Moh. Aslim Akmal Guru SKI MTs Negeri 1 Kudus Mukadimah • Sebelum kita mulai silahkan kalian membuka buku paket hal 36-39 • Materi bab 3 ini untuk dua kali pertemuan, yaitu minggu ke-2 sampai ke-4 bulan September. • Setelah mempelajari materi ini diharapkan kalian mampu 1. Menghargai nilai-nilai positif dari perkembangan pesantren dan perannya dalam dakwah Islam di Indonesia 2. Mengamalkan sikap berani dan gigih dalam menuntut ilmu 3. Menganalisis perkembangan pesantren dan peranannya dalam dakwah Islam di Indonesia 4. Menyajikan hasil analisis perkembangan pesantren dan peranannya dalam dakwah Islam di Indonesia Prawacana
Perhatikanlah gambar di bawah ini. Apa yang kalian pikirkan?
A. Perkembangan Pesantren di Indonesia Pengertian Pesantren • Pesantren, pondok pesantren, atau sering disingkat pondok atau ponpes, adalah sebuah asrama pendidikan tradisional, di mana para siswanya semua tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang dikenal dengan sebutan Kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Santri tersebut berada dalam kompleks yang menyediakan masjid, ruang belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Komplek ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk mengawasi keluar masuknya santri sesuai dengan peraturan yang berlaku. • Pesantren mengandung makna keislaman dan keaslian Indonesia. Kata pesantren mengandung pengertian sebagai tempat para santri. Sedangkan kata santri diduga berasal dari istilah Sansekerta sastri yang berarti melek huruf, atau dari bahasa Jawa cantrik yang berarti seorang yang mengikuti gurunya kemana pun pergi. • Pondok pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu. Kata pondok diduga berasal dari bahasa Arab, funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk Sunda dan Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren, sedang di Aceh dikenal dengan istilah dayah, rangkang atau menuasa, sedang di Minangkabau disebut surau Lanjutan ... • Di Indonesia, pesantren dipahami sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama dengan sistim non-klasikal (tidak di dalam kelas), di mana seorang Kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada para santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dengan bahasa Arab oleh ulama abad pertengahan (biasa disebut dengan istilah kitab kuning), dan para santrinya biasanya tinggal di pondok dalam pesantren tersebut. • Pada umumnya, suatu pondok pesantren berawal dari adanya seorang Kiai di suatu tempat, kemudian datang santri yang ingin belajar agama kepadanya. Setelah semakin banyak santri yang datang, timbullah inisiatif untuk mendirikan pondok di samping rumah Kiai. Kiai tidak merencanakan bagaimana membangun pondoknya namun yang terpikir adalah mengajarkan ilmu agama agar dipahami dan dimengerti oleh santri. Kiai belum memberikan perhatian terhadap tempat yang didiami para santri, yang umumnya sangat kecil dan sederhana. Mereka menempati sebuah gubug atau rumah kecil yang mereka dirikan sendiri di sekitar rumah Kiai. Semakin banyak jumlah santri, semakin bertambah pula gubug yang didirikan. Para santri selanjutnya memopulerkan keberadaan pondok pesantren tersebut, sehingga menjadi terkenal ke mana-mana, seperti pada pondok-pondok yang timbul di jaman Walisanga Lanjutan ... Perkembangan Pesantren di Indonesia • Perkembangan pondok pesantren di Indonesia mulai menjamur khususnya di tanah Jawa sejak abad ke-17. Keberadaan pesantren dalam sejarah Indonesia telah berperan sebagai media dakwah penyebaran Islam (islamisasi). Sejak kemunculannya hingga sekarang, pesantren tetap kokoh dan konsisten sebagai lembaga pendidikan yang mengajarkan dan mengembangkan nilai-nilai Islam. Kenyataan ini dapat dilihat ketika pesantren menghadapi banyak tekanan dari kolonial Belanda maupun masa setelah kemerdekaan. Pesantren dihadapkan pada suatu tantangan yang cukup berat, yaitu adanya ekspansi sistem pendidikan umum dan madrasah modern. Keberadaan pesantren tetap menjadi alternatif/pilihan bagi pelestarian ajaran Islam. Pesantren justru tertantang untuk tetap bertahan dengan cara menempatkan dirinya sebagai lembaga yang mampu bersifat adaptatif menerima dinamika kehidupan. • Pesantren menjadi lembaga yang mampu menyiapkan santri agar menjadi manusia yang memiliki kompetensi keilmuan dan life skill (keterampilan hidup) memadahi serta menjunjung tinggi aspek moral (akhlak). Pesantren menjadi tempat bagi calon-calon pengemban amanah umat dan negara untuk tumbuh dan belajar membekali diri dengan menyeimbangkan antara kebutuhan material dan spiritual agar tetap tegar menghadapi dinamika kehidupan. Kekuatan pengasuh pesantren menjadi agent of change yang mampu memberikan kontribusi bagi pencerahan masyarakat Lanjutan ... • Dalam perkembangannya bentuk-bentuk pendidikan di pesantren sekarang ini sangat bervariasi dan dapat diklasifikasikan sedikitnya menjadi lima tipe, yaitu: 1. Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal yang menerapkan kurikulum nasional, baik yang hanya memiliki sekolah keagamaan (MI, MTs, MA, dan Perguruan Tinggi Agama Islam) maupun yang juga memiliki sekolah umum (SD, SLTP, SMU, SMK, dan, Perguruan Tinggi Umum), seperti pesantren Tebu Ireng Jombang, pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak, pesantren Syafi’iyyah Jakarta, dan sebagainya. 2. Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu umum meski tidak menerapkan kurikulum nasional, seperti pesantren Gontor Ponorogo, pesantren Maslakul Huda Kajen Pati (Matholi’ul Falah), pesantren al-Anwar Sarang Rembang, Darul Rahman Jakarta, dan sebagainya. 3. Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk madrasah diniyah, seperti pesantren Salafiyah Langitan Tuban, Lirboyo Kediri, pesantren Tegalrejo Magelang, dan sebagainya. 4. Pesantren yang hanya sekedar menjadi tempat pengajian (majlis ta’lim), dan lainnya B. Peranan Pesantren dalam Pengembangan Islam di Indonesia Peran Pesantren pada Masa Sebelum Penjajahan • Para ahli sejarah banyak yang menyatakan bahwa munculnya pesantren yang pertama kali di Nusantara adalah Pesantren Ampel Denta di Surabaya. Pesantren ini diasuh oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel), yaitu salah satu satu tokoh Walisanga periode pertama • Sunan Ampel mendidik para santrinya untuk menjadi kader penerusnya dalam mengembangkan Islam di Bumi Nusantara. Para santrinya yang di kemudian hari berhasil menjadi juru dakwah antara lain, Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Raden Qasim (Sunan Drajat) keduanya adalah Sunan Ampel. Kemudian ada Raden Fatah (Sultan Demak pertama) dan Raden Syahid (Sunan Kalijaga), dan masih ada lainnya yang juga menjadi pendakwah di luar Jawa. • Selain pesantren Ampel Denta ada lagi pesantren Giri Kusumo yang diasuh oleh Maulana Ainul Yaqin (Sunan Giri). Para santri yang belajar di pesantren ini berasal dari Jawa dan luar Jawa seperti Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan lainnya. Pesantren ini memiliki tujuan dan fungsi yang sama dengan pesantren Ampel Denta. • Peran pesantren yang juga menonjol bagi perjalanan bangsa Indonesia pada periode ini adalah fungsinya sebagai lembaga dakwah agama Islam. Terbukti dalam sejarah bahwa pondok pesantren telah menjadi ujung tombak dalam mengenalkan Islam kepada bangsa Indonesia yang pada gilirannya nanti terbukti bahwa Islam sebagai sebuah agama telah menjadi unsur perekat bangsa Indonesia sekaligus sebagai unsur terpenting dari munculnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lanjutan ... Peran Pesantren pada Masa Penjajahan • Pesantren telah berhasil mendidik putra-putra bangsa menjadi muslim yang militan (patuh kepada Kiai dan taat kepada ajaran Islam) dan sangat mencintai tanah airnya. Mereka sadar tanah air Indonesia adalah rumahnya untuk menjalani kehidupan. Allah Ta’ala telah menjadikan manusia sebagai khalifah fil ardh (pemimpin di bumi). • Ketika Nusantara dijajah oleh bangsa asing (Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang) para santri bangkit bahu- membahu bersama kaum muslim lainnya mengangkat senjata untuk mengusir penjajah dari Bumi Nusantara. Bagi mereka membela tanah air adalah suatu kewajiban dan mencintai tanah air sebagian dari iman. • Di beberapa daerah tokoh-tokoh muslim ini tampil ke muka untuk memimpin rakyat melakukan perlawanan. Beberapa tokoh muslim tersebut antara lain, Teuku Umar, Cut Nya’ Dien, Cut Nya’ Meutia, dan Panglima Polim mereka ini adalah hasil didikan dari Dayah di Aceh. • Di Jawa terdapat Pangeran Diponegoro, Sentot Prawirodirjo, dan Kiai Mojo mereka juaga hasil didikan dari pesantren. Sementara di Jawa Barat kita mengenal KH. Mustofa yang memimpin rakyat Tasikmalaya mengusir Jepang. • Para Kiai juga membentuk pasukan perang yang bernama Laskar Hizbullah dan Laskar Sabilillah. Lanjutan ... Peran Pesantren pada Masa Kemerdekaan • Setelah Indonesia merdeka para ulama juga berperan aktif mengisi kemerdekaan Indonesia ini dengan berbagai peran sesuai kapasitasnya masing-masing. Pada periode ini terdapat banyak tokoh seperti HOS. Cokroaminoto, KH. Hasyim Asy’ari, KH. Ahamd Dahlan, KH. Agus Salim, H. Samanhudi, Budi Utomo, dan masih banyak lagi lainnya. Mereka ada yang mendirikan organisasi Islam ada pula yang mendirikan partai Islam. • KH. Wahid Hasyim, alumni pondok Tebuireng, KH. Kahar Muzakkir dan lain-lain menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan, KH. Muslih Purwokerto dan KH. Imam Zarkasyi alumni Jamsaren menjadi anggota Dewan Perancang Nasional. • Beberapa tokoh penting juga ikut serta mengambil peran penting di bidang pemerintahan, seperti KH. Wahid Hasyim sebagai menteri agama, KH. Idham Kholid sebagai Perdana Menteri dan ketua MPRS, KH. Abdurrahman Wahid sebagai presiden keempat, dan masih banyak lagi yang lainnya. Lanjutan ... Resolusi Jihad fi Sabilillah • Pada tanggal 10 November terjadi pertempuran hebat antara pasukan sekutu dengan arek-arek Surabaya. Pertempuran tersebut didasari atas lahirnya Resolusi Jihad fi Sabilillah oleh KH. Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 Oktober 1945. KH. Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad tersebut guna mempertahankan setiap jengkal tanah air Indonesia dari penjajahan bangsa asing. Bunyi resolusi jihad tersebut antara lain : • “Berperang menolak dan melawan penjajah itu fardlu ‘ain (yang harus dikerjakan oleh tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempuan, anak-anak, bersenjata atau tidak) bagi yang berada dalam jarak lingkaran 94 km dari tempat masuk dan kedudukan musuh. Bagi orang-orang yang berada di luar jarak lingkaran tadi, kewajiban itu jadi fardlu kifayah (jang cukup, kalau dikerjakan sebagian saja) …”. • Sebagai bentuk penghargaan pemerintah atas lahirnya resolusi tersebut maka setiap tanggal 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri Nasional. Penutup Untuk menguji pemahaman dan wawasan kalian, kerjakanlah soal-soal di bawah ini. Jelaskan pengertian pesantren? 1. Jelaskan bahwa pesantren memiliki makna keaslian Indonesia? 2. Jelaskan perkembangan pesantren pada masa sebelum penjajahan! 3. Jelaskan perkembangan pesantren pada masa penjajahan! 4. Jelaskan perkembangan pesantren pada masa kemerdekaan! Saya ingatkan kembali bahwa : a. Kertas kerja yang digunakan adalah folio soal dan jawabannya ditulis (tidak diketik) b. Dikumpulkan dan diserahkan kepada Pak Aslim mulai 28 Oktober 2021 selambat- lambatnya tanggal 30 Oktober 2021 c. Pak Aslim lebih senang kalian menyerahkan sendiri, tetapi jika terpaksa dikirim oleh kurir disarankan dikirim lewat pos dan dimasukkan kedalam amplop kabinet. d. Bagi yang tidak mengikuti ketentuan di atas dianggap tidak mengumpulkan tugas dan resiko ditanggung sendiri.
Sejarah Pondok Pesantren Di Jawa Tidak Lepas Dari Peran para Wali Sembilan Atau Lebih Dikenal Dengan Walisongo Yang Menyebarkan Islam Di Pulau Jawa Pada Khususnya