Anda di halaman 1dari 22

TRAUMA KEPALA

OLEH KELOMPOK 4
PENGERTIAN TRAUMA KEPALA

Cedera kepala (trauma kapitis) adalah cedera mekanis


yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
kepala dan menyebabkan cedera kulit kepala, patah
tulang tengkorak, robekan meningeal dan kerusakan
jaringan otak, serta kerusakan saraf.
KLASIFIKASI

• Cedera Kepala Ringan (CKR)


• Tidak ada fraktur tengkorak
• Tidak ada kontusio serebri, hematom
• GCS 13-15 dan terjadi kehilangan kesadaran tapi <30 menit

• Cedera Kepala Sedang (CRS)


• Kehilangan kesadaran
• Muntah
• GCS 9-12
• Dapat mengalami fraktur tengkorak, disorientasi ringan (bingung)
• Cedera Kepala Berat (CKB)
• GCS 3-8 Hilang kesadaran >24 jam.
• Adanya kontusio serebri, laserasi/hematom intracranial
ETIOLOGI

Beberapa etiologi cedera kepala:


1. Trauma tajam
2. Cedera tumpul
PATOFISIOLOGI

• Trauma atau kecelakaan akibat benda tumpul dan tajam dapat menyebabkan
cedera kepala. Cedera otak primer adalah kerusakan otak yang terjadi segera
setelah trauma. Cedera kepala primer dapat menyebabkan memar dan
laserasi. Cedera kepala ini dapat berkembang menjadi cedera sekunder.
Akibat trauma, kerusakan sel otak meningkat, yang menyebabkan gangguan
autoregulasi. Penurunan aliran darah serebral mengurangi suplai oksigen
serebral dan mengganggu askular sistemik dan metabolisme dan perfusi
serebral.
MANIFESTASI KLINIS DARI CEDERA KEPALA

CEDERA KEPALA RINGAN- CEDERA KEPALA SEDANG-BERAT


SEDANG
• Odema pulmonal
• Disorientasi ringan • Kejang infeksi
• Amnesia post traumatik • Tanda herniasi otak
• Hemiparase
• Mual dan muntah
• Gangguan akibat saraf kranial
• Gangguan pendengaran
KOMPLIKASI

• Epilepsi pasca cedera • Fistel karotis-kavernosus


• Afasia • Diabetes insipidus
• Apraksia • Kejang pasca trauma
• Agnosis • Edema serebral dan herniasi
• Amnesia • Defisit neurologis dan psikologis
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

• X ray/CT Scan
• Hematom serebral
• Edema serebral
• Perdarahan intrakranial
• Fraktur tulang tengkorak
• MRI: dengan atau tanpa menggunakan kontras
• Angiografi cerebral: menunjukkan kelainan sirkulasi serebral
• EEG: mermperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• AGD: PO2, PH, HCO2, : untuk mengkaji • Hematologi: leukosit, Hb, albumin, globulin,
keadekuatan ventilasi (mempertahankan AGD protein serum.
dalam rentang normal untuk menjamin aliran
• CSS: menenetukan kemungkinan adanya
darah serebral adekuat) atau untuk melihat
perdarahan subarachnoid (warna, komposisi,
masalah oksigenasi yang dapat meningkatkan
tekanan).
TIK.
• Pemeriksaan toksilogi: mendeteksi obat yang
• Elektrolit serum: cedera kepala dapat
mengakibatkan penurunan kesadaran.
dihubungkan dengan gangguan regulasi natrium,
retensi Na berakhir beberapa hari, diikuti dengan • Kadar antikonvulsan darah: untuk mengetahui
dieresis Na, peningkatan letargi, konfusi dan tingkat terapi yang cukup efektif mengatasi
kejang akibat ketidakseimbangan elektrolit kejang.
PENATALAKSANAAN MEDIS

• Observasi 24 jam • Penatalaksanaan Medis terdiri dari terapi obat-obatan:


• Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan • Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti
terlebih dahulu. Makanan atau cairan, pada edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya
trauma ringan bila muntah-muntah, hanya cairan trauma
infus dextrose 5%, amnifusin, aminofel (18 jam
• Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yain
pertama dari terjadinya kecelakaan), 2-3 hari
mannitol 20% atau glukosa 40% atau gliserol 10%
kemudian diberikan makanan lunak.
• Antibiotika yang mengandung barrier darah otak
• Berikan terapi intravena bila ada indikasi
(penisillin) atau untuk infeksi anaerob diberikan
• Pada anak diistirahatkan atau tirah baring metronidasol.
menggunakan bantal yang tidak terlalu tinggi dan
tidak terlalu rendah
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

• Riwayat kesehatan sekarang


PENGKAJIAN KEPERAWATAN
• Adanya penurunan kesadaran, letargi, mual, muntah, sakit kepala, wajah
• Identitas tidak simetris, lemah, paralisis, perdarahan, fraktur, hilang
• Mengkaji biodata pasien yang berisi kan nama klien dan nama keseimbangan, amnesia seputar kejadian, sulit beristirahat, kesulitan
penanggung jawab, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, mendengar, mengecap dan mencium bau, sulit menelan/mencerna
alamat, golongan darah, pendidikan terakhir, tanggal masuk
makanan (Yessie dan Andra, 2013).
RS, agama, status perkawinan, pekerjaan, nomor register,dan
diagnosa medis. • Riwayat kesehatan dahulu
• Keluhan utama
• Pasien pernah mengalami penyakit system persarafan, riwayat cedera
• Terjadi penurunan kesadaran, letargik, mual dan muntah, nyeri
masa lalu, riwayat penyakit sistemik/pernafasan cardiovaskuler dan
kepala, wajah tidak simetris, lemah, sulit beristirahat, sulit
mencerna dan menelan makanan (Yessie dan Andra, 2013). metabolic (Yessie dan Andra, 2013).

• Riwayat kesehatan keluarga

• Adanya riwayat penyakit menular


PEMERIKSAAN FISIK

• Keadaan umum
• Secara umum keadaan umum klien dapat dilakukan pengkajian dengan 3 kriteria, yaitu :
• Ringan: terdiri dari kesadaran penuh, tanda-tanda vital stabil, pemenuhan kebutuhan
mandiri.
• Sedang: terdiri dari kesadaran penuh sampai dengan apatis, tanda-tanda vital stabil,
pemenuhan kebutuhan dibantu sebagian atau sepenuhnya.
• Berat: terdiri dari kesadaran penuh sampai dengan samnolen, tanda-tanda vital tidak
stabil, memakai alat bantu organ vital, melakukan tindakan pengobatan yang intensif.
KLASIFIKASI DATA

DATA OBJEKTIF :
DATA SUBJEKTIF :
• mengeluh nyeri • tampak meringis
• bersikap protektif (misalnya, waspada, posisi menghindar : nyeri)
• Dispenea
• gelisah, sulit tidur, frekuensi nadi meningkat
• Sulit bicara
• tekanan darah meningkat
• Ortopnea • pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses berfikir
terganggu
• menarik diri, berfokus pada diri sendiri, dioforesis
DIAGNOSA KEPERAWATAN

• Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pecedera Fisik (Mis, Trauma)


INTERVENSI

• Diagnosa keperawatan: Nyeri akut b.d agen pencedera fisik


• Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam
diharapkan tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil keluhan nyeri
Menurun, meringis menurun, sikap protektif Menurun, gelisah Menuru ,
kesulitan tidur Menurun. Frekuensi nadi membaik, pola napas Membaik,
tekanan darah Membaik, napsu makan Membaik
• Intervensi: Pemberian Analgesik
• Observasi
• Identifikasi karakteristik nyeri, (mis, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
• Identifikasi riwayat alergi obat
• Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis, narkotika, non-narkotik) dengan tingkat
keparahan nyeri
• Monitor tanda-tanda vital sebelumdan sesudah pemberian analgesik
• Monitor efektifitas analgesik.
• Terapeutik
• Diskusikan jenis analgesikyang disukai untuk mencapai analgesia optimal jika perlu.
• Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, opioid untuk mempertahankan kadar dara
serum
• Tetapkan target efektifitas analgesik untuk mengoptimalkan respons pasien
• Dokumentasikan respons terhadap efek yang tidakdi inginkan
• Edukasi
• Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
• Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, jika perlu
IMPLEMENTASI

• Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan
dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi factor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan
EVALUASI

• Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah


kegiatan yang disengaja dan terus menerus melibatkan klien, perawat, dan anggota tim
medis lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofiologi, dan
strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang
JIKA KAMU MERASA JURUSAN KULIAHMU
BUKANLAH HAL YANG KAMU MINATI,MAKA
INGATLAH WAJAH YANG MEMBIAYAI KULIAHMU

SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai