Anda di halaman 1dari 14

BAB8.

SumberdayamanusaidaalmsialM

Pemateri:
MAMAN WIRA ATMAJA
NIM:2223760008

PROGRAM PASCA SARJANA PRODI MAGISTER HUKUM


TATA NEGARA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SOEKARNO
BENGKULU TAHUN 2023
I.PENGANTAR
Terdapat banyak definisi mengenai pengembangan “sumber daya
manusia” dari para ahli ekonomi dan manajemen sumber daya
manusia kontemporer. Misalnya, Schultz (1961) mendefinisikan
bahwa sumber daya manusia adalah pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan.
Modal sumber daya manusia juga merupakan hasil dari investasi
yang dilakukan secara sengaja untuk mendapatkan hasil/return.
Namun, definisi yang diusulkan oleh Fitz-Enz (2000) tampaknya
lebih inklusif daripada definisi dari aliran kontemporer manajemen
sumber daya manusia. Definisi ini menyatakan bahwa
pengembangan sumber daya manusia didasarkan pada
pengembangan sifat-sifat seseorang, kecerdasan, pemenuhan
energi kerja, sikap positif, keandalan dan komitmen, kemampuan
untuk belajar, imajinasi, dan kreativitas. Definisi ini tampaknya
lebih sesuai dengan kehidupan manusia modern di era teknologi. 2
• Dengan demikian “modal manusia” dapat diartikan
sebagai kemampuan dan kapasitas manusia yang
mencakup semua keterampilan, pengetahuan, dan
keahlian yang diperoleh melalui proses dari waktu ke
waktu, yang memungkinkan mereka untuk
meningkatkan kapasitas manajemen kehidupan yang
produktif baik sebagai individu, anggota organisasi
formal maupun anggota masyarakat.

3
II.PENTINGNYA SUMBER DAYA MANUSIA
Teori kepemimpinan dan manajemen kontemporer mengakui
bahwa orang-orang dalam organisasi dan bisnis adalah aset
vital dan sangat diperlukan untuk berkontribusi terhadap
peningkatan dan pertumbuhan organisasi seperti halnya aset
fisik (mesin dan uang). Istilah “modal manusia”menunjukkan
betapa pentingnya individu manusia dalam kehidupan sosial
dan ekonomi dewasa ini yang berubah dengan cepat. Istilah ini
juga menunjukkan pentingnya konsep modal manusia sebagai
aset dalam suatu organisasi, yang secara tersirat dapat dinilai
dengan uang dari keterampilan dan pengalamannya sebagai
karyawan. Selain itu sebagai faktor produksi sebagaimana uang
dan mesin, tenaga kerja (modal manusia), yang berupa
gabungan antara keterampilan dan kemampuan seseorang
dapat berkontribusi pada kinerja dan produktivitas organisasi,
sangat penting bagi perkembangan perusahaan.
4
A.Pemahaman Islam Tentang Sumber Daya
Manusia
Modal manusia dalam pemahaman Islam disebut ahliyah.
Ahliyah menunjukkan kapasitas manusia untuk
menjalankan kewajiban sosial dan keagamaanya. Secara
harfiah, ahliah dapat diartikan sebagai bakat,
kompetensi, otoritas dan kualifikasi yang dimiliki oleh
manusia untuk melakukan tugas-tugas tertentu dengan
sungguh-sungguh.
Ahliyah memiliki beberapa kategori dalam
pengembangan sumber daya manusia. Berikut adalah
kategori-kategori dalam Ahliyah:
Ahliyah Al Wujub, yaitu hak asasi dasar manusia seperti
hak kepemilikan, hak perlindungan dan keamanan
manusia memikirkan pertumbuhan dan kemajuan.
Ahliyah al-ada’a al-naqisah, yaitu kemampuan/kecakapan yang
diperoleh sejalan dengan bertambahnya usia seseorang
(kedewasaan) untuk melakukan tugas-tugas tertentu.
Ahliyah al-ada’a al-kamilah, yaitu kualitas SDM yang menuntut orang
untuk bertanggung jawab atas tindakan dan kata-kata sehingga
memiliki konsekuensi hukum.
Ahliyah al-ada mencakup semua aset manusia yang terdiri dari
barang- barang seperti sifat manusia, keterampilan kerja, sikap
belajar, dan stok pengetahuan yang terkandung dalam diri
seseorang sebagai hasil dari pendidikan, pelatihan, dan pengalaman
yang membuat individu lebih kompetitif dan fleksibel. Menurut
perspektif Islam dalam manajemen sumber daya manusia, ahliyah
atau sumber daya manusia ditingkatkan dengan menghilangkan
hambatan persepsi dan intelektual (awaridh) yang merugikan
perkembangan dan kemajuan manusia.
III.SKEMA PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM ISLAM
A.Dasar Tauhid Pengembangan SDM

Konsep tauhid membuat perspektif Islam tentang sifat manusia pada


umumnya, dan pengembangan sumber daya manusia khususnya
menjadi unik. Tauhid mengikat setiap aspek jiwa manusia termasuk
modal manusia terhadap Allah, Maha Pencipta semua makhluk.
Konsepsi tauhid menggabungkan semua aspek yang berbeda dari sifat
manusia, ke dalam keseluruhan yang homogen termasuk modal
manusia, ekonomi, politik, agama, dan aspek sosial. Konsep tauhid
menekankan gagasan kemantapan dan ketertiban (istikamah). Dalam
satu kesempatan Nabi Muhammad Saw. diminta untuk menyampaikan
kata terakhir tentang kebijaksanaan tertinggi dalam kehidupan
manusia, dan beliau bersabda: “Qul amantu bi Allah thumma istaqim",
yaitu untuk percaya pada Tuhan dan untuk mempertahankan
kejujuran. Mengomentari narasi ini Imam al-Nawawi mengatakan:
“istikamah adalah kata yang bersifat komprehensif yang meliputi
seluruh upaya dan perjuangan manusia untuk pembangunan dan
kejujuran".
B.Dimensi Pembangunan SDM dalam Islam
Fitur paling menonjol dari teori pembangunan ekonomi Islam adalah
tidak membatasi pengembangan sumber daya manusia pada upaya
perbaikan kualitas populasi (dalam pengertian materi), kesehatan dan
nutrisi serta pendidikan saja. Dibutuhkan. Konsep pengembangan
manusia sebagaimana dipersepsikan oleh Islam tidak ada artinya
tanpa pencapaian tazkiyah. Nilai- nilai seperti takwa (kesalehan),
ihsan (kebajikan), adl (integritas), ikhlas (ketulusan), meningkatkan
tidak hanya kesejahteraan dan kebahagiaan, tetapi juga menyediakan
lingkungan yang cocok untuk materi pengembangan.
1.Pendidikan dan Pelatihan
Pembangunan sumber daya manusia tidak lepas dari peran
pendidikan dan kesehatan. Kesehatan dan pendidikan merupakan
faktor penting dalam mencapai kesejahteraan, keduanya adalah hal
fundamental kemampuan individu sebagai inti dari pembangunan
(Todaro, 2012). Pendidikan mendorong kemampuan negara
berkembang dalam pengembangan teknologi dan membangun
kapasitas pertumbuhan yang mandiri.
2.Tazkiyah / Penyucian Batin
Tazkiyah merupakan fitur yang paling membedakan pendekatan Islam
terhadap sumber daya manusia dalam pembangunan dengan
pendekatan lainnya. Tazkiyah atau penyucian batin dan
pengembangan karakter serta kepribadian telah menjadi misi semua
Nabi Allah. Islam menghendaki manusia berkembang menjadi mahluk
yang memiliki kepribadian yang terintegrasi, dan senantiasa melakukan
tazkiyah dalam setiap hubungannya dengan Khaliknya, dengan
sesama manusia, dengan lingkungan alam, dan dengan masyarakat
serta negara.
IV.INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index


(HDI) diartikan sebagai perhitungan index pembangunan sosioekonomi
nasional, kombinasi perhitungan pendidikan, kesehatan, dan
pendapatan per kapita. Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS)
mengartikan IPM sebagai kemampuan penduduk untuk dapat
mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan,
kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) mengelompokkan negara dengan nilai 0 sebagai pembangunan
manusia yang rendah sampai dengan 1 diartikan pembangunan
manusia yang tinggi. Komponen dari IPM adalah, umur panjang yang
dicerminkan dengan angka harapan hidup (life expectancy at birth),
pengetahuan yang merupakan cerminan dari harapan lama sekolah
(expected years of schooling) dan rata-rata lama sekolah (mean years
of schooling), dan standar hidup layak yang dicerminkan dengan gross
national income per capita (GNI per kapita). Kelebihan dari IPM dapat
memberi gambaran dua dengan GNI per kapita yang sama, tetapi
memiliki perbedaan pada modal manusia. Kekurangan dari IPM adalah
belum mampu menjelaskan kondisi ketimpangan, kemiskinan,
keamanan, lingkungan, dan lain-lain (UNDP, 2019).
• V.INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DALAM
PERSPEKTIF ISLAM (I-HDI)
Indeks Pembangunan Manusia Islam versi Rama dan Yusuf
Salah satu Indeks Pembangunan Manusia dari perspektif
Islam dikembangkan oleh Rama dan Yusuf (2019). Konsep ini
dilatarbelakangi karena konsep indeks pembangunan
manusia yang ada bernilai netral dan tidak mampu
menangkap perspektif agama serta etika pembangunan
sosial-ekonomi di negara-negara muslim. Padahal negara
muslim memiliki beberapa ciri khusus, budaya, dan nilai-
nilai yang tidak sepenuhnya diakomodasi oleh pengukuran
pengukuran indeks pembangunan manusia. Rama dan Yusuf
(2019) mengusulkan Islamic Human Development Index (I-
HDI) sebagai indeks holistik dan komprehensif untuk
pembangunan manusia yang berasal dari lima dimensi, yaitu
maqāshid sharī'ah: agama (dīn), kehidupan (tazkiyah al-
Nafs), pikiran ('aql), keluarga (nasl), dan kekayaan (māl).
11
VI.KESIMPULAN
Islam memandang sumber daya manusia berlandaskan pada
maqashid syariah dengan tujuan akhir maslahat. Sumber daya
manusia yang lebih baik di dalam Islam mendukung peran manusia
sebagai khalifah di muka bumi ini untuk dijalankan. Landasan SDM di
dalam Islam adalah tauhid. Berbeda dengan konsep konvensional
yang tidak menyertakan aspek keagamaan. Tujuan pengembangan
sumber daya manusia melampaui parameter-parameter tersebut
bertujuan untuk mendapatkan karunia dari Allah Yang Mahakuasa,
serta menjadikan seluruh alam semesta sebagai tempat yang layak
untuk dihuni. Pemahaman Islam tentang pengembangan sumber daya
manusia berusaha untuk meningkatkan sumber daya manusia
(ahliyah) dari keadaan kebodohan (jahal) menjadi pengetahuan, dari
kemalasan (kasal) menjadi pekerja keras (amal da’im), dari
kecerobohan (hazal) menjadi fokus, dan akhirnya dari paksaan (ikrah)
untuk kebebasan.
RANGKUMAN
Pada BAB ini dijelaskan bagaimana Islam memandang sumber daya
manusia. Berbeda dengan pandangan konvensional terhadap SDM,
Islam memandang modal manusia sebagai ahliyah. Modal manusia
didalam Islam wajib menjalankan sosial dan keagamaan.
Di dalam Islam juga menitikberatkan pengembangan sumber daya
manusia dengan kesehatan dan pendidikan. Dari sisi kesehatan, umat
Islam diharuskan mengonsumsi makanan yang halal dan baik
(mengandung gizi dan vitamin yang cukup) serta menjauhi makanan
yang haram. Di satu sisi, kesehatan yang baik dapat meningkatkan
investasi dalam pendidikan. Pendidikan sudah dicerminkan didalam Al-
Qur’an dengan kata iqra atau baca.
Indikator pembangunan manusia atau dikenal dengan Indeks
Pembangunan Manusia (HDI) berbeda konsep dengan Indeks
Pembangunan Manusi dari perspektif Islam (I-HDI). Pada konsep
konvensional, indikator pembangunan hanya mencakup duniawi.
Berbeda dengan konsep I-HDI menambahkan konsep kesejahteraan
akhirat. Konsep I-HDI bertujuan pada maqashid syariah untuk
mencapai maslahat.
T erIma K a s I h

Anda mungkin juga menyukai