Anda di halaman 1dari 104

INTERKONEKSI PEMBANGKIT

• OPERASI EKONOMIS
• PENGATURAN DAYA AKTIF : GOVERNOR
• KEANDALAN (LOLP)
OPERASI EKONOMIS
(ECONOMIC DISPATCH)
OPERASI EKONOMIS
(ECONOMIC DISPATCH)
• Biaya bahan bakar pembangkit.
• Operasi ekonomis dalam sebuah stasiun
• Operasi ekonomis antara stasiun
BIAYA BAHAN BAKAR
F  a.P2  b.P  c biaya/jam (juta rupiah/jam)

Persamaan biaya bahan bakar dapat doperoleh


melalui analisis numerik dengan menggunakan
data penggunaan bahan bakar dan energi yang
dibangkitkan.
Contoh : pola pengoperasian suatu unit pembangkit adalah :
Lama Operasi Daya Energi Penggunaan BBM Biaya Biaya/Jam
(Jam) (MW) (MWh) (Liter) (Juta Rupiah) (Juta Rupiah/Jam)
2 15 30 7500 45 22.5
5 20 100 21000 126 25.2
7 45 315 56000 336 48
6 60 360 69000 414 69
3 75 225 48000 288 96
1 80 80 17500 105 105
Asumsi harga bbm = Rp 6000/liter

Daya Biaya/Jam 120


(MW) (Juta Rupiah/Jam)
100
15 22.5
80
20 25.2
60
45 48
40
60 69
20
75 96 0
80 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
105
close
clear all
daya=[15 20 45 60 75 80]
biayaperjam=[22.5 25.2 48 69 96 105]
konstanta = polyfit(daya, biayaperjam,2)
daya = 0 : 100;
biayaperjam = konstanta(1)*daya.^2 + konstanta(2).*daya + konstanta(3);
plot(daya, biayaperjam)

Atau dengan menggunakan fasilatas curve fitting (cftool) pada matlab

Juta rupiah
F  0,012 P  0,1326 P  17,7515
2

jam
Juta rupiah
F  0,012 P 2  0,1326 P  17,7515
jam
DAYA GUNA MAKSIMUM
Daya guna maksimum diperoleh jika pembangkit dioperasikan pada
daya yang memberikan biaya per MWh yang minimum.

Juta rupiah
F  0,012 P  0,1326 P  17,7515
2

jam
Juta
MW Juta rupiah/MWh 1.061
Rupiah/jam
… … … 1.06
35 37.0925 1.05979 1.059
36 38.0771 1.0577 1.058
37 39.0857 1.05637 1.057
38 40.1183 1.05574
39 41.1749 1.05577 1.056
40 42.2555 1.05639 1.055
… … … 1.054
1.053
34 35 36 37 38 39 40 41
PERUBAHAN BIAYA BAHAN BAKAR ()

• Perubahan biaya pembangkitan untuk setiap perubahan


daya adalah :

dF

dP
Juta rupiah
F  0,012 P 2  0,1326 P  17,7515
jam

dF Juta rupiah
  0,024 P  0,1326
dP MWh

• Jika pembangkit beroperasi pada daya 38 MW,


perubahan biaya bahan bakar untuk kenaikan atau
penurunan daya sebesar 1 MW adalah

Juta rupiah
  0,024 x 38  0,1326  1,04
MWh
Juta rupiah
F  0,012 P 2  0,1326 P  17,7515
jam

dF Juta rupiah
 0,024 P  0,1326
dP MWh
OPERASI EKONOMIS DALAM SATU STASIUN

• Bagaimana pembagian daya agar diperoleh operasi


yang ekonomis ?
Contoh :
• Dua unit pembangkit bekerja untuk melayani
beban sebesar 900 MW. Persamaan biaya
bahan bakar setiap unit adalah :
$
F1  0,004 P  8 P1
1
2

jam
$
F2  0,0048 P  6,4 P2
2
2
jam
Untuk jumlah daya pembangkitan yang tetap, kenaikan pembangkitan pada
salah satu unit dan penurunan pembangkitan pada unit lain harus
memberikan penurunan pada biaya total.

DAYA BIAYA
TOTAL BIAYA
UNIT 1 UNIT 2 UNIT 1 UNIT 2
405 495 3896.10 4344.12 8240.22
404 496 3884.86 4355.28 8240.14
403 497 3873.64 4366.44 8240.08
402 498 3862.42 4377.62 8240.04
401 499 3851.20 4388.80 8240.01
400 500 3840.00 4400.00 8240.00
399 501 3828.80 4411.20 8240.01
398 502 3817.62 4422.42 8240.04
397 503 3806.44 4433.64 8240.08
396 504 3795.26 4444.88 8240.14
395 505 3784.10 4456.12 8240.22
Bagaimana  setiap unit ?
$ dF1 $
F1  0,004 P  8 P1
2 1   0,008 P1  8
1
jam dP1 MWh
$ dF2 $
F2  0,0048 P  6,4 P2
2 2   0,0096 P2  6,4
2
jam dP2 MWh

DAYA BIAYA TOTAL BIAYA LAMDA


P1 P2 F1 F2 F1 + F2 l1 l2
403 497 3873.64 4366.44 8240.08 11.22 11.17
402 498 3862.42 4377.62 8240.04 11.22 11.18
401 499 3851.20 4388.80 8240.01 11.21 11.19
400 500 3840.00 4400.00 8240.00 11.20 11.20
399 501 3828.80 4411.20 8240.01 11.19 11.21
398 502 3817.62 4422.42 8240.04 11.18 11.22

Biaya minimum diperoleh jika setiap unit bekerja pada


 yang sama.
Lamda tersebut disebut sebagai  stasiun.
DAYA MINIMUM & DAYA MAKSIMUM
PEMBANGKIT
Jika terdapat unit pembangkit yang bekerja diluar
batas daya minimum dan maksimumnya maka :
• Unit pembangkit yang dayanya < daya minimumnya,
– unit tersebut beroperasi pada daya minimumnya atau
– tidak dioperasikan
Pilih yang memberikan biaya minimum
• unit yang dayanya > daya maksimumnya, maka unit
tersebut harus dioperasikan pada daya
maksimumnya.
Persamaan biaya bahan bakar dua unit pembangkit
adalah :
$ $
F1  0,004 P  8 P1
1
2
F2  0,0048 P  6,4 P2
2
2
jam jam

Daya minimum dan maksimum kedua unit adalah 100


MW dan 625 MW. Hitung pembangkitan setiap unit
agar diperoleh biaya opersai yang ekonomis dan berapa
biaya operasinya ?
• beban = 900 MW
• beban = 300 MW
• beban = 1150 MW
dF1 $
1   0,008 P1  8
dP1 MWh
dF2 $
2   0,0096 P2  6,4
dP2 MWh
1   2
0,008 P1  8  0,0096 P2  6,4
P1  P2  900
P1  900  P2

0,008900  P2   8  0,0096 P2  6,4


7,2  0,008P2  8  0,0096 P2  6,4
8,8  0.0176P2
P2  500
P1  400
1   2   stasiun  0,008x 400  8  11,2
dst
Persamaan biaya bahan bakar dua unit pembangkit
adalah :
$
F1  0,004 P12  8 P1
jam
$
F2  0,0048 P22  6,4 P2
jam

Jika beban = 900 MW, Berapa P1 dan P2 agar biaya


minimum ?

P1 = 6400 P2 = -5500 ???????????


OPTIMASI DENGAN MATLAB
(fmincon)

Persamaan biaya bahan bakar dua unit pembangkit adalah :


$ $
F1  0,004 P12  8 P1 F2  0,0048 P22  6,4 P2
jam jam

Daya minimum dan maksimum kedua unit adalah 100 MW dan 625 MW. Hitung
pembangkitan setiap unit agar diperoleh biaya opersai yang ekonomis dan berapa biaya
operasinya ?
• beban = 900 MW
• beban = 300 MW
• beban = 1150 MW
• Fungsi tujuan/objektif adalah persamaan
biaya total
FT  F1  F2
FT  0,004 P12  8 P1  0,0048 P22  6,4 P2

• Fungsi kekangan (linier)


P1  P2  900
P1 
1 1   900
P2 
A eq  1 1
beq  900
• Batas minimum dan maksimum :
Pmin  100 100
Pmaks  625 625
pers_biaya = @(P) ( 0.004 * P(1)^2 + 8*P(1) +...
0.0048*P(2)^2 + 6.4*P(2) )
Aeq = [1 1]
beq = 900
daya_min=[100 100]
daya_maks=[625 625]
nilai_awal=[0 0]
[daya,biaya] = fmincon(pers_biaya, nilai_awal,[ ],[ ],Aeq,beq, daya_min, daya_maks,[ ])
PERBEDAAN KARAKTER BIAYA UNIT-UNIT PEMBANGKIT

Unit 1

l1
Unit 2
Unit 3
lstasiun

l4 Unit 4

P1 P2 P3 P4
Beban Stasiun Pembangkit = P1 + P2 + P3 + P4
Persamaan biaya bahan bakar dua unit pembangkit
adalah :
$ $
F1  0,004 P  8 P1
1
2
F2  0,004 P  12 P2
2
2

jam jam

Pembangkit mana yang biayanya lebih murah ?


PENYELESAIAN SOAL BAB 9 BUKU AST STEVENSON

$
F1  0,004 P  8 P1
1
2

jam
$
F2  0,0048 P  6,4 P2
2
2

jam
clear all
pers_biaya = @(P) ( 0.004 * P(1)^2 + 8*P(1) +...
0.0048*P(2)^2 + 6.4*P(2) )
Aeq = [1 1]
beban=[250 300 350 600 900 1175 1200 1250]
daya_min=[100 100]
daya_maks=[625 625]
nilai_awal=[0 0]
for i=1:8;
beq=beban(i);
[daya,biaya] = fmincon(pers_biaya, nilai_awal,[ ],[ ],Aeq,beq, daya_min, daya_maks,[ ]);
unit_1(i)=daya(1);
unit_2(i)=daya(2);
biaya_total (i)= biaya(1);
end
clc
disp ('===================================')
disp (' beban unit 1 unit 2 biaya total')
disp ('===================================')
for i=1:8
fprintf (' %8.2f %8.2f %8.2f %10.0f\n',beban(i),unit_1(i),unit_2(i),biaya_total(i))
end
Daya Unit Daya Unit
Beban 1 2 Biaya Total
200 100 100 1528
300 100 200 2312
350 100 250 2740
600 236.36 363.64 5076
900 400 500 8240
1175 550 625 11485
1200 575 625 11797
1250 625 625 12437
Persamaan biaya bahan bakar dua unit pembangkit adalah :

$ $
F1  0,004 P12  8 P1 F2  0,0048 P22  6,4 P2
jam jam

$ $
F3  0,004 P  8 P1
1
2
F4  0,006 P  7 P2
2
2

jam jam

Daya minimum setiap unit adalah 100 , 150, 100 dan 200 MW.
Daya maksimumsetiap unit adalah 625 , 625, 625 dan 800 MW.
beban :
• 400 MW
• 600 MW
• 1500 MW
• 2500 MW
Pembebanan Pembangkit
(Djiteng V.2)
• PLTD : tidak bermasalah dengan daya min.
tetapi jika berbeban rendah, ruang bakar
cepat kotor karena pembakaran kurang
sempurna
• Kendala suhu : tidak dapat mencapai kapasitas
maksimum.
• Reaksi terhadap beban : cepat. 0 sd 100 %
kurang dari 10 menit
PLTU
• Beban maksimum : bisa lebih dari
kapasitasnya tetapi dalam waktu yang singkat
• Beban minimum : 25 %, karena kendala
pengontrolan. Pada beban rendah, nyala api
kurang stabil & mudah padam
• Reaksi thd penambahan beban : lambat &
perlu beberapa tahapan.
PLTG
• Beban maksimum dapat melebihi
kapasitasnya tetapi dalam waktu yang relatif
singkat
• Beban min : biaya operasi yang mahal jika
beban terlalu rendah
• Perubahan beban : relatif cepat, 0 sd 100 %
dalam waktu 15 menit
PLTA
• Beban minimum dibatasi oleh masalah kavitasi
• Beban maksimum sesuai kapasitasnya
• Reaksi terhadap perubahan beban sangat
cepat. 0 sd 100%, kurang dari ½ menit
OPERASI EKONOMIS ANTARA STASIUN

PL P2
P1
1 2

Beban1 Beban2

• Operasi ekonomis antara stasiun perlu memperhitungkan rugi


daya pada saluran.
• Rugi daya pada saluran (PL) dipengaruhi diantaranya oleh
• pembangkitan daya aktif (P) pada setiap stasiun,
• beban,
• Rugi daya pada saluran (PL) dapat dinyatakan sebagai fungsi
pembangkitan (P) setiap stasiun dan koofisien rugi daya pada
saluran (koofisien B)
KOOFISIEN RUGI DAYA

• Jika rentang beban tidak terlalu besar, koofisien tersebut


memberikan hasil yang cukup akurat.
• Untuk variasi beban yang besar, diperlukan beberapa nilai
koofisien B. Setiap nilai digunakan untuk mewakili rentang
beban tertentu.
Bagaimana cara memperoleh koofisien B ? (hal 228)
RUGI DAYA SEBAGAI FUNGSI PEMBANGKITAN

PL  P B P T

B11 B12  B1k  P1 


B B 22  B 2k  P2 
PL  P1 P2 ... Pk   21   
      
   
B
 k1 B k2  B kk  Pk 

PL : Rugi daya
P : Daya pembangkitan setiap stasiun
B : Koofisien kehilangan daya

Persamaan rugi daya pada saluran adalah persamaan nonlinier


CONTOH
Koofisien rugi daya saluran dari suatu jaringan yang terdiri dari 3
stasiun pembangkit adalah :
3 1 
B  10 x 
-4

1 2 

Stasiun 1 menyuplai daya 130 MW, stasiun 2 menyuplai daya 80


MW.
• Bagaimana persamaan rugi daya pada saluran ?
• Hitung beban dan rugi daya pada sistem tersebut !
OPTIMASI DAN PENYELESAIAN
• Fungsi tujuan/objektif (persamaan biaya total) :
k
FT   Fn  F1  F2  F3  F4  ...  Fk
n1

• Fungsi kekangan/constraint
k

P
k

n  PL  PB  0 P
n1
n : Jumlah daya pembangkitan
n1
PL : Rugi daya
PB : Daya beban

kekangan : nonlinier
• Penyelesaian dapat diperoleh dengan metode iteratif (file
operasi ekonomis.pdf) atau dengan optimasi menggunakan
matlab.
CONTOH
Persamaan biaya bahan bakar 3 stasiun pembangkit adalah :
$
F1  0,004686 P12  23,76P1  1683 150 MW  P1  600 MW
jam
$
F2  0,00582 P22  23,55 P2  930 100 MW  P1  400 MW
jam
$
F3  0,01446 P32  23,7 P3  234 50 MW  P1  200 MW
jam

Beban = 850 MW

Koofisien B untuk beban 850 :

3 0 0 
B  10-5 x 0 9 0 
 
0 0 12

Berapa pembangkitan setiap stasiun ?


clear all
clc
pers_biaya = @(P) ( 0.004686 * P(1)^2 + 23.76*P(1) + 1683 + ...
0.00582 * P(2)^2 + 23.55*P(2) + 930 + ...
0.01446 * P(3)^2 + 23.7*P(3) + 234 );
daya_min=[150 100 50];
daya_maks=[600 400 200];
nilai_awal=[0 0 0];
beban = 850;
B = 1e-5*[3 0 0;0 9 0; 0 0 12] ; %matriks B
ceq = @(P) P(1)+P(2)+P(3) - P*B*P'- beban; % kekangan nonlinier (equality)
nonlcon = @(P) deal([],ceq(P)); % penggabungan kekangan nonlinear(inequality & equality)
[daya,biaya] = fmincon(pers_biaya,nilai_awal,[ ],[ ],[ ],[ ],daya_min,daya_maks,nonlcon)
OPTIMASI UNIT-UNIT ANTARA STASIUN-STASIUN
PEMBANGKIT

UNIT 1

UNIT 2

UNIT K UNIT 1
STASIUN 1 JARINGAN SISTEM UNIT 2
TENAGA LISTRIK
UNIT K
UNIT 1
STASIUN K
UNIT 2

UNIT K
STASIUN 2 UNIT 1

UNIT 2

UNIT K
STASIUN 3
CONTOH
Persamaan biaya bahan bakar untuk unit-unit dari 3 stasiun pembangkit adalah :

Stasiun 1 (terdiri dari 3 unit) :


$
F1  0,0013 P12  20P1  1000 100 MW  P1  600 MW
jam
$
F2  0,0015 P22  20 P2  500 100 MW  P2  600 MW
jam
$
F3  0,0017 P32  18 P3  200 50 MW  P3  700 MW
jam

Stasiun 2 (terdiri dari 2 unit) :


$
F4  0,0013 P42  20P4  1000 100 MW  P4  600 MW
jam
$
F5  0,0015 P52  20 P5  500 100 MW  P5  600 MW
jam

Stasiun 3 (terdiri dari 2 unit) :


$
F6  0,0015 P62  20 P6  500 100 MW  P6  600 MW
jam
$
F7  0,0017 P72  18 P7  200 50 MW  P7  700 MW
jam
Beban = 3000 MW

Koofisien B untuk beban 3000 MW :

 4 1 2
B  10-5 x  1 5 3
 
2 3 6

Berapa pembangkitan setiap stasiun ?


Berapa pembangkitan setiap unit pada setiap stasiun ?
clear all;clc
pers_biaya = @(P) ( 0.0013 * P(1)^2 + 20*P(1) + 1000 + ...
0.0015 * P(2)^2 + 20*P(2) + 500 + ...
0.0017 * P(3)^2 + 18*P(3) + 200 + ...
0.0013 * P(4)^2 + 20*P(4) + 1000 + ...
0.0015 * P(5)^2 + 20*P(5) + 500 + ...
0.0015 * P(6)^2 + 20*P(6) + 500 + ...
0.0017 * P(7)^2 + 18*P(7) + 200 );
daya_min=[100 100 50 100 100 100 50];
daya_maks=[600 600 700 600 600 600 700];
nilai_awal=[0 0 0 0 0 0 0];
beban = 3000;
B = 1e-5*[4 1 2;1 5 3;2 3 6];
ceq = @(P) P(1)+P(2)+P(3)+P(4)+P(5)+P(6)+P(7) - ...
[ P(1)+P(2)+P(3) P(4)+P(5) P(6)+P(7)] * B * ...
[ P(1)+P(2)+P(3) P(4)+P(5) P(6)+P(7)]' - beban;
nonlcon = @(P) deal([],ceq(P));
[daya,biaya] = fmincon(pers_biaya,nilai_awal,[ ],[ ],[ ],[ ],daya_min,daya_maks,nonlcon)
PENGATURAN DAYA AKTIF DAN FREKUENSI
PENGATURAN DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

• Governor
• Pengaturan primer : speed drop/free governor
dan pengaturan sekunder
• Energi pengaturan & Statisme
• Pengaruh frekuensi terhadap beban
GOVERNOR
• Daya aktif berhubungan dengan frekuensi
• Sistem tenaga harus menyediakan tenaga
listrik dengan frekuensi pada rentang tertentu
• Pengaturan frekuensi →pengaturan daya aktif
→ Pengaturan bahan bakar →pengaturan
governor
Penyetelan
N0/F0 N0/F0

N1/F1 N1/F1
fSISTEM= f1 = f2 fSISTEM= f1 = f2

fB
fA S1
S2 S2

S1

P1 P2 P2 P1
Isochronous
Isoch. Ok

Speed Drop > 0


Isoch. Quite Ok

Limited Ok

Limited
Speed Drop > 0

Speed Drop > 0 Quite Ok

Isoch. and LFC Speed Drop > 0

Isoch. and LFC Ok

Isoch. and LFC


• Perubahan beban mengharuskan setiap generator menyesuaikan daya
mekaniknya melalui aksi governor.
• Governor tidak bisa seketika menyesuaikan daya mekanik, butuh waktu
untuk penyesuaian daya tersebut.
P2
N0/F0

N0/F0
P1

F1

F2

N1/F1

N1/F1
Speed Drop
(Pengaturan Primer : Governor Free)
• Sifat governor yang tidak dapat mengembalikan nilai frekuensi
ke frekuensi semula dikenal dengan : speed drop (merupakan
pengaturan primer)
Frekuensi perubahan frekuensi f
speed drop  
perubahan beban P

f Speed drop : kemiringan/gradien


garis daya terhadap frekuensi
f
speed drop 
P
(bernilai negatif)

Daya
P
fSISTEM= f1 = f2

• S1 > S 2
fA • Beban pada frek fA, PA = P1(A) + P2(A)
fB • Beban pada frek. fB, PB = P1(B) + P2(B)
S2

S1

P1(A)P2(A) P1(B) P2(B)


PENGARUH SPEED DROP TERHADAP
fSISTEM= f1 =f
2 PERUBAHAN BEBAN

fA
fB • Beban A = P1(A) + P2(A)
S2
• Beban B = P1(B) + P2(B)
DP1 • Beban B > Beban A
S1 • S2 < S1  ΔP2 > Δ P1
DP2

P1(A)P2(A) P1(B) P2(B)

Jika terjadi perubahan beban, pembangkit dengan speed drop yang lebih
kecil akan menanggung perubahan beban yang lebih besar
PERUBAHAN PEMBAGIAN BEBAN AKIBAT
PERUBAHAN SPEED DROP
fSISTEM= f1 = f2 fSISTEM= f1 = f2

fB
fA

P1 P2 P2 P1

Speed drop unit 1 dikurangi


P1 + P2 = konstan, fB > fA
PENGATURAN SEKUNDER
• Jika aksi speed drop menghasilkan frekuensi yang terlalu
rendah/tinggi, untuk mengembalikan frekuensi sistem
kefrekuensi semula tanpa mengubah speed drop, diperlukan
pengaturan sekunder untuk menambah daya ke sistem.
• Dilakukan secara manual atau otomatis (LFC: Load Frequency
Control)
Frekuensi

fA

fB

PENGATURAN SEKUNDER

P1 P2 Daya
fB fB

fA fA

P1 P2 P1 P2 P1 P2

Pengaturan Sekunder Unit 1 & 2

P1 + P2 = konstan, fB > FA
fB
fA

P1 P2 P2 P1

PENGATURAN SEKUNDER UNIT 1


P1 + P2 = konstan, fB > fA
PENGATURAN PRIMER & SEKUNDER
f f

C C1
S1
C2
S2 S
C3
S
S3 S

P P
CONTOH

• Bagaimana pengaturan governor


unit 1 untuk beban 200 sd 350 ?
• Load limit unit 1 = 100
• Speed drop unit 2 = 0.
CONTOH
• Speed drop unit 1 = 5 % kapasitas : 30 MW
• Speed drop unit 2 = 2 % kapasitas : 50 MW
• Kondisi awal : beban = 25 MW,
• Dengan pengaturan sekunder, daya unit 1 diatur
sebesar 10 MW, unit 2 : 15 MW, dan f = 50,5 Hz,
– Jika beban dinaikkan menjadi 40 MW berapa daya
unit 1 dan 2 ? Frekuensi ?
– Jika speed drop unit 1 diubah menjadi 4 %, berapa
daya unit 1 dan 2 ? Frekuensi ?
f1  S1P1  C1 f1  f2  50,5 f1  0,05P1  51
f1  0,05P1  C1 P1  10 f2  0,02P2  50,8
f2  0,02P2  C 2 P2  15 f1  f2
diperoleh  0,05P1  51  0,02P2  50,8
C1  51 P1  P2  40
C 2  50,8 f1  f2  f  50,29 Hz
P1  14,29 MW
52
P2  25,71 MW
51.5

51

50.5

50

49.5

49

48.5

48
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
52

51.5
f1  0,04P1  51
51
f2  0,02P2  50,8
50.5
f1  f2
50
 0,04P1  51  0,02P2  50,8
49.5
P1  P2  40
49

f1  f2  f  50,33 Hz 48.5

P1  16,7 MW 48
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
P2  23,3 MW
52

51.5

51

50.5

50

49.5

49

48.5

48
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
PERHITUNGAN SPEED

TENTUKAN RENTANG BEBAN YANG


MEMBERIKAN PERUBAHAN BEBAN HITUNG PERUBAHAN BEBAN SETIAP
YANG SAMA PADA SETIAP UNIT UNIT
(PERBANDINGAN PERUBAHAN BEBAN : TETAP)

TENTUKAN BATAS MINIMUM DAN HITUNG PERUBAHAN FREKUENSI


MAKSIMUM FREKUENSI f1  f2  ...  fsistem

HITUNG SPEED DROP SETIAP UNIT


f1 f
S1  , S 2  2 ...
P1 P2
• Bagaimana pengaturan speed drop untuk beban
CONTOH 350 sd 1175 jika frekuensi dibatasi antara 49,5 sd
50,5 Hz ?
• Pada rentang beban tersebut, perbandingan
perubahan beban pada setiap unit memiliki nilai
yang sama, yaitu : P1  1,2 P2

perubahan beban setiap unit


P1  536,37  100  436,37
P2  613,63 - 250  363.63

f1  f2  fsistem
f1  f2  fsistem  50,5  49,5  1
f1 1
S1    0,002292  0,229%
P1 436,36
f2 1
S2    0,00275  0,275%
P2 363,63
Setelan governor dan perbedaannya terlalu kecil, sebaiknya ubah rentang beban.
CONTOH

P1  54,5454
P2  45,4545

f1  f2  fsistem
Bagaimana pengaturan speed f1  f2  fsistem  1
drop governor untuk beban 350 sd
450 jika frekuensi dibatasi antara f1 1
S1    1,83%
49,5 sd 50,5 Hz ? P1 54,5454
f2 1
S2    2,2%
P2 45,4545
f1  0,0183 P1  52,33
f2  0,0220 P2  56
55

54

53

52

51

50

49

48
Unit 1
47 Unit 2
46

45
100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300
PENGATURAN PRIMER DAN SEKUNDER
• Apa yang harus dilakukan jika beban melebihi 450
MW?
• Frekuensi semakin turun, perlu dilakukan
pengaturan sekunder.
• Speed drop harus tetap agar pembagian beban tidak
berubah.
• Speed drop : untuk perubahan kecil pada beban
• Pengaturan sekunder : untuk perubahan beban
yang lebih besar yang frekuensinya tidak bisa
ditanggulangi oleh speed drop.
ENERGI PENGATURAN (Kf)
• Energi pangaturan : perubahan daya sistem untuk
setiap Hz perubahan frekuensi sistem (MW/Hz)
Psistem
Kf  MW/Hz
f sistem

1 1 1
Kf     ...
S1 S2 S3
S1, S2, S3, … : speed drop pembangkit
STATISME
• Statisme : speed drop yang mewakili gabungan sejumlah
pembangkit yang terinterkoneksi.
• Statisme : perubahan frekuensi untuk setiap MW perubahan
beban sistem (Hz/MW)
Frekuensi
sistem
perubahan frekuensi sistem
statisme 
perubahan beban sistem f1
f 1 f2 Statisme
statisme  sistem 
Psistem K F

P1 P2 Beban
sistem
Jumlah unit dan statisme

S1 Statisme
S1 S2
Statisme
S2 S3

• Semakin banyak unit yang beroperasi, statisme semakin baik


55
f1  0,0183 P1  52,33 Dari soal sebelumnya, bagaimana
54 statisme dan energi pengaturan sistem
f2  0,0220 P2  56
53
52 Psistem 1 1
Kf     100 MW/Hz
51 fsistem S1 S1
50 1
Statisme   0,01 Hz/MW
49 Kf
48 Beban 400, f : 50
Unit 1
47
Unit 2
46 fsistem  0,01Psistem  54
45
100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300
51
50.5
50
49.5
49
fsistem  0,01Psistem  54
48.5
48
47.5
47
46.5
46
350 360 370 380 390 400 410 420 430 440 450
CONTOH
• Stasiun 1 :
– Unit 1 Speed drop = 15 % kapasitas : 30 MW
– Unit 2 Speed drop = 10 % kapasitas : 50 MW
• Stasiun 2 :
– Unit 3 Speed drop = 12 % kapasitas : 40 MW
– Unit 4 Speed drop = 12 % kapasitas : 40 MW
• Kondisi awal : beban = 70 MW, f = 50 Hz
– daya unit 1 : 10 MW,
– daya unit 2 = unit 3 = unit 4 = 20 MW,
• Daya nominal beban dinaikkan menjadi 120 MW,
• Berapa frekuensi sistem ?
• Berapa daya pada setiap unit ?

Frekuensi = 48.5 Hz
Daya pada setiap unit :
• unit 1 = 20 MW
• unit 2 = 35 MW
• unit 3 dan unit 4 = 32,5 MW
PENGARUH PERUBAHAN FREKUENSI
TERHADAP BEBAN
• Beban-beban seperti peralatan yang mengandung motor
listrik sangat dipengaruhi oleh frekuensi.
• Jika frekuensi turun, daya yang digunakan akan turun dan
lebih kecil dari daya nominalnya.

Garis
beban P
D (MW/Hz)
f f
Statisme 1
f beban  Pbeban  C
D

P
Garis Garis
beban 1 beban 2

fnominal
fB
Statisme

P1 P’2 P2

• Daya beban berubah dari P1 menjadi P2


• Karena penurunan frekuensi ,beban pada P2 bergeser ke P2’
• Daya pada beban 2 < dari daya nominalnya akibat penurunan frekuensi
PENGATURAN SEKUNDER UNTUK MENGATASI
PERUBAHAN BEBAN AKIBAT PERUBAHAN FREKUENSI

Garis
beban 2

fnominal
Df
fB

DP

P1 P’2 P2

• ΔP dipengaruhi oleh karakter beban. Nilainya dijadikan sebagai acuan untuk penambahan
daya melalui pengaturan sekunder agar frekuensi dan beban kembali ke nilai nominalnya
• Penambahan daya dilakukan secara bertahap dan dikoordinir oleh pusat pengatur beban
CONTOH
• Sebuah sistem tenaga listrik terdiri dari 2 pusat listrik, yaitu
PLTD dan PLTG. Didalam PLTD terdapat 4 unit yang sama, yaitu
4 x 5 MW, sedangkan dalam PLTG terdapat dua unit yang
sama yaitu 2 x 15 MW. Sebuah unit PLTG tidak siap beroperasi
karena sedang menjalani pemeliharaan
• Penyetelan governor dari unit yang beroperasi menghasilkan
energi pengaturan sebesar 3 MW/Hz. Kalau unit-unit PLTD
berbeban 4 x 4 MW dan PLTG berbeban 10 MW dengan
frekuensi sistem 50 HZ, sedangkan karakteristik beban
menunjukkan penurunan beban 1 MW untuk penurunan
frekuensi 1 Hz, maka apabila beban sistem naik 5 MW, tanpa
ada pengaturan sekunder frekuensi sistem menjadi berapa ?
• Jika dilakukan pengaturan sekunder sedemikian hingga terjadi
penambahan daya yang dibangkitkan sebesar 1 MW, hitung
frekuensi sistem
(Operasi sistem tenaga listrik, Djiteng Marsudi)
1 1
Statisme    0,333 MW/Hz Beban naik 5 MW f  0,333 P  58,67
Kf 3
Pbeban  26  5  31 f  P  19
fsistem  0,333 Psistem  C f beban  Pbeban  C diperoleh
Psistem  4 x 4  10  26 C  50  31  19 P  29,75
f beban  Pbeban  19 f  48,75
fsistem  50
diperoleh
C  58,67

Garis beban
(kondisi awal) Garis beban
fbeban  Pbeban  24 setelah penambahan beban
D  1 MW/Hz fbeban  Pbeban  19
fA
Pada beban 26 MW, frekuensi 50 Hz. fB
Persamaan garis beban kondisi awal : Statisme
1
f beban  Pbeban  C
D P=29,75
f beban  Pbeban  24 f=48,75

P1 P’2 P2
Jika dilakukan pengaturan sekunder sedemikian hingga terjadi
penambahan daya yang dibangkitkan sebesar 1,25 MW, hitung
frekuensi sistem

P=31 MW karakter beban  1 MW/Hz


f=50 Hz
P  1,25
fC
fB
f B  48,75
f f c  48,75
 1
1,25 MW
P 1,25
diperoleh
P’2 P2
f c  50 Hz
LATIHAN
• Stasiun 1 :
– Unit 1 Speed drop = 15 % kapasitas : 30 MW
– Unit 2 Speed drop = 10 % kapasitas : 50 MW
• Stasiun 2 :
– Unit 3 Speed drop = 12 % kapasitas : 40 MW
– Unit 4 Speed drop = 12 % kapasitas : 40 MW
• Kondisi awal : beban = 70 MW, f = 50 Hz
– daya unit 1 : 10 MW,
– daya unit 2 = unit 3 = unit 4 = 20 MW,
• Karakter beban : beban berkurang 3 MW jika frekuensi turun 1 Hz (D=3 MW/Hz) .
• Daya nominal beban dinaikkan menjadi 120 MW,
– Berapa daya pada setiap unit pembangkit
– Berapa daya yang harus ditambahkan melalui pengaturan sekunder pada
setiap unit agar frekuensi dan beban kembali kenilai nominalnya? (speed drop
tetap)
– Dari soal sebelumnya :
• Kf = 33,333 MW/Hz
• Statisme = 0,03 Hz/MW
– Persamaan statisme : f sistem  0,03Psistem  52.1
– Persamaan garis beban : f beban  0.333Pbeban  10
– Diperoleh :
• daya beban = 115.8716 MW
• frekuensi sistem = 48,62 Hz
– Daya pada setiap unit :
f  50  48.62  1.38 Garis beban
f
Pi  50 Hz
Si 48.62 Hz
– unit 1 = 19.17431 MW
– Unit 2= 33.76147 MW Statisme
– Unit 3= 31.46789 MW
– Unit 4= 31.46789 MW

P1 P’2
– Daya yang harus ditambahkan melalui pengaturan sekunder pada setiap unit agar
frekuensi dan beban kembali kenilai nominalnya
• Kekurangan daya ΔPsistem = 120 – 115.8716 = 4.12844 MW.
• Kf = 33,333 MW/Hz

Df '
DP

fnominal
Df
fB P
Kf 
f '
4.12844
DP
33,333 
f '
f '  0.12385
P’2 P2
0.12385
Penambahan daya pada setiap unit melalui pengaturan sekunder : Pi 
Si
Unit 1 = 0.8257MW
Unit 2 = 1.2385MW
Unit 3 = 1.0321MW
Unit 4 = 1.0321MW
Daya pada setiap unit setelah dilakukan pengaturan sekunder :
unit 1 = 20 MW
unit 2 = 35 MW
unit 3 dan unit 4 = 32,5 MW

50
48,62

4,13

115,9 120

Penambahan daya sebesar 4,1284 MW mengubah frekuensi dari


48,62 Hz menjadi 50,12385 Hz.
Karena pengaruh aksi governor melalui speed drop, daya sebesar
4,1284 MW menyebabkan frekuensi turun sebesar 0,12385 menjadi
50 Hz
PENGATURAN ALIRAN DAYA AKTIF
• Perubahan pola pembangkitan
• Transformator penggeser fasa
KEANDALAN SISTEM PEMBANGKIT
(LOLP)
Forced Outage Rate (FOR)
• FOR adalah peluang suatu pembangklit tidak dapat beroperasi (unavailability
/ketidaktersediaan), diukur untuk masa satu tahun (8760 jam).
• FOR dipengaruhi oleh jumlah gangguan dan waktu untuk perbaikan gangguan.

xMTTR
FOR 
xMTTR  8760
–  : rata-rata jumlah gangguan per tahun
– MTTR : rata-rata waktu perbaikan setiap gangguan

• FOR tahunan untuk PLTA berkisar 1%, PLTG 7%, PLTU (minyak) 9%, PLTU (batubara)
10 %.
PROBABLITAS KETERSEDIAAN (availability)
• Peluang ketersediaan dianalisis berdasarkan nilai FOR
(ketidaktersediaan)
Ketersediaan = 1 - ketidaktersediaan
• INGAT KEMBALI MATERI PROBABILITAS
PROBABLITAS KETERSEDIAAN (availability)
• Tiga unit pembangkit dengan data :
UNIT DAYA F.O.R.
1 500 0.01
2 1000 0.03
3 1000 0.02

• Berapa kemungkinan cara pengoperasian pembangkit.


• Berapa peluang setiap cara pengoperasian ?
• Berapa daya total yang bisa disediakan dari setiap cara
pengoperasian pembangkit ?
KEMUNGKINAN CARA PENGOPERASIAN
NO Daya total PROBABILITAS
UNIT 1 UNIT 2 UNIT 3
Pembangkitan
1 1 1 1 2500 0.9410940
2 0 1 1 2000 0.0095060
3 1 0 1 1500 0.0291060
4 1 1 0 1500 0.0192060
5 0 0 1 1000 0.0002940
6 0 1 0 1000 0.0001940
7 1 0 0 500 0.0005940
8 0 0 0 0 0.0000060
1.0000000

Berapa peluang daya pembangkitan total : 1000


Cara pengoperasian 5 atau 6, atau 7 atau 8,
peluangnya :
= 0.000488 + 0.0005940 + 0.0000060 =
0.001088
PROBABILITAS KOMULATIF
• Jika terdapat dua atau lebih kejadian yang tidak bisa terjadi
bersamaan, maka peluang terjadinya paling kurang (minimal)
salah satu kejadian adalah komulatif dari peluang setiap
kejadian
PENGOPERASIAN
Daya Total Daya PROBABILITAS
NO PROBABILITAS
Pembangkit UNIT 1 UNIT 2 UNIT 3 Pembangkit (KOMULATIF)

1 2500 1 1 1 0.9410940     1.0000000


2 2000 0 1 1 0.0095060    0 0.0589060
3 1 0 1
1500 0.0483120     0.0494000
4 1 1 0
5 0 0 1
1000 0.0004880     0.0010880
6 0 1 0
7 500 1 0 0 0.0005940    0.0006000
8 0 0 0 0 0.0000060  0.0000060
FREKUENSI HARAPAN
• Kemungkinan banyak kali suatu kejadian berlangsung
= peluang x jumlah semua kejadian
• Dadu dilempar 100 kali, berapa jumlah kejadian yang
diharapkan untuk munculnya mata dadu 4 ?
• Dadu dilempar 100 kali, berapa jumlah kejadian yang
diharapkan untuk munculnya mata dadu kurang dari
4?
LOLP
• Terdapat kemungkinan unit-unit pembangkit tidak
dapat beroperasi sehingga daya pembangkitan
total tidak mampu melayani seluruh beban.
• Angka yang menggambarkan jumlah hari unit-unit
pembangkit tidak mampu melayani sebagian
beban disebut "loss of load probability”.
• Untuk memperoleh nilai LOLP, dibutuhkan :
– Peluang daya total pembangkitan  daya beban
– Kurva lama beban
KURVA LAMA BEBAN
• Kurva lama beban diperoleh dari kurva beban harian selama satu tahun.

Berapa jam daya beban lebih dari 250 MW berlangsung ?


Jika kapasitas pembangkitan 250 MW, berapa jam pemadaman sebagian beban
berlangsung?
• LOLP = p x t
keterangan
p : probabilitas tersedianya daya pembangkitan sebesar c.
t : lamanya waktu (hari) dimana daya pembangkit an total kurang dari daya beban
• Berapa jumlah hari terjadi pemadaman pada sebagian beban karena daya
pembangkitan total 1000 ?

KURVA LAMA BEBAN


2500

BEBAN (kW) 2000

1500

1000

500

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
HARI

• Daya beban lebih besar dari 1000 MW berlangsung selama 270 hari
• Peluang daya pembangkitan 1000 : 0.0010880
• Kemungkinan jumlah hari pemadaman akibat daya pembangkitan  1000 adalah
0.0010880 x 270 = 0.2938 hari
• Karena peluang memperoleh daya total
pembangkitan dipengaruhi oleh kemungkinan
pengoperasian unit-unit pembangkit, maka
kemungkinan jumlah hari pemadaman adalah
komulatif dari setiap daya total pembangkitan.
• LOLP yang dijadikan standar untuk menilai
keandalan sistem pembangkit adalah LOLP
komulatif.
• Jawa : 1 hari/tahun, luar jawa 5 hari/tahun
• Hitung keandalan sistem pembangkit pada soal sebelumnya

KURVA LAMA BEBAN


2500

2000 UNIT DAYA F.O.R.


1 500 0.01
BEBAN (kW)

1500
2 1000 0.03
1000
3 1000 0.02
500

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
HARI

PENGOPERASIAN
Daya Total Daya PROBABILITAS Daya Pembangkit < Beban LOLP
NO PROBABILITAS
Pembangkit UNIT 1 UNIT 2 UNIT 3 Pembangkit (KOMULATIF) (hari/tahun) (HARI/TAHUN)

1 2500 1 1 1 0.9410940  1.0000000 0 0.0000


2 2000 0 1 1 0.0095060  0 0.0589060 0 0.0000
3 1 0 1
1500 0.0483120  0.0494000 100 4.9400
4 1 1 0
5 0 0 1
1000 0.0004880  0.0010880 270 0.2938
6 0 1 0
7 500 1 0 0 0.0005940  0.0006000 365 0.2190
8 0 0 0 0 0.0000060  0.0000060 365 0.0022
LOLP komulatif : 5.4550

Probabilitas jumlah hari terjadinya pemadaman beban : 5,5 hari /tahun


DAYA
UNIT F.O.R.
(kW)
1 1500 0.15
2 1000 0.2
3 1000 0.2

3000

2500 2500
2250
2000

1500 1500 1400


1300

1000 1000
800

500

100
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400

• Hitung LOLP sistem tersebut ?


• Hitung LOLP Jika ditambahkan sebuah unit pembangkit dengan daya 500 KW
dan nilai FOR 0.1,

Anda mungkin juga menyukai