Anda di halaman 1dari 30

DEMAM BERDARAH DENGUE

(DBD)
PENGERTIAN

 Penyakit Demam Berdarah Dengue


(DBD) adalah penyakit yang ditandai (1)
dengan tinggi mendadak, tanpa sebab
yang jelas, berlangsung terus menerus
selama 2-7 hari ; (2) manifestasi
pendarahan, uji tournquet (3)
trombositopeni
PENYEBAB

 PENYEBAB DBD OLEH VIRUS


DENGUE (Dengue-1, Dengue-2,
Dengue-3, Dengue-41)
 Tertmasuk dalam grup Arbovirus
(Arthropod Borne Virus)
 Ditularkan melalui gigitan nyamuk
AEDES AEGYPTI
 Masa inkubasi 4 – 7 hari
Vektor DBD
 Vektor utama  nyamuk Aedes aegypti
 Aedes yang lain dapat menjadi vektor
diantaranya Aedes albopictus, Aedes scutellaris,
Aedes albopictus, dan Aedes polynensiensis
 Morfologi:
 Berukuran lebih kecil dari nyamuk lain
 Mempunyai warna dasar hitam dg bintik-2 putih
pada bagian badan terutama bagian kaki
 Gambaran seperti ini memberi kesan sebagai
macan loreng sehingga nyamuk Aedes diberi
nama "tiger mos-quito".
 Larvanya mempunyai pelana dan gigi sisir yg
berduri
Nyamuk Aedes
Daur hidup:

 Nyamuk betina meletakkan telurnya di atas


permukaan air dalam keadaan menempel pada
dinding tempat perindukannya.
 Seekor nyamuk betina dapat meletakan rata-
rata 100 butir telur tiap bertelur
 2 hari kemudian telur menetas menjadi larva
lalu kulitnya mengelupas sebanyak 4 kali
 Tumbuh menjadi pupa terus menjadi dewasa
 Dari telur samapi jadi dewasa  kira-kira 9 hari
 Umur di alam bebas kira-kira 10 hari
Tempat perindukan:
 Tempat-tempat yg berisi air bersih di
dekat rumah penduduk (< 500 meter)
 Seperti tempayan, bak mandi, pot bunga,
kaleng bekas, botol, drum, ban bekas
(paling banyak), kelopak daun tanaman
(keladi/pisang), tempurung kelapa,
tonggak bambu, dll
 Dilaporkan juga bahwa stadium telor
banyak dijumpai pada musim kering,
sedangkan stadium larva dan dewasa
meningkat pada musim hujan.
Perilaku

 Nyamuk dewasa betina mengisap darah


manusia pada siang hari (pagi : 08.00 -10.00 &
sore: 15.00 – 17.00) baik di dalam maupun di
luar rumah
 Tempat istirahat  di semak-semak atau
tanaman rendah termasuk rerumputan, juga
pada benda-benda yg tergantung seperti
pakaian, sarung, kopiah, dan lainnya
 Mampu terbang sejauh 2 km (umumnya 40 m)
Nyamuk penular penularan DBD ini terdapat
hampir di seluruh pelosok indonesia, kecuali
ditempat-tempat dengan ketinggian lebih
dari 1000 meter dari permukaan laut
GEJALA
 PANAS TINGGI TANPA SEBAB YANG JELAS
(2-7 HARI)
 DISERTAI :
 TIDAK NAFSU MAKAN
 MUAL
 MUNTAH
 SAKIT KEPALA
 NYERI ULU HATI
 BINTIK MERAH DI KULIT
 MIMISAN
 PENDARAHAN PADA GUSI
Diagnosa Lab

 Uji Tourniquet (+)


 Trombositopenia
 Peningkatan Hematokrit => 20%
 Pemeriksaan Serologis
TEMPAT-TEMPAT POTENSIAL
PENULARAN DBD
 WILAYAH YANG BANYAK KASUS DBD
(ENDEMIS)
 TEMPAT-TEMPAT MERUPAKAN
TEMPAT “BERKUMPULNYA” ORANG-
ORANG DATANG DARI BERBAGAI
WILAYAH, SEPERTI: SEKOLAH,
RS/PKM, TEMPAT UMUM LAINNYA
 DAERAH BARU PINGGIR KOTA
PERTOLONGAN PERTAMA PADA
PENDERITA
 MEMBERI MINUM SEBANYAK-BANYAKNYA
KARENA PENDERITA DEMAN BERDARAH
MENGALAMI KEKURANGAN CAIRAN
TUBUH
 MEMBERI OBAT PENURUN PANAS, DAPAT
DIKOMPRES DENGAN AIR DINGIN ATAU ES
 JIKA KEADAAN PENDERITA BERTAMBAH
PARAH SEGERA BEROBAT KE
PUSKESMAS ATAU RUMAH SAKIT
PENCEGAHAN

 PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK


DEWASA
 PENGASAPAN (FOGGING) DENGAN
INSEKTISIDA
 PEMBERANTASAN JENTIK NYAMUK
- Dengan 3M
- Abatenisasi
- Memelihara ikan pemakan jentik
Kasus DBD Menurut Bulan Propinsi Bengkulu
Tahun 2007

60
48
46
50 penderita

mati
40 33
29
26
30
20 21
18
20 12 11

10
0 1 0 0 0 0
1 1 0 0 1 0
0
0

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
CFR, Incidence Rate dan Indonesia Sehat Kasus DBD Propinsi Bengkulu
Tahun 2007

33,00 cfr

30,00 ir
27,00 ir is
24,00
21,00
18,00 incidence rate 15,57
14,29
13,04 13,55 Indonesia Sehat 2010
15,00 10,99
12,00 2/100.000 pddk
9,00 6,29 7,05
5,88
2,91 3,75
6,00 2,22
3,00 0,66 - - - - -2,001,05 1,52
-
Kaur
Kota

Rejang
Lebong

Lebong
Seluma

Propinsi
Muko-Muko
Bengkulu
Utara

Kepahiang
Bkl Selatan
KASUS DBD MENURUT JENIS KELAMIN PROPINSI BENGKULU
TAHUN 2007

Perempuan Laki-Laki
49.24% 50.76%
FILARIASIS (PENYAKIT KAKI GAJAH)
 Penyakit menular menahun,
disebabkan oleh cacing filaria &
ditularkan melalui nyamuk
 Tersebar luas di desa & kota, di
semua Propinsi di Indonesia
 Menimbulkan kecacatan yang
menetap, stigma sosial, hambatan
psikologis, dan kerugian ekonomi
 Menurunkan kualitas SDM 
filariasis menyebabkan kerugian
ekonomi 18% dari biaya rumah
tangga atau 32% dari biaya makan
keluarga
Vektor Filariasis
 Genus Culex, Aedes, mabsonia, dan
Anopheles
 Yg paling sering adlah Culex  filariasis
bancrofti
 Mansonia  filariasis malayi
 An. barbirostris  filariasis timori
Daur Hidup

 Relatif
sama dg Anopheles
 Waktu lebih pendek  1-2 minggu
 Tempat perindukan dapat di air jernih
maupun di air keruh, di rawa & empang, di
sawah
Perilaku
 Perilaku menggigit pada siang & malam
hari
 Culex  hanya malam hari
 Mansonia  siang & malam hari
 Aedes  pada siang hari
 Jarak terbang pendek  beberapa puluh
meter saja
 Umur nyamuk  kira-kira 2 minggu
PROGRAM ELIMINASI FILARIASIS DI
INDONESIA

KOMITMEN NASIONAL
 Pencanangan oleh Menteri Kesehatan RI :
8 April 2002 di Sumatera Selatan .
 Filariasis sbg program prioritas P2M & PL

 Peraturan Presiden RI. No. 7 Tahun 2005,


tentang RPJMN Tahun 2004-2009. Bab 28. B. 5.”
 Filariasis sebagai salah satu program
prioritas P2M“
Tujuan Eliminasi Filariasis
Tujuan Umum :
Filariasis tidak menjadi masalah kesehatan
masyarakat Indonesia thn 2020

Tujuan Khusus :
1. Menurunnya Mikrofilaria Rate < 1% di Kab/Kota
2. Tidak bertambahnya kasus kronis baru
3. Menurunnya serangan akut pd kasus kronis
4. Mencegah dan membatasi kecacatan karena
filariasis
Kebijakan Nasional
1. Eliminasi Filariasis sebagai program
prioritas nasional pemberantasan penyakit
menular
2. Menerapkan strategi WHO dalam program
eliminasi filariasis global
3. Satuan lokasi pelaksanaan (IU)
Kabupaten/Kota dengan menekankan upaya
pencegahan penyebaran penyakit antar
kabupaten, propinsi dan antar negara.
Strategi
1. Memutuskan mata rantai penularan
filariasis dengan pengobatan masal
didaerah endemis filariasis
2. Mencegah dan membatasi kecacatan
dengan penatalaksanaan kasus
filariasis
3. Mengembangkan peneletian dan
memperkuat surveilans
4. Pengendalian Vektor Terpadu
Kegiatan Pokok
1. Pemetaan kasus kronis filariasis &
penentuan Endemisitas.
2. Pengobatan massal.
3. Penatalaksanaan kasus klinis filariasis.

Kegiatan penunjang
1. Sosialisasi & advokasi.
2. Meningkatkan kemitraan.
3. Memperkuat sistem informasi strategis
4. Penelitian, pengembangan & pelatihan
5. Integrasi program
Indikator Kinerja

1. Kabupaten yang dapat menurunkan


mikrofilaria (Mf Rate) < 1%

2. Persentase kasus klinis filariasis


yang ditangani pertahun (90 %)
Keterpaduan Program

 Program pengendalian kecacingan


(penyediaan Albendazole)
 Penatalaksanaan kasus filariasis, kusta
& Frambusia
 Pengembangan laboratorium filariasis,
malaria dan BTKL-PPM, BLK dsb
 Fakultas Kedokteran – Bag. Parasitologi
 Penggalangan sumber dana
internasional : WHO, AusAid, GTZ, Care -
Usaid, dsb

Anda mungkin juga menyukai