanah
dan pasir supaya bisa menjadi lebih tinggi atau sejajar dengan permukaan pesisir pantai lainnya.
Contoh Reklamasi
1. The World Island, Dubai