Anda di halaman 1dari 18

Tanggungjawab

Pengangkutan Udara
Dr. Nugraha Pranadita, S.IP., S.H., M.M., M.H.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 77 Tahun 2011
Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara

Pasal 2
Pengngkut yang mengoperasikan pesawat udara wajib
bertanggung jawab atas kerugian terhadap:
1. Penumpang yang meninggal dunia, cacat tetap atau
luka-luka.
2. Hilang atau rusaknya bagasi kabin.
3. Hilang, musnak, atau rusaknya kargo.
4. Keterlambatan angkutan udaha, dan
5. Kerugian yang diderita oleh pihak ketiga.
Pasal 3
Jumlah ganti kerugian terhadap penumpang yang meninggal
dunia, cacat tetap atau luka-Iuka sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 huruf a ditetapkan sebagai berikut :
a. penumpang yang meninggal dunia di dalam pesawat udara
karena akibat kecelakaan pesawat udara atau kejadian yang
semata-mata ada hubungannya dengan pengangkutan udara
diberikan ganti kerugian sebesar Rp.1.250.000.000,00 per
penumpang;

b. penumpang yang meninggal dunia akibat suatu kejadian yang


sematamata ada hubungannya dengan pengangkutan udara
pada saat proses meninggalkan ruang tunggu bandar udara
menuju pesawat udara atau pada saat proses turun dari
pesawat udara menuju ruang kedatangan di bandar udara
tujuan danl atau bandar udara persinggahan (transit) diberikan
ganti kerugian sebesar Rp. 500.000.000,00 per penumpang;
c. Penumpang yang mengalami cacat tetap, meliputi:
1) penumpang yang dinyatakan cacat tetap total oleh dokter dalam
jangka waktu paling lambat 60 hari kerja sejak terjadinya
kecelakaan diberikan ganti kerugian sebesar Rp.
1.250.000.000,00 per penumpang; dan
2) penumpang yang dinyatakan cacat tetap sebagian oleh dokter
dalam jangka waktu paling lambat 60 hari kerja sejak terjadinya
kecelakaan diberikan ganti kerugian sebagaimana termuat dalam
lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

d. Cacat Tetap Total sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 1


yaitu kehilangan penglihatan total dari 2 (dua) mata yang tidak
dapat disembuhkan, atau terputusnya 2 (dua) tangan atau 2 (dua)
kaki atau satu tangan dan satu kaki pada atau di atas
pergelangan tangan atau kaki, atau Kehilangan penglihatan total
dari 1 (satu) mata yang tidak dapat disembuhkan dan terputusnya
1 (satu) tangan atau kaki pada atau di atas pergelangan tangan
e. penumpang yang mengalami luka-Iuka dan harus
menjalani perawatan di rumah sakit, klinik atau
balai pengobatan sebagai pasien rawat inap dan/
atau rawat jalan, akan diberikan ganti kerugian
sebesar biaya perawatan yang nyata paling
banyak Rp. 200.000.000,00 per penumpang.
Pasal 4
1) Pengangkut tidak bertanggung jawab untuk kerugian
karena hilang atau rusaknya bagasi kabin, kecuali
apabila penumpang dapat membuktikan bahwa
kerugian tersebut disebabkan oleh tindakan
pengangkut atau orang yang dipekerjakannya.

2) pembuktian penumpang sebagaimana dimaksud dalam


ayat (1) dapat diterima oleh pengangkut atau
berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum yang tetap (inkracht) dinyatakan
bersalah, maka ganti kerugian ditetapkan setinggi
tingginya sebesar kerugian nyata penumpang.
Pasal 5
1) Jumlah ganti kerugian terhadap penumpang yang
mengalami kehilangan, musnah atau rusaknya
bagasi tercatat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 huruf c ditetapkan sebagai berikut :
a. kehilangan bagasi tercatat atau isi bagasi
tercatat atau bagasi tercatat musnah diberikan
ganti kerugian sebesar Rp. 200.000,00 per kg dan
paling banyak Rp. 4.000.000,00 per penumpang;
dan
b. kerusakan bagasi tercatat, diberikan ganti
kerugian sesuai jenisnya bentuk, ukuran dan
merk bagasi tercatat.
2) Bagasi tercatat dianggap hilang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), apabila tidak diketemukan
dalam waktu 14 hari kalender sejak tanggal dan jam
kedatangan penumpang di bandar udara tujuan.

3) Pengangkut wajib memberikan uang tunggu kepada


penumpang atas bagasi tercatat yang belum
ditemukan dan belum dapat dinyatakan hilang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebesar Rp.
200.000,00 per hari paling lama untuk 3 (tiga)hari
kalender.
Pasal 6
1) Pengangkut dibebaskan dari tuntutan ganti kerugian
terhadap hilangnya barang berharga atau barang yang
berharga milik penumpang yang disimpan di dalam
bagasi tercatat, kecuali pada saat pelaporan
keberangkatan (check-in), penumpang telah
menyatakan dan menunjukkan bahwa di dalam bagasi
tercatat terdapat barang berharga atau barang yang
berharga, dan pengangkut setuju untuk mengangkutnya.

2) Dalam hal pengangkut menyetujui barang berharga atau


barang yang berharga di dalam bagasi tercatat diangkut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengangkut dapat
meminta kepada penumpang untuk mengasuransikan
barang tersebut.
Pasal 7
1) Jumlah ganti kerugian terhadap kargo yang dikirim hilang,
musnah, atau rusak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf
d ditetapkan sebagai berikut:
a. terhadap hilang atau musnah, pengangkut wajib memberikan
ganti kerugian kepada pengirim sebesar Rp. 100.000,00 per kg.
b. terhadap rusak sebagian atau seluruh isi kargo atau kargo,
pengangkut wajib memberikan ganti kerugian kepada pengirim
sebesar Rp. 50.000,00 per kg.
c. apabila pada saat menyerahkan kepada pengangkut, penglnm
menyatakan nilai kargo dalam surat muatan udara (ainvay biln,
ganti kerugian yang wajib dibayarkan oleh pengangkut kepada
pengirim sebesar nilai kargo yang dinyatakan dalam surat
muatan udara.
2) Kargo dianggap hilang setelah 14 hari kalender terhitung sejak
seharusnya tiba di tempat tujuan.
Pelayanan Penumpang Angkutan Udara

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR PM 30 TAHUN 2021
TENTANG
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENUMPANG
ANGKUTAN UDARA

Peraturan Menteri ini mengatur Pelayanan Penerbangan


yang diberikan oleh Badan Usaha Angkutan Udara untuk:
a. pelayanan Penumpang kelas ekonomi Angkutan Udara
Niaga Berjadwal; dan
b. rute penerbangan dalam negeri
Standar Pelayanan adalah tolak ukur yang
dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pelayanan Badan Usaha Angkutan Udara Niaga yang
merupakan kewajiban Badan Usaha Angkutan Udara
Niaga kepada calon Penumpang dan Penumpang kelas
ekonomi dalam rangka pelayanan yang berkualitas,
cepat dan mudah.

Penumpang adalah orang yang namanya


tercantum dalam Tiket yang dibuktikan
dengan dokumen identitas diri yang sah dan
memilikipas masuk pesawat (boarding
pass).
Dalam melaksanakan Pasal 2 UU No. 8 Tahun 1999
pelayanan, Badan Usaha Tentang Perlindungan Konsumen
Angkutan Udara Niaga
Berjadwal harus memiliki
Perlindungan konsumen
Standar Pelayanan yang berasaskan manfaat, keadilan,
memenuhi asas perlindungan keseimbangan, keamanan dan
konsumen, yang meliputi: keselamatan konsumen, serta
a. Standar Pelayanan kepastian hukum.
Penumpang kelas
ekonomi; dan
b. Standar Pelayanan bagi
Penumpang berkebutuhan Konsumen Akhir
khusus. (Penjelasan Ps 2)
Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa
segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen
harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.

Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat


dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan
kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk
memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara
adil.
Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan
keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha,
dan pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual.

Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan


untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan
kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan
pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau
digunakan.
Asas kepastian hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha
maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan
dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara
Penurnpang berkebutuhan khusus
sebagairnana dirnaksud dalarn Pasal 4 Harus memenui
huruf b, rneliputi:
syarat-syarat
a. Penyandang Disabilitas;
b. lanjut usia yaitu seseorang yang tertentu
telah mencapai usia 60 (enarn
puluh) tahun keatas; anak-anak
yang berusia 6 (enarn) sarnpai
dengan 12 (dua belas) tahun tanpa Tidak memenuhi
pendarnping (unaccompanied syarat
minor);
c. orang sakit yang rnernbutuhkan
fasilitas tarnbahan, terrnasuk
narnun tidak terbatas pada oksigen,
kursi roda dan/atau stretcher case; Surat Pernyataan
d. ibu harnil; dan Tanggungjawab
e. Penumpang dengan ukuran tubuh Terbatas
besar (obesitas).
Jumlah total Penumpang Penyandang Disabilitas dan
anak-anak tanpa pendamping (unaccompanied minor)
hanya boleh diangkut sebanyak-banyaknya 10%
(sepuluh persen) dari total kapasitas pesawat udara
yang digunakan per penerbangan;

Jumlah total Penumpang yang boleh membawa


bayi (infant) adalah sebesar 10% (sepuluh
persen) dari total kapasitas pesawat udara yang
digunakan per penerbangan;
Pasal20
(1) Penumpang dapat melaporkan keluhan secara lisan atau tertulis atas pelayanan
Angkutan Udara kepada Badan Usaha Angkutan Udara melalui:
a. SMS;
b. telepon;
c. surat elektronik; atau
d. bentuk media lainnya.
(2) Dalam hal pelaporan keluhan Penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berkaitan dengan kehilangan atau kerusakan Bagasi Tercatat, harus disampaikan
sebelum Penumpang meninggalkan ruang terminal kedatangan.
(3) Pelaporan keluhan Penumpang selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
hanya dapat disampaikan paling lama 3x24 jam setelah penerbangan.
(4) Pelaporan keluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh
Penumpang dengan menyampaikan data paling sedikit berupa:
a. nama Penumpang yang dibuktikan dengan identitas diri;
b. bukti Tiket, pas masuk pesawat (Boarding pass) dan / atau label bagasi (claim
tag); dan
c. informasi lainnya yang berkaitan dengan keluhan Penumpang.
(5) Badan Usaha Angkutan Udara wajib menyelesaikan keluhan Penumpang paling
lama 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya keluhan.
Badan Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal yang
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang Standar Pelayanan Minimal Penumpang
Angkutan Udara, dapat dikenai sanksi berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembekuan;
c. pencabutan; dan/ atau
d. denda administratif.

Anda mungkin juga menyukai